Anda di halaman 1dari 11

AKAD-AKAD DALAM KERJA SAMA BISNIS

(MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH)

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Fiqh Muamalah

Dosen pengampu : Fahrial Lailatul Maghfiroh, M. E

Disusun Oleh :

Zulfatul Khasanah Ramadhanti Sofiyullah

EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BADRUS SHOLEH

PURWOASRI- KEDIRI

2022

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akad atau perjanjian dalam kehidupan masyarkat menduduki posisi yang sangat
penting. Akad merupakan salah satu dasar dari sekian banyak aktivitas keseharian
manusia. Melalui akad berbagai kegiatan bisnis dan usaha manusia dapat dijalankan.
Akad memfasilitasi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya.
Karena akad itulah yang membatasi hubungan antara kedua belah pihak yang terlibat
dalam usaha tersebut dan akan mengikat hubungan itu dimasa sekarang maupun masa
yang akan datang1 . Warisan ilmu fikih memuat berbagai rincian dan penetapan dasar
perjanjian usaha tersebut sehingga dapat merealisasikan tujuannya, memenuhi kebutuhan
umat pada saat yang sama, serta melahirkan beberapa kaidah dan pandangan bagi umat
islam untuk digunakan memenuhi kebutuhan modern saat ini.

Semakin jelas rincian dan kecermatan dalam membuat akad, maka semakin kecil
pula adanya konflik dan pertentangan antara kedua belah pihak di masa yang akan
datang. Akad menurut Ahmad Azhar Basyir adalah suatu perikatan antara ijab dan kabul
dengan cara yang dibenarkan oleh syara’ yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum
pada obyeknya. Aktivitas ekonomi terus mengalami perkembangan dalam kehidupan
masyarakat, sehingga dalam perkembangan tersebut perlu adanya perhatian khusus
supaya tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan serta menimbulkan ketidak adilan
bahkan tekanan-tekanan dari pihak tertentu.

Hubungan antara manusia dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan,


harus terdapat atauran yang menjelaskan tentang suatu hak dan kewajiban diantara
keduanya berdasarkan kesepakatan. Kesepakatan tersebut dalam rangka memenuhi hak
dan kewajiban yang disebut dengan proses untuk berakad. Akad yang digunakan untuk
bertransaksi sangat beragam, diantaranya sesuai dengan spesifikasi kepentingan dan
karakteristik, serta tujuan antar pihak.

1
Akad atau perjanjian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, hal tersebut
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, karenanya dapat dibenarkan bila
dikatakan bahwa akad merupakan sarana sosial umat manusia untuk mendukung
kehidupannya sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dan
jasa orang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mudharabah?
2. Apa dasar hukum mudharabah?
3. Apa saja Jenis-jenis mudharabah?
4. Apa yang dimaksud dengan musyarakah?
5. Apa dasar hukum musyarakah?
6. Apa saja jenis-jenis musyarakah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi dari mjudharabah.
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari mudharabah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis mudharabah.
4. Untuk mengetahui Definisi dari musyarakah.
5. Untuk mengetahui dasar hukum musyarakah.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis musyarakah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Mudharabah berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata dharaba ‫ َضَر َب‬yang
bermakna memukul, bergerak, pergi, mewajibkan, mengambil bagian, berpartisipasi.
Dalam kaitannya dengan pengertian mudharabah maka yang lebih cocok adalah
mengambil bagian dan berpartisipasi. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih
tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Jadi,
disebut kontrak ini disebut mudharabah, karena pekerja (mudharib) biasanya
membutuhkan suatu perjalanan untuk menjalankan bisnis. Sedangkan perjalanan dalam
bahasa Arab disebut juga dharb fil Ardhi.
Adapun menurut istilah ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli
antara lain:
1. Menurut Sayyid Sabiq
Mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah satu pihak mengeluarkan
sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan, dan
laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan".
2. Antonio mengutip pendapat al-Syarbasyi sebagai berikut
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shabib al-mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain
menjadi pengelola dan keuntungan usaha secara dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola".
3. Adiwarman A. Karim
Mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan
kerja dari pihak lain, dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si
pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung".
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mudharabah adalah akad antara
dua belah pihak atau lebih, antara pemilik modal (shahib al-mal) dengan pengelola usaha

3
(mudharib) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang dibagi berdasarkan
kesepakatan yang tertuang di dalam kontrak, dimana bila usaha yang dijalankan
mengalami kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola usaha.
B. Hukum Mudharabah
Mudharabah hukumnya adalah boleh sesuai dengan ijma' (kesepakatan) ulama. Di
dalam Al-Qur'an maupun hadis banyak dijumpai ayat maupun hadis yang menganjurkan
manusia untuk menjalankan usaha. Berikut ini akan dipaparkan beberapa ayat dan hadits
berkenaan dengan anjuran untuk melakukan usaha.

‫ِاَّن َر َّبَك َيْع َلُم َاَّنَك َتُقْو ُم َاْد ٰن ى ِم ْن ُثُلَثِي اَّلْيِل َوِنْص َفٗه َو ُثُلَثٗه َو َطۤا ِٕىَفٌة ِّم َن اَّلِذ ْيَن َم َع َۗك َو ُهّٰللا ُيَق ِّدُر اَّلْي َل َو الَّنَه اَۗر َع ِلَم َاْن َّلْن ُتْح ُص ْو ُه َفَت اَب‬
‫َع َلْيُك ْم َفاْقَر ُءْو ا َم ا َتَيَّس َر ِم َن اْلُقْر ٰا ِۗن َع ِلَم َاْن َسَيُك ْو ُن ِم ْنُك ْم َّم ْر ٰض ۙى َو ٰا َخ ُرْو َن َيْض ِرُبْو َن ِفى اَاْلْر ِض َيْبَتُغ ْو َن ِم ْن َفْض ِل ِهّٰللاۙ َو ٰا َخ ُرْو َن‬
‫ُۙه‬
‫ُيَقاِتُلْو َن ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللاۖ َفاْقَر ُءْو ا َم ا َتَيَّس َر ِم ْن َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو َاْقِر ُضوا َهّٰللا َقْر ًضا َحَس ًنۗا َو َم ا ُتَق ِّد ُم ْو ا َاِلْنُفِس ُك ْم ِّم ْن َخْي ٍر‬
‫َتِج ُد ْو ُه ِع ْنَد ِهّٰللاۙ ُهَو َخْيًرا َّو َاْع َظَم َاْج ًر ۗا َو اْسَتْغ ِفُروا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َغ ُفْو ٌر َّر ِح ْيٌم‬

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad) berdiri (salat) kurang


dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan
siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu,
maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu)
dari Al-Qur'an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit,
dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah; dan yang lain berperang
di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan laksanakanlah
salat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (Q.S. al-Muzammil: 20)

‫َلْيَس َع َلْيُك ْم ُجَناٌح َاْن َتْبَتُغ ْو ا َفْض اًل ِّم ْن َّرِّبُك ْم ۗ َفِاَذ ٓا َاَفْض ُتْم ِّم ْن َع َر َف اٍت َف اْذ ُك ُروا َهّٰللا ِع ْن َد اْلَم ْش َع ِر اْلَح َر اِم ۖ َو اْذ ُك ُرْو ُه َك َم ا‬
‫َهٰد ىُك ْم ۚ َو ِاْن ُكْنُتْم ِّم ْن َقْبِلٖه َلِم َن الَّض ۤا ِّلْيَن‬

4
“Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu. Maka apabila kamu
bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah
kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya
kamu benar-benar termasuk orang yang tidak tahu.” (Q.S. al-Baqarah : 198)

Hadits Nabi:

Artinya:

"Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Sayyidina Abbas ibn Abd al- Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya
tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak.
Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana
tersebut. Kemudian hal tersebut disampaikan kepada Rasulullah SAW dan beliau
membolehkannya." (H.R. Thabrani).

C. Jenis-jenis Mudharabah
Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua macam, yaitu: mudharabah muthlaqah dan
mudharabah muqayyadah.
1. Mudharabah Muthlaqah
Yang dimaksud dengan mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemodal
(shahib al-mal) dan pengusaha (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam mudharabah
muthlaqah ini shahib al-mal memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada mudharib
dalam mengelola modal dan usahanya.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau biasa disebut juga dengan istilah specified mudharabah
adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah, dimana pengelola usaha (mudharib)
dibatasi dengan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
D. Pengertian Musyarakah
Musyarakah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata syaraka
‫ َش َر َك‬yang bermakna bersekutu, meyetujui. Sedangkan menurut istilah, musyarakah adalah
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-

5
masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Lewis dan Algaoud juga memberikan definisi musyarakah sebagai sebuah bentuk
kemitraan dimana dua orang atau lebih menggabungkan modal atau kerja mereka untuk
merbagi keuntungan, menikmati hak-hak dan tanggung jawab yang sama.
E. Hukum Musyarakah
Dasar hukum dari Musyarakah ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Shaad ayat 24:
‫َقاَل َلَقْد َظَلَم َك ِبُس َؤ اِل َنْع َجِت َك ِاٰل ى ِنَع اِج ٖۗه َو ِاَّن َك ِثْي ًرا ِّم َن اْلُخَلَط ۤا ِء َلَيْبِغ ْي َبْع ُض ُهْم َع ٰل ى َبْع ٍض ِااَّل اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْو ا َو َع ِم ُل وا‬
‫۩ الّٰص ِلٰح ِت َو َقِلْيٌل َّم ا ُهْۗم َو َظَّن َداٗو ُد َاَّنَم ا َفَتّٰن ُه َفاْسَتْغ َفَر َر َّبٗه َو َخَّر َر اِكًعا َّو َاَناَب‬
“Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak di antara
orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah mereka yang begitu.” Dan
Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia memohon ampunan kepada
Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.”

Hadits Nabi:
Artinya:
"Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya Allah berfirman, 'Aku
pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati
lainnya.'" (H.R. Abu Dawud)
Ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mengakui tentang eksistensi
perkongsian serta membolehkannya selama salah satu pihak yang bersekutu tetap
memegang teguh kesepakatan yang telah dibuat dan tidak berkhianat.
F. Jenis-jenis Musyarakah
Musyarakah ada dua jenis, yaitu: syirkah al-milk dan syirkah uqud (kontrak).
syirkah al-milk terjadi karena warisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan
pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua
orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang
dihasilkan asset tersebut. Syirkah uqud tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

6
Merekapun sepakat membagi keuntungan dan kerugian. Syirkah uqud terbagi menjadi:
al-'inan, al-mufawwadhah, al- a'mal dan al-wujuh.
1. Syirkah al-'inan
kontrak antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi
dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan kedua pihak berbagi
dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati dalam kontrak.
Akan tetapi, porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi
hasil, tidak harus sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
2. Syirkah al-mufawwadhah
kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak
membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah inisyarat
utamanya adalah kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan
beban utang dibagi oleh masing-masing pihak.
3. Syirkah al-a'mal atau syirkah abdan
kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama
dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
4. Syirkah al-wujuh
kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik serta
ahli dalam bisnis, dimana mereka membeli barang secara kredit dari suatu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh setiap mitra. Jenis syirkah ini tidak memerlukan modal karena pembelian
secara kredit berdasar pada jaminan tersebut, sehingga syirkah ini biasa disebut
dengan musyarakah piutang.
Para ulama berbeda berbeda pendapat tentang al-mudharabah, apakah ia termasuk
jenis musyarakah atau bukan. Beberapa ulama menganggap al-mudharabah termasuk
kategori musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak)
musyarakah. Adapun ulama lain menganggap al-mudharabah tidak termasuk sebagai
musyarakah.1
1
http://ashabulcoffee.blogspot.com/2014/01/makalah-muamalah-mudharabah-dan.html.Diakses pada tanggal 30 Oktober
2022 jam 9:48.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Berdasarkan uraian-uraian tentang mudharabah dan musyarakah serta implementasinya
dalam perbankan syariah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
musyarakah tidak jauh berbeda dengan mudharabah karena keduanya merupakan sistem
perkongsian (kemitraan) antara dua belah pihak atau lebih untuk mengelola suatu usaha
tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai porsi (nisbah) yang disepakati bersama pada
awal perjanjian (akad). Dan kedua jenis dar pembagian ini menerapkan sistem bagi hasil dan
kerugian.
Mudharabah dan musyarakah memiliki perbedaan pada beberapa hal

1. Dalam aqad mudharabah, shahib al-mal menyediakan seluruh dana yang


dibutuhkan mudharib, sedang dalam musyarakah kedua belah pihak ikut andil
dalam pemodalan (equity participation).
2. Dalam manajemen mudharabah, shahib al-mal tidak diperkenankan melakukan
intervensi dalam bentuk apapun selain hak pengawasan untuk mengantisipasi
terjadinya penyelewengan, sedang dalam musyarakah masing-masing pihak dapat
turut dalam manajemen.
3. Dalam mudharabah bagi hasil (porsi nisbah) ditentukan pada awalakad yang
diberikan setelah proyek atau usaha yang dijalankan mudharib selesai dijalankan,
sedang dalam musyarakah porsi nisbah bagi hasil yang diperoleh sangat
ditentukan oleh besar kecilnya modal yang dikeluarkan dan frekuensi
keikutsertaan dalam proses manajemen.
4. Dalam mudharabah kerugian ditanggung oleh shahib al-mal selama kerugian
tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak mudharib, sedang dalam
musyarakah kedua pihak sama-sama menanggung kerugian tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

9
http://ashabulcoffee.blogspot.com/2014/01/makalah. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2022 jam
9:48.

10

Anda mungkin juga menyukai