PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam juga mengajarkan kepada kita agar selalu menegakkan kepada kita agar
hasil dari pengolahan potensi insani dalam meraih sebanyak mungkin nilai-
sendiri. Peternakan merupakan salah satu profesi yang lazim dilakukan oleh
1
Muhammad dan Sholihul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Selemba Diniyah, 2003),
hlm. 2.
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 7-8.
1
Dalam bagi hasil terdapat ketetapan akad, ketetapan akad yang
dibahas ini adalah menetapkan upah atau bagi hasil antara pemilik modal
dengan pengelola. Adapun bagi hasil menurut hukum islam salah satunya
antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil adalah bentuk return
(perolehan aktivitas usaha) dari kontrak investasi dari waktu ke waktu, tidak
pasti dan tidak tetap pada bank Islam. Mudharabah merupakan bentuk kerja
sama antara dua atau lebuh pihak dimana pemilik modal (shahibul mal)
karena akad kerja sama yang dilakukan masyarakat sebelum Islam ini
3
Nurul Hak, Ekonomi Islam Hukum Bisnis Syari’ah (Yogyakarta: Teras,2011),hlm.115-
116.
4
Zaenal Arifin, Akad Mudharabah Penyaluran Dana Dengan Prinsip Bagi Hasil (Jawa
Barat: CV. Adanu Abimata, 2021), hlm. 12.
2
terbebas dari unsur kejahatan, maka Islam megadopsi kebiasaan tersebut dan
para ahli hukum Islam pun sepakat atas kaebsahan Mudharabah karena di
tinjau dari segi kebutuhan dan manfaat serta keselarasannya dengan ajaran
(actual basis) tidak dibenarkan untuk di bagi antara shahibul mal dan
mudharib.6
prinsip at Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama antara
3
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya,
dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu
telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Q.S. al-Ma’idah:
2)7
perjanjian dimana yang diperoleh para pemberi pinjaman adalah suatu bagian
tertentu dari keuntungan atau kerugian modal yang telah mereka biayai.
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Alma’arif, 1987),
hlm. 97-98.
8
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan Hewan
Kambing (Studi Kasus di Desa Argosari Kecematan Ayah Kabupaten Kebumen)” (Skripsi,
Fakultas Syariah IAIN Purwokerto, 2016), hlm. 7.
4
Pada prinsipnya bahwa dalam Mudharabah pihak yang bekerja yang
atas adanya kerugian, hal yang sama dijelaskan dalam Kitab al-Qirad dari
bahwasanya kontrak yang dibuat antara pemilik modal dengan orang yang
ditetapkan, misalnya untuk salah satu pihak memperoleh 100 dirham diluar
keuntungan, atau kurang dari itu, atau lebih dari itu, dan sisanya untuk pihak
lain, hal seperti ini tidak sah dan perjanjian Mudharabah tersebut akan
dibatalkan.10
9
Ibid.,
10
Niken Pratna Paramita, “Analisis Ekonomi Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil
Pemeliharaan Kambing Pada Masyarakat Muslim (Studi Kasus di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo)” (Skripsi Fakultas Syariah dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang, 2019), hlm. 5.
5
Akad Mudharabah dinyatakan batal atau berakhir dalam hal-hal
sebagai berikut: 11
pengelola.
2. Salah satu dari orang yang berakad meninggal dunia. Jika pemilik modal
yang wafat, menurut Jumhur ulama, akad tersebut batal, karena akad
3. Salah seorang yang berakad menjadi gila. Karena orang gila tidak cakap
bertindak hukum.
ةCٞ Cَفَ ۥهُ َوثُلُثَ ۥهُ َوطَٓاِئفCص ۡ ِ ِل َونCو ُم َأ ۡدنَ ٰى ِمن ثُلُثَ ِي ٱلَّ ۡيCCُك تَق َ َّ۞ِإ َّن َرب ََّك يَ ۡعلَ ُم َأن
ۖۡاب َعلَ ۡي ُكم
َ َار َعلِ َم َأن لَّن تُ ۡحصُوهُ فَت َ ۚ َك َوٱهَّلل ُ يُقَ ِّد ُر ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّهَ ۚ ين َم َع َ ِّم َن ٱلَّ ِذ
َ ض ٰى َو َءا َخر
ُون َ ون ِمن ُكم َّم ۡر ُ ان َعلِ َم َأن َسيَ ُك ِ ۚ وا َما تَيَس ََّر ِم َن ۡٱلقُ ۡر َء ْ فَ ۡٱق َر ُء
ون فِيC َ Cُُون يُ ٰقَتِل
َ رC ِل ٱهَّلل ِ َو َءا َخC ض ۡ َون ِمن فC َ Cض يَ ۡبتَ ُغ ِ ُون فِي ٱَأۡل ۡر َ ِربC ض ۡ َي
َوةCC ْ ُلَ ٰوةَ َو َءاتCCٱلص
ٰ وا ٱل َّز َكCC َّ واCC ْ ۚهُ َوَأقِي ُمCC َر ِم ۡنCCوا َما تَيَ َّس ْ ٱق َر ُءCC ۡ َيل ٱهَّلل ۖ ِ ف
ِ ِبC َس
َدC ُدوهُ ِعنC ٖر تَ ِجC ُكم ِّم ۡن َخ ۡيCوا َأِلنفُ ِس ۚ
ْ ُوا ٱهَّلل َ قَ ۡرضًا َح َس ٗنا َو َما تُقَ ِّد ُم ْ َوَأ ۡق ِرض
َّحي ۢ ُم ٞ ُُوا ٱهَّلل ۖ َ ِإ َّن ٱهَّلل َ َغف
ِ ور ر ْ ٱستَ ۡغفِرۡ ٱهَّلل ِ هُ َو َخ ۡي ٗرا َوَأ ۡعظَ َم َأ ۡج ٗر ۚا َو
Terjemahnya: “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu
berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula)
segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah
menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Quran.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang
11
Ahmad Dahlan Rosyidin, lembaga Mikro dan Pembiayaan Mudharabah (Yogyakarta:
Global Pustaka Utama, 2004),hlm.37-38.
6
yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain
lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari al-Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya
di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang
paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S. al-Muzammil : 20).12
Salah satu bentuk dari muamalah tersebut adalah sistem bagi hasil
Desa Kartiasa Kecamatan Sambas. Dalam penelitian ini pada kasus bagi hasil
hewan kambing yang terjadi di desa Kartiasa Kecamatan Sambas. Bagi hasil
ini dilakukan oleh pemilik hewan kambing dengan pengelola di desa Kartiasa
untuk melaku kan bagi hasil dari pada memelihara sendiri sendiri yaitu
local akan tetapi kambing tersebut merupakan kambing kacang yang berasal
12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 518.
13
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan Hewan
Kambing (Studi Kasus di Desa Argosari Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen)”, hlm. 8.
7
dari jawa, kambing tersebut sangat sulit dalam perawatannya karena harus
bagi hasil, karena hewan kambing yang di pelihara terlalu banyak dan tidak
bisa di pelihara olehnya sendiri. Untuk melakukan bagi hasil pemilik hewan
mengkawinkannya. 14
bagi hasil pemeliharaan hewan kambing hanya secara lisan saja. Biasanya
bagi hasil pada keluarga terdekat dan tetangga setempat, karena pada umum
nya sudah saling mengenal satu sama lain dan prosesnya tidak terlalu sulit,
dengan mengambil anak kambing yang lahir secara selang-seling, dimana jika
14
Elinda, “Pelaksanaan Mudharabah Pemeliharaan Kambing (Studi Kasus di Kecamatan
Padang Sidipuan Angkola Julu)” (Skripsi Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padang
Sidipuan, 2018), hlm. 10.
8
anak kambing pertama yang lahir maka kambing tersebut menjadi bagian
untuk pemelihara, sedangkan anak kambing yang lahir kedua maka anak
perjanjian tersebut apabila anak kambing yang lahir lebih dari seekor, maka
pemelihara tetap mendapat seekor anak kambing, untuk anak yang lain tetap
pinak yaitu anak kambing pertama setelah perawatan akan menjadi hak milik
untuk si pemelihara dan anak kambing kedua akan menjadi hak milik si
pemilik kambing dan begitu juga seterusnya. Pada anak kambing pertama dan
kedua perjanjian tetap berlaku sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
bersama.
9
Praktek bagi hasil seperti ini jelas ada salah satu pihak yang dirugikan,
tidak hanya satu pihak bahkan juga menyebabkan kerugian bagi masyarakat
(Desa Kartiasa Kecamatan Sambas). Dan tidak lama kemudian pemilik modal
negara Malaysia satu bulan yang lalu untuk bekerja di sana. Pada saat itu
pemilik modal hanya menemui istri dan anak pemelihara, dan pemelihara pun
pemelihara tidak pernah ada niat untuk berhenti, namun dikarenakan oleh
10
krisisnya perekonomian pemelihara yang membuat pemelihara untuk mencari
pekerjaan lain yang memiliki upah harian atau mingguan, pada saat itu
pemelihara bekerja sebagai kuli bangunan selama dua bulan. Istri pemelihara
tersebut sehingga bisa dijual juga cukup lama. Jadi pemelihara terpaksa
Permasalahan ini perlu penyelesaian agar kedua belah pihak tidak ada
meneliti lebih lanjut mengenai akad bagi hasil pemeliharaan hewan kambing
sambas)”.
B. Rumusan Masalah
11
1. Bagaimana akad Mudharabah pemeliharaan hewan kambing di Desa
hukum muamalah berhubungan dengan masalah yang ada dalam proses bagi
hasil sehingga dapat di jadikan bahan bacaan, referensi dan acuan bagi
1. Manfaat Teoritis
12
ilmu yang diteliti dari segi teoritis. Teori yang digunakan tentunya
atau tidak sama sekali. Namun dapat juga untuk memperkuat atau
2. Manfaat Praktis
praktis ini juga dapat diarahkan untuk lebih dari satu subjek. Misalnya
akademika yang melakukan penelitian yang sama, dan lain-lain. Subjek ini
D. Tinjauan Pustaka
diatas, maka peneliti ingin mencari dan menalaah referensi literature atau
15
Ana Widiawati, “Manfaat Penelititan, Fungsi Jenis dan Contoh”,
penerbitbukudeepublish.com, Juli 2022, diakses 4 September 2022
16
Ibid.
17
Ibid.
13
gharar atau menyimpang dari tujuan dan prinsip jual beli menurut kajian
tentang sistem bagi hasil dalam pemeliharaan hewan ternak kambing dimana
dengan cara membagi anak kambing yang lahir, jika anak kambing yang
dilahirkan dua ekor maka satu menjadi bagian pemilik modal dan satu
Masyarakat Desa Merbuh Kecamatan Singorojo yaitu dengan cara adat yang
18
Niken Pratna Paramita, “Analisis Ekonomi Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil
Pemeliharaan Kambing Pada Masyarakat Muslim (Studi Kasus di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo)” (Skripsi Fakultas Syariah dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang, 2019), hlm.16.
14
berkembang di Desa tersebut, yaitu dengan model paron (setengah-setengah
bersama yang dilakukan 60% : 40% atau 50% : 50% (antara pemodal dan
peneliti dimana dalam penelitian peneliti sistem bagi hasil yang diterapkan
yaitu dengan mambagi 1 ekor anak kambing yang lahir secara selang seling,
sedangkan dalam penelitian Niken Pratna Paramita sistem bagi hasil yang
diterapkan dengan cara membagi anak kambing yang lahir secara bersamaan
yang akan dibagi sesuai dengan kesepakatan awal. Namun di dalam penelitian
19
Niken Pratna Paramita, “Analisis Ekonomi Islam Terhadap Sistem Bagi Hasil
Pemeliharaan Kambing Pada Masyarakat Muslim (Studi Kasus di Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo)”, hlm. 17.
20
Ibid., hlm. 102.
15
Kedua Skripsi Nur Wahid yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam
sistem bagi hasil dengan seorang buruh yang merupakan warga setempat atau
tetangganya.
Dalam perjanjian tersebut si pengelola tidak akan mendapat upah kecuali dari
21
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan Hewan
Kambing (Studi Kasus di Desa Argosari Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen)”, hlm. 12.
16
Dalam kesimpulan penelitiannya menyimpulkan bahwa, praktek akad
waktu pemeliharaan dan segala bentuk perawatan. Karena bisa saja ketika
dengan membagi anak kambing yang lahir secara selang seling, anak
kambing yang dibagikan yakni seluruh anak yang lahir, namun apabila induk
uang sesuai harga seekor anak kambing sebagai ganti atau upah.23
diterapkan adalah dengan mambagi 1 ekor anak kambing yang lahir secara
adalah sisem bagi hasil yang cara pembagian hasilnya dengan membagi anak
kambing yang lahir secara selang seling, hanya saja didalam penelitian Nur
tidak lama lagi akan melahirkan dengan alasan karena ada keperluan
mendesak dan pemelihara hanya diberi imbalan sebesar Rp. 100.000 saja.24
22
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan Hewan
Kambing (Studi Kasus di Desa Argosari Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen)”, hlm. 12
23
Ibid.
24
Nur Wahid, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Akad Bagi Hasil Pemeliharaan Hewan
Kambing (Studi Kasus di Desa Argosari Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen)”, hlm. 13.
17
Ketiga Elinda dalam skripsinya yang berjudul “Pelaksanaan
ini cara yang mereka gunakan tidak dengan membayar dari hasil penjualan
kambing, atau upah dari pemilik kambing sebagai upah dan bentuk
melahirkan untuk yang kedua kalinya maka anak kambing tersebut dibagi
dua, yaitu kambing betina akan menjadi milik pemelihara, dan jantan untuk
pemilik modal.25
25
Elinda, “Pelaksanaan Mudharabah Pemeliharaan Kambing (Studi Kasus di Kecamatan
Padang Sidipuan Angkola Julu)”, hlm. 10.
18
Apabila terjadi kerugian maka semuanya akan ditanggung oleh
pemelihara, seperti apabila ada kambing terkena penyakit dan apabila ada
salah satu dari kambing pemilik kambing mati tanpa kelalaian dari
krugian maka kerugian akan dibebankan kepada nya. Karena dalam akad
mereka tidak menyepakati siapa saja yang akan menanggung resiko apabila
apabila anak kambing pertama lahir maka semua anak kambing tersebut
menjadi milik pemilik modal dana anta kedua lahir maka pemelihara akan
mendapatkan kan kambing betina dan pemilik moda akan mendapat kambing
jantan.
diterapkan adalah dengan mambagi 1 ekor anak kambing yang lahir secara
26
Ibid., hlm. 74.
19
selang seling dan membagi hasil dari penjualan kambing. Persamaan antara
penelitian peneliti dengan penelitian Elinda adalah sisem bagi hasil yang cara
pembagian hasilnya dengan membagi anak kambing yang lahir secara selang
seling.
kerjasama yaitu pemeliharaan sapi dengan sistem bagi hasil di Desa Lalundu.
kerjasama yang sudah jelas dan dibenarkan oleh Syara selamaw kegiatan
melakukan ternak sapi tersebut terjalin ijab qabul yang menimbulkan akibat
27
Ade Nuryana, “Penerapan Akad Mudharabah Pada Hewan Ternak Sapi Dalam
Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat di Desa Lalundu Ditinjau Dalam Hukum Islam” jurnal
Universitas Muhammadiyah Palu Vol. 15, No. 01 (2020): hlm. 36.
28
Ade Nuryana, “Penerapan Akad Mudharabah Pada Hewan Ternak Sapi Dalam
Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat di Desa Lalundu Ditinjau Dalam Hukum Islam” jurnal
Universitas Muhammadiyah Palu Vol. 15, No. 01 (2020): hlm. 39
20
hukum dari kegiatannya, yakni pihak pemilik modal meyatakan kehendaknya
sapi ini yaitu akan membagi anak dari sapi secara adil apanila sapi terebut
melahirkan, atau akan dapat juga berupa bentuk uang hasil dari penjualan sapi
Nuryana lebih terfokus pada hewan ternak sapi. Persamaan antara penelitian
29
Ibid.
21