Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI SYARIAH

Hj. Hendrawati, SE., M.Ak

MAKALAH
AKAD MUSYARAKAH

Disusun Oleh :

1 Hafidh Listanti 11180000109


2 Retno Dwi Rahayu 11180000123
3 Sefita Dinda Dwisuci 11180000338

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA


2021
KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya kami mampu 
menyelesaikan  tugas  makalah ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Akuntansi
Syariah.

Akuntansi syariah adalah suatu sistem yang mengatur kegiatan mencatat,


menggolongkan dan meringkas, melaporkan, serta menganalisa data-data keuangan
menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan nilai ajaran agama Islam.
Penerapan prinsip islam ke dalam sektor ekonomi bukan terjadi pada produk-produk
bank seperti tabungan syariah saja.

Dan kami selaku kelompok TM 7 telah menyusun makalah materi Akuntansi Syariah
mengenai “ Akad Musyarakah” yang dapat diselesaikan tepat waktu.

Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
edukasi mengenai Akad Musyarakah di dalam Mata Kuliah Akuntansi Syariah.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan
menjadi lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya. Kami sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen 
pengampu  kami  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  kami
di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 27 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
2. 1 Pengertian Musyarakah................................................................................................2
2.2 Dasar Hukum Musyarakah.............................................................................................2
2.2.1 Al-Qur’an:...............................................................................................................3
2.2.2 Hadist......................................................................................................................3
2.2.3 Ijma........................................................................................................................4
2.3 Jenis – Jenis Musyarakah..............................................................................................4
2. 4 Standar Akuntansi Transaksi Syariah............................................................................6
2. 5 Pembiayaan Musyarakah Permanen..............................................................................7
2. 6 Pembiayaan Musyarakah Menurun...............................................................................9
BAB III..................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah,
mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha
tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. selanjutnya mitra dapat
mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil atau keuntungan yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
Dalam proses bisnis yang mendatangkan keuntungan dalam hal ini pihak
yang melakukan akad musyarakah dapat membagi keuntungan sesuai dengan porsi
yang diberikan yang terwujud dalam proporsi modal yang disertorkan oleh masing-
masing pihak.
Dari penjelasan di atas maka dengan ini kami mencoba untuk membahas
mengenai materi musayarakah untuk membagi ilmu dari hasil membaca dan diskusi
kelompok kami.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Tentang Pengertian Akad Musyarakah!


2. Apa Saja Jenis Akad Musyarakah?
3. Jelaskan Dasar Musyarakah ?
4. Bagaimana mengaplikasikan standar akuntansi transaksi musyarakah?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Agar dapat mengetahui Pengertian Akad Musyarakah.


2. Agar dapat mengetahui Jenis Akad Musyarakah.
3. Agar dapat mengetahui Dasar Musyarakah.
4. Agar dapat mengetahui Mengaplikasikan standar akuntansi transaksi
musyarakah.

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Musyarakah

Istilah lain dari Musyarakah adalah Syarikah atau Syirkah. Musyarakah


menurut bahasa berarti “al-ikhtilath” yang artinya campur atau percampuran. Maksud
dari percampuran yakni seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain
sehingga antara bagian yang satu dengan lainnya sulit untuk dibedakan.

Secara etimologis, Musyarakah adalah pengabungan, percampuran atau


serikat.Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam Bahasa inggris disebut
patnership.

Berdasarkan pengertian tesebut, Musyarakah adalah kerjasama antara dua


orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dimana para pihak masing-masing
memberikan konstribusi dana secara bersama-sama dalam keuntungan dan kerugian
ditentukan sesuai perjanjian yang telah disepakati.

2.2 Dasar Hukum Musyarakah

2
Musyarakah merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Al-quran,
sunnah (hadist), dan ijma’.

2.2.1 Al-Qur’an:

Q.S An Nisa ayat 12

َ ِ‫فَإِن َكانُ ٓو ْا أَ ۡكثَ َر ِمن ٰ َذل‬


ِ ۚ ُ‫ك فَهُمۡ ُش َر َكٓا ُء فِي ٱلثُّل‬
‫ث‬

Artinya: “......Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka
.bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu

Q.S Shaad ayat 24


ۗۡ‫يل َّما هُم‬ َّ ٰ ‫وا ٱل‬
ِ ‫صلِ ٰ َح‬
ٞ ِ‫ت َوقَل‬ ْ ُ‫وا َو َع ِمل‬
ْ ُ‫ض إِاَّل ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬ ُ ‫يرا ِّمنَ ۡٱل ُخلَطَٓا ِء لَيَ ۡب ِغي بَ ۡع‬
ٍ ‫ضهُمۡ َعلَ ٰى بَ ۡع‬ ٗ ِ‫َوإِ َّن َكث‬

“Dari sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian


mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal yang shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini”. (Q.S Shaad : 24)

Dalam Surah An-Nisa (4) ayat 12, pengertian syarukâ’ adalah bersekutu dalam
memiliki harta yang diperoleh dari warisan. Sedangkan dalam Surah Shâd (38) ayat
24, lafal al-khulathâ’ diartikan syarukâ’, yakni orang-orang yang mencampurkan
harta mereka untuk dikelola bersama

2.2.2 Hadist

1. Hadis Rasulullah SAW


Artinya: Dari Abu hurairah, ia merafa’akannya kepada Nabi, beliau
bersabdah: sesungguhnya Allah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua
orang yang berserikat, selagi, salah satunya tidak menghianati temannya, Apabila
berkhianat kepada temannya, maka saya akan keluar dari antara keduannya,
Riwayat Abu Dawud. Hadis Sahih menurut Hakim.

2. Hadis As-Saib Al-Makhzumi


Artinya: Dari As-Saibi Al-Makhzumi R.A, bahwa sesungguhnya ia adalah
sekutu Nabi sebelum Nabi diutus. Kemudian ia datang pada hari pembebasan kota

3
Mekkah maka Nabi Bersabdah: “Selamat datang kepada saudaraku dan teman
serikatku”. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah.

3. Hadis Abdullah bin Mas‟ud


Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “Saya bersyirkah dengan ‘Ammar
dan Sa’ad dalam hasil yang kami peroleh pada Perang Badar. Kemudian Sa’ad
datang dengan membawa dua orang tawanan, sedangkan saya dan ‘Ammar datang
dengan tidak membawa apa-apa”

2.2.3 Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al Mughni, telah berkata: “kaum muslimin


telah berkonsensus terhadap legitimasi masyarakat secara global walau terdapat
perbedaan pendapat dalam beberapa elemen darinya.

2.3 Jenis – Jenis Musyarakah

Secara garis besar, musyarakah dikategorikan menjadi dua jenis, yakni


musyarakah kepemilikan (syirkah al amlak), dan musyarkah akad (syirkah al aqad).
Musyarakah kepemilikan tercipta karena adanya warisan, wasiat atau kondisi lainnya
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini,
kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata, dan berbagi pula
dalam keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

1. Syirkah Amlak
Syirkah Amlak adalah syirkah yang terjadi bukan karena akad, tetapi karena
usaha tertentu atau terjadi secara alami (ijbari). Oleh sebab itu syirkah amlak
dibedakan menjadi dua:

1) Syirkah ikhtiyar (sukarela), yaitu syirkah yang lahir atas kehendak dua pihak
yang bersekutu. Contohnya dua orang yang mngadakan kongsi untuk
membeli suatu barang, atau dua orang mendaaapat hibah atau wasiat, dan
keduannya menerima, sehingga keduannya menjadi sekutu dalam hak milik.
2) Syirkah jabar (paksaan), yaitu persekutuan yang terjadi diantara dua orang
atau lebih tanpa sekehendak mereka barang yang diwariskan tersebut
menjadi hak milik yang bersangkutan.

4
Hukum kedua jenis syirkah ini adalah masing-masing sekutu bagaikan pihak
asing atas sekutunya yang lain, sehingga salah satu pihak tidak berhak
melakukan tindakan apapun terhadap harta tersebut tanpa izin dari yang lain,
karena masing-masing sekutu tidak memiliki kekuasaan atas bagian saudaranya.

2. Syirkah Al-‘Uqud
Syirkah al-uqud (contractual partnership), dapat dianggap sebagai kemitraan
yang sesungguhnya, karena para pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginan untuk membuat suatu perjanjian investasi bersama dan berbagi
untuk dan risiko. Syirkah al-Uqud dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:

1) Syirkah Mufawwadah
Merupakan akad kerja sama usaha antar dua pihak atau lebih, yang
masing-masing pihak harus menyerahkan modal dengan porsi modal yang
sama dan bagi hasil atas usaha atau risiko ditanggung bersama dengan jumlah
yang sama. Dalam syirkah mufawwadah, masing-masing mitra usaha
memiliki hak dan tangung jwab yang sama.

2) Syirkah Inan
Merupakan akad kerja sama usaha antara dua orang atau lebih, yang
masing-masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang porsi
modalnya tidak harus sama. Pembagian hasil usaha sesuai dengan
kesepakatan, tidak harus sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan. Dalam
syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan modal dalam
bentuk uang tunai saja, akan tetapi dapat dalam bentuk aset atau kombinasi
antara uang tunai dan asset atau tenaga.

3) Syirkah Al-‘Amal Syirkah


Syirkah Al-‘amal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaaan
itu. Misalnya kerja sama dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek
atau kerjasama, dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam
sebuah kantor. Musyarakah ini kadang disebut dengan syirkah abdan atau
sanaa’i.

4) Syirkah Wujuh

Syirkah Wujuh, yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang
memiliki reputasi dari prestise baik serta ahli dalam bisnis, tanpa adanya

5
penyertaan modal atas dasar kepercayaan para pembisnis terhadap mereka.
Keuntungan yang di dapat dibagi berdua, dan tiap pihak menjadi wakil mitra
bisnis dan penjaminnya (kafil), dan kepemilikan keduannya sesuai
kesepakatan yang disyaratkan sebelumnya. Kerugian disesuaikan presentase
kepemilikan mereka, sedangkan keuntungan disesuaikan kesepakatan dan
kerelaan semua pihak.

5) Syirkah Mudharabah

Merupakan kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana
satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk
keperluan usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya sebagai
pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib.

2. 4 Standar Akuntansi Transaksi Syariah

Agar modal kerja terbukti digunakan dengan benar, maka diperlukan


pelaporan pencatatan akuntansi dalam setiap transaksi Musyarakah. Untuk
menjalankan kegiatannya lembaga keuangan membutuhkan standarisasi yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam perlakuan akuntansi termasuk pada Musyarakah.
Oleh karena itu pemerintah menetapkan PSAK No. 106 sebagai pedoman dalam

6
pelaporannya. Dimulai dari pengakuan dan pengukuran, penyajian serta
pengungkapan transaksi Musyarakah.

PSAK No.106 menjelaskan musyarakah adalah akad kerjasama antara dua


pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasakan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana. Dalam PSAK
No.106 juga menjelaskan pengakuan dan pengukuran untuk pertanggungjawaban
pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai dasar penentuan bagi hasil, maka mitra
aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harus membuat catatan akuntansi
yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut. Dalam penyajian mitra aktif
menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan usaha musyarakah dalam laporan
keuangan seperti kas atau nonkas, aset musyarakah dan selisih penilaian aset
musyarakah.

Jenis-jenis musyarakah terdiri dari musyarakah permanen dan musyarakah


menurun. Musyarakah permanen, menurut PSAK No.106 (Paragraf 04), adalah
musyarakah dengan ketentuan pembagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad
dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Lebih lanjut, menurut PSAK No.106
(Paragraf 04),

Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana


salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian
dananya akan menurun pada akhir masa akad mitra lain tersebut dan akan menjadi
pemilik penuh usaha tersebut.

2. 5 Pembiayaan Musyarakah Permanen

Pembiayaan musyarakah antara Bank Syariah X dengan Universitas X yang


bergerak di bidang pendidikan dengan modal yang diperlukan sebesar Rp.
80.000.000.000. Modal yang dimiliki Universitas X sebesar Rp. 59.000.000.000 dan
bank sebesar Rp. 21.000.000.000 dalam kesepakatan awal antara Bank Syariah X dan
Universitas X dengan asumsi pembiayaan dilakukan dalam jangka waktu 8 tahun
yaitu terhitung 1 Maret 2004 s/d 1 Maret 2012. Porsi pembagian pendapatan bagi
hasil yang disepakati adalah 30% untuk Bank dan 70% untuk nasabah.

Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap tanggal 31 Agustus, yang
diperoleh dari pendapatan penerimaan uang gedung yang diterima Universitas X dari

7
para mahasiswa. Dalam 8 tahun terakhir diproyeksikan besarnya pendapatan uang
gedung yang diterima Universitas X adalah sebagai berikut:

Tahun pertama, Agustus 2005;, Rp. 2.500.000.000; kedua Agustus 2006, Rp.
3.000.000.000; ketiga, Agustus 2007, Rp. 3.500.000.000; keempat, Agustus 2008,
Rp. 3.000.000.000; kelima, Agustus 2009, Rp. 4.000.000.000; keenam, Agustus
2010, Rp. 3.500.000.000; ketujuh, Agustus 2011,Rp.4.000.000.000; dan kedelapan,
Agustus 2012, Rp. 4.500.000.000

Pada pelaksanaan awal pembiayaan ini, Universitas X dikenakan biaya


administrasi sebesar Rp. 3.000.000 dan pembayaran notaris untuk pengesahan usaha
pembiayaan musyarakah ini sebesar Rp. 4.000.000 penyelesaian perhitungan bagi
hasil dan pengakuan pendapatan dalam pembiayaan musyarakah permanent dengan
tabel perhitungan seperti pada Tabel 3.

Pada kasus di atas, diasumsikan bahwa tidak terdapat kerugian, tetapi adanya
penurunan
dalam penerimaan uang gedung pada periode tertentu yang mengkibatkan pendapatan
bagi hasil
menurun. Pencatatan akuntansi untuk kasus di atas adalah sebagai berikut:

a) Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah:

8
Dr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 21.000.000.000
Cr. Kas/Rekening giro nasabah 21.000.000.000

b) Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad:


Dr. Rekening giro nasabah Rp 7.000.000
Cr. Pendapatan administrasi 3.000.000
Cr. Rekening notaris 4.000.000

c) Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada 31 Agustus 2005:


Dr. Kas Rp 750.000.000
Cr. Pendapatan bagi hasil 750.000.000

d) Pencatatan atas pelunasan pembiayaan musyarakah:


Dr. Kas Rp 21.000.000.000
Cr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan 21.000.000.000

Apabila pada tanggal 31 Agustus 2012 pendapatan atas bagi hasil yang belum diteima
oleh
bank, maka bank akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada
bank.

Pencatatan atas bagian bank yang belum diterima setelah akad berakhir:
Dr. Piutang (musyarakah) Rp 1.350.000.000
Cr. Pendapatan (musyarakah) 1.350.000.000

Pencatatan atas pelunasan hutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Agustus 2008:
Dr. Kas Rp 1.350.000.000
Cr. Piutang (musyarakah) 1.350.000.000

2. 6 Pembiayaan Musyarakah Menurun

Pembiayaan musyarakah menurun tidak jauh berbeda dalam pencatatan


akuntansinya dengan musyarakah permanen, hanya saja pendapatan bagi hasil dan
porsi modal bank akan semakin menurun dari tahun ke tahun hingga porsi modal

9
musyarakah menjadi nol. Sebagai contoh, penyertaan modal pada awal akad dan
penerimaan uang gedung yang diterima oleh universitas X (mitra usaha) diasumsikan
sama dengan nilai yang ada pada kasus musyarakah permanent sebelumnya. Namun
untuk porsi modal musyarakah dari tahun ke tahun yang telah disepakati bersama
antara Bank Syariah X dengan Universitas X adalah seperti pada Tabel 4.

Pencatatan akuntansi untuk transaksi di atas dan pengakuan pendapatan yang diterima
bank

10
akan semakin menurun dikarenakan nisbah bagi hasil untuk bank menurun setiap
tahunnya hingga akhir dan porsi modal mitra menjadi 100% pada saat akad diakhiri.
Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah:
Dr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 21.000.000.000
Cr. Kas/Rekening giro nasabah 21.000.000.000

Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat awal akad:
Dr. Rekening giro nasabah Rp 7.000.000.000
Cr. Pendapatan administrasi 3.000.000.000
Cr. Rekening notaris 4.000.000.000

Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Agustus 2005
beserta modal
pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama:
Dr. Kas Rp 3.875.000.000
Cr. Pendapatan bagi hasil musyarakah 875.000.000
Cr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan 3.000.000.000

Pencatatan pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah:


Dr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 21.000.000.000
Cr. Kas/Rekening giro nasabah Rp 21.000.000.000

11
Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat awal akad:
Dr. Rekening giro nasabah Rp 7.000.000
Cr. Pendapatan administrasi Rp 3.000.000
Cr. Rekening notaris Rp 4.000.000

Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Agustus 2005
beserta modal
pembiayaan musyarakah yang dikembalikan pada tahun pertama:
Dr. Kas Rp 3.750.000.000
Cr. Pendapatan bagi hasil musyarakah Rp 750.000.000
Cr. Pembiayaan musyarakah yang diberikan Rp 3.000.000.000

Untuk penyesuaian itu sendiri disesuaikan dengan kualitas pembiayaan berdasarkan


penelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan, namun untuk kerugian yang
terjadi dalam
pembiayaan musyarakah telah sesuai dengan PSAK 106. yaitu ditanggung
berdasarkan porsi modal yang disetorkan pada tahun terjadinya kerugian.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik modal
(mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara
bersama dalam suatu kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
Musyarakah dapat berupa musyarakah permanen maupun menurun.
Musyarakah permanen modalnya tetap sampai akhir masa musyarakah, musyarakah
menurun modalnya secara beransur-ansur menurun karena dibeli oleh mitra
musyarakah. Keuntungan atau pendapatan musyarakah dibagi berdasarkan
kesepakatan awal, sedangkan kerugian musyarakah dibagi secara proporsional
berdasarkan modal yang disetor. Setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk
menyediakan jaminan. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain,
ditunjukkan oleh : tidak terpenuhinya persyaratan yang ditentukan dalam akad, tidak
terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan yang telah ditentukan dalam
akad, atau hasil putusan dari pengadilan.

13

Anda mungkin juga menyukai