MUSYARAKAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah yang diampu oleh Bpk.
Dr. Luqmanul Hakiem Ajuna, SE.I, M.M
Disusun oleh:
Eka Septiarini(214042024)
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MUSYARAKAH ini tepat waktu.
Makalah tentang MUSYARAKAH ini disusun guna memenuhi tugas dari Bpk. Dr.
Luqmanul Hakiem Ajuna, SE.I, M.M pada mata kuliah Fiqih Muamalah di IAIN Sultan Amai
Gorontalo.Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang MUSYARAKAH.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan
saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGARTIAN MUSTARAKAH
B. LANDASAN HUKUM MUSYARAKAH
C. JENIS – JENIS MUSYARAKAH
D. RUKUN DAN SYARAT MUSYARAKAH
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan.dalam musyarakah,mirta
bank sama – sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu,baik yang
sudah bberjalan maupun yang baru.selanjutnya mitra dapat membalikkan modal tersebut
berikut bagi hasil atau keuntungan yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus
kepada bank.
Dalam proses bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam hal ini pihak yang
melakukan akad musyarakah dapat membagi keuntungan sesuai dengan porsi yang
diberikan yang terwujud dalam proporsi yang disetorkan oleh masing – masing pihak.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUSYARAKAH
Menurut Sutan Remy Sjahdenini, Musyarakah adalah produk finansial syariah yang
berbasis kemitraan. Pada metode pembiayaan Musyarakah, bank dan calon nasabah
bersepakat untuk bergabung dalam suatu kemitraan dalam jangka waktu tertentu. Kedua
belah pihak menempatkan modal untuk membiayai suatu proyek dan bersepakat untuk
membagi keuntungan bersih secara proporsional yang ditentukan diawal.
Menurut pendapat dari Khotibul Umam, Musyarakah adalah penanaman dana dari
pemilik dana/ modal untuk mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya,
sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana / modal berdasarkan bagian dana/
modalnya masing – masing.
B. LANDASAN HUKUM MUSYARAKAH
1. AL – QUR’AN
Firman Allah Subhanahu wata’ala Q.S Shad(38) : 24
ض ُه ْم َع ٰلى ُ ِْك ا ِٰلى ن َِعا ِج ۗ ٖه َواِنَّ َك ِثيْرً ا م َِّن ْال ُخ َل َط ۤا ِء َل َي ْب ِغيْ َبع
َ ال َنعْ َجت
ِ ك ِب ُسَؤ َ َقا َل َل َق ْد َظ َل َم
ت َو َقلِ ْي ٌل مَّا ُه ۗ ْم َو َظنَّ د َٗاو ُد اَ َّن َما َف َت ٰ ّن ُه َفاسْ َت ْغ َف َر ّ ٰ ض ِااَّل الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا َو َع ِملُوا ال
ِ صل ِٰح ٍ َْبع
َ رب َّٗه َو َخرَّ َرا ِكعًا وَّ اَ َن
اب َ
Dia (Dawud) berkata, “Sungguh, dia telah berbuat zalim kepadamu dengan
meminta kambingmu itu untuk (ditambahkan) kepada kambingnya. Memang banyak
di antara orang-orang yang bersekutu itu berbuat zalim kepada yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; dan hanya sedikitlah
mereka yang begitu.” Dan Dawud menduga bahwa Kami mengujinya; maka dia
memohon ampunan kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat.
2. HADITS
Hadits riwayat Abu Dawud yang disahkan oleh Al Hakim dari Abu Hurairah
“Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak
telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh
alHakim, dari Abu Hurairah).
3. KAIDAH FIQIH
Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkan.
C. JENIS – JENIS MUSYARAKAH
Seperti diketahui, secara etimologis, apa itu musyarakah atau syirkah berasal
dari akar kata syirkatan (mashdar/kata dasar) dan syarika (fi'il madhi/kata kerja) yang
berarti mitra/sekutu/kongsi/serikat. Secara bahasa juga dapat bermakna al-ikhtilath yang
berarti penggabungan atau pencampuran. Maka, apa itu musyarakah berarti
penggabungan, pencampuran, atau serikat. Oleh karena itu, apa itu musyarakah dapat
juga disebut syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi.
Syirkah Amlak
Syirkah amlak merupakan syirkah yang terjadi bukan karena akad, tetapi karena
adanya usaha (ikhtiari) tertentu atau terjadi secara alami/otomatis (ijbari). Oleh
karena itu, syirkah amlak dibagi lagi menjadi 2 macam, yaitu syirkah amlak
ikhtiari dan syirkah amlak ijbari.
1) Syirkah Amlak Ikhtiari
Syirkah amlak ikhtiari contoh hal akad hibah, wasiat, dan
pembelian. Maka, dalam apa itu musyarakah, syirkah amlak
ikhtiari tidak terkandung akad wakalah dan akad wilayah
(penguasaan) dari salah satu syarik kepada syarik lainnya.
Syirkah Ibahah
Syirkah Ibahah ialah persekutuan hak seluruh orang guna dibolehkan menikmati
manfaat sesuatu, misalnya menikmati manfaat air sungai, garam laut, api,
padang rumput dan sebagainya yang belum ada dibawah dominasi perorangan.
Syirkah akad
Syirkah akad ialah akad persekutuan antara dua orang atau lebih
dalam harta dan keuntungan. Syarat-syarat perjanjian syirkah dapat
dibagi dua; Syarat-syarat umum dan syarat khasus. Syarat-syarat
umum mesti terdapat dalam segala macam syirkah, dan syarat
khususnya hanya diperlukan dalam macam syirkah tertentu. Syarat-syarat umum
yang harus ada dalam segala macam syirkah ialah:
1) Masing-masing pihak yang menyelenggarakan perjanjian yang
bercecakapan guna menjadi wakil atau mewakili.
2) Objek akad ialah hal-hal yang bisa diwakilkan supaya memungkinkan
tiap-tiap anggota syirkah mengerjakan tindakan-tindakan hukum.
3) Keuntungan masing-masing merupakan bagian dan keseluruhan
keuntunga yang ditentukan kadar potensinya, seperti separoh,seperdua
dan sebagianya”.
Berdasarkan pendapat mazhab Hanafi Syirkah uqud (akad) terbagi
empat bagian yakni:
1) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan ialah perserikatan yang dilaksanakan oleh semua pemodal
guna memberikan harta masing-masing guna dijadikan modal dagang
dengan destinasi akan mendapatkan keuntungan.Syirkah ini tidak di
syaratkan nilai modal, wewenang dan keuntungan dapat didasarkan
kepada penyertaan prosentase modal masing-masing, tetapi dapat pula
atas dasar organisasi.Hal ini diperkenakan karna adanya kemungkinan
tambahan kerja atau penanggungan resiko setiap pihak”.
3) Syirkah Al-Wujuh
Syirkah Al-Wujuh ialah serikat yang dilaksanakan dua orang atau lebih
yang tidak memiliki modal sama sekali,mereka mengerjakan suatu
pembelian dengan cara kredit dan menjualnya dan menjualnya dengan
cara kontan, kemudian kalau dapat untung akan dibagi bersama. Syirkah
ini ialah perseroan antara dua orang atau lebih dengan modal dari pihak
luar dari orang (badan) tersebut”.
4) Syirkah Mufawadhah
Syirkah Mufawadhah ialah, secara bahasa keserupaan dan secara istilah
ialah aqad yang dilaksanakan antara dua orang atau lebih guna
mengerjakan kerja sama dengan syarat adanya kesamaan baik kekayaan
maupun kewenangan (tanggung jawab), dan bahkan agama.
Mengenai syarat dan rukun syirkah masih diperselisihkan oleh para ulama.
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut ulama Hanafiyah dapat dibagi
pada empat bagian:
a. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah baik dengan harta
maupun dengan yang lainnya, dalam hal ini terdapat dua syarat; yang
berkenaan dengan benda yang diakadkan adalah harus dapat diterima
sebagai perwakilan yang berkenaan dengan keuntungan, yaitu
pembagian keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak,
misalnya setengah, sepertiga dan yang lainnya.
b. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mal (harta), dalam hal ini terdapat
dua perkara yang harus dipenuhi yaitu (1) bahwa modal yang dijadikan
obyek akad syirkah adalah dari alat pembayaran (nuqud), seperti uang,
(b) yang dijadikan modal (harta pokok) ada ketika syirkah dilakukan, baik
jumlahnya sama maupun berbeda.
c. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mufawadhah, bahwa dalam
mufawadhah disyaratkan (1) modal (pokok harta) dalam syirkah
muwafadhah harus sama (2) bagi yang bersyirkah ahli untuk kafalah, (3)
bagi yang dijadikan obyek akad disyaratkan syirkah umum, yakni pada
semua macam jual beli atau perdagangan.
d. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah inan, sama dengan syarat-syarat
syirkah mufawadhah. Sedangkan menurut ulama Malikiyah bahwa syarat-
syarat yang berhubungan dengan orang yang melakukan akad ialah
merdeka, baligh dan pintar (rusyd).
Semantara ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa syirkah yang sah hukumnya
hanyalah syirkah inan, sedangkan syirkah yang lainnya adalah batal. Sedangkan
syarat-syaranya adalah:
1. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota serikat
kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu.
2. Anggota serikat itu saling percaya-mempercayai, sebab masing-masing mereka
adalah wakil yang lainnya.
3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing, baik
berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya.
PENUTUP
A. KEISMPULAN
Akhmad Farroh Hasan, M. (2018). FIQH MUAMALAH dari klasik hingga kontemporer. Malang: UIN-
Maliki Malang Press.
al-Khalafi, '. '. (2011). AL-WAJIZ. Jakarta Timur: Pustaka as-Sunnah Jakarta.
Balgis, P. D. (2017). Akad musyarakah mutanaqisah:inovasi baru produk pembiayaan bank syariah.
Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, 14-21.
Basyariah, N., & Ikhwanuddin. (2015). Telaah kritis implementasi akad musyarakah pada bank
muamalat indonesia cabang yogyakarta prespektif fikih syekh taqi usmani. AT-TAUZI,, 67-80.
Dr. Hidayatullah, S. M. (2019). FIQIH. Kalimantan: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al-Banjari Banjarmasin.
DR. SRI SUDIARTI, M. (2018). FIQH MUAMALAH KONTEMPORER. Sumatera Utara: FEBI UIN-SU Press.
Hariman Surya Siregar, M., & Koko Khoerudin, M. (2019). Fikih Muamalah TEORI DAN
IMPLEMENTASI. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Romdhoni, A. H., & Yozika, F. A. (2018). Pengaruh pembiayaan mudharabah,musyarakah dan ijarah
terhadap profitabilitas bank muamalat indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 177-186.
Sa'diyah, M. (2014). MUSYARAKAH. MUSYARAKAH DALAM FIQIH DAN PERBANKAN SYARIAH, 310-
327.