Anda di halaman 1dari 8

Available online at AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi

Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kauniyah
AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020, 1-8

INDEKS MITOSIS PUCUK DAUN Hibiscus rosa-sinensis L. VARIASI


SINGLE PINK PADA BEBERAPA VARIASI WAKTU
MITOTIC INDEX OF THE LARGE SINGLE PINK Hibiscus rosa-sinensis LEAF SHOOT AT
DIFFERENT SAMPLING TIMES
Nur Annisa Iriani, Astari Dwiranti, dan Andi Salamah*
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok,
16424, Indonesia
*Corresponding author: salamah@sci.ui.ac.id

Naskah Diterima: 15 Oktober 2018; Direvisi: 18 Februari 2019; Disetujui: 09 April 2019

Abstrak
Hibiscus rosa-sinensis L. atau kembang sepatu merupakan tanaman hias yang memiliki banyak
manfaat dan merepresentasikan sifat poliploidi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Indeks
Mitosis (IM) dan jumlah kromosom pucuk daun H. rosa-sinensis pada beberapa variasi waktu.
Indeks Mitosis dan waktu pengambilan pucuk sangat diperlukan untuk studi kromosom karena pada
tahap tersebut karakter-karakter kromosom dapat diamati dengan jelas dan mudah dihitung. Waktu
pengambilan pucuk yang dilakukan yaitu pada 08:00, 10:00, 12:00, 14:00, 16:00 WIB. Pembuatan
sediaan kromosom dilakukan menggunakan metode squash menggunakan pewarna Aceto-orcein.
Tahapan perlakuan meliputi perendaman pucuk daun di dalam air dingin selama 3 jam, fiksasi
dalam larutan Carnoy selama ±24 jam, dan hidrolisis dalam larutan HCl 5N selama 30 menit. Hasil
penelitian menunjukkan nilai IM tertinggi meristem pucuk daun H. rosa-sinensis variasi single pink
besar muncul pada pukul 10:00 sebesar 94%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
waktu sampling yang optimal untuk analisis kromosom H. rosa-sinensis L. variasi single pink besar
adalah pukul 10:00 dengan jumlah kromosom 2n= ca. 69-111. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
dasar untuk studi kromosom selanjutnya serta acuan untuk sampling variasi lainnya.
Kata kunci: Indeks mitosis; Kromosom; Mitosis; Waktu pengambilan sampel

Abstract
Hibiscus rosa-sinensis L. is an ornamental plant that has many benefits and represents the character of
polyploidy. The purpose of this study is to find out the Mitotic Index of leaf shoots Hibiscus rosa-sinensis on
several shoots sampling times. The Mitotic Index and the timing of shoots sampling time are essential for
chromosome studies because at this stage, chromosomes characters can be clearly observed and easily
calculated. Period time of collection the leaf shoots is from 08:00 AM to 4:00 PM, with two hours interval
each at 08:00, 10:00, 12:00 AM, 2:00, and 4:00 PM. The chromosome preparation was carried out by using
the squash method and aceto-orcein staining. The treatment steps included soaking the leaf shoots in cold
water for 3 hours, fixation in Carnoy solution for ± 24 hours, and hydrolysis in 5N HCl solution for 30
minutes. The results showed that chromosomes were clearly visualized during the phase with the highest
Mitotic Index. In addition, the percentage of Mitotic Index was found to be in line with the percentage of
cells in late prophase. Among several sampling time variations, the highest Mitotic Index of Hibiscus rosa-
sinensis leaf shoots appeared at 10:00 at 94% with the chromosome numbers of 2n= ca. 69-111. According
to the data obtained, it is concluded that 10 AM is the most optimum sampling time that can be used as the
necessary information for further chromosome studies.
Keywords: Chromosome; Mitotic; Mitotic index; Sampling time
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v13i1.9454

AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720


This is an open article under CC-BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

PENDAHULUAN dan pembuatan preparat dengan cara memencet


Hibiscus rosa-sinensis L. atau dikenal (squash) (Abidin, 2014).
dengan nama lokal kembang sepatu merupakan Salah satu parameter yang dapat
tanaman hias yang cukup banyak diminati oleh digunakan dalam menganalisis kromosom
masyarakat Indonesia dan banyak dapat dilihat dari Indeks Mitosis (IM).
dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Kromosom dapat terlihat ketika sedang
Keindahan mahkota yang dimiliki H. rosa- mengalami mitosis atau pembelahan sel.
sinensis menjadikan bunga H rosa-sinensis Tahapan pembelahan sel memiliki waktu yang
digunakan sebagai tanaman hias, tanaman berbeda-beda tergantung jenis sel yang
pagar, dan bunga potong. Hibiscus rosa- membelah. Waktu optimum mitosis berkaitan
sinensis juga dimanfaatkan sebagai tanaman dengan waktu pengambilan sampel, sehingga
obat dan sumber pangan. Hibiscus rosa- untuk mengetahui waktu optimum pembelahan
sinensis berpotensi sebagai tanaman obat sel yang tepat diperlukan pengamatan yang
karena memiliki senyawa antikanker (Sharma, berulang-ulang pada waktu pengambilan
Khan, & Sultana, 2004), aktivitas antiokasidan, sampel yang berbeda (Abidin, 2014).
dan antidiabetes (Sankaran & Vadivel, 2011). Waktu optimum pembelahan mitosis
Bunga H. rosa-sinensis bervariasi dari pada beberapa tumbuhan umumnya terjadi
mulai bentuk, ukuran, dan warna. Variasi ketika fotosintesis berada pada level tertinggi
bentuk bunga H. rosa-sinensis yaitu single, menghasilkan banyak energi yang akan
double, crested (Beers & Howie, 1990). digunakan untuk pembelahan sel (Willie &
Ukuran bunga H. rosa-sinensis bervariasi dari Aikpokpodion, 2015). Mitosis membutuhkan
kecil sampai besar dengan warna bunga yang energi yang besar sehingga mitosis terjadi pada
terdiri dari merah, putih, peach, kuning, saat energi dapat diserap secara optimal
oranye, atau kombinasi dari warna tersebut. (Adesoye & Nnadi, 2011). Ekanem & Osuji
Variasi H rosa-sinensis ditemukan di (2006) menyebutkan bahwa persentase
lingkungan kampus Universitas Indonesia metafase yang tinggi pada siang hari terkait
Depok, salah satunya yaitu variasi single pink dengan tingkat fotosintesis yang tinggi karena
besar. ketersediaan cahaya matahari yang maksimal
Keragaman dari H. rosa-sinensis juga sehingga dapat melakukan sintesis metabolit
dapat dilihat dari jumlah kromosomnya (Singh dan energi dalam bentuk ATP. Produksi ATP
& Khoshoo, 1970; Song & Zhuang, 2005). sangat penting untuk pembelahan sel karena
Sejauh ini, perhitungan kromosom H. rosa- dibutuhkan untuk mensistesis berbagai enzim
sinensis sudah banyak dilakukan namun belum dan menyediakan energi yang dibutuhkan
ada kesepakatan mengenai jumlah kromosom untuk pembelahan sel (Klug, Cummings, &
H. rosa-sinensis tersebut. Salah satu faktor Spencer, 2006).
yang penting untuk mendapatkan karakter Menurut Anggarwulan, Etikawati, &
kromosom yang jelas, menyebar, mudah Setyawan (1999), waktu optimum pembelahan
dihitung, dan menghindari data yang bias yaitu mitosis Allium sp. pada pagi hari sekitar jam
waktu pengambilan sampel. Pembuatan 08.00-13.00 WIB dikarenakan pada pagi hari
sediaan kromosom untuk mempelajari sel-selnya berada pada kondisi aktif. Penelitian
kromosom dapat dilakukan dengan Abidin (2014) menunjukkan aktivitas mitosis
menggunakan beberapa metode. Salah satu yang paling aktif pada genus Allium bervariasi,
metode yang umum digunakan adalah metode A.sativum dan A. fistulosum terjadi pada pagi
pencet atau squash (Jong, 1997; Abidin, 2014). hari yaitu pada jam 09.00 WIB dan 06.00 WIB
Metode squash adalah metode yang digunakan sedangkan A.cepa pada siang hari jam 12.00
untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara WIB. Penelitian (Willie & Aikpokpodion,
memencet suatu potongan jaringan sehingga 2015) menunjukkan periode aktivitas
kromosom dapat menyebar dan dapat diamati pembelahan mitosis Vigna unguiculata paling
di bawah mikroskop (Abidin, 2014). Tahapan aktif pada pukul 07.00-14.00 dan puncaknya
dalam metode squash yaitu pemilihan pada pukul 11.00-13.00. Penelitian Osuji &
sampel,perendaman bahan dengan larutan Sweet (2010) menunjukkan periode waktu
perlakuan awal, fiksasi, hidrolisis, pewarnaan pembelahan mitosis yang paling aktif pada

AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 2


AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

akar Treculia africana yaitu antara pukul orcein 2% selama ±24 jam, serta disimpan di
14.00-18.00, dan presentase tertinggi pada lemari es pada suhu ±5 oC (Singh, 2002).
pukul 16:00. Setelah proses pewarnaan selesai, pucuk
Setiap jenis tumbuhan memiliki waktu daun diletakkan di atas kaca objek lalu dibilas
pembelahan sel yang berbeda-beda dan setiap dengan larutan asam asetat 45% menggunakan
tumbuhan memiliki jam biologis yang pipet tetes. Tahap tersebut diulang sebanyak
mengatur waktu optimum pembelahan mitosis dua kali, kemudian sampel ditutup dengan
(Muhlisyah, Muthiadin, Wahidah, & Aziz, kaca penutup. Tahapan terakhir adalah
2014; Willie & Aikpokpodion, 2015). squashing dengan cara menekan kaca penutup
Banyaknya sel yang membelah dapat menggunakan tissue dan tangan. Kaca penutup
dipengaruhi oleh faktor waktu pengambilan diketuk-ketuk menggunakan ujung pensil agar
sampel (Etikawati & Setyawan, 2000). sel-sel pucuk daun menyebar. Sediaan
Penentuan IM dan waktu pengambilan sampel kromosom diberi label penamaan dan
sangat diperlukan karena pada tahap ini ditempatkan dalam wadah tertutup yang
karakter-karakter kromosom dapat diamati sebelumnya telah dibungkus dengan kertas
dengan jelas dan mudah dihitung sehingga tissue dan disemprot alkohol 70% agar sediaan
dapat dilakukan studi kromosom. Dalam kromosom tetap lembab serta tidak kering.
penelitian ini, IM H. rosa-sinensis variasi
single pink besar dihitung dari pucuk daun Pengamatan Sediaan Kromosom
yang disampling pada waktu yang berbeda. Pengamatan sediaan kromosom
dilakukan di bawah mikroskop dengan
MATERIAL DAN METODE perbesaran 10x40 untuk menghitung
Penelitian dilakukan di Laboratorium persentase masing-masing fase dari
Perkembangan Tumbuhan dan Laboratorium pembelahan sel yaitu interfase dan mitosis
BioImaging, Departemen Biologi, FMIPA UI, (profase awal, profase akhir, metafase, anafase,
Depok pada bulan Januari-Mei 2018. Sampel dan telofase). Persentase interfase dan fase
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mitosis untuk setiap waktu pengambilan pucuk
pucuk daun H. rosa-sinensis variasi single dihitung dengan membagi jumlah sel yang
pink. Pengambilan sampel pucuk daun berada pada fase tertentu (interfase, profase
dilakukan pada pukul 08:00, 10:00, 12:00, awal, profase akhir, metafase, anafase, dan
14:00 dan 16:00 WIB. telofase) dengan total sel yang diamati pada
sampel tersebut. Pengamatan dilakukan dalam
Pembuatan Sediaan Kromosom 4 titik bidang pada preparat kemudian difoto
Pembuatan sediaan kromosom pada menggunakan software LAZ. Skema
penelitian ini menggunakan metode squash. pengamatan sediaan kromosom dapat dilihat
Pucuk daun direndam di dalam larutan pada Gambar 1. Jumlah minimum sel yang
perlakuan awal aquades selama 3 jam pada diamati adalah 80–300 sel per foto (Rachma,
suhu ±5 oC (lemari es). Pucuk daun kemudian 2017). Perhitungan kromosom dilakukan dari
direndam dalam larutan fiksatif Carnoy pada lima sel pada masing-masing waktu
suhu ±5 oC selama ±24 jam dan dibilas dengan pengambilan pucuk, sehingga total sel yang
akuades sebanyak tiga kali. Setelah dibilas, digunakan dalam perhitungan jumlah
pucuk daun selanjutnya direndam dalam kromosom yaitu 25 sel.
larutan hidrolisis HCl 5 N selama 30 menit
pada suhu ±25 oC, direndam dengan aceto-

Gambar 1. Skema pengamatan sediaan kromosom. 1–4= bidang pengamatan

3 | AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720


AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

Pengolahan dan Analisis Data kromosom mulai terbentuk dari benang-benang


Pengambilan data dilakukan dengan kromatin sehingga posisinya masih
metode observasi dengan cara menghitung bertumpukan seperti pada Gambar 2.B.
jumlah sel dalam tiap fase-fase mitosis pada sedangkan profase akhir ditandai dengan
setiap preparat yang telah difoto untuk kromatin yang memendek dan menebal
kemudian dilakukan perhitungan dengan sehingga membentuk kromosom seperti pada
rumus: Indeks Mitosis= (Jumlah sel Gambar 2.C. Metafase ditandai dengan
mitosis/jumlah seluruh sel) x 100%. terlihatnya kromosom yang menebal dan
kromosom berjajar pada bidang ekuator
HASIL (Gambar 2.D). Anafase ditandai dengan
Fase sel yang diamati pada penelitian kromosom yang mulai tertarik ke arah kutub-
yaitu interfase, profase awal, profase akhir, kutub yang berlawanan seperti pada Gambar
metafase, anaphase, dan telofase. Perbedaan 2.E. Telofase ditandai dengan sel membelah
karakteristik setiap fase tersebut dapat dilihat menjadi dua sel identik atau disebut dengan
pada Gambar 2. Berdasarkan hasil peristiwa sitokinesis yang ditandai dengan
pengamatan, interfase ditandai dengan inti sel terbentuknya dinding pemisah di tengah-
yang terwarnai dengan jelas, sitopasma terlihat tengah sel seperti pada Gambar 2.F.
seperti kabut, dan belum ditemukan kromosom
(Gambar 2.A). Profase awal ditandai dengan

Gambar 2. Fase pembelahan sel pucuk daun Hibiscus rosa-sinensis variasi single pink besar.
Perbesaran 100x10. (A) interfase, (B) profase awal, (C) profase akhir, (D) metafase,
(E) anafase, dan (F) telofase

Data yang diperoleh dari pengamatan kemudian menurun pada pukul 10:00 (5,3%).
dan perhitungan persentase interfase dan fase- Setelah pukul 10:00, persentase interfase
fase mitosis pada sel dengan waktu kembali meningkat pada pukul 12:00 (10,5%)
pengambilan pucuk yang berbeda-beda dan 14:00 (19,1%). Pada pukul 16:00,
ditunjukkan pada Gambar 3. Hasil pengamatan persentase interfase masih relatif tinggi
menunjukkan persentase masing-masing fase (18,3%).
pembelahan sel dari tiap waktu pengambilan Berbeda dengan interfase dimana
pucuk. Berdasarkan hasil penelitian, pada benang-benang kromatin tidak menebal, pada
setiap waktu pengambilan pucuk terdapat sel mitosis benang-benang kromatin
yang sedang mengalami mitosis. Persentase berkondensasi membentuk kromosom
tingkat pembelahan sel bervariasi dari waktu sehingga analisis kromosom dapat dilakukan.
pengambilan pucuk pukul 08:00 hingga pukul Oleh karena itu, tingginya indeks mitosis
16:00. Persentase interfase yang tertinggi dijadikan salah satu parameter yang harus
terlihat pada pukul 08:00 sebesar 29,9%, dicapai untuk melakukan analisis kromosom.

AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 4


AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

Indeks Mitosis pada pucuk daun H. rosa- pengambilan pucuk yaitu pada pukul 08:00;
sinensis variasi single pink besar dalam 10:00; 12:00; 14:00; dan 16:00 ditampilkan
beberapa variasi waktu sampling dalam pada Tabel 1. Jumlah kromosom yang
penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4. diperoleh dari setiap waktu pengambilan pucuk
Hasil perhitungan jumlah kromosom H. bervariasi berkisar antara 2n= ca. 69-111.
rosa-sinensis dilakukan pada setiap waktu

Gambar 3. Persentase interfase dan fase-fase mitosis pada sel dengan waktu pengambilan pucuk
yang berbeda

Gambar 4. Persentase indeks mitosis pucuk daun H. rosa-sinensis variasi single pink besar

Tabel 1. Jumlah kromosom H. rosa-sinensis variasi single pink besar


No. Waktu Pengambilan Pucuk Jumlah kromosom
1. 08:00 2n= ca. 81, 86, 91, 92, 102
2. 10:00 2n= ca. 96, 104, 104, 105, 111
3. 12:00 2n= ca. 69, 74, 79, 79, 106
4. 14:00 2n= ca. 74, 74, 86, 87, 103
5. 16:00 2n= ca. 74, 76, 79, 84, 85

PEMBAHASAN yang paling pendek, tebal, dan menyebar


Berdasarkan hasil yang diperoleh, adalah tahap profase akhir. Oleh karena itu,
karakter-karakter yang ditunjukkan oleh setiap tingginya jumlah sel yang berada pada profase
fase (Gambar 2) sesuai dengan yang akhir merupakan indikator yang baik untuk
dikemukakan oleh Campbell, Reece, dan melakukan analisis kromosom.
Mitchell (2008). Seperti tampak pada Gambar Persentase tiap fase siklus sel (Gambar 3)
2, tahapan pembelahan sel yang memudahkan menunjukkan kecenderungan interfase terjadi
penghitungan kromosom karena strukturnya dalam waktu yang relatif lama. Hal tersebut

5 | AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720


AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

sesuai dengan literatur yang menjelaskan Indeks Mitosis meningkat saat jumlah sel
bahwa interfase merupakan tahap yang dalam interfase menurun dan profase akhir
memakan waktu paling banyak dalam satu meningkat, hal tersebut sesuai dengan
siklus sel, yaitu 90% dari siklus sel dengan penelitian Osuji dan Sweet (2010); Adesoye
durasi 20-23 jam (Batygina, 2002). Lamanya dan Nnadi (2011) yang mengatakan bahwa IM
waktu yang dihabiskan dalam interfase tertinggi ditunjukkan oleh persentase profase
bervariasi dan berbeda pada tiap jenis sel dan akhir sel yang tinggi. Pada waktu pengambilan
organisme (Cooper, 2000; Batygina, 2002). pucuk pukul 10:00 didapatkan persentase
Fase mitosis (profase, metafase, anafase, profase akhir yang tinggi dengan nilai interfase
dan telofase) memiliki durasi sekitar 10% dari yang rendah.
satu siklus sel (Batygina, 2002). Profase awal Berdasarkan Index to Plant Chromosome
secara keseluruhan memiliki persentase Numbers (IPCN) dan hasil penelitian yang
tertinggi pada semua waktu pengambilan didapat, jumlah kromosom H. rosa-sinensis
pucuk. Persentase tertinggi untuk profase awal belum menunjukkan keseragaman. Jumlah
yaitu sebesar 53,4% ditemukan pada waktu kromosom yang ditemukan dalam penelitian
pengambilan pucuk pukul 10:00. Peningkatan ini memiliki beberapa persamaan dengan
persentase profase akhir terjadi pada pukul jumlah kromosom dari beberapa penelitian
08:00 (16,3%) sampai 10:00 (46%), kemudian yang terdata dalam IPCN. Jumlah kromosom
tetap stabil dan relatif tinggi pada pukul 12:00 yang sama tersebut adalah 84 pada penelitian
(43%), 14:00 (36,6%), dan 16:00 (37,2%). Singh dan Khoshoo (1970); Juanjuan dan
Persentase profase awal dan profase akhir yang Donghong (2001); Song dan Zhuang (2005).
diperoleh dari pengamatan pada H. rosa- Genus Hibiscus memiliki jumlah kromosom
sinensis variasi single pink besar tidak berbeda dasar yaitu x=7, 8, 9, 11, 12, 15, 17, 19, 20 dan
jauh. Profase memakan waktu paling lama 39 (Singh & Khoshoo, 1970) dan H. rosa-
dibanding dengan tahap yang lain dalam fase sinensis memiliki jumlah kromosom dasar
mitosis yaitu setengah proses dari satu fase yaitu x=9 (Singh & Khoshoo, 1970). Variasi
mitosis (Cooper, 2000). jumlah kromosom yang didapatkan beragam
Persentase metafase dan anafase pada tanaman satu variasi yaitu H. rosa-
memiliki nilai lebih rendah dibandingkan sinensis variasi single pink besar. Hasil yang
dengan interfase, profase awal, dan profase diperoleh dapat mengindikasikan bahwa
akhir. Persentase tertinggi metafase hanya jumlah H. rosa-sinensis bersifat mixoploid,
sebesar 2,1% ditemukan pada pukul 14:00. yaitu variasi kariologi pada dua atau lebih
Sedangkan anafase secara keseluruhan jumlah kromosom yang berbeda ditemukan
memiliki persentase terendah pada semua pada sel yang berbeda pada satu tumbuhan
waktu pengambilan pucuk. Persentase anafase (Stace, 1980).
tertinggi hanya sebesar 1,3% ditemukan pada Berdasarkan data yang diperoleh,
pukul 12:00. Anafase merupakan tahap penelitian ini memberikan informasi waktu
tersingkat dibanding tahap yang lain dalam yang dapat dijadikan acuan pemotongan pucuk
satu fase mitosis (Campbell, Reece, & Mitchell daun untuk studi kromosom yang memiliki IM
2008). Persentase telofase tidak ditemukan tertinggi adalah pukul 10:00.
pada pukul 08:00 dan 10:00, namun ditemukan
pada pukul 12:00 (3%), 14:00 (9%), dan 16:00 SIMPULAN
(5,7%). Persentase tertinggi telofase yaitu Indeks Mitosis (IM) Hibiscus rosa-
sebesar 9% ditemukan pada pukul 14:00. sinensis pada setiap waktu pengambilan pucuk
Nilai Indeks Mitosis (IM) tertinggi berbeda-beda, IM tertinggi terjadi pada waktu
meristem pucuk daun H. rosa-sinensis variasi pengambilan pucuk pukul 10:00 dengan nilai
single pink besar muncul pada pukul 10:00, 94%. Hasil tersebut dapat dijadikan acuan
yaitu sebesar 94%. Selain itu, hasil yang studi kromosom lebih lanjut. Jumlah
diperoleh juga menunjukkan persentase kromosom Hibiscus rosa-sinensis variasi
profase akhir memiliki persentase yang tinggi single pink besar yang diperoleh dari setiap
daripada fase yang lain. Kromosom dapat waktu pengambilan pucuk bervariasi berkisar
terlihat jelas ketika berada pada fase tersebut. antara 2n= ca. 69-111.

AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 6


AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

UCAPAN TERIMA KASIH Fukui, K., & Nakayama, S. (1996). Plant


Kami mengucapkan terimakasih kepada chromosome: laboratory methods. USA:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat CRC Press.
(DRPM) UI atas HIBAH PITTA 2017 atas Jong, K. (1997). Laboratory manual of plant
nama Dr. Andi Salamah (Nomor: cytological techniques. Edinburg: Royal
619/UN2.R3.1/HKP.05.00/2017) yang telah Botanic Garden.
mendanai penelitian ini. Juanjuan, S., & Donghong, Z. (2001).
Chromosome numbers and ploidy of
REFERENSI several plants in Hibiscus L. Journal of
Abidin, A. A. (2014). Studi indeks mitosis Tropical and Subtropical Botany, 9(3),
bawang untuk pembuatan media 213-216.
pembelajaran preparat mitosis. BioEdu, Klug, W. S., M. R. Cummings, & C.A.
3(3), 571-579. Spencer. (2006). Concepts of Genetics
Adesoye, A. I. & N. C. Nnadi. (2011) Mitotic 8th edition. Pearson Education
Chromosomes Studies of Some International. 676 p.
Accessions of African Yam Bean, Muhlisyah, M., Muthiadin, C., Wahidah, B. F.,
Sphenostylis sternocarpa (Hochst. ex. A. & Aziz, I. R. (2014). Preparasi
Rich.) Harm. African Journal of Plant kromosom fase mitosis markisa ungu
Science 5: 835-841 (Passiflora edulis) varietas edulis
Anderson, N. O. (2007). Flower Breeding and Sulawesi Selatan. Biogenesis, 2(1), 48-
Genetics. California: Springer. 55.
Anggarwulan, E., Etikawati, N., & Setyawan, Osuji, J. O., & Sweet, O. (2010). Mitotic index
A. D. (1999). Karyotipe kromosom pada studies on Treculia africana Decne in
tanaman bawang budidaya (Genus Nigeria. Australian Journal of
Allium; Familia Amaryllidaceae). Agricultural Engineering, 1(1), 25-28.
BioSMART, 1(2), 13-19. Rachma, I. (2017). Pengaruh Pretreatment Air
Batygina, T. B. (2002). Embryology of Dingin, Paradichlorobenzene (PDB),
flowering plants: Terminology and Hydroxyquinoline (OQ), serta PDB:OQ
concepts, Vol. 1: Generative organs of (1:1) Kromosom Hibiscus rosa-sinensis
flower. Enfield: Science Publishers, Inc. L. (Skripsi). Dept. Biologi FMIPA
Beers, L., & Howie, J. (1990). Growing Universitas Indonesia, Depok.
Hibiscus. G. T. Hong Kong: Setters Pty Sankaran M., & Vadivel, A. (2011).
Limited. Antioxidant and antidiabetic effect of
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. Hibiscus rosa-sinensis L. flower extract
G. (2008). Biology, 8th Edition. San on streptozotocin induced experimental
Francisco: Pearson Education, Inc. rats-a dose response study. Notulae
Cooper, G. M. (2000). The cell: a molecular Scientia Biologicae, 3(4),13-21.
approach, 2nd Edition. Sunderland (MA): Sharma S., N. Khan, & S. Sultana. (2004).
Sinauer Associates. Study on prevention of two-stage skin
Ekanem, A. M. & J. O. Osuji. (2006). Mitotic carcinogenesis by Hibiscus rosa-sinensis
Index Studies on Edible Cocoyams L. extract and the role of its chemical
(Xanthosoma and Colocasia spp.). constituent, gentisic acid, in the
African Journal of Biotechnology 5: 846- inhibition of tumour promotion response
849. and oxidative stress in mice. European
Etikawati, N., & Setyawan, A. D. (2000). Studi Journal of Cancer Prevention 13 (1): 53-
sitotaksonomi genus Zingiber. 63.
Biodiversitas, 1(1), 8-13. Singh, F., & Khoshoo, T. N. (1970).
Fukui, K., & Iijima, K. (1991). Somatic Chromosomal polymorphism within the
chromosome map of rice by imaging Hibiscus rosa-sinensis complex.
methods. Theoretical and Applied Caryologia, 23(1), 19-27.
Genetics, 81(5), 589-596. Singh, R. J. (2002). Plant Cytogenetics, second
edition. New York: CRC Press.

7 | AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720


AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, 13(1), 2020

Song, J. J. & D. H. Zhuang. (2005). The Willie, P. O. & P. O. Aikpokpodion. (2015).


characters of pollen grains and stomatal Mitotic activity in Cowpea (Vigna
apparatus in Hibiscus L. in relation to the unguiculata (L.) land race “Olaudi”
ploidy. Journal of Tropical and walp) in Nigeria. American Journal of
Subtropical Botany 13 (1): 49-52. Plant Sciences 6: 1201-1205.
Stace, C.A. (1980). Plant taxonomy and
biosystematics. London: Edward Arnold.

AL-KAUNIYAH: Jurnal Biologi, P-ISSN: 1978-3736, E-ISSN: 2502-6720 | 8

Anda mungkin juga menyukai