Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SYIRKAH (PERKONGSIAN)

FIQH MUAMALAH

DOSEN PENGAMPU IBU :


IBU ULFAH ALFIAH DARAJAT

DISUSUN OLEH :

1. FARRAH AHMADA (2021010049)


2. ELI ZAHARA (2021010147)

3. NANING AF’IDATI (2021010142)

4. FASILA BELIA ASKARANI G (2021010151)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UIN RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Syirkah (Perkongsian) untuk memenuhi tugas
dari mata kuliah Fiqh Muamalah. Tim penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ulfah
Alfiah Darajat selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqh Muamalah yang telah memberikan
tugas ini sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan Fiqh Muamalah.

Tim penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Syirkah (Perkongsian) penulis juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa saja yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
lain yang membacanya. Sebelumnya tim penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah lainnya diwaktu yang akan datang.

Bandar Lampung, Desember 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2

C. Tujuan Pembelajaran....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian Syirkah.......................................................................................................3

B. Dasar-Dasar Syirkah....................................................................................................4

C. Syarat-Syarat Syirkah..................................................................................................4

D. Rukun-Rukun Syirkah.................................................................................................6

E. Unsur-Unsur Syirkah...................................................................................................6

F. Macam-Macam Syirkah...............................................................................................7

BAB III PENUTUP........................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................................13

B. Saran...........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana seharusnya


menjalankan syirkah atau perkongsian dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini yang
sesuai dengan tuntunan syari’at. Hal ini menyebabkan kami untuk membuat sebuah makalah
yang berjudul tentang “syirkah” guna untuk memberikan sebuah pemahaman kepada para
pembaca makalah ini. Pada zaman sekarang ini banyak orang-orang muslim yang
menjalankan sistem syirkah atau perkongsian dengan mengikuti tata cara orang eropaatu
barat yang belum tentu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh syari’at.

Secara umum, prinsip syirkah atau bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyârakah, al-mudhârabah, al-
muzâra’ah dan al-musâqah. Namun dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai al-
musyârakah saja. Sedangkan yang lainnya dalam pembahasan yang lain.

Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyârakah dan al-
mudhârabah, sedangkan al- muzâra’ah dan al-musâqah di pergunakan khusus untuk
pembiyayaan pertanian oleh beberapa bank islam.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian syirkah?

2. Bagaimanakah dasar-dasar syirkah?

3. Bagaimanakah syarat-syarat syirkah?

4. Bagaimanakah rukun-rukun syirkah?

5. Apa saja unsur-unsur syirkah?

6. Apa saja macam-macam syirkah?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami pengertian syirkah

2. Mengetahui dasar-dasar syirkah

3. Memahami syarat-syarat syirkah

4. Mengetahui rukun-rukun syirkah

5. Mengetahui unsur-unsur syirkah

6. Mengetahui macam-macam syirkah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirkah

Istilah yang berbeda dari musyarakah ialah Syirkah”. 1Secara bahasa al-syirkah berarti
al-Ikhtilat berarti :”percampuran atau persekutuan dua halatau lebih, sampai-sampai antara
masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak kepunyaan atau perserikatan
usaha”. 2

Yang dimaksud percampuran (difusi) disini ialah “seseorang mencampurkan hartanya


dengan harta orang lain sampai-sampai tidak mungkin guna dibedakan. Sedangkan
berdasarkan pendapat istilah, para Fuqaha bertolak belakang mengenai definisi syirkah,
diantaranya berdasarkan pendapat Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah ialah “akad
antara orang yang berserikat dalam modal dan keuntungan”.

Berdasarkan pendapat Hasbi ash-Shidieqie, bahwa yang dimaksud dengan syirkah


ialah “akad yang berlaku antara dua orang atau lebih guna ta’awun dalam bekerja pada suatu
usaha dan membagi keuntungannya”. 3

Dari beberapa definisi diatas, pada intinya definisi syirkah sama, yakni kerjasama
antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yakni keuntungan dan kerugiannya ditanggung
bersama.Berdasarkan definisi yang dikemukankan oleh para pemikir Islam tentang syirkah
maka dapat dipahami bahwa syirkah ialah perjanjian antara dua orang atau lebih yang
berserikat dalam hal modal guna memperoleh keuntungan, dengan mengerjakan akad baik
guna mengembangkan hartanya maupun guna menghasilkan hartanya (keuntungan).

1
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah: Deskripsi Dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonosia,
2003), hlm 87.
2
Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, ........hlm 191.
3
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, ......hlm 125.

3
B. Dasar-DasarSyirkah

Adapun yang dijadikan dasar hukum oleh para ulama atas kebolehan syirkah, antara
lain: Firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat Shad ayat 24:

ِ َ‫س َؤا ِلنَ ْع َجتِ َكا ِٰلىنِع‬


‫اج ٖۗه َواِنَّ َكثِي ًْرام‬ ٍ ‫ض ُه ْمعَ ٰلىبَ ْع‬
َ ْ‫ضا ََِّّلالِِقَالَلَقَد‬
ُ ِ‫ظلَ َم َكب‬ ُ ‫ط ۤا ِءلَيَ ْب ِغ ْي َب ْع‬
َ َ‫ِذ ْين َٰا َمنُ ْوا َِِن َْال ُخل‬
َ ‫ص ِلحٰ تِ َوقَ ِل ْيلٌ َّماه ٖۗ ُْم َو‬
‫ظنَّدَ ٗاودُاَنَّ َمافَتَن‬ ّٰ ‫ِو َع ِملُواال‬
َ ِٰ ٗ‫َاب هُفَا ْستَ ْغفَ َر َربَّه‬
َ ‫َوخ ََّر َرا ِكعً َّاواَن‬
Artinya: “ Daud berkata: «Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu guna ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat
sedikitlah mereka ini». dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta
ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”. (Q.S Shad: 24)

Sabda Nabi Muhammad SAW

‫ ل هللتعا ل يقو‬:‫ناثالثمنالشرکنيماملحينأحدمهاصاحيهفاءذاخانأحدمهاصاحبهخرجتىفبينهما ا‬
Artinya: “ Allah berfirman: Aku ini ketiga dari dua orang yang bersyrikat, selama salah
seorang tidak menghianati terhadap temannya, apabila salah seorang berhianat terhadapnya
aku keluar diantara mereka “ (H.R.Abu Daud)

C. Syarat-Syarat Syirkah

Adapun syarat-syarat syirkah yang terdapat dalam kitab Kifayatul Akhyar ada lima
syarat:

1. Benda (harta) di nilai dengan uang (dinar,dirham,dalamrupiah,danlainlain).

2. Harta-harta tersebut sesuai dengan jenis dan macamnya.

3. Harta-harta tersebut dicampur.

4. Satu sama lain membolehkan guna membelanjakan harta tersebut.

4
5. Untung rugi di terima dengan ukuran harta masing-masing. 4

Berdasarkan pendapat para Ulama Madzhab Hanafi, seorang anggota sekutu boleh
menikmati semua harta syirkah bila para anggota sekutu lainya tidak hadir, dan harta syirkah
berupa rumah dan tanah dengan anggota syirkah lainya; dan semua anggota syirkah yang
tidak hadir itu, ia tidak membebani pembayaran apapun.

Ketentuan ini diambil atas dasar berlakunya adat istiadat yang menilai bahwa
pengambilan manfaat guna anggota yang tidak hadir itu lebih baikdari pada membiarkan
harta benda tidak bermanfaat sama sekali”. 5

Ada syarat umum yang berlaku guna syirkahUqud (kontrak) dan syirkahAmlak
(kepemilikan).Syarat umum guna syirkahuqud, diantaranya ialah:

1. Perserikatan merupakan transaksi yang bisa di wakilkan.

2. Pembagian (Deviden) keuntungan diantara anggota harus jelas.

3. Pembagian (Deviden) keuntungan diambil dari lama perserikatan, bukan dari modal
perserikatan.

Sedangkan syirkahamlak sebagai berikut:

1. Modal perseroan mesti hadir, baik secara akad maupun saat akan mengerjakan
pembelian barang ini ialah pendapat jumhur fuquha, maka tidak diperkenakan yang modalnya
masih berupa hutang, maupun modalnya masih belum dihadirkan.

2. Modal perseroan berupa uang, ini kesepakatan empat mazhab, maka perserikatan
yang modalnya berformat barang, baik barang yang bergerak maupun tidak bergerak tidak
diperkenakan”. 6

Demikianlah sejumlah syarat yang terdapat dalam syirkah sebagaimana yang penulis
kemukakan di atas, merupakan satu hal yang harus dipenuhi didalam mengerjakan suatu
serikat (perkonsian) guna melngerjakanperdangangan (suatu usaha).

4
Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Muhammad, Kifayatul Akhyar, (Bairut: DaulalFikr,t.th),Jilid 1,hlm.280.
5
A. Syafi’i Jafri, Fiqh Muamalah, (Pekanbaru: SuskaPress, 2008). Hlm 111
6
Taqiyuddin Abi Bakar Ibnu Muhammad, Kifayatul Akhyar, ......hlm 805-808.

5
D. Rukun-RukunSyirkah

Rukun syirkah ialah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung. Rukun
syirkah berdasarkan pendapat beberapa ulama’:

1. Berdasarkan pendapat ulama hanafiah rukun syirkah ada dua yakni: ijab dan qabul. Jika
ada yang menambahkan selain ijab dan qabul dalam rukun syirkah seperti adanya kedua
orang yang berakad dan objek akad itu masuk dalam syarasyirkah.

2. Berdasarkan pendapat Abdurrahman al-Jaziri, rukun syirkah meliputi dua orang yang
berserikat, shigat, objek akad syirkah baik itu berupa harta maupun kerja.

E. Unsur-UnsurSyirkah

Sebelum membicarakan tentang pembagian unsur-unsur syirkah, ada baiknya penulis


menggungkapkan apa yang di maksud dengan serikat kerja (syirkah) berdasarkan pendapat
Sulaiman Rasyid, ialah Dua orang ahli kerja atau lebih bermufakat atas suatu perkerjaan
supaya keduanya sama-sama menggarab pekerjaan itu. Penghasilan (upah) nya, guna mereka
bersama berdasarkan pendapat perjanjian mereka baik kepandaian keduanya atau berlainan,
seperti tukang kayu atau tukang besi. Begitu juga dengan penghasilan, sama atau tidak
berdasarkan pendapat perdamaian antara keduanya, hanya hendaknya di tentukan
perbandinagannya sewaktu akad”.7

Dari pernyataan Sulaiman Rasyid tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
unsur syirkah ialah:

1. Adanya suatu bidang usaha

2. Adanya suatu akad

3. Adanya kerja sama dalam menjalankan usaha

4. Memenuhi persyaratan tertentu yang di tetapkan oleh hukum syara”. 8

7
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992),hlm .279-280.
8
Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqih Muamalah, .......,hlm .22-24

6
F. Macam-MacamSyirkah

Pada dasarnya macam-macam Syirkahdiantaranya ialah

1. SyirkahIbahah

SyirkahIbahah ialah persekutuan hak seluruh orang guna dibolehkan menikmati


manfaat sesuatu, misalnya menikmati manfaat air sungai, garam laut, api, padang
rumput dan sebagainya yang belum ada dibawah dominasi perorangan.

2. Syirkah milik

Syirkah milik ialah persekutuan antara dua orang atau lebih guna mempunyai suatu
benda. Syirkah ini ialah syirkah yang bersifat ikhtiari dan bersifat jabari, yakni:

a) Syirkah Kepunyaan yang bersifat ikhtiari ialah beberapa orang bersekutu


membeli sebuah rumah guna tempat tinggal bersama, sebidang tanah ditanami
dan sebagainya.

b) Syirkah kepunyaan yang bersifat jabari ialah tidak berhak mengerjakan


terhadap bagian rekannya, kecuali bila mempunyai hak perwalian atas bagian
itu dengan jalan wakalah (perwalian) atau washayah (wasiat).

Kecuali itu tiap-tiap syirkah tidak berhak menikmati manfaat bagian rekannya kecuali
dengan izin yang berhak. Meskipun demikian, berdasarkan pendapat pendapat para
ulama madzhab Hanafi, seorang anggota sekutu boleh menikmati seluruh harta
syirkah berupa rumah dan tanah dengan syarat tidak merugikan seorangpun dari pada
anggota syirkah lainnya; dan dalam menikmati bagian anggota syirkah yang tidak
hadir itu, ia tidak dibebani pembayaran beban apapun. Ketentuan ini diambil atas
dasar berlakunya adat istiadat yang menilai bahwa pengambilan manfaat seperti itu
diizinkan.Mengambil manfaat bagian anggota yang tidak hadir itu lebih baik hadir itu
lebih baik dari pada membiarkan harta benda tidak berfungsi sama sekali.

3. Syirkah akad

Syirkah akad ialah akad persekutuan antara dua orang atau lebih dalam harta dan
keuntungan. Syarat-syarat perjanjian syirkah dapat dibagi dua; Syarat-syarat umum
dan syarat khasus. Syarat-syarat umum mesti terdapat dalam segala macam syirkah,
dan syarat khususnya hanya diperlukan dalam macam syirkah tertentu. Syarat-syarat
umum yang harus ada dalam segala macam syirkah ialah:

7
a) Masing-masing pihak yang menyelenggarakan perjanjian yang
bercecakapan guna menjadi wakil atau mewakili.

b) Objek akad ialah hal-hal yang bisa diwakilkan supaya memungkinkan tiap-
tiap anggota syirkahmelngerjakan tindakan-tindakan hukum.

c) Keuntungan masing-masing merupakan bagian dan keseluruhan keuntungan


yang ditentukan kadar potensinya, seperti separoh, seperdua dan sebagianya”.9

Berdasarkan pendapat mazhab Hanafi Syirkahuqud (akad) terbagi empat bagian


yakni:

a) Syirkah ‘Inan Syirkah ‘inan ialah perserikatan yang dilaksanakan oleh


semuapemodal guna memberikan harta masing-masing guna dijadikan modal dagang dengan
destinasi akan mendapatkan keuntungan. Syirkah ini tidak di syaratkan nilai modal,
wewenang dan keuntungan dapat didasarkan kepada penyertaan prosentase modal masing-
masing, tetapi dapat pula atas dasar organisasi. Hal ini diperkenakan karna adanya
kemungkinan tambahan kerja atau penanggungan resiko setiap pihak”. 10

Berdasarkan pendapat Taqiyuddin an- Nabbni, perseroan ‘inan ialah perseroan antara
dua badan usaha dengan harta masing-masing dengan kata lain, dua orang mengerjakan
perseroan dengan harta masing-masing guna bersamasama mengelola dengan badan mereka
(tenaga kerja), kemudian keuntungan dibagi diantara mereka. Maka persoalan ini disebut
perseroan ‘inan karna setiap pihak sama-sama ikut mengelola”. 11

Selanjutnya dijelaskan perseroan ini semacam menjadi investasi ialah uang. Sebab
uang ialah nilai kekayaan dengan nilai harga yang mesti dibeli. Sedangkan modal tidak
diperkenalkan untung menyelenggarakan perseroan ini, kecuali kalau sudah dihitungkan
nilainya pada saat mengerjakan transaksinya.

Syarat investasi tersebut harus jelas, sampai-sampai dengan jelas dapat dikelola. Oleh
karena itu, tidak boleh mengerjakan perseroan ini dengan kekayaan yang tidak hadir jaga
dengan kekayaan yang masih berupa hutang, sebab sekiranya terjadi pembubaran itu harus
dikembalikan pada investasiawal. Disamping itu, modal yang masih berupa hutang akan
susah dikelola secara langsung padahal disitulah destinasi perseroan tersebut.

9
A. Syafi’i Jafri, Fiqh Muamalah,( Pekanbaru: SuskaPress, 2008 ).hlm 109-114.
10
Sayyid Sabiq, (Bandung: Al Ma’arif,1988), Cet. Ke-2,hlm. 176.
11
Taqiyuddin. An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, terj. Hafidz Abd. Rahman. (Jakarta: HTI Press. 2004).hlm.
155.

8
Dalam perseroan ini tidak disyaratkan adanya persamaan nilai kekayaan dan tidak
harus sejenisnya. Hanya saja , kekayaan tersebut harus dinilai dengan standar yang sama,
sampai-sampai kakayaan pemodal bisa meleburkan jadi satu.

Perseroan ini dibina dengan sikap wakalah(bisa diwakilkan) dan amanah


(kepercayaan). Sebab semua pihak dengan menyerahkan kekayaan perseroannya serta dengan
izinnya guna mengelola kekayaan tersebut, maka semua perseroan tersebut mewakili kepada
perseronya.

Apabila perseroan tersebut sudah sempurna, maka persero tersebut dapat mengerjakan
kerja. Masing-masing persero boleh mengerjakan transaksi pembeli dan penjualan kaena
alasan tertentu yang berdasarkan pendapatnya membawa kemaslahatan bagi persero lainya.
Masing-masing berhakmelepaskan atau mencungkil barang-barang dan berhak pula tidak
sepakat.

Keuntungan yang diraih dalam transaksi ini ialah sesuai dengan persyaratan modal
masing-masing dan begitu pula sebaliknya bilamana mengalami kerugian maka disesuaikan
juga dengan modal yang disetor.

Berdasarkan pendapat Wahbah Az-Zuhaili, syirkah ini merupakan yang berlaku pada
saat ini. Syirkah ini tidak akan disyaratkan adanya persamaan, baik modal maupun dalam
pempelanjaanya, maka diperkenalkan modal anggota persero lebih banyak dari yang lain
demikian pula adanya pembagian dalam kewenangan atau tasharruf yang berbeda.
Ketidaksamaan dalam modal tersebut apabila mengalami keuntungan, maka akan dibagi
sesuai dengan modal masing-masing, demikian sebaliknya apabila mengalami kerugian maka
akan diprosentasikan dengan modal masingmasing, sebagai kaidah:

‫لربععلىماشرصاوالوصنيعةعلىقدرااماللن ا‬
Artinya: “ Keuntungan tergantung atas apa yang diperjanjikan dan kerugian
disesuaikan dengan kadar modal masing-masing”. 12

b) Syirkah Abdan/ A’malSyirkah Abdan juga disebut pula syirkah “Shoyani” jamak
dari Shoni’taqobul dan umaljama’ dari amilun yakni : perserikatan yang dilaksanakan dua
orang atau lebih guna menerima suatu pekerjaan. Misalnya Kuli bangunan, bengkel dan
pelayanan barang lainnya. Keuntungan dari perserikatan ini bagi sesuai dengan kesepakatan

12
Wahbah Az-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Terj. Abdul Hayyieal-Kattani, dkk. Cet. 1. ( Jakarta: Gema
Insani, 2011) hlm.797.

9
bersama. Perseroan abdan ini ialah perseroan yang dilaksanakan dua orang atau lebih dengan
badan masing-masing pihak, tampa harta dari mereka Dengan kata lain mereka mengerjakan
perseroan dalam pekerjaan yang mereka lakukan dengan tenaga-tenaga mereka sendiri baik
pekerjaan melewati pikiran ataufisik. Seperti pekerjaan antara Insiyur dengan tukang batu,
dokter dengan pemburu sedangkan keuntungannya yang didapatkan akan dibagi diantara
mereka”. 13

Masing-masing persero terlibat dalam suatu pekerjaan. Oleh karna itu para persero
dengan beragam keahlian menggarap perseroan maka hukumnya mubah. Apabila menggarap
perseroan, kemudian yang lainnya mengeluarkan biaya dan yang lainnya mengerjakan
dengan tenaga maka sahlah perseroan tersebut. Jadi apabila pekerja dalam suatu perusahaan
menggarap perseroan, baik semuanya mengerti tentang industri atau yang lain hanya
sebagian, sedangkan yang lain tidak memahami sama sekali, kemudian mereka mengerjakan
perseroan, dengan para pengrajin, pekerja, juru tulis dan kesemuanya itu menjadi anggota
perseroan, maka hukumnya sah. Hanya saja syarat yang dilaksanakan guna meraih
keuntungan tersebut dikerjakan dengan mubah apabila pekerjaan tersebut haram, maka
permasalahan dalam rangka menggarap pekerjaan tersebut hukumnya menjadi haram.

Berdasarkan pendapat Mazhab Maliki, Hanafi, Hambali, dan Zaidiyah: syirkahabdan


ini diterima syara’ karna tujuh dari syirkah ini ialah mencari keuntungan (Deviden) dan hak
tersebut lebih banyak dilaksanakan. Syirkah bisa terjadi melalui harta dan pekerjaan,
sebagaimana dalam mudharabah, dan syirkah dalam format ini ialah syirkah yang melibatkan
pekerjaan.

Mazhab Maliki menambahkan kebolehan syirkah ini, karna syirkah ini dengan syarat
tindakan yang dilaksanakan oleh semua persero haruslah sama (sejenis) meskipun tidak sama
pekerjaannya namun masih bersangkutan dengan yang digarab oleh persero lainnya maka
hukumnya tetap boleh. Seperti pekerjaan guna membangun rumah, sedangkan batu
diperlukan guna membangun rumah maka sahlah pekerjaan ini.syirkah ini. Karna syirkah
berdasarkan pendapat mereka bisa bergabung melalui harta (modal) bukan pekerjaan,
disamping itu pekrjaan tidak bisa diukur sampai-sampai membawa kemungkinan terjadinya
penipuan. Pengaruh fisik dari anggota juga menghasilkan deviden yang berbeda. Mazhab
Hambali menambahkan alasan kebolehan syirkah ini, sebab syirkah ini tetap diizinkan hingga
dalam pekerjaan mencari rumput, kayu hutan, memancing dan barang mubah lainnya.

13
Taqiyuddin. An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam....hlm 158

10
Pendapat Mazhab Hambali ini bertentangan dengan syarat uqud, padahal syirkahabdan ialah
bagian dari syirkahuqud. Dikatakan demikian, bahwa syirkahuqud harus bisa diwakilkan dan
akad wakalah sendiri tidak sah kalau objeknya berupa barang mubah. Karena urusan itu
dirasa oleh jumhur sebagai perbuatan menguasai perbuatan barang umum dan ini tidak sah.

c) Syirkah Al-Wujuhialah serikat yang dilaksanakan dua orang atau lebih yang tidak
memiliki modal sama sekali,mereka mengerjakan suatu pembelian dengan cara kredit dan
menjualnya dan menjualnya dengan cara kontan, kemudian kalau dapat untung akan dibagi
bersama. Syirkah ini ialah perseroan antara dua orang atau lebih dengan modal dari pihak
luar dari orang (badan) tersebut”.14

Termasuk dalam kategori syirkahwujuh, apabila dua orang atau lebih mengerjakan
perseoran dengan harta yang sama-sama menjadi pembeli, sebab adanya keyakinan pedagang
kepada mereka, dan bukannya modal mereka. Syaratnya pemilikan mereka atas harta yang
menjadi pembelian mereka harus sama atau dengan komparasi yang disepakati lain, bukan
berdasarkan barang yang menjadi hak kepunyaan mereka.

Syaratnya pemilikan mereka atas harta yang menjadi pembelian mereka harus sama
atau dengan komparasi yang disepakati lain, bukan berdasarkan barang yang menjadi hak
milik mereka. Ditentukan dengan pemilikan mereka atas harta pembeliannya, sebab status
pembeliannya sama dengan harta mereka dan bukannya berdasarkan pada beban kerugian
yang mereka sepakati, juga bukan deviden yang disepakati pula, baik deviden diantara
mereka cocok dengan hasil pembeliannya atau pun masing- masing bertolak belakang dengan
hasil pembeliannya. Akan tetapi yang butuh dipahami, bahwa yang dimaksud kepercayaan
disini ialah kepercayaan yang bersifat finansial, yakni keyakinan yang lahir karena
kreadibilitas bukan pangkat atau kedudukan. Sebab bila keyakinan tersebut dipakai dalam
konteks bisnis pasti maksudnya ialah kepercayaan yang bersifat financial. Oleh karena itu
terkadang seorang yang sangat dihormati, namun kreadibilitas tidak dipercaya yang bersifat
finansial pada dirinya, dan bisa juga ia tidak sanggup mempunyai keyakinan yang bisa
digunakan dalam konteks bisnis dan perseroan.

Berdasarkan pendapat Mazhab Hanafi, Hambali dan Zaidiahsyirkah ini diperkenakan


oleh syara’ karena syirkah ini merupakan syirkahal-uqud yang memuat atau menerima
perwakilan baik kebutuhan menjual atau membeli, juga karena modal syirkah ini telah sering
dilaksanakan dan terjadi dikalangan insan tanpa adanya perselisihan. Az-Zuaili

14
Ibnu Rusdy, Biyatu’I Mujtahid, terj. M.A. Abdulrahman, (semarang : Asy-Syifa; 1990), Cet. Ke-3, hlm. 271.

11
menyimpulkan pendapat ini setiap pekerjaan yang disepakati, maka diperkenakan
mengerjakan kerja sama (syirkah) didalamnya.

Berdasarkan pendapat Mazhab Maliki, Syfi’i, Imamiyah, Al-Laits, Abu Sulaiman dan
Abu Tsauri syirkah ini hukumnya batal, karna unsur syirkah ini ialah dengan harta (modal)
dan pekerjaan. Sedangkan dalam modal syirkah ini sama sekali tidak ditemukan dua unsur
tersebut, lagi pula bisa jadi adanya penipuan yang terjadi.

d) SyirkahMufawadhahialah, secara bahasa keserupaan dansecara istilah ialah aqad


yang dilaksanakan antara dua orang atau lebih guna mengerjakan kerja sama dengan syarat
adanya kesamaan baik kekayaan maupun kewenangan (tanggung jawab), dan bahkan agama.

Apabila diantara anggota persero mengerjakan tasharruf baik itu pembelajaran


maupun bembelian maka yang lain ikut menanggung terhadap tidakannya, artinya bilamana
mengalami kerugian maka tanggung jawab dari kerugian tersebut harus dipikul bareng dan
satu sama lainnya jangan lepas tanggan dari lainnya. Masing-masing persero harus sama
modalnya, maka satu sama lainya atau sebaliknya.

Dalam syirkah ini jaga disyaratkan persamaan dalam tasharruf maka tidak sah
hukumnya bila keserupaan dalam agama, maka tidak sah bila syirkah ini dilaksanakan antara
muslim dengan non muslim”. 15

Ulama Madzhab Hanafi dan Maliki membenarkan syirkahmufawadhah. Tetapi


definisinya berdasarkan pendapat ulama madzhabmaliki tidak seperti diatas, yang berasal dari
ulama madzhab Hanafi. Berdasarkan pendapat ulama madzhab Maliki, yang dinamakan
syirkahmufawadhah ialah persekutuan antara dua orang atau lebih dalam modal dan
keuntungannya, dengan keuntungan masingmasing anggota menyerahkan kepada anggota
lain hak beraksi atas syirkah, baik anggota yang hadir semua atau yang tidak hadir dan tanpa
syarat modal masing-masing harus sama besarnya tanpa kewajiban memasukan harta baru
yang tidak diperoleh salah seorang anggota didalam modal syirkah.

15
Taqiyuddin. An-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, ...hlm 166.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa definisi diatas, pada intinya definisi syirkah sama, yakni kerjasama
antara dua orang atau lebih dalam berusaha, yakni keuntungan dan kerugiannya ditanggung
bersama. Berdasarkan definisi yang dikemukankan oleh para pemikir Islam tentang syirkah
maka dapat dipahami bahwa syirkah ialah perjanjian antara dua orang atau lebih yang
berserikat dalam hal modal guna memperoleh keuntungan, dengan mengerjakan akad baik
guna mengembangkan hartanya maupun guna menghasilkan hartanya (keuntungan).

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia
biasa menyadari adanya beberapa kesalahan oleh karena itu kami mnegharapkan kritik
maupun saran khususnya dari Dosen Pembimbing kami yaitu Ibu Ulfa, yang bersifat
membantu dan membangun agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam
penyusunan makalah yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Ahmad bin 2005 ‘Fatwa-fatwa jual Beli Bogor:


Pustaka Imam Syafi’i
Abdul Wahid, Nazaruddin 2010 Sukuk Memahami dan Membedakan Obligasi Pada
Perbankan Syari’ahYogyakarta: Ar-Ruzz Media
Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Ahmad bin 2005 ‘Fatwa-fatwa jual Beli Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i,
Abdurahman, dkk, 2010 Fiqih Muamalah, Jakarta: Prenada Media Group Abdul Maqshud,
Asyraf Fiqh waFatawaal-Buyu’, Jakarta: Pustaka As-
Sunnah,tt
Ali Fikri, al-Mu’allamatul Maiyah wal Adabiyah, Bab I, Beriut: Dar al-Fikr
Abu Husain, Imam 1993 Shahih Muslim Beirut: Darul Fikr

14

Anda mungkin juga menyukai