KEMUHAMMADIYAHAN IV
Kelompok II :
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul Peradaban Umat Islam.
Terimakasih kepada Bapak Ibnu Syarif Hidayat selaku dosen mata kuliah AIK
4 yang telah membuka wawasan berfikir yang lebih luas mengenai tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini banyak
kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,
sehingga dapat dijadikan sebagai refensi dalam penyelesaian tugas berikutnya. Dan
semoga dengan terselesaikannya tugas pembuatan makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syirkah
Secara etimologi, syirkah atau perkongsian berarti:
1اإلختالط أى خلط أحد المالين باآلخر بحيث اليمتزان عن بعضهما
“percampuran, yakni bercampunya salah satu dari dua harta dengan harta
lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya”.
Syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(amal/ expertise) dengan kesepakatan, bahwa keuangan dan resiko ditanggung
bersama.
Sedangkan menurut istilah terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama :
1. Menurut Hanafiah
الشركة هي عبارة عن عقد بين المتشاركين في رئس المال والربح
Syirkah adalah suatu ungkapan tentang akad (perjanjian) antara dua
orang yang berserikat didalam modal dan keuntungan.
2. Menurut Malikiyah
هي اذن فى التصرف لهما معا انفسهما اى أن يأذن كل واحد من الشريكين لصاحبه فى ان يتصرف فى مال
لهما مع إبقاء حق التصرف لكل منهما
Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang
dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya
saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik
keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk bertasharruf.
3. Menurut syafi’iyah
عبارة عن ثبوت الحق في الشيئ الواحد لشخصين فصاعدا على جهة الشيوع:وفي الشرع
Syirkah menurut syara’ adalah suatu ungkapan tentang tetapnya hak
atas suatu barang bagi dua orang atau lebih secara bersama-sama.
4. Menurut Hanabilah
الشركة هي اإلجتماع في استحقاق أو تصرف
Syirkah adalah berkumpul atau bersama-sama dalam kepemilikan atas
hak atau tasarruf.
b. Syirkah al-abdân
Yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama
sesuai dengan kesepakatan, tanpa konstribusi modal (mâl), seperti kerja
sama sesama dokter di klinik, tukang besi, kuli angkut atau sesama arsitek
untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua orang penjahit untuk
menerima order pembuatan seragam sekolah dan sebagainya.
Kerja sama semacam ini dibolehkan menurut kalangan Hanafiyah,
Malikiyah, dan Hanabilah, namun imam Syafi’i melarangnya. Contohnya :
A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk
mencari ikan. Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual,
hasilnya akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B
sebesar 40%. Syirkah ‘abdân hukumnya boleh berdasarkan dalil as-Sunnah.
Dari Abdullah binMas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah
berserikat dengan Ammar bin Yasir dan Sa’ad bin Abi Waqash mengenai
harta rampasan perang pada Perang Badar. Sa’ad membawa dua orang
tawanan, sementara aku dan Ammar tidak membawa apa pun.” (HR. Abu
Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
c. Syirkah al-mudârabah
Yaitu, persetujuan seseorang sebagai pemilik modal (investor)
menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola (mudhârib) dalam
suatu perdagangan tertentu yang keuntungannya dibagi sesuai dengan
kesepakatan bersama. Adapun kerugiannya ditanggung oleh pemilik modal
saja. Menurut jumhur ulama (Hanafiyah, malikiyah, Syafi’iah, Zahiriyah,
dan Syiah Imamiyah) tidak memasukkan transaksi mudharabah sebagai
salah satu bentuk perserikatan, karena mudharabah menurut merupakan
akad tersendiri dalam bentuk kerja sama yang lain yang tidak dinamakan
dengan perserikatan. Syarat-syarat mudârabah antara lain :
• Modal harus dinyatakan dengan jelas mengenai jumlahnya.
• Modal harus diserahkan kepada mudârib untuk memungkinkannya
melakukan usaha.
• Modal harus dalam bentuk tunai bukan utang.
• Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam persentase dari
keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti.
• Kesepakatan ratio persentase harus dicapai melalui negosiasi dan
dituangkan dalam kontrak.
• Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudârib mengemba
likan seluruh atau sebagian modal kepada shahib a-mâl.
d. Syirkah al-wujûh
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi
dan nama baik serta ahli dalam bisnis atau perserikatan tanpa modal.
Mereka membeli barang secara kredit (hutang) dari suatu perusahaan dan
menjual barang tersebut secara tunai, lalu keuntungan yang didapat dibagi
bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka. Syirkah semacam ini juga
dibolehkan menurut kalangan hanafiyah dan hanbaliyah, namun tidak sah
menurut kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Zhahiriyah.
Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada reputasi (wajâhah)
kepercayaan (amânah), kedudukan, ketokohan, atau keahlian seseorang di
tengah masyarakat. Tak seorang pun memiliki modal, namun mereka
memiliki nama baik, sehingga mereka membeli barang secara hutang
dengan jaminan nama baik tersebut. Contohnya: A dan B adalah tokoh
yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujûh, dengan cara
membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A dan B
bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu
keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua,
sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).
Dalam syirkah wujûh ini, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan,
bukan berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki; sedangkan
kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan
prosentase barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan.
e. Syirkah al-mufâwadhah.
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Syirkah Mufâwadhah juga merupakan syirkah komprehensif yang
dalam syirkah itu semua anggota sepakat melakukan aliansi dalam semua
jenis kerja sama, seperti ‘înan, abdân dan wujûh. Di mana masing-masing
menyerahkan kepada pihak lain hak untuk mengoperasikan segala aktivitas
yang menjadi komitmen kerja sama tersebut, seperti jual beli, penjaminan,
penggadaian, sewa menyewa, menerima tenaga kerja, dan sejenisnya.
Atau syirkah ini bisa pula diartikan kerja sama dalam segala hal. Namun
tidak termasuk dalam syirkah ini berbagai hasil sampingan yang
didapatkannya, seperti barang temuan, warisan dan sejenisnya. Dan juga
masing-masing tidak menanggung berbagai bentuk denda, seperti
mengganti barang yang dirampas, ganti rugi syirkah , mengganti barang-
barang yang dirusak dan sejenisnya. Dengan demikian, syarat utama
dari Syirkah ini adalah kesamaan dalam hal-hal berikut: Dana (modal) yang
diberikan, kerja, tanggung jawab, beban utang dibagi oleh masing-masing
pihak, dan agama.
Hukum Syirkah ini dalam pengertian di atas dibolehkan menurut
mayoritas ulama seperti Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah. Sebab,
setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika
digabungkan dengan jenis syirkah lainnya. Namun, imam asy-Syafi’i
melarangnya karena sulit untuk menetapkan prinsip persamaan modal,
kerja dan keuntungan dalam perserikatan ini.
Adapun keuntungan yang diperoleh dalam syirkah ini dibagi sesuai
dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan
jenis syirkah-nya; yaitu ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi modal
(jika berupa syirkah‘inân), atau ditanggung pemodal saja (jika
berupa syirkah mudhârabah), atau ditanggung mitra-mitra usaha
berdasarkan persentase barang dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah
wujûh). Contohnya: A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan
C, dua insinyur teknik sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-
masing berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga sepakat untuk
berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang kepada B dan C. Dalam hal ini, pada awalnya yang
ada adalah syirkah ‘abdân, yaitu ketika B dan C sepakat masing-masing
ber-syirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Lalu, ketika A
memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga
terwujud syirkah mudhârabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B
dan C sebagai pengelola. Ketika B dan C sepakat bahwa masing-masing
memberikan konstribusi modal, di samping konstribusi kerja, berarti
terwujud syirkah‘inân di antara B dan C. Ketika B dan C membeli barang
secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti
terwujud syirkah wujûh antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah
seperti ini telah menggabungkan semua jenis syirkah yang ada, yang
disebut syirkah mufâwadhah.
E. Hal –Hal Yang Membatalkan Syirkah
a. Sebab-sebab yang membatalkan syirkah secara umum
1. Pembatalan oleh salah seorang anggota serikat. Hal tersebut dikarenakan
akad syirkah merupakan akad yang jâiz dan ghair lâzim, sehingga
memungkinkan untuk di-fasakh.
2. Meninggalnya salah seorang anggota serikat.
3. Murtadnya salah seorang anggota serikat dan berpindah domisilinya
ke darul harb. Hal ini disamakan dengan kematian.
4. Gilanya peserta yang terus-menerus, karena gila menghilangkan status
wakil dari wakâlah, sedangkan syirkah mengandung unsur wakâlah.
b. Sebab yang membatalkan syirkah secara khusus
1. Rusaknya harta syirkah seluruhnya atau harta salah seorang anggota
serikat sebelum digunakan untuk membeli dalam syirkah amwâl.
2. Tidak terwujudnya persamaan modal dalam syirkah mufâwadhah ketika
akad akan dimulai. Hal tersebut karena adanya persamaan antara modal
pada permulaan akad merupakan syarat yang penting untuk keabsahan
akad.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha
atau modal yang masing-masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut
berbaur menjadi satu tanpa ada perbedaan satu dengan yang lainnya yang
keuntungan dan kerugiannya di tanggung bersama sesuai kesepakatan yang telah
di laksanakan. Mengenai landasan hukum tentang syirkah ini terdapat dalam al-
qur’an, sunnah dan ijma.
Adapun rukun syirkah ada dua yaitu, ucapan (sighah) penawaran dan
penerimaan (ijab dan qabul) dan pihak yang berkontrak. Dan mengenai
syaratnya ada tiga yaitu, pertama, ucapan: berakad dianggap sah jika diucapkan
secara verbal atau ditulis. Kontrak musyarakah dicatat dan
disaksikan. Kedua, pihak yang berkontrak: disyaratkan mitra harus kompeten
dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Ketiga, objek kontrak
(dana dan kerja): modal yang diberikan harus tunai, emas, perak atau yang
bernilai sama. Para ulama menyepakati hal ini. Kemudian macam-
macam syirkah ada dua macam yakni syirkah milk dan syirkah ‘uqûd. Adapun
yang membatalkan syirkah ada yang secara umum dan ada pula yang secara
khusus, seperti yang telah dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
http://adhybajang.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-syirkah_21.html?m=1
Al-Qur’ân al-Karîm.
Syafei’, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Cv Pustaka Setia, 2001.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Cet. 1. Jakarta:
Gema Insani, 2001.
Muhammad. Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari’ah. Edisi 1. Cet. 1.
Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta, 2005
Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Edisi 1. Cet. 1. Jakarta: Amzah, 2010.
Ghazaly, Abdul Rahman dan Ihsan, Ghufron dan Shidiq, Sapiudin. Fiqh Muamalat.
Edisi 1. Cet. 1. Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2010.
Al-baghâ, Musthofâ Dayb. al-Tadzhîb fî adillah Matan al-Ghôyah wa al-taqrîb. Cet. 1.
Malang: Ma’had Sunan Ampel al-Ali Uin Maulana Malik Ibrahim, 2013.
Naja, H.R. Daeng. Akad Bank Syariah. Cet. 1. Yogyakarta: pustaka Yustisia, 2011.
Nawawi, Ismail. Fikih Muamalah Klasik dan kontemporer. Cet. 1. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2012.
Sadique, Muhammad Abdurrahman. Essentials of Mushârakah and Mudhârabah. Edisi
1. Internasional islamic University Malaysia: IIUM Press, 2009.
Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah, Juz III, (Beirut: Dar al-fikr, 2006.
Sahrani, Sohari dan Abdullah, Ru’fah. Fikih Muamalah. Cet. 1. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011.