Anda di halaman 1dari 17

Rokok dan Narkoba Dalam Perspektif Islam

Oleh :

Ike Wasilatur Rizqi Jalil (6130020073)

Nabila Amaliah (6130020074)

Roosyidah (6130020075)

Adrian Wibisono Habibullah (6130020076)

Mukhammad Ikhsan (6130020077)

Sekar Syima Ad-Dhamrah Sulasmono (6130020078)

Achmad Yanu Noer Fadhilah (6130020079)

Moch Syafirul Nur Shafly (6130020080)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Prevalensi penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar secara


global maupun di Indonesia cukup tinggi. Salah satu jenis narkoba yang
biasa disalahgunakan adalah ganja. Berbagai penelitian menunjukkan ada
hubungan yang kuat antara penyalahgunaan narkoba jenis ganja dengan
kebiasaan merokok. Padahal, angka merokok pada masyarakat, termasuk
pelajar/ mahasiswa di Indonesia cukup tinggi. Secara teori hubungan antara
kebiasaan merokok dengan narkoba jenis ganja menunjukkan bahwa dari
tiga teori yang ada, yaitu teori the gateway (GW), teori the common liability
(CL), dan teori route of administration (ROA), dua teori, yaitu teori GW dan
ROA, menyatakan adanya hubungan kuat antara kebiasaan merokok dengan
menyalahgunakan narkoba jenis ganja. Dari kondisi tersebut, diharapkan
berbagai pihak dari pemerintah, LSM, masyarakat umum, sampai pihak
sekolah dan perguruan tinggi selayaknya bergerak untuk melakukan
berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan merokok, khususnya di
kalangan pelajar/mahasiswa.

Indonesia adalah sebuah negara yang luas, membentang dari Sabang


sampai Merauke dengan jumlah penduduk yang padat. Dengan kekayaan
alam yang berlimpah dan tingginya jumlah penduduk, secara ekonomi
Indonesia menjadi pangsa pasar yang luas. Ini menjadi sebuah keuntungan
yang baik, sebab Indonesia berperan strategis dalam lalu lintas perdagangan
dunia. Hal ini tentunya diharapkan bisa membuat perekonomian Indonesia
semakin maju sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakatnya.

Selain menampilkan sisi positif, jumlah penduduk yang mencapai


250 juta jiwa membuat Indonesia sangat rawan dengan berbagai macam
kejahatan internasional. Salah satunya adalah kejahatan narkotika dan obat-
obatan terlarang (narkoba). Jumlah penduduk yang besar membuat
Indonesia menjadi pasar narkoba dengan keuntungan yang menjanjikan.
Apalagi jika melihat kultur dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang
memiliki daya beli tinggi, sehingga memberikan peluang kemudahan
membeli barang haram tersebut.

Sejarah penyalahgunaan narkoba di seluruh dunia membuktikan


persoalan ini tidak mudah untuk diselesaikan. Richard Nixon tahun 1971
mendeklarasikan perang terhadap narkoba, dan hingga sekarang belum
selesai. Kementerian Kesehatan Australia tahun 2011 menyatakan memiliki
40 tahun pengalaman dalam perang melawan narkoba dengan pendekatan
hukum dan ternyata gagal. Tak jauh berbeda di Indonesia, dimana
penegakkan hukum yang sangat kuat terus dijalankan namun belum mampu
menyelesaikan penyalahgunaan narkoba, bahkan konsumennya cenderung
meningkat.

Tentu banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa persoalan


narkoba demikian rumit dan sulit diselesaikan dengan baik di Indonesia.
Kita dapat melihat misalnya, bagaimana kondisi geografis, dimana jumlah
pulau di Indonesia mencapai ribuan. Jumlah yang besar itu adalah ruang
yang membuka peluang masuknya narkoba ke wilayah Indonesia. Meski
ancaman hukuman kepada pelaku dan pengedar narkoba cukup berat
(hukuman penjara minimal 4 tahun dan denda mencapai ratusan juta),
realitasnya pelaku narkoba belum sepenuhnya jera. Adanya beberapa
kebijakan dan tindakan hukum baru mampu menimalisir ancaman yang ada,
bukan sepenuhnya menghilangkan bahaya narkoba.

Peredaran narkoba yang terus meningkat tentu meninggalkan


ancaman yang serius bagi perkembangan masa depan masyarakat, bangsa
dan negara. Masa depan generasi muda terutama pelajar muslim sangat
terancam, karena dibayangi oleh dampak penyebaran dan penyalahgunaan
narkoba yang terus mencapai tingkatan yang memprihatinkan
Adanya persoalan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba,
tidak terlepas dari kegagalan masyarakat Indonesia yang mayoritasnya
beragama islam yaitu, dalam menyerap nilai Pancasila sebagai nilai luhur
hasil konsensus pendiri bangsa, serta ajaran islam yang yang dilaksanakan
di masyarakat . Permasalahan narkoba hadir karena anak bangsa hanya
memahami Pancasila dan kitab suci khususnya al quran dalam konteks
penghafalan dan membaca tanpa berusaha menjalankan dan memahaminya
secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin.

B. Rumusan Masalah

Dari pernyataan diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah,


sebagai berikut :

1. Apa bukti bahwa persoalan penyalahgunaan narkoba tidak mudah


diselesaikan?
2. Apa faktor yang melatar belakangi narkoba semakin rumit dan sulit
diselesaikan di indonesia?
3. Bagaimana bentuk ancaman narkoba yang semakin meningkat ini bagi
perkembangan masa depan masyarakat?
4. Bagaimana sikap yang harus dilakukan oleh seorang muslim dalam
menanggapi adanya narkoba?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dari makalah ini adalah :

1. Untuk mendiskusikan bersama mengenai penyalahgunaan rokok dan


narkoba, terutama untuk kaum serta pelajar muslim.
2. Untuk mengetahui faktor yang melatar belakangi rumitnya masalah
mengenai narkoba.
3. Untuk mengetahui bentuk ancaman yang datang dari peningkatan
pengguna narkoba.
4. Untuk menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai rokok dan
narkoba.

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan penjelasan-penjelasan yang ada diatas dapat


memberikan manfaat :

1. Meningkatkan daya berpikir kritis penulis serta para pembaca,


khususnya mengenai rokok dan narkoba.
2. Dapat digunakan sebagai acuan dalam bertindak dari rokok dan
narkoba,khususnya seorang pelajar muslim.
3. Dapat digunakan sebagai referensi untuk kelanjutan penelitian
mengenai rokok dan narkoba.

BAB II

PEMBAHASAN

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung atau


dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking
dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar
ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan
membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari
4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa
berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.


Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah napza yang merupakan
singkatan dari ‘Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
A. Merokok Dalam Pandangan Islam

Rokok adalah benda yang masih terbilang baru oleh umat Islam,
karena rokok belum ada pada zaman Nabi Muhammad saw. Seiring
berkembangnya zaman, gaya hidup manusia juga semakin bertambah. Salah
satunya yang paling tenar adalah merokok atau mengkonsumsi rokok ini.
Meskipun banyak bahaya yang ditimbulkan, rokok juga dapat bermanfaat
bagi sebagian orang. Sehingga kehalalan untuk mengkonsumsinya pun
masih diragukan, begitupun dengan memperjual belikannya yang saat ini
masih menjadi bahan perdebatan para Ulama. Rokok dalam dunia Islam
merupakan fenomena yang baru, sehingga ada Ulama yang menghalalkan,
memakruhkan bahkan mengharamkan rokok. tetapi sampai saat sekarang
ini belum ditentukan hukum yang jelas dan tegas tentang merokok, di
samping itu dalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak ada satupun ketentuan yang
mengatur secara eksplisit tentang merokok.

Oleh karena itu masalah ini dalam Islam termasuk bidang hukum
Ijtihadiyyah artinya untuk menentukan hukum halal dan haram masih
diperlukan peranan akal pikiran para ulama ahli fiqh malalui ijtihadnya.
Pada prinsipnya mu’amalah adalah mubah, artinya sepanjang tidak ada dalil
yang melarangnya maka sesuatu itu adalah boleh

Dalam menghukumi kehalalan mengkonsumsi rokok, para Ulama


mempunyai pendapat berbeda-beda. Segolongan Ulama menyatakan bahwa
rokok adalah halal, segolongan yang lain menyatakan rokok hukumnya
haram. Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa rokok hukumnya
makruh. Setiap golongan mempunyai alasan masing-masing dalam
menghukumi keharaman maupun kehalalan rokok.

Berikut adalah ulama-ulama yang menghalalkan, mengharamkan dan


memakruhkan rokok:
1. Ulama yang menghalalkan rokok

Asas pertama yang telah ditetapkan oleh Islam ialah asal setiap
sesuatu ciptaan Allah adalah halal. Ia tidak diharamkan melainkan jika
ada nash yang sahih lagi sharih (jelas/tegas) dari syari‟ yang
mengharamkannya. Berdasarkan firman Allah SWT: “Dialah Dzat yang
menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi ini semuanya.”
(Q.S.al-Baqarah: 29). Dalil ini mencakup semua hal dalam urusan hidup
manusia, tidak hanya dalam masalah hubungan sosial
kemasyarakatanakan tetapi juga segala hal yang berkaitan dengan
sesuatu yang dikonsumsi manusia. Begitu juga dengan rokok yang tidak
ada dalil atau nash yang secara tegas mengharamakn atau
menghalalkannyaBerdasarkan prinsip dasar dari ayat tersebut salah satu
ulama yang menghalalkan rokok adalah Syaikh Abd al-Ghani an-
Nabilisi, seorang pengikut Madzhab Hanafi yang telah dianggap sebagai
seorang murabbi (guru orang banyak). Bahkan dia telah membuat
sebuah karangan khusus yang membahas tentang halalnya rokok.
Risalah tersebut dinamainya ash-Shulh bain al-Ikhwan fi Hukm Ibahah
Syarb ad-Dukhan.

Ulama yang juga menghalalkan rokok adalah ar-Rusyd.


Pendapatnya tertuang dalam hasyiyah ala nihayah, Dalam kitab tersebut
dia berkata, “Tidak adanya dalil yang dapat dijadikan dasar untuk
mengharamkan rokok, dalil bahwa menghisap dan mengkonsumsi
rokok hukumnya adalah mubah”,dan masih banyak ulama lainnya.

2. Ulama yang mengharamkan rokok

Diantara ulama yang juga mengharamkan rokok adalah al-


Muhaqqiq al-Bujairimi. Pada fasal tentang makanan dalam kitab al-
iqna, dia berkata, “Mengkonsumsi sesuatu yang dapat membahayakan
badan atau pikiran hukumnya adalah haram”. Kaidah ini
berkonsekuensi pada diharamkannya rokok. Sebagaimana yang telah
masyhur, yang sudah diakui oleh para peneliti bahwa rokok
menimbulkan efek negatif yang membahayakan tubuh si perokok.

Merokok juga pernah dilarang oleh Khalifah Utsmany pada abad


ke-12 Hijriyah dan orang yang merokok dikenakan sanksi, serta rokok
yang beredar disita pemerintah dan dimusnahkan.

3. Ulama yang memakruhkan rokok

Jumhur ulama (mayoritas) telah menakwilkan hukum haram


yang dilontarkan pihak yang kontra rokok. Jumhur menegaskan bahwa
haramnya rokok dikhususkan bagi orang yang tubuhnya mendapat
madharat jika merokok,atau mereka yang kesadarannya menjadi hilang
karena merokok. Dengan kata lain mereka menganggap bahwa rokok
itu makruh karena hukum halal tersebut tidak berlaku untuk umum.

Salah satu ormas yang juga termasuk ormas Islam terbesar di


Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU) menyatakan hukum merokok
menurut sebagian besar ulama NU adalah makruh. NU menyadari
bahwa kebiasaan merokok baru dikenal di dunia Islam semenjak awal
abad XI hijriyah dan sejak itu hukum rokok atau merokok telah dibahas
oleh para ulama di berbagai negeri, baik secara kolektif maupun pribadi.
Di sebabkan tidak ada dalil dari al-Qur„an maupun hadis yang secara
khusus menjelaskan masalah hukum merokok, maka perbedaan
mengenai hukum merokok pun tidak dapat dihindarkan.

Dari berbagai pendapat ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa


ada sebagian ulama yang menyatakan rokok halal karena rokok terbuat
dari tembakau yang pada dasarnya halal dan suci, yang membuat haram
adalah dari faktor luar rokok. Mereka juga berpendapat bahwa didalam
rokok terdapat banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat meningkatkan
semangat seseorang apalagi semangat itu muncul ketika menimba ilmu.
Mereka memegang prinsip bahwa segala sesuatu hukum asalnya mubah
kecuali terdapat larangan
Sebagian yang lain menetapkan hukum rokok adalah haram
dengan alasan bahwa bahaya yang ditimbulkan dari rokok lebih besar
daripada manfaatnya, bukan hanya bagi para pengkonsumsinya, rokok
juga jika dihisap yang kemudian mengeluarkan asap dapat berbahaya
bagi orang sekitar yang menghisap asap tersebut meskipun tidak
merokok.

Sebagian kelompok yang lain menetapkan bahwa hukum


merokok makruh. Kelompok ini berpendapat bahwa bahaya rokok tidak
berlaku untuk semua orang. Rokok berbahaya hanya dikhususkan
kepada mereka yang sudah mempunyai penyakit sehingga dengan
merokok maka penyakitnya akan bertambah parah, dan merokok
dilarang hanya pada tempat-tempat tertentu. Namun untuk mereka yang
sehat-sehat saja dan tidak mempunyai keluhan dan penyakit yang parah,
maka rokok dihisapnya pun tidak masalah (diperbolehkan).

Namun,jika mereka mengkonsumsi rokok terus menerus hingga


membuat kecanduan makahal tersebut sangat dilarang karena dapat
membahayakan dirinya. Hal ini sangat dilarang dalam islam, karena
mereka sama saja membuat kerusakan untuk dirinya.

B. Hukum Narkoba Menurut Islam

Narkoba secara alami, baik sintesis maupun semi sintesis memang


tidak disebutkan hukumnya secara khusus di dalam Alquran maupun hadis
nabi. Bertolak dari efek khamar yang memabukkan, sebagian ulama
menganalogikan bahan-bahan psikoaktif (narkoba) dengan khamar karena
ilat yang sama, yaitu memabukkan.

Dalam Islam, pelarangan mengkomsumsi khamar (narkoba)


dilakukan secara bertahap. Pertama memberi informasi bahwa narkoba
memang bermanfaat tetapi bahayanya lebih besar. Firman Allah: “Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah pada keduanya
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya
lebih besar dari manfaatnya.” (Q.S Al-Baqarah :219) dan dalam hadis
riwayat Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda: “Setiap yang
memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram” (HR.
Muslim).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa sanksi hukum


bagi pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba adalah had yang telah
ditentukan oleh syariat. Sedangkan sanksi merupakan otoritas hakim untuk
menentukan berat atau ringannya hukuman, walaupun ia harus
mempertimbangkan keadaan pelakunya, jarimahnya, korban kejahatannya,
waktu dan tempat kegiatan sehingga putusan hakim besifat preventif,
refresif, edukatif, dan kuratif.

C. Jenis-Jenis Narkoba

1. Psikotropika

Psikotropika merupakan zat atau obat yang dapat menurunkan


aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan
kelainan prilaku disertai dengan timbulnya halusinasi (khayalan), ilusi,
gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan, dan dapat
menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi bagi
pemakainya. Psikotropika dibedakan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:

1. Psikotropika Golongan I (ekstasi , shabu-shabu, dan lain-lain)


2. Psikotropika Golongan II (amphetamine, metakualon, dan lain-
lain),
3. Psikotropika Golongan III (flunitrazepam, dan lain-lain)
4. Psikotropika Golongan IV (diazepam, estazolam, dan lain-lain).

Pembedaan tersebut didasarkan pada tujuan (pengembangan


ilmu pengetahuan dan atau terapi) dan potensi ketergantungan.
2. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang
menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh tersebut dapat berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,
rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan
yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Ada
beberapa jenis narkotika yang beredar, diantaranya adalah :
1) Opiad berasal dari kata “opium”, sari dari bunga opium.
Opiad ini terbagi menjadi 6 jenis, yaitu:
a. Candu berasal dari getah tanaman papaver
somniverum. Buah yang hampir masak digores
kemudian akan keluar getah berwarna putih yang
dinamai “lates”. Getah tersebut dibiarkan mongering
sampai berwarna kecoklatan.
b. Heroin Nama lain dari heroin adalah putaw. Heroin
merupakan obat bius yang sangat mudah mebuat
seseorang kecanduan karena efeknya yang sangat
kuat. Paling banyak dijumpai dalam bentuk bubuk,
tetapi ada pula yang berbentuk pil dan cairan. Efek
heroin terhadap tubuh manusia sangat cepat, baik
efek terhadap fisik maupun mental. Berhenti dari
mengkonsumsi narkotika jenis ini akan membuat
seseorang mengalami rasa sakit yang
berkesinambungan. Kekuatannya dua kali lipat lebih
kuat daripada morfin.
c. Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu
mentah. Beberbentuk tepung putih. Biasanya
dikonsumsi dengan cara dihisap atau disuntikkan.
d. Codein merupakan turunan dari opium. Efeknya
terhadap tubuh masih dibawah heroin dan potensinya
untuk menimbulkan ketergantungan tergolong
rendah. Bentuknya dapat berupa pil atau cairan
jernih. Cara pemakaiannya ditelan atau disuntikkan.
e. Demerol sering juga disebut dengan pethidina.
Pemakaiannya sama dengan codein.
f. Methadone Bentuknya banyak dijumpai berupa pil
atau tablet. Saat ini narkotika jenis ini justru
digunakan untuk mengatasi ketergantungan candu.
2) Kokain berasal dari tanaman sejenis belukar
erythroxylon coca yang berasal dari Amerika Selatan.
Kokain sering digunakan untuk pembiusan (aenestesi).
Nama lainnya adalah snow, girl, crack.
3) Cannabis ini berasal dari tanaman. Daunnya dipotong-
potong kemudian dikeringkan kemudian digulung
menjadi rokok yang disebut joints. Orang awam
mengenal cannabis dengan sebutan ganja, cimenk, grass,
pot, weed, tea, mary jane.

D. Bukti Penyalahgunaan Narkoba

Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) selama tahun


2016 terdapat 807 kasus narkotika dan sebanyak 1.238 orang sudah
ditetapkan sebagai tersangka dengan rincian 1.217 orang warga negara
Indonesia dan 21 orang warga negara asing. Selain itu telah ditemukan 46
narkotika jenis baru dan 18 buah diantaranya sudah masuk kedalam
lampiran Peraturan Menteri Kesehatan. Kita mengakui bahwa belakangan
ini gerakan anti narkotika terus digalakkan dengan massif oleh Pemerintah
dibantu berbagai lembaga swadaya masyarakat seperti sosialisasi anti
narkoba kepada berbagai kalangan masyarakat dan razia narkotika secara
menyeluruh di tempat-tempat yang dinilai rawan terhadap peredaran
narkotika seperti diskotik, tempat karaoke, dan warung remang-remang.
Selain itu aparat penegak hukum aktif dalam melakukan razia
terhadap pengendara kendaraan di jalan raya dan kasus pengungkapan kasus
penyelundupan narkotika di bandara-bandara yang ada di
Indonesia.Namun, para mafia narkotika tidak kalah kreatif dan cerdik dalam
melakukan perubahan modus peredaran narkotika, Tidak heran, kepala
BNN Komjen Budi Waseso mengakui meski upaya penyadaran dan
pencegahan terhadap bahaya narkotika sudah aktif dilakukan namun belum
sepenuhnya efektif berjalan, sebab pengguna narkotika di Indonesia masih
sangat besar yaitu mencapai 5,9 juta orang. Angka ini menempatkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai penyumbang terbesar penjualan
narkotika di kawasan regional Asia Tenggara.

E. Faktor Sulitnya Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba

1. Faktor geografis Negara Indonesia adalah negara kepulauan yang


terletak pada posisi silang dengan berbagai negara atau benua,terdiri
dari lebih 17.500 pulau dengan Panjang 85.000 km.
2. Faktor Demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia yang demikian
besar yaitu lebih dari 220 juta jiwa (40%nya generasi muda) dan
majemuk,menjadikannya tempat pemasaran yang sangat menjanjikan.
3. Faktor ekonomi yaitu sampai saat ini kondisi Indonesia masih sangat
lemah/belum stabil akibat krisis moneter,harga harga bahan pokok
melonjak tajam,permasalahan hidup semakin rumit menjadikan
penyalahgunaan narkoba sebagai salah satu pelarian,bisnis jalan pintas
untuk meraih keuntungan yang sebesar besarnya.
4. Faktor sosial dan Pendidikan yaitu sumber daya manusia (SDM) rendah,
rendahnya moralitas, keluarga tidak harmonis, serta lingkungan yang
tidak mendukung kearah yang lebih baik.
5. Faktor Penegakan hukum yaitu pemberian sanksi yang tidak maksimal
sehingga tidak menimbulkan efek jera.
6. Faktor IPTEK yaitu kemajuan teknologi komunikasi dan tranportasi
berkembang sangat pesat berakibat memudahkannya terjadi transaksi
narkoba.

F. Bentuk Ancaman Narkoba Bagi Masa Depan

Peredaran narkoba yang tinggi akan menciptakan pecandu narkoba


dan pada umumnya akan menyerang generasi muda. Sikap antisosial,
mudah melanggar aturan yang ada, kurang menghargai proses yang ada
pada budaya nasional dan kurang menghargai sikap dan nilai religius agama
merupakan beberapa contoh dari efek penggunaan narkoba yang dapat
mengurangi bahkan menghilangkan karakter bangsa Tentunya, beberapa
efek dari narkoba diatas dapat menjadi masalah serius dalam pembinaan
karakter bangsa terlebih bagi proses pembinaan generasi penerus bangsa.
Terlihat dari grafik di bawah ini, bagaimana usia-usia produktif
menjadi korban dari penyalahgunaan narkoba di Indonesia jika dilihat dari
pasien rehabilitasi penyalahgunaan narkoba, Ketergantungan terhadap
narkoba, membuat pengguna narkoba melakukan apa saja untuk
mendapatkan narkoba yang diinginkan. Keadaan ini menimbulkan angka
kriminalitas tinggi dan pengguna narkoba dapat bersifat antisosial karena
hanya fokus untuk mendapatkan kebutuhannya akan narkoba dan tanpa
menghiraukan orang lain yang ada disekitarnya. Efek negatif ini dapat
mengganggu masyarakat lain dan dapat juga mengancam kehidupan
bermasyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rokok adalah suatu kebiasaan (habituation) dan bukan satu


ketergantungan (addiction). Ada perbedaan yang sangat mendasar antara
kebiasaan (habituation) dan ketergantungan (addiction). Kebiasaan adalah
membiasakan diri melakukan sesuatu karena ada bahan, bila ia
menghentikan kebiasaannya. Maka akan muncul gejala-gejala psikis dari
dalam dirinya. Sedangkan ketergantungan, sebagaimana ketergantungan
heroin ataupun kokain adalah ketergantungan fisik dan psikis yakni fisik
pun menjadi terbiasa untuk mengkonsumsi suatu bahan yang ada. Dengan
demikian, dengan ketiadaan bahan tersebut, selain menimbulkan gejala-
gejala psikis, juga membuat fisiknya menjadi lemah untuk melaksanakan
kegiatan dan aktivitas rutin. Rokok dalam pandangan islam masih menjadi
perdebatan para Ulama sehingga kehalalan untuk mengkonsumsinya pun
masih diragukan, begitupun dengan memperjual belikannya yang saat ini
masih menjadi bahan perdebatan para ulama. Rokok dalam dunia Islam
merupakan fenomena yang baru, sehingga ada Ulama yang menghalalkan,
memakruhkan bahkan mengharamkan rokok.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan
berbahaya (yang dikenal dengan istilah psikotropika). Dalam hal ini,
pengertian narkoba adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat dan
aparat penegak hukum, untuk bahan atau obat yang masuk kategori
berbahaya atau dilarang untuk digunakan, diproduksi, dipasok,
diperjualbelikan, diedarkan, dan sebagainya di luar ketentuan hukum. Kata
narkoba berasal dari bahasa Yunani naurkon yang berarti membuat lumpuh
atau mati rasa. Istilah lain dri narkoba adalah NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat adiktif lain), yakni bahan atau zat/ obat yang apabila
masuk kedalam tubuh manusia, akan mempengaruhi tubuh, terutama otak/
susunan syaraf pusat (disebutkan psikoaktif), dan menyebabkan gangguan
kesehatan jasmani, mental emosioanl dan fungsi sosialnya.

B. Saran

Dalam perspektif islam sebaiknya rokok dan narkoba dijauhkan dari


manusia atau diri kita sendiri karena lebih banyak mudharatnya dari pada
manfaat yang di dapatkan dari mrngkonsumsi rokok dan narkoba, oleh
karena itu kita sebagai manusia, makhluk hidup yang paling sempurna di
muka bumi ini dapat memilah dan memilih apa yang baik dan yang buruk,
begitupun dengan perintah Allah SWT yang kita jalani dan larangannya
yang harus kita jauhi.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawaty, Y, & Hendrawati, H. 2015. Jual Beli Dalam Perspektif


Hukum Islam. Jurnal Informasi Dan Pengembangan Iptek,
(hal. 65–71).
Kemala N, Indri. 2017. Perilaku Merokok pada Remaja.
Semarang:Digital USU
Manastas, Lagita. (2017). Filosofi Rokok.Yogyakarta:Katalog Dalam
Terbit

Anda mungkin juga menyukai