Anda di halaman 1dari 10

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya kekuasaan di muka bumi, dan peneguhan agama Allah,


penggantian rasa takut dan rasa aman, adalah janji Allah tatkala kaum
muslimin telah berhasil merealisasikan syarat-syaratnya. Al-quran telah
mengisyaratkan dengan sangat jelas tentang syarat-syarat Tamkin ini dan
keberlangsungannya didalamnya.
Ayat-ayat al-quran mengisyaratkan pada syarat-syarat kejayaan.
Yakni: adanya keimanan dengan segala maknanya dan segenap rukunnya,
melakukan amal saleh dalam segala jenisnya, senantiasa obsesif
melakukan segala bentuk kebaikan dan kebajikan, realisasi ubudiyah yang
menyeluruh, dan memerangi kemusyrikan dalam segala ragamnya. Sedang
syarat keberlangsungan tamkin ini adalah: penegakan shalat, penunaian
zakat dan ketaatan kepada Rasulullah.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Fikih?


2. Apa itu Tamkin?
3. Bagaimana Syarat-syarat Tamkin?
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu Fikih


2. Utuk mengetahui apa itu Tamkin
3. Untuk mengetahui bagaimana Syarat-syarat Tamkin
D. Metode Penulisan

Metode pengumpulan materi yang penulis gunakan dalam makalah ini


adalah menggunakan telaah pustaka sebagai penjelas informasi yang
termuat, dimana dalam pengumpulannya terdiri dari beberapa literatur
yang kemudian penulis rangkum sehingga diharapkan dapat memudahkan
dalam memahami materi ini.
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Fikih

Secara bahasa fikih berarti pemahaman dalam makna yang umum.


Kadang kala disebut faqiha yang berarti paham, fuqaha yang berarti
pemahaman dalam karakternya, juga faqaha yang berarti dia paham
sebelum orang lain memahaminya. 1 Adapun secara istilah, fikih adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat amaliah yang bersumber
dari dalil-dalilnya yang terperinci.2

Pengunaan kata fikih dimaksudkan sebagai pengetahuan tentang


hukum-hukum agama secara umum dan menyeluruh. Seperi fikih akidah,
fikih tafsir, fikih hadist, atau fikih fatwa, baik dalam masalah ibadah
maupun muamalah. Dengan demikian yang dimaksud fuqaha’ adalah para
ulama ynag ahli dalam masalah-masalah agama Islam secara umum.
Sedangkan di masa para tabi’in, pengertian fikih memiliki makna yang
lebih khusus dari makna sebelumnya. Pada masa itu makna fikih tidak
dimaksudkan kecuali mengenai ilmu tentang hukum-hukum syariat yang
bersifat amaliah (praktis) yang disimpulkan oleh para ulama melalui dalil-
dalilnya yang terperinci. Sedangkan orang yang menekuni bidang ini
kemudian dikenal dengan sebutan fuqaha’. Maka disebutlah misalnya,
fikih Imam Ahmad, fikih Imam as-Syafi’i, fikih Imam Malik, demikian
seterusnya.3

1
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2017) hal. 16
2
Ibid., hal. 17
3
Ibid., hal. 18
3

B. Definisi Tamkin

Kata tamkin berasal dari kata makkana yang berarti ajeg atau mapan.
Secara bahasa tamkin berarti sulthan (kekuasaan) dan mulk (kerajaan).
Allah telah mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya mengenai
Dzulqarnain berikut:4
          
84. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di
(muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk
mencapai) segala sesuatu, (AL-Kahf; 84)

Penjelasannya adalah bahwa Allah telah meberikan kedudukan kepada


hamba-Nya yang sholeh ini di muka bumi. Allah memberikan kekuasaan
yang kuat dan memberikan kemudahan baginya terhadap semua sebab
yang bisa mendukung kekuasaan ini. Allah memberikan kepadanya segala
sesuatu ynag akan menjadikan kekuasaan menjadi kokoh dan kuat.5

C. Syarat-Syarat Tamkin

1. Iman Kepada Allah dan Amal Saleh

Yang Maha Tinggi telah menjelaskan kepada hamba-hambanya


hakikat iman yang dengannya amal-amal bisa diterima, dan janji
Allah bisa direalisasikan untuk orang-orang yang beriman.

Diantara syarat-syarat untuk memperoleh kekuasaan di muka


bumi adalah, merealisasikan keimanan dengan segala maknanya,
komitmen dengan cara syaratnya, dan menjauhkan diri dari semua
yang membatalkannya. Alquran al-karim dan sunnah Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam telah merinci tentang iman ini, rukun-
rukunnya, syarat-syaratnya, juga konsekuensinya.

4
Ibid.
5
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 18-19
4

Ulama ahli sunnah telah menjelaskan dalam definisi mereka


tentang hakikat ini dengan mengatakan: "iman adalah
pembenaran di dalam hati, ucapan melalui lisan dengan dua
kalimat syahadat, dan kerja dengan anggota tubuh." Dalam
ungkapan yang lebih ringkas, iman adalah: keyakinan, ucapan dan
amal. Tiga hal ini berada di bawah makna iman dan
merepresentasikan bagian-bagian hakikatnya. Demikian banyak
pendapat ulama dan orang-orang yang datang setelah mereka
mengenai hakikat ini dan mereka berdalilkan dengan dalil-dalil
yang sangat banyak dari ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits nabi
yang menunjukkan akan kebenaran pendapat ini.6

Allah berfirman; Al-anfaal; 2-4

2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang


bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang


menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.

4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.


mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Sesungguhnya ayat-ayat Alquran senantiasa menggandengkan


antara iman dan amal saleh, dan menganggap keduanya sebagai
hakikat iman, dan sifat-sifat orang-orang yang beriman demikian
banyak diantaranya adalah sebagaimana dalam firman Allah
"(Maryam : 60)"

6
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 234
5

60. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh,


Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya
(dirugikan) sedikitpun, (Maryam; 60)7

Pengertian iman dan hakikatnya nya dalam Alquran, sunnah,


dan pemahaman para ulama Salaf adalah keyakinan dengan hati,
pernyataan dengan lisan, dan amal saleh dengan anggota tubuh.
Sayyid Quthb berkata dalam tafsirnya "Sesungguhnya hakikat iman
yang dengannya akan terealisir janji Allah, adalah sebuah hakikat
yang sangat Agung yang mencakup semua aktivitas manusia secara
keseluruhan. Jika dia telah Menghujam dalam hati seseorang, maka
dia menambahkan dirinya dalam bentuk amal, aktivitas, dan
kreativitas yang semuanya diorientasikan kepada Allah. Dimana
pelakunya tidak mengharapkan apapun kecuali ridho Allah. Dia
adalah ketaatan kepada Allah, penyerahan total pada perintah-Nya,
tidak ada lagi padanya hawa nafsu, serta tidak pula syahwat di
dalam qalbu. Dan tidaklah Fitrah yang benar kecuali dia akan
senantiasa mengikuti apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam yang berasal dari Allah SWT.

2. Realisasi Ibadah

Secara bahasa, al-ibadah, al-abadiyah dan al-ubudiyah


memiliki arti taat. Dalam kamus Lisanul Arab disebutkan asal
makna al-ubudiyah adalah al-khudhu dan tadzallul. Abul A'la Al-
Maududi berpendapat mengenai makna di bawah ini sesuai dengan
penggunaan bahasa dari "a-b-d" bahwa asal makna ibadah adalah
penyerahan penuh dan ketundukan yang sempurna serta ketaatan
yang mutlak. Ibadah secara syariat berarti Khudu (Ketundukan)
dan Hubb (Cinta). Dan ibadah yang diperintahkan kepada hamba-
Nya mengandung makna merendahkan diri dan tunduk kepada

7
Ibid, h, 236
6

Allah. Sedangkan makna cinta mengandung makna kerendahan diri


secara sempurna kepada Allah disertai dengan cinta yang paling
tinggi kepada-Nya.

Sesungguhnya diantara syarat tamkin bagi agama Allah adalah


realisasi ibadah kepada Allah di dunia. Maka wajib bagi kaum
muslimin untuk memahami hakikat ibadah itu dalam Alquran al-
karim dan sunnah Nabi.

Jika Alquran yang mulia dan apa yang ada didalamnya yang
berupa kabar, perintah, janji, dan ancaman datang demi
kepentingan yang agung ini, yakni menjadikan semua makhluk
beribadah kepada Allah, maka bagaimana mungkin akan
dipersepsikan bahwa ibadah itu hanya sekedar niat, atau dia hanya
berupa syiar-syiar ta'abbudiyah saja, atau Dia Hanya berupa
sebagian aktivitas manusia saja tanpa lainnya, atau berupa sebagian
pekerjaannya dan kondisinya tanpa sebagian yang lain.

Sesungguhnya wilayah ibadah yang karenanya Allah ciptakan


manusia, dia jadikan sebagai tujuan puncaknya dalam kehidupan
manusia, dan sebagai tugas utama di muka bumi, ia mencakup
wilayah yang demikian luas mencakup semua perkara manusia dan
semua kehidupan mereka, dan meliputi semua aktivitas dan
pekerjaan mereka.8

3. Perang Terhadap Kemusyrikan

Diantara syarat-syarat kejayaan yang sangat penting adalah


memerangi kemusyrikan dalam segala bentuk dan ragamnya. Oleh
sebab itulah, wajib bagi semua kaum muslimin yang berusaha
untuk mencapai kejayaan, hendaknya tahu hakikat Syirik, bahaya,
sebab-sebab dan kebatilan Nya serta macam-macamnya. Dan

8
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 263
7

hendaknya kaum muslimin bisa membersihkan barisannya dengan


Manhaj syariat dari kemusyrikan itu sebab sangat tidak mungkin
bagi seseorang untuk bisa berhati-hati dari Syirik dan bisa memberi
perhatian pada orang lain, kecuali dia sendiri tahu tentang Syirik itu
dan dia tahu akan bahaya nya

Pengetahuan tentang Syirik dan segala hal yang berhubungan


dengan yang memiliki faedah yang demikian banyak, Di antaranya:

Pertama: sesungguhnya manusia sangat mungkin untuk


mengetahui Syirik dan berhati-hati untuk tidak jatuh terjerembab di
dalamnya

Kedua: sangat mungkin baginya untuk memberi peringatan pada


yang lainnya.

Ketiga: akan tampak baginya Keindahan Islam dan tauhid.


Karena jika dia telah ah mengetahui Syirik dan tampak baginya
kebatilannya, maka dia akan tahu lawannya, yakni tauhid, yang
merupakan perbuatan paling utama. Dengan mengetahui
kebalikannya maka akan tampak lawannya yang jelas

Oleh sebab itu dan sebab lainnya, maka para Dai yang jujur dan
para ulama yang Mukhlis serta Pemimpin yang memiliki sifat-sifat
terhormat, hendaknya senantiasa penuh perhatian untuk
menerangkan tentang makna syirik itu. Kemudian menjelaskan
pembagiannya, sebab-sebabnya dan bahayanya, serta segala hal
yang berhubungan dengannya. Mereka juga harus menjelaskan
bahwa realisasi iman yang benar tidak akan sempurna dan tidak
akan diterima dari pelakunya, kecuali Dia meninggalkan Syirik dan
menjauhkan diri darinya.9

4. Takwa Kepada Allah

9
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 283
8

Allah berfirman;
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (Al-A’raaf; 96)
Takwa kepada Allah memiliki buah yang demikian agung
didunia dan di akhirat. Buah ini akan tampak pada individu-
individu dan tentu sja setelah itu pada masyarakat muslim yang
berusaha untuk menerapkan syariat Allah akan menjadi benteng
yang sangat kuat agar seorang hamba tidak melakukan sesuatu
yang dia khawatirkan berupa kemarahan Tuhannya, kemurkaan
dan siksa-Nya. Takwa adalah hendaknya kau melakukan sesuatu
dengan ketaatan kepada Allah dengan mendapatkan cahaya dari
Allah dan mengharapkan pahala dari Allah, dan hendaknya kau
tinggalkan maksiat kepada Allah sesuai dengan cahaya Allah
karena kau takut akan siksa Allah.10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
10
Ibid, h, 294
9

Secara bahasa fikih berarti pemahaman dalam makna yang umum.


Kadang kala disebut faqiha yang berarti paham, fuqaha yang berarti
pemahaman dalam karakternya, juga faqaha yang berarti dia paham
sebelum orang lain memahaminya. Adapun secara istilah, fikih adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum yang bersifat amaliah yang bersumber
dari dalil-dalilnya yang terperinci. Sedangkan Kata tamkin berasal dari
kata makkana yang berarti ajeg atau mapan. Secara bahasa tamkin berarti
sulthan (kekuasaan) dan mulk (kerajaan).
Syarat-sayarat Tamkin ada 4; (1) Iman kepada Allah dan amal saleh,
(2) Realisasi ibadah, (3) Perang terhadap kemusyrikan, (4) Takwa kepada
Allah.
B. Saran

Penulis menyarankan kepada pembaca, agar membaca buku-buku


yang berkaitan dengan Syarat-syarat Tamkin. Hanya kepada Allah kita
memohon pertolongan dan perlindungan, semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan pembaca sekalian. Bila terdapat kesalahan kami mohon
maaf karena masih dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shalibi, Ali Muhammad, 2017. Fikih Tamkin Cetakan Ketiga, (Jakarta:


Pustaka al-Kautsar)
10

Anda mungkin juga menyukai