IRMA VERAWATI
INDRA MARDIANTO
Segala piji bagi Allah SWT. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad dan
keluarga serta sahabatnya. Dan tak lupa hj. Marhama saleh selaku dosen aqidah yang telah
memperkenankan saya membuat makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai gambaran ringkasan materi yang akan kami presentasikan . Makalah
ini kami beri judul SYIRKAH. Maklah ini membahas tentang pengertian syirkah, dasar hukum,
rukun dan syarat, macam-macam syirkah, dan hikmah syirkah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Mohon maaf jika ada kesalahan baik dalam
bahasa,pembahasan maupun dalam penulisan.kritik dan saran selalu dibutuhkan untuk mencapai
hasil yang lebih baik.
Kelompok 6
A. PENGERTIAN SYIRKAH
Syirkah, menurut bahasa, adalah ikhthilath (berbaur). Adapun menurut istilah syirkah
(kongsi) ialah perserikatan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang didorong oleh
kesadaran untuk meraih keuntungan.
Al Quran
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-
orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari
Rabbnya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-
halangi kamu dari Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka).
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. 5:2)
Hadis
Syirkah hukumnya jiz (mubah), berdasarkan dalil Hadis Nabi saw. berupa
taqrr (pengakuan) beliau terhadap syirkah. Pada saat beliau diutus sebagai nabi,
orang-orang pada saat itu telah bermuamalah dengan cara ber-syirkah dan Nabi
saw. membenarkannya. Nabi saw. bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah
ra.:
Allah Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang
ber-syirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah
satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan
ad-Daruquthni).
a. Syarat Syirkah
b. Rukun Syirkah
3. sighat (akad).
D. Macam-macam syirkah
A. Syirkah Inan atau syirkah harta artinya akad dari dua orang atau lebih untuk
berserikat harta yang ditentuka oleh keduanya dengan maksud mendapat keuntungan
(tambahan), dan keuntungan itu untuk mereka yang berserikat itu. Akad ini terjadi dua
orang atau lebih dalam permodlan bagi suatau bisnis atas dasar membagi untung dan rugi
sesuai dengan jumlah modalnya masing-masing.
B. Syirkah Abdan atau syirkah kerja adalah perserikatan antara dua orang atau lebih
untuk melakukan suatau usaha/pekerjaan yang hasilnya dibagi antara mereka menurut
perjanjian. Serikat ini terjadi apabila dua orang tenaga ahli atau lebih bermufakat atas
suatu pekerjaan supaya keduanya sama-sama mengerjakan pekerjaan itu. Penghasilan
(upah-nya) untuk mereka bersama menurut perjanjian antara mereka.
C. Syirkah Mufawadhah adalah bergabungnya dua orang atau lebih untuk melakukan
kerja sama dalam suatu urusan, dengan syarat-syarat:
D. Sirkah Wujuh adalah bahwa dua orang atau lebih membeli sesuatu tanpa permodalan
yang ada hanyalah berpegang kepada nama baik mereka dan kepercayaan para pedagang
terhadap mereka dengan catatan bahwa keuntungan untuk mereka. Syirkah ini adalah
syirkah tanggung jawab tanpa kerja atau modal.
E. Syirkah Mudhrabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan
ketentuan, satu pihak memberikan konstribusi kerja (amal), sedangkan pihak lain
memberikan konstribusi modal (ml).
A. Latar Belakang
Banyaknya umat muslim yang belum mengetahui bagaimana seharusnya
menjalankan syirkah atau perkongsian dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia ini
yang sesuai dengan tuntunan syariat. Hal ini menyebabkan kami untuk membuat sebuah
makalah yang berjudul tentang syirkah guna untuk memberikan sebuah pemahaman
kepada para pembaca makalah ini. Pada zaman sekarang ini banyak orang-orang muslim
yang menjalankan sistem syirkah atau perkongsian dengan mengikuti tata cara orang
eropa atu barat yang belum tentu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh syariat.
Secara umum, prinsip syirkah atau bagi hasil dalam perbankan syariah dapat
dilakukan dalam empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzaraah
dan al-musaqah. Namun dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai al-musyarakah
saja. Sedangkan yang lainnya dalam pembahasan yang lain.
Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-
musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al- muzaraah dan al-musaqah di
pergunakan khusus untuk pembiyayaan pertanian oleh beberapa bank islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat dipaparkan beberapa rumusan masalah yang
berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dari syirkah?
2. Bagaimana landasan hukum tentang adanya syirkah?
3. Apa saja rukun dan syarat dari syirkah?
4. Bagaimanakah macam-macam dari syirkah?
5. Hal-hal apa sajakah yang menyebabkan berakhirnya syirkah?
C. Tujuan
1. Memberikan informasi tentang pengertian dari syirkah.
2. Untuk mengetahui tentang yang mendasari dari syirkah.
3. Memberikan informasi tentang rukun dan syarat dari syirkah.
4. Memberikan informasi tentang macam-macam dari syirkah.
5. Untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang menyebabkan berakhirnya syirkah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syirkah
Secara etimologi, syirkah atau perkongsian berarti:
"percampuran, yakni bercampunya salah satu dari dua harta dengan harta
lainnya tanpa dapat dibedakan antara keduanya.1[1]
Syirkah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/ expertise)
dengan kesepakatan, bahwa keuangan dan resiko ditanggung bersama.2[2]
Sedangkan menurut istilah terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama3[3]
1. menurut Hanafiah
Syirkah adalah suatu ungkapan tentang akad (perjanjian) antara dua orang yang
berserikat didalam modal dan keuntungan.
2. Menurut Malikiyah
Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang dimiliki
dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan
kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-
masing memiliki hak untuk bertasharruf.
3. menurut syafiiyah
1
2
3
Syirkah menurut syara adalah suatu ungkapan tentang tetapnya hak atas suatu
barang bagi dua orang atau lebih secara bersama-sama
4. menurut Hanabilah
Syirkah adalah berkumpul atau bersama-sama dalam kepemilikan atas hak atau
tasarruf.
Dari definisi yang dikemukakan oleh beberapa para ulama mengenai pengertian
dari syirkah bahwa yang dimaksud dengan syirkah adalah kerja sama antara dua orang
atau lebih dalam bidang usaha atau modal yang masing-masing dari harta yang
melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi satu tanpa ada perbedaan satu dengan yang
lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di tanggung bersama sesuai kesepakatan yang
telah di laksanakan.
Transaksi syirkah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama
untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Termasuk dalam
golongan musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih
di mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya, baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Melalui akad ini, kebutuhan nasabah untuk
mendapatkan tambahan modal kerja dapat terpenuhi setelah mendapatkan pembiyaan dari
bank. Selain digunakan untuk pembiyayan modal kerja, secara umum pembiyayaan
musyarakah digunakan untuk pembelian barang investasi dan pembiyayaan proyek, bagi
bank, pembiyayaan musyarakah dan memberi manfaat berupa keuntungan dari hasil
pembiyayaan usaha.4[4]
B. Hukum Syirkah
Syirkah hukumnya diperbolehkan atau disyariatkan berdasarkan Al-Quran,
Al-Hadits dan ijma (konsensus) kaum muslimin. Dan berikut ini kami sebutkan dalil-
dalilnya, di antaranya:
1. Al-Quran
4
Firman Allah Taala: Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini. (QS.
Shaad: 24)
Dan firman-Nya pula:
Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu. (QS. An-Nisa: 12)
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenanan dan pengakuan Allah akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat An-Nisa ayat 12
perkongsian terjadi secara otomatis karena waris, sedangkan dalam surat Shaad ayat 24
terjadi atas dasar akad (transaksi).
2. Hadits
: :. .
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah azza wa jalla
berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak
mengkhianati pihak lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya.
(HR. Abu Daud no.3383, dan Al-Hakim no.2322).5[5]
3. Ijma
Ijma ulama mengatakan, bahwa muslimin telah berkonsensus akan legitimasi
syarikah secara global, walaupun perbedaan pendapat dalam beberapa elemen dari
padanya. Maka secara tegas dapat dikatakan bahwa kegitan syirkah dalam usaha
diperbolehkan dalam islam, sebagai dasar hukumnya telah jelas dan tegas.6[6]
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata, Kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan
dalam beberapa elemen darinya.7[7]
C. Rukun dan Syarat Syirkah
5
6
7
Rukun syirkah adalah sesuatu yang harus ada ketika syirkah itu berlangsung.
Ada perbedaan terkait dengan rukun syirkah. Menurut ulama Hanafiyah rukun syirkah
hanya ada dua yaitu ijab (ungkapan melakukan penawaran perserikatan) dan kabul
(ungkapan penerimaan perserikatan), istilah ijab dan kabul sering disebut dengan serah
terima. Jika ada yang menambahkan selain ijab dan kabul dalam rukun syirkah seperti
adanya kedua orang yang berakad dan objek akad menurut Hanafiyah itu bukan termasuk
rukun tetapi termasuk syarat.8[8]
Syarat-syarat yang berhubungan dengan syirkah menurut Hanafiyah dibagi
menjadi empat bagian, sebagai berikut.9[9]
1. Sesuatu yang bertalian dengan semua bentuk syirkah, baik dengan harta maupun dengan
yang lainnya. Dalam hal ini terdapat dua syarat, yaitu; a) berkenaan dengan benda, maka
benda yang diakadkan harus dapat diterima sebagai perwakilan, dan b) berkenaan dengan
keuntungan, yaitu pembagian keuntungan harus jelas dan dapat diketahui dua pihak.
2. Semua yang bertalian dengan syirkah mal. Dalam hal ini terdapat dua perkara yang harus
dipenuhi, yaitu; a) bahwa modal yang dijadikan objek akad syirkah adalah dari alat
pembayaran (nuqud), seperti junaih, riyal dan rupiah, dan b) benda yang dijadikan modal
ada ketika akad syirkah dilakukan, baik jumlahnya sama maupun berbeda.
3. Sesuatu yang bertalian dengan syirkah mufawadhah, bahwa disyaratkan; a) modal (harta
pokok) harus sama, b) orang yang bersyirkah adalah ahli untuk kafalah, dan c) orang
yang dijadikan objek akad, disyaratkan melakukan syirkah umum, yakni pada semua
macam jual beli atau perdagangan.
4. Adapun syarat yang bertalian dengan syirkah inan sama dengan syarat syirkah
mufawadhah.
Menurut Malikiyah, syarat-syarat yang bertalian dengan orang yang melakukan
akad ialah merdeka, baligh, dan pintar (rusyd). Imam Syafii berpendapat bahwa syirkah
yang sah hukumnya hanyalah syirkah inan, sedangkan syirkah yang lainnya batal. Akad
syirkah ada kalanya hukumnya shahih ataupun fasid. Syirkah fasid adalah akad syirkah di
mana salah satu syarat yang telah disebutkan tidak dipenuhi, jika semau syarat sudah
terpenuhi maka syirkah dinyatakan shahih.10[10]
8
9
10
D. Macam-Macam Syirkah
1. Syirkah Amlak (Hak Milik)
Yaitu perserikatan dua orang atau lebih yang dimiliki melalui transaksi jual beli, hadiah,
warisan atau yang lainnya. Dalam bentuk syirkah seperti ini kedua belah pihak tidak
berhak mengusik bagian rekan kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seijin
rekannya. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan syirkah amlak adalah bila lebih
dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad baik bersifat ikhtiari atau jabari.11
[11]
Syirkah milk juga dibagi menjadi menjadi dua yaitu:12[12]
a. Syirkah milk jabr, ialah berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan suatu benda
secara paksa
b. Syirkah milk al-ikhtiyar, ialah ibarat kesepakatan dua orang atau lebih untuk
menyerahkan harta mereka masing-masing supaya memperoleh hasil dengan cara
mengelola harta itu, bagi setiap yang berserikat memperoleh bagian yang ditentukan dari
keuntungan.
Syirkah milk tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lain yang mengakibatkan
pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua
orang atau lebih terbagi dalam dua aset nyata dan berbagi dari keuntungan yang
dihasilkan aset tersebut.13[13]
Misalnya: Si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh seseorang
dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang keduanya, atau
mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua berserikat dalam kepemilikan
mobil tersebut.
2. Syirkah Uqud (Transaksional/kontrak)
Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan,
artinya kerjasama ini didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan
pembagian keuntungan. Misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya. Bentuk syirkah
seperti inilah yang hendak kami bahas dalam tulisan kali ini. Dalam syirkah seperti ini,
pihak-pihak yang berkongsi berhak menggunakan barang syirkah dengan kuasa masing-
11
12
13
masing. Dalam hal ini, seseorang bertindak sebagai pemilik barang, jika yang digunakan
adalah miliknya. Dan sebagai wakil, jika barang yang dipergunakan adalah milik
rekannya.
Macam-Macam Syirkah Uqud (Transaksional/kontrak)
Berdasarkan penelitian para ulama fikih terdahulu terhadap dalil-dalil syari, bahwa di
dalam Islam terdapat lima macam syarikah, yaitu:14[14]
a. syirkah al-inan
Yaitu penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak selalu sama
jumlahnya. Boleh satu pihak memiliki modal lebih besar dari pihak yang lain.
Sementara itu, Ibn Qudamah sebagaimana dikutip oleh Muhammad Abdurrahman
Sadique menyebutkan bahwa syirkah al-inan adalah kerjasama dua orang atau lebih
dalam hal modal yang dilaksanakan oleh mereka yang berserikat dalam hal modal
tersebut sementara hasilnya dibagi bersama.15[15]
Keuntungan dibagi dua sesuai presentase yang telah disepakati maupun kerugiannya.
Sesuai dengan kaidah:
Artinya: keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan kerugian ditanggung sesuai dengan
modal masing-masing.
Dan hukum syirkah ini diperbolehkan berdasarkan konsensus para ulama, sebagaimana
dinyatakan oleh Ibnu al-Mundzir.
Contoh syirkah inan: A dan B pengrajin atau tukang kayu. A dan B sepakat menjalankan
bisnis dengan memproduksi dan menjualbelikan meubel. Masing-masing memberikan
konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah
tersebut. Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqd); sedangkan
barang (urdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modal syirkah,
kecuali jika barang itu dihitung nilainya pada saat akad.
Keuntungan didasarkan pada kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-
masing mitra usaha (syark) berdasarkan porsi modal. Jika, misalnya, masing-masing
modalnya 50%, maka masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%. sebagaimana
14
15
kaidah fikih yang berlaku, yakni (Ar-Ribhu Ala ma Syaratha wal Wadhiiatu Ala Qadril
Malain).
Diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam kitab Al-Jami, bahwa Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu anhu pernah berkata, Kerugian didasarkan atas besarnya modal,
sedangkan keuntungan didasarkan atas kesepakatan mereka (pihak-pihak yang
bersyirkah).
b. syirkah al-abdan
Yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan, tanpa konstribusi modal (mal), seperti kerja sama sesama dokter di klinik,
tukang besi, kuli angkut atau sesama arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja
sama dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sekolah dan
sebagainya.
Kerja sama semacam ini dibolehkan menurut kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan
Hanabilah, namun imam Syafii melarangnya.16[16]
Contohnya: A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk
mencari ikan. Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan
dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%.
Syirkah abdan hukumnya boleh berdasarkan dalil as-Sunnah. Dari Abdullah
binMasud radhiyallahu anhu, ia berkata, Aku pernah berserikat dengan Ammar bin
Yasir dan Saad bin Abi Waqash mengenai harta rampasan perang pada Perang Badar.
Saad membawa dua orang tawanan, sementara aku dan Ammar tidak membawa apa
pun. (HR. Abu Dawud, An-Nasai dan Ibnu Majah)
c. syirkah al-mudarabah
Yaitu, persetujuan seseorang sebagai pemilik modal (investor) menyerahkan sejumlah
modal kepada pihak pengelola (mudharib) dalam suatu perdagangan tertentu yang
keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama. Adapun kerugiannya
ditanggung oleh pemilik modal saja.
Menurut jumhur ulama (Hanafiyah, malikiyah, Syafiiah, Zahiriyah, dan Syiah
Imamiyah) tidak memasukkan transaksi mudharabah sebagai salah satu bentuk
16
perserikatan, karena mudharabah menurut mereka merupaka akad tersendiri dalam
bentuk kerja sama yang lain yang tidak dinamakan dengan perserikatan.
Syarat-syarat mudarabah antara lain:17[17]
1. modal harus dinyatakan dengan jelas mengenai jumlahnya
2. modal harus diserahkan kepada mudarib untuk memungkinkannya melakukan usaha
3. modal harus dalam bentuk tunai bukan utang
4. pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam persentase dari keuntungan yang
mungkin dihasilkan nanti
5. kesepakatan ratio persentase harus dicapai melalui negosiasi dan dituangkan dalam
kontrak
6. pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudarib mengembalikan seluruh
atau sebagian modal kepada shahib a-mal
d. syirkah al-wujh
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan nama baik serta
ahli dalam bisnis atau perserikatan tanpa modal. Mereka membeli barang secara kredit
(hutang) dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, lalu keuntungan
yang didapat dibagi bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka.
Syirkah semacam ini juga dibolehkan menurut kalangan hanafiyah dan hanbaliyah,
namun tidak sah menurut kalangan Malikiyah, Syafiiyah dan Zhahiriyah.
Disebut syirkah wujh karena didasarkan pada reputasi (wajahah) kepercayaan
(amanah), kedudukan, ketokohan, atau keahlian seseorang di tengah masyarakat. Tak
seorang pun memiliki modal, namun mereka memiliki nama baik, sehingga mereka
membeli barang secara hutang dengan jaminan nama baik tersebut.18[18]
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah
wujh, dengan cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A
dan B bersepakat, masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya
menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya
dikembalikan kepada C (pedagang). Dalam syirkah wujh ini, keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki;
17
18
sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase
barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan.
e. syirkah al-mufawadhah.
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari
keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan
kerugian secara sama.
Syirkah Mufawadhah juga merupakan syirkah komprehensif yang dalam syirkah itu
semua anggota sepakat melakukan aliansi dalam semua jenis kerja sama, seperti nan,
abdan dan wujh. Di mana masing-masing menyerahkan kepada pihak lain hak untuk
mengoperasikan segala aktivitas yang menjadi komitmen kerja sama tersebut, seperti jual
beli, penjaminan, penggadaian, sewa menyewa, menerima tenaga kerja, dan sejenisnya.
Atau syirkah ini bisa pula diartikan kerja sama dalam segala hal. Namun tidak termasuk
dalam syirkah ini berbagai hasil sampingan yang didapatkannya, seperti barang temuan,
warisan dan sejenisnya. Dan juga masing-masing tidak menanggung berbagai bentuk
denda, seperti mengganti barang yang dirampas, ganti rugi syirkah , mengganti barang-
barang yang dirusak dan sejenisnya.
Dengan demikian, syarat utama dari Syirkah ini adalah kesamaan dalam hal-hal berikut:
Dana (modal) yang diberikan, kerja, tanggung jawab, beban utang dibagi oleh masing-
masing pihak, dan agama
Hukum Syirkah ini dalam pengertian di atas dibolehkan menurut mayoritas ulama seperti
Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri
sendiri, maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya. Namun, imam
asy-Syafii melarangnya karena sulit untuk menetapkan prinsip persamaan modal, kerja
dan keuntungan dalam perserikatan ini.19[19]
Adapun keuntungan yang diperoleh dalam syirkah ini dibagi sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkah-nya; yaitu ditanggung oleh
para pemodal sesuai porsi modal (jika berupa syirkahinan), atau ditanggung pemodal
saja (jika berupa syirkah mudharabah), atau ditanggung mitra-mitra usaha berdasarkan
persentase barang dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah wujh).
19
Contohnya: A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur teknik
sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi kerja. Kemudian B
dan C juga sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas
dasar kepercayaan pedagang kepada B dan C.
Dalam hal ini, pada awalnya yang ada adalah syirkah abdan, yaitu ketika B dan C
sepakat masing-masing ber-syirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Lalu,
ketika A memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga
terwujud syirkah mudharabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai
pengelola. Ketika B dan C sepakat bahwa masing-masing memberikan konstribusi modal,
di samping konstribusi kerja, berarti terwujud syirkahinan di antara B dan C. Ketika B
dan C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya,
berarti terwujud syirkah wujh antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti
ini telah menggabungkan semua jenis syirkah yang ada, yang disebut syirkah
mufawadhah.
E. Hal Hal Yang Membatalkan Syirkah20[20]
1. sebab-sebab yang membatalkan syirkah secara umum
a. pembatalan oleh salah seorang anggota serikat. Hal tersebut dikarenakan akad syirkah
merupakan akad yang jaiz dan ghair lazim, sehingga memungkinkan untuk di-fasakh.
b. meninggalnya salah seorang anggota serikat.
c. murtadnya salah seorang anggota serikat dan berpindah domisilinya ke darul harb. Hal
ini disamakan dengan kematian.
d. gilanya peserta yang terus-menerus, karena gila menghilangkan status wakil dari
wakalah, sedangkan syirkah mengandung unsur wakalah.
2. Sebab yang membatalkan syirkah secara khusus
a. Rusaknya harta syirkah seluruhnya atau harta salah seorang anggota serikat sebelum
digunakan untuk membeli dalam syirkah amwal
b. Tidak terwujudnya persamaan modal dalam syirkah mufawadhah ketika akad akan
dimulai. Hal tersebut karena adanya persamaan antara modal pada permulaan akad
merupakan syarat yang penting untuk keabsahan akad.
20
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Syirkah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam bidang usaha atau
modal yang masing-masing dari harta yang melakukan syirkah tersebut berbaur menjadi
satu tanpa ada perbedaan satu dengan yang lainnya yang keuntungan dan kerugiannya di
tanggung bersama sesuai kesepakatan yang telah di laksanakan. Mengenai landasan
hukum tentang syirkah ini terdapat dalam al-quran, sunnah dan ijma.
Adapun rukun syirkah ada dua yaitu, ucapan (sighah) penawaran dan
penerimaan (ijab dan qabul) dan pihak yang berkontrak. Dan mengenai syaratnya ada
tiga yaitu, pertama, ucapan: berakad dianggap sah jika diucapkan secara verbal atau
ditulis. Kontrak musyarakah dicatat dan disaksikan. Kedua, pihak yang berkontrak:
disyaratkan mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan. Ketiga, objek kontrak (dana dan kerja): modal yang diberikan harus tunai,
emas, perak atau yang bernilai sama. Para ulama menyepakati hal ini.
Kemudian macam-macam syirkah ada dua macam yakni syirkah milk dan
syirkah uqd. Adapun yang membatalkan syirkah ada yang secara umum dan ada pula
yang secara khusus, seperti yang telah dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim.
Syafei, Rachmat. Fiqih Muamalah. Bandung: Cv Pustaka Setia, 2001.
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Cet. 1. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Muhammad. Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah. Edisi 1. Cet. 1. Yogyakarta: Bpfe-
Yogyakarta, 2005
Muslich, Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat. Edisi 1. Cet. 1. Jakarta: Amzah, 2010.
Ghazaly, Abdul Rahman dan Ihsan, Ghufron dan Shidiq, Sapiudin. Fiqh Muamalat. Edisi 1.
Cet. 1. Jakarta: kencana Prenada Media Group, 2010.
Al-bagha, Musthofa Dayb. al-Tadzhb f adillah Matan al-Ghoyah wa al-taqrb. Cet. 1.
Malang: Mahad Sunan Ampel al-Ali Uin Maulana Malik Ibrahim, 2013.
Naja, H.R. Daeng. Akad Bank Syariah. Cet. 1. Yogyakarta: pustaka Yustisia, 2011.
Nawawi, Ismail. Fikih Muamalah Klasik dan kontemporer. Cet. 1. Bogor: Ghalia Indonesia,
2012.
Sadique, Muhammad Abdurrahman. Essentials of Musharakah and Mudharabah. Edisi 1.
Internasional islamic University Malaysia: IIUM Press, 2009.
Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah, Juz III, (Beirut: Dar al-fikr, 2006.
Sahrani, Sohari dan Abdullah, Rufah. Fikih Muamalah. Cet. 1. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
21
[1] Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 183
22
[2] Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari teori Ke Praktik, (Cet. I; Jakarta:
Gema Insani, 2001), h. 90
23
[3] Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, h. 183
24
[4] H.R. Daeng Naja, Akad Bank Syariah, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011),
h. 51
25
[5] Musthofa Dayb al-Bagha, at Tadzhb F Adillah Matni al Ghoyah wa al-taqrb,
(Malang: Mahad Sunan Ampel al Ali, 2013), h. 135
21
22
23
24
25
26
[6] Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah, Edisi I (Cet. I;
Yogyakarta: Bpfe Yogyakarta, 2005), h. 32
27
[7] Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah, h. 91
28
[8] Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat, Edisi. I,
(Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 128
29
[9] Sohari Sahrani, Rufah Abdullah, Fikih Muamalah, (Cet. I; Bogor: Ghalia Indonesia,
2011), h. 179
30
[10] Dimyauddin Djuwaini, pengantar Fiqh Muamalah, (Cet. 1; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008), h. 217
31
[11] Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz III, (Beirut: Dar al-fikr, 2006), h. 932
32
[12] Sohari Sahrani, Rufah Abdullah, Fikih Muamalah, h. 181
33
[13] Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Cet. 1; Bogor: Ghalia
Indonesia, 2012), h. 153
34
[14] Abdu Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalat, h. 132
35
[15] Muhammad Abdurrahman Sadique, Essentials of Musyarakah and Mudharabah:
Islamic Texts on Theory of Partnership, Edisi. 1, (Internasional Islamic University
Malaysia: IIUM Press, 2009), h. 26
36
[16] Muhammad Abdurrahman Sadique, Essentials of Musyarakah and Mudharabah, h.
30
37
[17] H.R. Daeng Naja, Akad Bank Syariah, h. 52
38
[18] Muhammad Abdurrahman Sadique, Essentials of Musyarakah and Mudharabah, h.
32
39
[19] Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, h. 154
40
[20] Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Edisi. I, (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2010), h.
363
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40makalah syirkah
MAKALAH
SYIRKAH
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULYAH FIQIH
OLEH : Khoirul Anwar
JURUSAN TARBIYAH/PAI
bab III
kesimpulan
1.syirkah adalah suatu perjanjian antara dua orang / lebih yang menghendaki tetapnya
kerjasama dalam suatu usaha atau perdagangan.
Secara garis besar perkongsian terbagi menjadi dua yaitu amlak (perkongsian ikhtiar dan
ijbar) dan uqud yang terbagi menjadi beberapa macam menurut ulama seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Ulama fiqih sepakat bahwa perkongsian Inan dibolehkan sedangkan bentuk-bentuk
lainnya masih diperselisihkan.
Ulama syafiiyah, zahiriyah, dan imamiyah menganggap semua bentuk perkongsian
selain Inan dan mudharabah adalah batal
Ulama hanabilah membolehkan semua bentuk perkongsian sebagaimana yang disebutkan
ulama hanafiyah diatas, kecuali perkongsian wujuh dan mufawidhah.
Ulamal hanafiyah dan zaidiyah membolehkan semua bentuk perkongsian yang enam
apabila sesuai dengan syarat-syaratnya
Daftar pustaka
Syafei, Rachmat Prof. Dr. H. Ma.2000.Fiqih Muammalah. Bandung: CV:Pustaka setia
Umari , Barmawi drs. H. 1986.ilmu Fiqih Ibadah Muammalah Munakahat.Solo:CV.
Ramadhan
Memuat...