MAKALAH
AKAD MUSYARAKAH
Disusun Oleh :
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Syariah.
Dan kami selaku kelompok TM 7 telah menyusun makalah materi Akuntansi Syariah
mengenai “ Akad Musyarakah” yang dapat diselesaikan tepat waktu.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
edukasi mengenai Akad Musyarakah di dalam Mata Kuliah Akuntansi Syariah.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan
menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pengampu kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami
di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
2. 1 Pengertian Musyarakah................................................................................................2
2.2 Dasar Hukum Musyarakah.............................................................................................2
2.2.1 Al-Qur’an:...............................................................................................................3
2.2.2 Hadist......................................................................................................................3
2.2.3 Ijma........................................................................................................................4
2.3 Jenis – Jenis Musyarakah..............................................................................................4
2. 4 Standar Akuntansi Transaksi Syariah............................................................................6
2. 5 Pembiayaan Musyarakah Permanen..............................................................................7
2. 6 Pembiayaan Musyarakah Menurun...............................................................................9
BAB III..................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah,
mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha
tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. selanjutnya mitra dapat
mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil atau keuntungan yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
Dalam proses bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam hal ini pihak
yang melakukan akad musyarakah dapat membagi keuntungan sesuai dengan porsi
yang diberikan yang terwujud dalam proporsi modal yang disertorkan oleh masing-
masing pihak.
Dari penjelasan di atas maka dengan ini kami mencoba untuk membahas
mengenai materi musayarakah untuk membagi ilmu dari hasil membaca dan diskusi
kelompok kami.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Musyarakah
2
Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Al-quran,
sunnah (hadist), dan ijma’.
2.2.1 Al-Qur’an:
Artinya: “......Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
.bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu
Dalam Surah An-Nisa (4) ayat 12, pengertian syarukâ’ adalah bersekutu dalam
memiliki harta yang diperoleh dari warisan. Sedangkan dalam Surah Shâd (38) ayat
24, lafal al-khulathâ’ diartikan syarukâ’, yakni orang-orang yang mencampurkan
harta mereka untuk dikelola bersama
2.2.2 Hadist
3
Mekkah maka Nabi Bersabdah: “Selamat datang kepada saudaraku dan teman
serikatku”. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah.
2.2.3 Ijma
1. Syirkah Amlak
Syirkah Amlak adalah syirkah yang terjadi bukan karena akad, tetapi karena
usaha tertentu atau terjadi secara alami (ijbari). Oleh sebab itu syirkah amlak
dibedakan menjadi dua:
1) Syirkah ikhtiyar (sukarela), yaitu syirkah yang lahir atas kehendak dua pihak
yang bersekutu. Contohnya dua orang yang mngadakan kongsi untuk
membeli suatu barang, atau dua orang mendaaapat hibah atau wasiat, dan
keduannya menerima, sehingga keduannya menjadi sekutu dalam hak milik.
2) Syirkah jabar (paksaan), yaitu persekutuan yang terjadi diantara dua orang
atau lebih tanpa sekehendak mereka barang yang diwariskan tersebut
menjadi hak milik yang bersangkutan.
4
Hukum kedua jenis syirkah ini adalah masing-masing sekutu bagaikan pihak
asing atas sekutunya yang lain, sehingga salah satu pihak tidak berhak
melakukan tindakan apapun terhadap harta tersebut tanpa izin dari yang lain,
karena masing-masing sekutu tidak memiliki kekuasaan atas bagian saudaranya.
2. Syirkah Al-‘Uqud
Syirkah al-uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai kemitraan
yang sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagi
untuk dan risiko. Syirkah al-Uqud dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
1) Syirkah Mufawwadah
Merupakan akad kerja sama usaha antar dua pihak atau lebih, yang
masing-masing pihak harus menyerahkan modal dengan porsi modal yang
sama dan bagi hasil atas usaha atau risiko ditanggung bersama dengan jumlah
yang sama. Dalam syirkah mufawwadah, masing-masing mitra usaha
memiliki hak dan tangung jwab yang sama.
2) Syirkah Inan
Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih, yang
masing-masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang porsi
modalnya tidak harus sama. Pembagian hasil usaha sesuai dengan
kesepakatan, tidak harus sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Dalam
syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan modal dalam
bentuk uang tunai saja, akan tetapi dapat dalam bentuk aset atau kombinasi
antara uang tunai dan asset atau tenaga.
4) Syirkah Wujuh
Syirkah Wujuh, yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dari prestise baik serta ahli dalam bisnis, tanpa adanya
5
penyertaan modal atas dasar kepercayaan para pembisnis terhadap mereka.
Keuntungan yang di dapat dibagi berdua, dan tiap pihak menjadi wakil mitra
bisnis dan penjaminnya (kafil), dan kepemilikan keduannya sesuai
kesepakatan yang disyaratkan sebelumnya. Kerugian disesuaikan presentase
kepemilikan mereka, sedangkan keuntungan disesuaikan kesepakatan dan
kerelaan semua pihak.
5) Syirkah Mudharabah
Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana
satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk
keperluan usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai
pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib.
6
pelaporannya. Dimulai dari pengakuan dan pengukuran, penyajian serta
pengungkapan transaksi Musyarakah.
Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap tanggal 31 Agustus, yang
diperoleh dari pendapatan penerimaan uang gedung yang diterima Universitas X dari
7
para mahasiswa. Dalam 8 tahun terakhir diproyeksikan besarnya pendapatan uang
gedung yang diterima Universitas X adalah sebagai berikut:
Tahun pertama, Agustus 2005;, Rp. 2.500.000.000; kedua Agustus 2006, Rp.
3.000.000.000; ketiga, Agustus 2007, Rp. 3.500.000.000; keempat, Agustus 2008,
Rp. 3.000.000.000; kelima, Agustus 2009, Rp. 4.000.000.000; keenam, Agustus
2010, Rp. 3.500.000.000; ketujuh, Agustus 2011,Rp.4.000.000.000; dan kedelapan,
Agustus 2012, Rp. 4.500.000.000
Pada kasus di atas, diasumsikan bahwa tidak terdapat kerugian, tetapi adanya
penurunan
dalam penerimaan uang gedung pada periode tertentu yang mengkibatkan pendapatan
bagi hasil
menurun. Pencatatan akuntansi untuk kasus di atas adalah sebagai berikut:
8
Dr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 21.000.000.000
Cr. Kas/Rekening giro nasabah 21.000.000.000
Apabila pada tanggal 31 Agustus 2012 pendapatan atas bagi hasil yang belum diteima
oleh
bank, maka bank akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada
bank.
Pencatatan atas bagian bank yang belum diterima setelah akad berakhir:
Dr. Piutang (musyarakah) Rp 1.350.000.000
Cr. Pendapatan (musyarakah) 1.350.000.000
Pencatatan atas pelunasan hutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Agustus 2008:
Dr. Kas Rp 1.350.000.000
Cr. Piutang (musyarakah) 1.350.000.000
9
musyarakah menjadi nol. Sebagai contoh, penyertaan modal pada awal akad dan
penerimaan uang gedung yang diterima oleh universitas X (mitra usaha) diasumsikan
sama dengan nilai yang ada pada kasus musyarakah permanent sebelumnya. Namun
untuk porsi modal musyarakah dari tahun ke tahun yang telah disepakati bersama
antara Bank Syariah X dengan Universitas X adalah seperti pada Tabel 4.
Pencatatan akuntansi untuk transaksi di atas dan pengakuan pendapatan yang diterima
bank
10
akan semakin menurun dikarenakan nisbah bagi hasil untuk bank menurun setiap
tahunnya hingga akhir dan porsi modal mitra menjadi 100% pada saat akad diakhiri.
Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah:
Dr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 21.000.000.000
Cr. Kas/Rekening giro nasabah 21.000.000.000
Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat awal akad:
Dr. Rekening giro nasabah Rp 7.000.000.000
Cr. Pendapatan administrasi 3.000.000.000
Cr. Rekening notaris 4.000.000.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Agustus 2005
beserta modal
pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama:
Dr. Kas Rp 3.875.000.000
Cr. Pendapatan bagi hasil musyarakah 875.000.000
Cr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan 3.000.000.000
11
Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat awal akad:
Dr. Rekening giro nasabah Rp 7.000.000
Cr. Pendapatan administrasi Rp 3.000.000
Cr. Rekening notaris Rp 4.000.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Agustus 2005
beserta modal
pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama:
Dr. Kas Rp 3.750.000.000
Cr. Pendapatan bagi hasil musyarakah Rp 750.000.000
Cr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 3.000.000.000
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun menurun.
Musyarakah permanen modalnya tetap sampai akhir masa musyarakah, musyarakah
menurun modalnya secara beransur-ansur menurun karena dibeli oleh mitra
musyarakah. Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi berdasarkan
kesepakatan awal, sedangkan kerugian musyarakah dibagi secara proporsional
berdasarkan modal yang disetor. Setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh : tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad, tidak
terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan yang telah ditentukan dalam
akad, atau hasil putusan dari pengadilan.
13