Anda di halaman 1dari 12

MUAMALAH wa BAI’ wa RIBA wa KHIYAR

DOSEN PENGAMPU : Rahmad Setyawan., M.H

Disusun Oleh :
Kelompok 12

Ahmad Farizaki Utomo (236131006)


Nenden Hafifah Pujagarti (236131021)
M Aprilia Eko Wibowo (236131033)

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA


PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA


2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat
yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu tanpa halangan apapun. Shalawat serta salam
semoga tetap dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga hari kiamat
nanti.

Dan sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu


mata kuliah fiqih Bapak Rahmad Setyawan., M.H yang telah memberi
kesempatan kepada kami kelompok 12 untuk menyelesaikan tugas makalah.
Dalam penyusunan makalah ini, semua pembahasan ditulis berdasarkan buku-
buku dan jurnal referensi yang berkaitan dengan judul makalah kami yaitu
“MUAMALAH”.

Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah awal dari
pelajaran studi mata kuliah Fiqih. Apabila dalam penyusunan makalah ini
ditemukan kekeliruan atau informasi yang kurang valid, kami sebagai tim
penyusun makalah ini sangat terbuka dengan kritik dan saran demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Akhir kata, tim penyusun makalah mengucapkan terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sukoharjo, 3 Desember 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................1
DAFTAR ISI ............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang....................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3 Tujuan.................................................................................................................6
1.4 Manfaat...............................................................................................................6
BAB II: Muamalah, Jual Beli, dan Khiyar ..............................................................7
2.1 Muamalah...........................................................................................................7
2.2 Jual Beli dan Riba...............................................................................................7
2.3 Khiyar...............................................................................................................13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................18
3.1 Hasil..................................................................................................................18
3.2 Pembahasan.......................................................................................................22
BAB IV PENUTUP................................................................................................24
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Allah menciptakan Adam a.s. tak lain adalah sebagai khalifah di
bumi. Hal ini sesuai dengan firmannya:
2:30
‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ٰٓلِٕىَك ِة ِاِّنْی َج اِع ٌل ِفی اَاْلْر ِض َخ ِلْیَفًةؕ َقاُلْۤو ا َاَتْج َع ُل ِفْیَها َم ْن ُّیْفِس ُد ِفْیَها َو َیْس ِفُك الِّد َم ٓاَء ۚ َو َنْح ُن‬
‫۟ ُنَس ِّبُح ِبَحْمِد َك َو ُنَقِّدُس َلَكؕ َقاَل ِاِّنْۤی َاْعَلُم َم ا اَل َتْع َلُم ْو َن‬

“Remember when your Lord said to the angels, “I am going to place a


successive ˹human˺ authority on earth.” They asked ˹Allah˺, “Will You place in
it someone who will spread corruption there and shed blood while we glorify
Your praises and proclaim Your holiness?” Allah responded, “I know what you
do not know.”
— Dr. Mustafa Khattab, the Clear Quran
Allah telah memberikan kelebihan kepada Adam dengan kemampuan belajar
dan berkembang, hal itu Ibn Adam dapat belajar dan bekerja sama dengan
sekitarnya. Sehingga tercapailah kemakmuran yang ditunjukkan oleh Allah
ketika Adam masih di surga.
Untuk mencapai kemakmuran tersebut, tentu dapat dicapai dengan berbagai
cara. Namun, tidak semua cara dapat diterima oleh Allah swt. Oleh karena itu
makalah ini ditulis untuk menjabarkan apa saja cara-cara yang sudah Allah
halalkan untuk mencapai kemakmuran bersama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja dasar hukum dan azas dalam bermuamalah?


2. Apa saja jual beli, rukun, syarat, macam-macam jual beli kaitannya dengan
riba?
3. Apa itu khiyar?

C. Tujuan

1. Menggetahui dasar hukum dan azas dalam bermuamalah


2. Menggetahui jual beli, rukun, syarat, macam-macam jual beli kaitannya
dengan riba
3. Mengetahui khiyar
BAN II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muamalah
Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah SWT. Yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat. Muamalah dilihat dari segi bahasa merupakan sebuah kata berasal
dari kata ‘amala,yuamilu, muamalah yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang
lain,hubungan kepentingan muamalah berarti saling melakukan atau saling menukar.Fikih
Muamalah adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum syari’ah yang terkait dengan
hubungan antarmanusia dari dalilnya yang terperinci.Pengertian Muamalah menurut Musthafa
Ahmad Zarqa Fikih muamalah adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia
dan hubungan sesama manusia dalam urusan kebendaan, hak-hak kebendaan serta penyelesaian
perselisihan di antara mereka.

1. Dasar Hukum
Muamalah Hukum muamalah yaitu mubah pada dasarnya segala bentuk muamalah
hukumnya adalah boleh.Kecuali aktivitas atau perbuatan muamalah yang dilarang dalam Al-
quran dan Al-hadist.Hal ini memberikan kesempatan dan peluang untuk terciptanya aneka
muamalah baru sesuai perkembangan zaman.dalil tentang Muamalah pertama disebutkan dalam
Surat An Nisa ayat 29 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas
dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An Nisa: 29). ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْمَو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل‬
‫َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬

2. Prinsip Muamalah
Dalam prinsip umum terdapat empat hal yang utama, yakni:
a. Kebolehan dalam melakukan aspek muamalah, baik, jual, beli, sewa menyewa
ataupun lainnya. Prinsip dasar muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Dalam kaidah fiqh disebutkan “ Prinsip dasar muamalah adalah
boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya” (Djazuli, 2011: 130).
b. Mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudharatan.
c. Keseimbangan antara yang transendent dan immanent.
d. Keadilan dengan menyampingkan kezaliman.

Adapun yang diperintahkan terdapat tiga prinsip, yakni:


a. Objek transaksi harus halal.
b. Adanya kerihdaan semua pihak terkait.
c. Pengelolaan asset yang amanah dan jujur.

Sedang yang dilarang terdapat beberapa prinsip juga:


a. Riba’.
b. Gharar.
c. Tadlis.
d. Berakad dengan orang-orang yang tidak cakap hukum seperti orang gila, anak kecil,
terpaksa, dan lain sebagainya.

3. Bentuk Muamalah
Menurut modul Dasar-Dasar Fikih Muamalah, Sa’id Muhammad al-Jalîdi membagi
bentuk-bentuk muamalah yaitu:
1. Kepemilikan
Kepemilikan dalam arti muamalah adalah transaksi (‘aqd) dan tindakan (tasharruf)
yang menyebabkan kepemilikan sesuatu atau manfaat, seperti jual beli, sewa menyewa, sharf,
salam, perkawinan, muzara’ah, musaqah dan sebagainya.

2. Pembatalan
Pembatalan adalah tindakan yang menyebabkan pembatalan tanpa penggantian, seperti
cerai, pemutusan, pencabutan hak, pengampunan qishash.
3. Pemberian wewenang
Pemberian wewenang yaitu tindakan yang menyebabkan kebolehan melakukan
tindakan terhadap harta atau hak yang sebelumnya dilarang, seperti pelimpahan, perwakilan,
izin berdagang bagi anak kecil dan anak dalam pengampuan.

4. Pencabutan wewenang
Pencabutan wewenang dalam arti muamalah adalah tindakan yang menyebabkan
terputusnya wewenang yang diberikan sebelumnya, seperti penghentian perwakilan dan
pencabutan izin bagi anak kecil dalam berdagang.

5. Kerjasama
Kerjasama yaitu transaksi dan kesepakatan bekerjasama baik dari modal maupun
pekerjaan atau keduanya, seperti mudharabah, muzaraah, musaqah, dan sebagainya.

6. Pemberian kepercayaan
Pemberian kepercayaan adalah segala yang mengandung unsur mengembalikan atau
kerugian, seperti rahn, kafalah, hiwalah, asuransi syari’ah dan sebagainya.

4. Aspek Muamalah
Muamalah terdiri dari dua aspek yang menjadi ruang lingkupnya.Dua aspek ini adalah aspek
adabiyah dan madiyah.
a. Aspek Adabiyah
Aspek Adabiyah dalam arti muamalah adalah segala aspek yang berkaitan
dengan masalah adab dan akhlak, seperti ijab kabul, saling meridhai, tidak ada
keterpaksaan, kejujuran, dan sebagainnya.
b. Aspek Madiyah
Aspek Madiyah mencakup segala aspek yang terkait dengan kebendaan. Ini
meliputi halal haram, syubhat untuk diperjual belikan, benda-benda yang menimbulkan
kemadharatan, dan lainnya.Dalam aspek madiyah ini contohnya adalah al-bai (jual beli)’,
ar-rahn (gadai), kafalah wad dhaman (jaminan dan tanggungan), hiwalah (pengalihan
hutang), as-syirkah (perkongsian), al-mudharabah (perjanjian profit & loss sharing),
alwakalah (perwakilan), al-ijarah (persewaan/ pengupahan).

B. Pengertian Jual Beli


Secara bahasa, bai': menukar sesuatu
Secara istilah, tukar-menukar materi (maliyyah) yang memberikan konsekuensi kepemilikan
barang (ain) atau jasa (manfa'ah) secara permanen.
Jual beli atau perdagangan sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Namun,
banyak orang yang mengira bahwasannya riba. Mengambil keuntungan lebih dengan memukul
pihak pembeli, adalah bagian dari jual beli. Padahal jual beli tidaklah sama dengan riba. Allah
menyatakan dengan tegas dalam firmannya:

2:275
‫ۘ َاَّلِذ ْیَن َیْاُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َیُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َیُقْو ُم اَّلِذ ْی َیَتَخَّبُطُه الَّش ْیٰط ُن ِم َن اْلَم ِّس ؕ ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهْم َقاُلْۤو ا ِاَّنَم ا اْلَبْیُع ِم ْثُل الِّر ٰب وا‬ ‫َو َاَح َّل ُهّٰللا‬
‫اْلَبْیَع َو َح َّر َم الِّر ٰب واؕ َفَم ْن َج ٓاَء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفاْنَتٰه ی َفَلٗه َم ا َس َلَف ؕ َو َاْم ُر ۤٗه ِاَلی ِهّٰللاؕ َوَم ْن َعاَد َفُاوٰٓلِٕى َك َاْص ٰح ُب الَّن اِرۚ ُهْم ِفْیَه ا‬
‫۟ ٰخ ِلُد ْو َن‬

“Those who consume interest will stand ˹on Judgment Day˺ like those driven to madness by
Satan’s touch. That is because they say, “Trade is no different than interest.” But Allah has
permitted trading and forbidden interest. Whoever refrains—after having received warning
from their Lord—may keep their previous gains, and their case is left to Allah. As for those who
persist, it is they who will be the residents of the Fire. They will be there forever.”
— Dr. Mustafa Khattab, the Clear Quran

Selain menguntungkan karena dapat lebih leluasa mengatur keuangan, menjadi


pedagang juga disukai oleh nabi. Hal ini diriwayatkan Al-Bazzar “Orang yang bertransaksi jual
beli masing-masing memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama
keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan
keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan
jual beli antara keduanya akan hilang” (Muttafaqun ‘alaih). “Sebaik-baik pekerjaan adalah
pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al-
Bazzar, Ath-Thabrani dan selainnya, dari Ibnu ‘Umar, Rafi’ bin Khudaij, Abu Burdah bin Niyar
dan selainnya).

1. Rukun Jual Beli


1. Aqidain (penjual & pembeli)
2. Ma'qud (komoditi dagang)
3. Ijab dan Qabul (Sigah)

2. Syarat Jual-Beli
1. Penjual dan Pembeli Melakukan Transaksi Secara Sadar dan Ridha
2. Adanya Akad atau Kesepakatan Jual Beli Antar Kedua Belah Pihak
3. Barang yang Dijual Dimiliki Penuh oleh Penjual
4. Objek yang Diperjual Belikan bukan Barang Haram atau Terlarang
5. Memiliki Harga yang Jelas

3. Macam-macam Jual Beli


1. Jual Beli Murabahah
Adalah jenis transaksi dimana penjual menjelaskan harga barang pokok dan
keuntungan yang ingin ia dapatkan dari konsumen. Dalam menentukan keuntungan, penjual
harus memperhitungkan aspek sosial maupun komersial sehingga tercapailah ta’awun (tolong
menolong). Jika sudah deal, penjual tidak dapat menaikkan harganya lagi. Murabahah
digunakan dalam pembelian aset atau properti seperti rumah, mobil, atau barang-barang
lainnya.

2.
Jual Beli Salam
Adalah jenis transaksi jual beli dengan cara inden. Dalam Salam, pembeli membayar
harga barang di awal transaksi dan penjual berjanji untuk mengirimkan barang tersebut pada
waktu yang telah disepakati. Jual beli salam biasanya digunakan dalam penjualan kendaraan,
karena tidak semua unit yang dicantumkan dalam list ada di dealer sehingga harus menunggu
waktu untuk barang sampai. Contoh komoditi jual beli Salam dalam sehari-hari adalah motor,
mobil, meja, kursi, atau barang-barang lainnya.

3. Jual Beli Istishna


Adalah jenis transaksi jual beli yang melibatkan pemesanan barang/jasa dengan
spesifikasi custom/tersendiri. Dalam Istishna, pembeli memberikan pesanan kepada penjual
untuk membuat barang dengan spesifikasi tertentu. Kemudian penjual akan membuatkan
barang/jasa sesuai request yang diminta oleh pembeli. Istishna biasanya digunakan dalam
transaksi pembuatan bangunan seperti rumah, gedung, atau proyek konstruksi lainnya,
ataupun jasa seperti digital art maupun 3d print art.

4. Jual Beli Ijarah


Adalah jenis transaksi untuk menggunakan barang dalam waktu tertentu (sewa).
Dalam Ijarah, penyewa (pembeli) membayar sewa kepada pemilik (penjual) untuk
menggunakan barang yang disewakan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
Contoh Ijarah adalah sewa kendaraan, rumah, atau mesin.

Riba
Secara bahasa, Riba: tambahan, bertambah
Secara istilah, Riba adalah tukar-menukar dengan ketentuan adanya pemberat (tambahan).

Macam-macam Riba
1. Riba Fard
Adalah transaksi jual beli komoditi sama jenisnya dan ada tambahan di salah
satu barang yang dipertukarkan. Karena itu riba ini dikenal dengan nama riba al-fadl
(kelebihan). Contoh riba ini yaitu Budi memiliki 2 miniscale dalam keadaan junk, dan
menginginkan miniscale milik Yanto yang masih mulus. Yanto juga menginginkan
miniscale junk milik Budi karena modelnya adalah yang ia cari-cari. Akhirnya mereka
kedua sepakat.

2. Riba Al-yad
Adalah transaksi jual beli yang disertai dengan penundaan serah terima komoditi
yang dibarterkan atau penundaan terhadap penerimaan salah satunya. Contoh riba ini
yaitu, Bu Inah dan Yuni hendak barter menukarkan 1 kg cabai dengan 4 kg kentang. Hal
ini sesuai dengan valuasi harga kedua komoditi pada saat itu. Namun, pada saat itu
diantara mereka tidak segera menyerahkan barang yang dimiliki.

3. Riba Al-nasa’
Adalah riba karena adanya tempo.Tempo yang dimaksud adalah perubahan
harga karena setelah melalui waktu tertentu. Contoh pak Bari memiliki Toyota GT86 dan
menjualnya kepada pak Sugeng dengan harga 200juta. Pak Bari tidak segera memberikan
mobil itu, dan menundanya selama 2 bulan. Setelah 2 bulan, ternyata pak Sugeng belum
berhasil mengumpulkan uang 200juta untuk menebus. Setelah 4 bulan, karena kemunculan
MF Ghost, harga mobil Toyota GT86 milik pak Bari naik menjadi 600juta. Dan pak Bari
mengatakan kepada pak Sugeng mobilnya akan ia lepas jika pak Sugeng telah memegang
600juta, atau ia akan menjualnya kepada orang lain.
.
4. Riba Qard
Adalah riba dengan akad utang-piutang yang menguntungkan pihak pemberi
pinjaman. Contoh, pada bunga harian kebanyakan pinjol ilegal, biasanya menganut sistem
harian. Dimana bunga akan naik 2-3% setiap sehari telat pembayaran. Sehingga utang
yang tadinya hanya 3 juta, tiba-tiba menjadi 200juta.

C. Pengertian Khiyar
Kata khiyar menurut bahasa artinya memilih antara dua pilihan. Sedangkan menurut
istilah khiyar ialah hak memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan akad (transaksi)
jual beli atau membatalkannya. Khiyar hukumnya mubah bagi penjual dan pembeli dengan cara
membuat kesepakatan dalam akad jual beli. Khiyar sangat bermanfaat bagi penjual dan
pembeli, sehingga dapat memikirkan sejauh mana kebaikan dan keburukannya agar tidak terjadi
penyesalan di kemudian hari. Biasanya penyesalan terjadi dalam akibat kurang berhati-hati,
tergesa-gesa, dan kurang teliti dalam melakukan transaksi jual beli.

1. Dasar Hukum Khiyar


Hukum khiyar dalam jual beli menurut Islam adalah mubah. Tetapi jika khiyar
dipergunakan untuk tujuan menipu atau berdusta maka hukumnya haram. Berkaitan dengan
diperbolehkannya khiyar, Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya:”Engkau berhak khiyar dalam tiap-tiap barang yang engkau beli selama tiga malam,
jika engkau suka maka ambillah dan jika tidak suka maka kembalikanlah kepada
pemilinya.” (HR. Ibnu Majah).Macam-macam Khiyar

2. Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majlis
Khiyar majlis adalah khiyar yang berlangsung selama penjual dan pembeli masih berada di
tempat jual beli. Jika penjual dan pembeli sudah berpisah maka hak khiyar sudah tidak berlaku
lagi. Penjual sudah tidak bisa membatalkan transaksi jual beli sebagaimana pembeli tidak dapat
meminta kembali uangnya walaupun sudah mengembalikan barang.

Ukuran berpisah disesuaikan dengan adat kebiasaan yang berlaku di suatu daerah. Salah
satu contoh dari khiyar majlis dalam kehidupan sehari-hari adalah pernyataan penjual bahwa
“barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan”.

Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya:”Orang yang mengadakan jual beli, diperbolehkan melakukan khiyar selama keduanya
belum terpisah (dari tempat aqad).” (HR. Al-Bukhari).

b. Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah hak penjual atau pembeli atau keduanya untuk melanjutkan atau
membatalkan transaksi jual beli selama masih dalam masa tengggang yang disepakati oleh
kedua belah pihak. Adapun ketentuan khiyar syarat sebagai berikut:

 Khiyar syarat secara umum berlaku selama tiga hari tiga malam yang dimulai sejak
terjadinya akad. Namun hal tersebut tergantung kesepakatan antara kedua belah pihak.
 Jika masa khiyar telah lewat, maka transaksi jual beli tidak bisa
 Hak khiyar tidak dapat diwariskan, artinya jika si pembeli meninggal dalam
masa khiyar maka barang menjadi milik ahli warisnya atau jika penjual yang meninggal
dalam masa khiyar, maka kepemilikan barang secara otomatis menjadi hak pembeli.
 Dalam khiyar syarat harus ditentukan tenggang waktunya secara cermat. Salah satu
contoh khiyar syarat dalam kehidupan sehari-hari adalah pembeli berkata: “Saya membeli
radio ini jika anak saya suka, tetapi jika anak saya tidak suka maka jual beli ini
” Kemudian penjual menjawab: “Ya, saya setuju dengan kesepakatan tersebut.”

c. Khiyar Aibi
Maksud dari khiyar ini adalah pembeli mempunyai hak pilih untuk membatalkan akad jual
beli atau meneruskannya karena terdapat cacat pada barang yang dibelinya. Cacat barang
tersebut dapat mengurangi manfaat barang yang dibeli. Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya:”Dari Aisyah Ra. bahwa sesungguhnya seorang laki-laki membeli budak dan telah
tinggal bersamanya beberapa waktu, kemudian ditemukan cacat pada budak tersebut, lalu hal
itu diadukan kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. memerintahkan supaya budak itu
dikembalikan kepadanya.” (HR. Abu Dawud).

Adapun syarat barang disebut cacat antara lain:

a. Cacat barang yang dibeli merupakan hal yang penting


b. Cacat yang ada sulit untuk diperbaiki/krusial
c. Cacat barang terjadi ketika barang masih di tangan penjual.
Haram hukumnya bagi penjual untuk menjual barang yang cacat tanpa menjelaskan cacatnya
kepada pembeli, apalagi mengelak kecacatan tersebut dan menyalahkannya kepada pembeli
(rangka esaf). Sebagaimana hadis Nabi Saw.:
Artinya:”Seorang muslim itu saudara orang muslim, tidak halal bagi seorang muslim menjual
kepada saudaranya barang cacat kecuali ia jelaskan.” (HR. Ibnu Majah).

d. Khiyar Ru’yah
Yaitu hak bagi pembeli untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya, karena obyek
yang dibeli belum dilihat ketika akad berlangsung. Khiyar ru’yah ini berlaku untuk pembeli,
bukan untuk penjual. Pengertian ru’yah dalam konteks ini ialah mengetahui dan melihat sesuatu
menurut cara yang seharusnya, bukan hanya sekedar melihat saja tetapi juga meneliti, membuka
dan membolak-balikkan. Kalau sekedar melihat saja, maka bukan dinamakan ru’yah. Dalam hal
ini Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya:”Siapa saja yang membeli sesuatu yang belum dilihatnya, maka ia berhak khiyar bila
telah melihatnya.” (H.R. At-Tirmizi).

Seiring dengan semaraknya dunia usaha dan pesatnya kemajuan teknologi sehingga
mempermudah terjadinya transaksi jual beli, maka jual beli juga dapat dilakukan melalui
internet, telepon, SMS, dan lainnya. Pembeli dapat memesan barang dengan membuat
kesepakatan jenis, jumlah, tipe, dan hargabarang yang dilakukan tanpa melalui pertemuan
secara tatap muka.

Barang dikirim dengan disertai faktur pengiriman, dengan tujuan agar barang yang dikirim
dapat diteliti apakah sudah sesuai pesanan atau ada cacat (aib). Jika ternyata barang itu ada
cacatnya maka barang yang dikirim bisa dikembalikan dan dapat diganti dengan barang yang
lain sesuai pesanan.

Model penjualan seperti ini diperbolehkan menurut hukum Islam karena antara penjual dan
pembeli tidak ada yang dirugikan. Adapun contoh bukti faktur pengiriman barang memuat:
nama barang, harga barang, jumlah pesanan, tempat pengiriman, tanda tangan penerima, dan
sebagainya.

3. Hikmah Khiyar
Jika kita mendalami syariat Islam, maka kita akan menemukan hikmah (rahasia tersirat) dan
manfaaat yang luar biasa dalam setiap ketentuan syariat. Islam memperbolehkan khiyar dalam
jual beli, maka khiyar mengandung hikmah, diataranya:

1. Menghindarkan terjadinya penyesalan sejak dini antara kedua belah pihak, yakni penjual
dan pembeli atau salah satunya.
2. Memperkecil kemungkinan adanya penipuan
3. Mendidik penjual dan pembeli agar lebih bersikap hati-hati, cermat dan teliti
4. Menguatkan sikap rela sama rela antara penjual dan pembeli
5. Menumbuhkan sikap toleransi antara penjual dan pembeli.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Allah telah memberikan manusia kemampuan untuk bekerja sama dalam kemakmuran.
Kemakmuran dapat dicapai dengan usaha sendiri maupun kolektif. Ketika berusaha sendiri pun
manusia tetap memerlukan manusia lainnya untuk memakmurkan dirinya. Sehingga adanya
aturan-aturan akad yang adil sangat diperlukan agar manusia saling diuntungkan.

Muamalah adalah aturan-aturan Allah yang diberikan kepada manusia yang beriman dalam
bermasyarakat. Bentuk -bentuk muamalah antara lain kepemilikan, pembatalan, pemberian
wewenang, pencabutan wewenang, kerjasama, dan pemberian wewenang. Muamalah mencakup
dua aspek, yaitu aspek Adabiyah (akhlak dan adab) dan aspek Maliyah (benda). Adanya
Muamalah membuat manusia merasa aman dan adil dalam hubungannya.

Jual beli adalah kegiatan manusia untuk mencapai kemakmuran dengan saling menukar
barang dan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bentuk-bentuk jual beli dalam Islam
ada Murabahah, Salam, Istisna, dan Ijarah. Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Riba adalah tambahan/beban yang dilimpahkan kepada salah satu pihak
agar mendapatkan keuntungan lebih. Bentuk-bentuk riba diantaranya Fard, al-Yad, an-Nasa’,
dan Qard. Adanya aturan jual beli dan penjelasan mengenai riba membuat manusia berhati-hati
dan menjunjung tinggi hak orang lain disamping haknya sendiri.

Khiyar adalah hak memilih bagi penjual atau pembeli untuk meneruskan akad (transaksi)
jual beli atau membatalkannya. Khiyar sangat bermanfaat bagi penjual dan pembeli, sehingga
dapat memikirkan sejauh mana kebaikan dan keburukannya agar tidak terjadi penyesalan di
kemudian hari. Biasanya penyesalan terjadi dalam akibat kurang berhati-hati, tergesa-gesa, dan
kurang teliti dalam melakukan transaksi jual beli. Bentuk-bentuk Khiyar antara lain Majilis,
Syarat, Aibi, dan Ru’yah. Khiyar saat ini dimudahkan dengan adanya return maupun asuransi
untuk menutupi hal-hal yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai