BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Fikih
1
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2017) hal. 16
2
Ibid., hal. 17
3
Ibid., hal. 18
3
B. Definisi Tamkin
Kata tamkin berasal dari kata makkana yang berarti ajeg atau mapan.
Secara bahasa tamkin berarti sulthan (kekuasaan) dan mulk (kerajaan).
Allah telah mengisyaratkan hal ini dalam firman-Nya mengenai
Dzulqarnain berikut:4
84. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di
(muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk
mencapai) segala sesuatu, (AL-Kahf; 84)
C. Syarat-Syarat Tamkin
4
Ibid.
5
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 18-19
4
6
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 234
5
2. Realisasi Ibadah
7
Ibid, h, 236
6
Jika Alquran yang mulia dan apa yang ada didalamnya yang
berupa kabar, perintah, janji, dan ancaman datang demi
kepentingan yang agung ini, yakni menjadikan semua makhluk
beribadah kepada Allah, maka bagaimana mungkin akan
dipersepsikan bahwa ibadah itu hanya sekedar niat, atau dia hanya
berupa syiar-syiar ta'abbudiyah saja, atau Dia Hanya berupa
sebagian aktivitas manusia saja tanpa lainnya, atau berupa sebagian
pekerjaannya dan kondisinya tanpa sebagian yang lain.
8
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 263
7
Oleh sebab itu dan sebab lainnya, maka para Dai yang jujur dan
para ulama yang Mukhlis serta Pemimpin yang memiliki sifat-sifat
terhormat, hendaknya senantiasa penuh perhatian untuk
menerangkan tentang makna syirik itu. Kemudian menjelaskan
pembagiannya, sebab-sebabnya dan bahayanya, serta segala hal
yang berhubungan dengannya. Mereka juga harus menjelaskan
bahwa realisasi iman yang benar tidak akan sempurna dan tidak
akan diterima dari pelakunya, kecuali Dia meninggalkan Syirik dan
menjauhkan diri darinya.9
9
Ali Muhammad as-Shalabi, Fikih Tamkin Cetakan Ketiga,... hal. 283
8
Allah berfirman;
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. (Al-A’raaf; 96)
Takwa kepada Allah memiliki buah yang demikian agung
didunia dan di akhirat. Buah ini akan tampak pada individu-
individu dan tentu sja setelah itu pada masyarakat muslim yang
berusaha untuk menerapkan syariat Allah akan menjadi benteng
yang sangat kuat agar seorang hamba tidak melakukan sesuatu
yang dia khawatirkan berupa kemarahan Tuhannya, kemurkaan
dan siksa-Nya. Takwa adalah hendaknya kau melakukan sesuatu
dengan ketaatan kepada Allah dengan mendapatkan cahaya dari
Allah dan mengharapkan pahala dari Allah, dan hendaknya kau
tinggalkan maksiat kepada Allah sesuai dengan cahaya Allah
karena kau takut akan siksa Allah.10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Ibid, h, 294
9
DAFTAR PUSTAKA