Anda di halaman 1dari 15

SYIRKAH, MUDHARABAH,

MUSAQAH, MUZARA'AH DAN


MUKHARABAH

ANGGOTA KELOMPOK 10 :
1. MUHAMMAD VITO HARITSYAH
2. AUDSAR RIDWAN FAUZI
3. MUSTHAFA HAFIF ARYANTO
Pengertian Syirkah, Mudharabah, Musaqah,
Muzara'ah, dan Mukharabah
• 1. Syirkah
Kata “syirkah” menurut bahasa berarti ikhthilath atau berbaur. Atau mencampurkan dua
bagian atau lebih hingga tidak dapat dibedakan lagi antara bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya. Sedangkan syirkah menurut istilah merupakan suatu perserikatan
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang di dorong oleh kesadaran untuk memperoleh
keuntungan. Arti lain dari syirkah merupakan suatu kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih dalam suatu usaha yang mana keuntungan dan kerugiannya ditanggung
bersama
• 2. Mudhrabah
Mudharabah adalah bentuk akad, perjanjian atau kontrak antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan kerja sama menjalankan suatu usaha untuk memperoleh pendapatan
atau keuntungan. Pemilik modal dapat disebut shahibul maal, rabbul maal, atau
propretior. Pengelola modal disebut mundharib. Modal yang digulirkan disebut ra'sul
maal. Kerja sama yang dilakukan berdasarkan pada prinsip profit sharing, yang satu
sebagai pemilik modal dan yang kedua menjalankan usaha. Pendapatan atau
keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad menggunakan
metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan
• 3. Musaqah

Musaqah secara etimologi, Musaqah berasal dari kata Saqa, saqy yang berarti As-
Saqy yang artinya penyiraman atau pengairan. Diberi nama ini karena pepohonan
penduduk Hijaz amat membutuhkan penyiraman ini dari sumur-sumur. Karena itu diberi
nama Musaqah (penyiraman=pengairan).
Musaqah menurut syara'a adalah penyerahan pohon kepada orang yang
menyiraminya dan menjanjikannya, bila sampai buah pohon masak dia akan diberi
imbalan buah dalam jumlah tertentu. Ia merupakan persekutuan perkebunan untuk
mengembangkan pohon. Di mana pohon berada pada satu pihak dan penggarapan
pohon pada pihak lain. Dengan perjanjian bahwa buah yang dihasilkan untuk kedua
belah pihak, dengan persentase yang mereka sepakati. Misalnya: setengah, sepertiga,
atau lainnya.
M. Ali Hasan, dalam bukunya yang berjudul Berbagai Macam Transaksi dalam Islam
menyatakan bahwa Musaqah adalah "Akad (transaksi) antara pemilik kebun/tanaman
dan pengelola (penggarap) untuk memelihara dan merawat kebun/tanaman pada masa
tertentu sampai tanaman itu berbuah.
Dari beberapa definisi yang telah disampaikan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa Musaqah adalah sebuah bentuk kerja sama pemilik kebun dengan penggarap
dengan tujuan agar kebun itu dipelihara dan dirawat sehingga dapat memberikan hasil
yang baik dan dari hasil itu akan dibagi menjadi dua sesuai dengan akad yang telah
• 4. Muzara'ah
Secara etimologi, muzara’ah berarti kerja sama dibidang pertanian antara pihak pemilik
tanah dan petani penggarap. Secara terminologi, muzara’ah ialah pengolahan tanah oleh
petani dengan imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian disediakan penggarap
tanah. Dalam mukharabah, bibit yang akan ditanam disediakan oleh penggarap tanah,
sedangkan dalam al-muza’raah, bibit yang akan ditanam boleh dari pemilik.
Antara muzara’ah dan musaqqah terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya
ialah kedua-duanya merupakan akad (perjanjian) bagi hasil. Adapun perbedaannya ialah:
didalam musaqqah tanaman telah ada tetapi memerlukan tenaga kerja untuk
memeliharanya. Didalam muzara’ah, tanaman di tanah belum ada, tanahnya masih harus
digarap dulu oleh penggarapnya. Kerja sama dalam bentuk muzaraah menurut
kebanyakan ulama fiqh hukumnya mubah (boleh) .
• 5. Mukharabah
Menurut pendapat para ulama, definisi mukharabah adalah kerjasama pengolahan
pertanian antara lahan dan penggarap dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian
kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari hasil
panen benihnya berasal dari penggarap.
Bentuk kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap dengan perjanjian bahwa
hasilnya akan dibagi menurut kesepakatan. Dalam kerjasama mukhabarah adalah bahwa
biaya dan benih tanaman berasal dari penggarap.
Macam-macam Syirkah, Mudharabah, Musaqah,
Muzara'ah, dan Mukharabah
• 1. Syirkah
1. Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan merupakan syirkah yang dilakukan antara dua pihak atau lebih, dimana masing-
masing memberikan kontribusi berupa kerja (amal) dan modal (maal). Adapun hukum dari
syirkah ‘Inan sendiri adalah mubah. Hal tersebut berdasarkan dalil sunnah dan ijma’ sahabat.
2. Syirkah ‘Abdan (‘Amal)
Syirkah ‘Abdan merupakan syirkah antara dua belah pihak atau lebih yang masing-masing
hanya memberikan kontribusi kerja atau amal, tanpa memberikan kontribusi modal.
3. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah syirkah dua belah pihak yang sama sama memberikan kontribusi kerja
atau amal dan pihak ketiga yang memberikan kontribusi modal atau mal. Pada hakikatnya
syirkah wujuh merupakan bagian dari syirkah ‘abdan.
4. Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah merupakan syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah yang ada. Syirkah jenis mufawwadhah ini boleh di praktikkan karena
pada setiap jenis syirkah diatas sah dan boleh di campur atau gabung menjadi satu.
Keuntungan syirkah jenis muwaffadhah ini tergantung pada kesepakatan yang telah
ditentukan, sedangkan untuk kerugiannya ditanggung sesuai dengan jenisnya.
5. Syirkah Mudharabah
Syirkah mudharabah merupakan syirkah antara dua pihak atau lebih dimana satu pihak
memberikan konstribusi kerja (‘amal), sedangkan pihak lain memberikan konstribusi modal
(mal).
• 2. Mudhrabah
a. Mudharabah Muthlaqah
Muthlaqah merupakan akad mudharabah yang digunakan untuk kegiatan usaha yang
cakupannya tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis sesuai
dengan permintaan pemilik dana (shahibul maal). Pembiayaan mudharabah muthlaqah juga
disebut dengan investasi pemilik dana kepada bank syari’ah.
b. Mudharabah Muqayyadah
Muqayyadah merupakan akad mudharabah yang mana dalam melakukan kegiatan
usahanya, pemilik dana (shahibul maal) memberikan syarat-syarat tertentu atau dibatasi
dengan adanya spesifikasi tertentu kepada pengelola dana
Landasan Hukum Syirkah, Mudharabah,
Musaqah, Muzara'ah, dan Mukharabah
• 1. Syirkah
1. Al-Qur’an
Syirkah merupakan salah satu pelaksanaan tolong menolong atau berbuat kebaikan antar sesama. Di
dalam Al-Qur’an telah banyak dijelaskan bahwa tolong menolonglah kalian dalam hal kebaikan. Nah hal
ini tentu dapat menjadi sebuah dasar hukum untuk melakukan syirkah. Sebagaimana dalam Al-Qur’an
surat Al-Maidah ayat 2:

‫ون َف ْضل ًا ِم ْن َر ِبّ ِه ْم َو ِر ْض َوانًا ۚ َوِإ َذا َحلَلْتُ ْم‬


َ ‫ت ال َْح َرا َم يَبْتَ ُغ‬ َ ْ ‫ين ال ْبَي‬ َ ‫آم‬ َّ ‫آمنُوا ل َا تُ ِحلُّوا َش َعـاِئ َر الل َّ ِه َول َا‬
ّ ِ ‫الش ْه َر ال َْح َرا َم َول َا ال َْه ْد َي َول َا الْقَل َاِئ َد َول َا‬ َ ‫ين‬ َ ‫يَا َأيُّ َها ال َّ ِذ‬
‫ان ۚ َواتَّقُوا الل َّ َه ۖ ِإ َّن‬
ِ ‫عل َى الِْإثْ ِم َوال ُْع ْد َو‬ َ ‫عل َى ال ْ ِب ِ ّر َوالتَّقْ َو ٰى ۖ َول َا تَ َع َاونُوا‬َ ‫ع ِن ال َْم ْسجِ ِد ال َْح َرا ِم َأ ْن تَ ْعتَ ُدوا ۘ َوتَ َع َاونُوا‬ َ ‫آن َق ْو ٍم َأ ْن َص ُّدوك ُْم‬ ُ َ ‫ج ِر َمنَّك ُْم َشن‬
ْ َ‫ادوا ۚ َول َا ي‬ُ ‫اص َط‬
ْ ‫َف‬
‫ـب‬ ِ ‫يد ال ِْعقَا‬ ُ ‫الل َّ َه َش ِد‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan
melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya
(kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. 5:2)
2. Hadits
Adapun hukum dasar syirkah adalah mubah (boleh). Hal tersebut berdasarkan dalil hadits Nabi
Muhammad Saw yang berupa taqrir atau pengakuan Beliau terhadap syirkah. Saat beliau diutus
menjadi seorang nabi, orang-orang pada saat itu telah melakukan kegiatan bermuamalah dengan
cara bersyirkah dan Nabi Muhammda Saw membenarkannya. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad
Saw yang dituturkan Abu Hurairah r.a.
Allah SWT berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-syirkah selama salah
satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari
keduanya. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni).
• 2. Mudhrabah
a. Al-Quran
Surat Al-Muzzammil ayat 20, yaitu:
Dasar hukum mudharabah - Al-Muzzammil ayat 20
Artinya: "Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT".
(Q.S Al-Muzzammil : 20)
Dasar hukum mudharabah - Al-Jumuah ayat 10
Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah SWT". (Q.S Al-Jumu'ah : 10)
b. Al-Hadits
HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah, yaitu:
- HR Ibnu Majah
Artinya: Dari Shalih bin Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual".
c. Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi
pengolahan harta yatim secara mudharabah. Qiyas merupakan dalil lain yang membolehkan
mudharabah dengan mengqiyaskannya (analogi) kepada transaksi musaqat, yaitu bagi hasil yang
umum dilakukan dalam bidang perkebunan. Dalam hal ini, pemilik kebun bekerja sama dengan
orang lain dengan pekerjaan menyiram, memelihara dan merawat isi perkebunan. Dalam perjanjian
ini, sang perawat (penyiram) mendapatkan bagi hasil tertentu sesuai dengan kesepakatan di depan
dari out put perkebunan (pertanian). Dalam mudharabah, pemilik dana (shahibul maal)
dianalogikan dengan pemilik kebun, sedangkan pemeliharaan kebun dianalogikan dengan
pengusaha (entrepreneur)
• 3. Musaqah
Dalam menentukan hukum Musaqah itu banyak perbedaan pendapat oleh para ulama fiqh.
Musaqah disyari'atkan berdasarkan sunnah. Para ahli fiqh sependapat bolehnya Musaqah ini
melihat hal ini dibutuhkan. Kecuali Abu Hanifah yang berpendapat tidak boleh, beliau mengatakan:
“ Bahwa akad Musaqah itu dengan ketentuan petani, penggarap mendapatkan sebagian hasil
kerjasama ini adalah tidak sah, karena Musaqah seperti ini termasuk mengupah seseorang dengan
imbalan sebagian hasil akan dipanen dari kebun.
Dalam masalah ini, Abu Yusuf dan Muhammad (sahabat Abu Hanifah), dan jumbur ulama (Imam
Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad) membolehkan Musaqah yang didasarkan pada muamalah
Rasulullah saw. Dengan orang Khaibar.
“Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW pernah memperkerjakan penduduk khaibar
dengan upah separuh hasil panen tanah yang digarap berupa buah atau tanaman yang
dihasilkannya. “(HR. Muslim).
• 4. Muzara'ah
Sebagian besar dari Sahabat Nabi, Tabi'in dan imam membolehkan diadakannya muzara'ah.
Sedangkan sebagian kecil melarangnya. Dasar hukum yang mempebolehkan diadakannya
muzara'ah adalah hadits yang mengisahkan bahwa Nabi Muhammad memberikan perintah kepada
penduduk di Khaibar untuk menggarap lahan yang berisi tanaman dan pohon kurma. Ketetapan
yang berlaku ialah penduduk Khaibar memperoleh setengah dari hasil panennya. Hadits ini
diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail al-Bukhari dari Abdullah bin Umar. Sementara itu, dasar
hukum dari pendapat yang melarang muzara'ah berasal dari hadits yang diriwayatkan Rafi' bin
Khadij. Dalam riwayat ini, pelarangan muzara'ah hanya dibatasi untuk jenis tanaman yang hasil
panennya tidak menentu. Hadits ini mengisahkan tentang larangan Nabi Muhammad kepada kaum
Anshar untuk mengadakan penyewaan tanah dengan perolehan hasil panen tertentu pada tanaman
yang hasil panennya tidak menentu.
Pendapat lain menyatakan bahwa larangan muzara'ah berlaku jika ada perbuatan yang sifatnya
makruh. Hadits yang mendukung pernyataan ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Dalam hadits ini,
Nabi Muhammad menganjurkan agar memberikan sesuatu kepada saudaranya dibandingkan
dengan menetapkan pajak tertentu kepadanya. Tindakan ini disebutkan oleh Nabi Muhammad lebih
baik.
• 5. Mukharabah
Dasar hukum Mukharabah adalah salah satunya berasal dari Al-Hadis.
Barang siapa yang mempunyai tanah, hendaklah ia menanaminya atau hendaklah ia menyuruh
saudaranya untuk menanaminya,” (HR. Bukhari).
“ Diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA. sesungguhnya Rasulullah SAW, melakukan bisnis atau
perdagangan dengan penduduk Khaibar untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil berupa
buah-buahan atau tanaman,” (HR. Bukhari).
Pandangan ulama terhadap hukum mukhabarah adalah terdapat dua pandangan yaitu, pertama
membolehkannya berdasarkan hadis yang sudah dijelaskan pada bahasan sebelumnya.
Pendapat ke dua adalah melarang akad mukhabarah dengan alasan jika modal berasal dari
penggarap nantinya bisa merugikannya. Hadis di bawah ini menyebutkan bahwa Rasulullah SAW
melarang akad mukhabarah karena dikhawatirkan ada salah satu pihak yang dirugikan.Jadi hukum
mukhabarah adalah mubah atau boleh dan seseorang bisa melakukannya untuk dapa memberi
manfaat dan mendapat manfaat dari akd tersebut.

• KESIMPULAN
1.Syirkah
adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yang keuntungan dan
kerugiannya ditanggung bersama.
Hukum syirkah, menurut pendapat para ulama hukum syirkah adalah mubah (boleh). Adapun
dasar hukum syirkah yang dijadikan oleh para ulama adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Abu Dawud dari Abi Hurairah dari Nabi saw bersabda
‫انا ثالث الشريكين مالم يحن احدهماصاحبة فإذا احانه خرجت من بينهما‬

“Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak khianat kepada
yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya”.
2.Mudharabah
adalah aqad antara pemilik modal (harta) dengan pengelola modal tersebut, dengan syarat bahwa
keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai jumlah kesepakatan.
Hukum mudharabah adalah boleh (mubah). Dasar hukumnya adalah sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dari Shuhaib r.a. Rasulullah saw bersabda:
‫ثالث فيهن البركة البيع إلى اجل والمقارضة وخلط البر باالشعير للبيت وال للبيع‬

“Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditangguhkan, memberi modal dari mencampur
gandum dengan jelai untuk keluarga bukan untuk dijual.”
3.Musaqah
Musaqah adalah sebuah bentuk kerja sama pemilik kebun dengan penggarap dengan tujuan agar
kebun itu dipelihara dan dirawat sehingga dapat memberikan hasil yang baik dan dari hasil itu akan
dibagi menjadi dua sesuai dengan akad yang telah disepakati.
4.Muzara'ah
Mengerjakan tanah (orang lain) dengan sebagian hasilnya
dan biaya pengerjaan ditanggung pemilik tanah. Hukum dari
muza>ra’ah diperselisihkan ada yang membolehkan dan ada yang
tidak membolehkannnya. Pihak-pihak yang membolehkan
beralasan pada hadis yang menyatakan bahwa Nabi Saw
memberikan hasil tanah Khaibar kepada orang-orang yahudi.
Khaibar yang membolehkan seperti Imam Syafi’I pendapatnya
dikuatkan dengan kenyataan diberbagai daerah orang-orang Islam
dimana mereka menjalankan muza>ra’ah dan tidak menolaknya.
Sedangkan pihak yang tidak membolehkannya seperti Imam
Khuzaimah dengan alasan bahwa Nabi Saw menyuruh untuk
memberi upah tidak muzara'ah.
5.Mukhabarah
Mengerjakan tanah dengan hasilnya dan biaya pengerjaan
ditanggung orang yang mengerjakan. Muzara’ah sering
diidentikkan dengan mukhabarah diantara keduanya terdapat
sedikit perbedaan sebagau berikut:
Muza>ra’ah:
benih dari pemilik tanah
Mukhabarah : benih dari penggarap.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai