Oleh:
A. IDA WIDYASARI
H411 12 313
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
A. Ida widyasari
H411 12 313
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Pembahasan
I.4 Metode pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Deskripsi ikan nila.
II.2 Penyebab penyakit pada ikan nila
II.3 Ciri-ciri ikan yang terinfeksi penyakit
II.4 Cara penanggulangan
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
produksi
pisang
Indonesia memerlukan
perluasan
bermutu dalam
jumlah besar. Perbanyakan pisang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
konvensional melalui anakan, bibit yang dihasilkan sedikit, tidak seragam dan
kesehatannya
tidak
terjamin,
sedangkan
teknik
kultur
jaringan
dapat
menghasilkan bibit pisang yang sehat dan seragam dalam jumlah besar, dalam
kurun waktu
yang
relative
(Maslukhah, 2008).
Teori yang melandasi pembiakan kultur jaringan adalah suatu konsep
yang dikemukakan oleh Schleider dan Swan (1938) yang meyatakan bahwa
sel tunggal dari suatu organisme adalah totipotensi yang artinya masingmasing sel dari suatu organisme mampu berkembang secara bebas, apabila
diberikan suatu kondisi lingkungan yang sesuai (Zulkarnain, 2009).
Tahapan akhir dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah aklimatisasi planlet. Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet
optimum akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat
tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang diberikan mengandung
komposisi garamgaram organik yang berimbang untuk menumbuhkan perakaran
dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal (Rosliani. R. dan Nani sumarni,
2005).
I.3 Tujuan dan Kegunaaan
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui efektifitas pertumbuhan tanaman pisang baik secaara
hidroponik maupun non hidroponik
2. Untuk mengetahui pengaruh terhadap pertumbuhan pisang baik secara
hidroponik maupun secara non hidroponik
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam
upaya pengembanga budidaya tanaman pisang daan sebagai bahan pembanding
terhadap efektifitas yang dilakukan secara hidronik dan non-hydroponik
III.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2016, yang akan
dilaksanakan di Green House Pusat Kegiatan dan Penelitian (PKP) Universitas
Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pisang
A. Sejarah Penyebaran tanaman Pisang
Pisang yang ada sekarang diduga merupakan hasil persilangan alami
dari
pisang
liar
dan
telah
mengalami
domestikasi.
Beberapa literatur
: Spermatohyta
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Familia
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa paradisiaca L.
dan
terus
tumbuh
keluarnya
progresif
1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang
jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya
hijau. Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus
oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke
tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal,
sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan
tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Tiap kelompok
bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15
buah.
Buah pisang termasuk buah buni, bulat memanjang, membengkok,
tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit berwarna hijau, kuning, atau coklat.
Tiap kelompok buah atau sisir terdiri dari beberapa buah pisang. Berbiji atau
tanpa biji. Bijinya kecil, bulat, dan warna hitam. Buahnya dapat dipanen
setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang.
D. Manfaat Tanaman Pisang
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin,
mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure
pisang dan tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka
melalui proses fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi
pembungkus berbagai macam makanan trandisional Indonesia. Batang pisang
abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb.
cokelat, warna daging buah agak orange. Rasa daging buah enak dan aromanya
harum (Mulyanti, 2005).
Pisang barangan termasuk buah meja yang populer di Indonesia. Pertandan
terdiri dari 6-12 sisir, dengan berat 12-20 kg. Setiap sisir terdiri dari 12-20 buah.
Bentuk buah lurus, pangkal bulat, panjang 11 cm, diameter 2,9 cm. Daging buah
kuning keputihan, tidak berbiji, manis, kering dan beraroma. Berat per buah 60
gram (Anonimus, 2005).
II.2 Perkembangan produksi
Kultur jaringan
B. Hidroponik
Hidroponik, budidaya tanaman tanpa tanah, telah berkembang sejak
pertama kali dilakukan
penelitian - penelitian
yang
berhubungan
dengan
adanya taman
atau
hydroponics. Selanjutnya
yang
hidroponik
selanjutnya
disebut
didefinisikan secara
ilmiah sebagai suatu cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, akan
tetapi menggunakan media inert
pumice atau sawdust, yang diberikan larutan hara yang mengandung semua
elemen essensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal
tanaman (Resh, 1998).
Tanaman dapat tumbuh dengan baik dimana pun apabila nutrisi (unsur
hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah
adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut nutrisi,
untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan
teknikbertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah pemenuhan
kebutuhan nutrisi (Santoso, 2014).
Aeroponic system
Mungkin dari beberapa system hydroponic yang paling berteknologi tinggi
dan mungkin juga memberikan hasil terbaik serta tercepat dalam pertumbuhan
dalam berkebun Hydroponic. Hal ini dimungkinkan karena larutan nutrisi di
berikan atau disemprot ( berbentuk kabut ) langsung ke akar dan lebih mudah
menyerap dan juga larutan nutrisi banyak mengandung oksigen
2.
Drip system
Sistem Tetes adalah system hidroponik yang paling banyak digunakan.
Sistem operasinya simpel, timer mengontrol pompa. Pada saat nyala, pompa
meneteskan nutrisi ke masing-masing tanaman.
3.
NFT
Sistem ini adalah system yang paling orang ketahui ketika mendengar nama
hidroponik. Sistem NFT ini secara terus menerus mengalirkan nutrisi tanpa
menggunakan timer untuk pompanya. Nutrisi ini mengalir kedalam gully
melewati akar-akar tumbuhan dan kemudian kembali lagi ke penampungan air
4.
Wick System
Wick system ini salah satu system hidroponik yang paling simpel. Sistem ini
termasuk pasif, karena tidakada part-part yang bergerak. Nutrisi mengalir ke
dalam media pertumbuhan dari dalam wadah menggunakan sejenis sumbu.
Sistem dari tanaman hidroponik ini adalah sebagai berikut (Roidah,
2014):
(1) Memberikan bahan makanan dalam larutan mineral atau nutrisi yang
diperlukan tanaman dengan cara siram atau diteteskan.
(2) Melalui teknik ini dapat dipelihara lebih banyak tanaman dalam satuan
ruang yang lebih sempit. Bahkan, tanpa media tanah dapat dipelihara
sejumlah tanaman lebih produktif.
(3) Sistem dari tanaman hidroponik ini harus bebas pestisida sehingga tidak
ada serangan hama dan penyakit.
(4) Aeroponik adalah modifikasi hidroponik terbaru, tanaman diletakkan diatas
Styrofoam hingga akarnya menggantung
Keuntungan Sistem Hidroponik (Roidah, 2014):
1. Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin.
2. Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.
3. Pemakaian pupuk lebih hemat(efisien).
4. Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru .
5. Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat
dan memiliki standarisasi.
6. Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor
dan rusak.
7. Hasil produksi lebih continue dan lebih tinggi dibanding dengan penanama
ditanah.
8. Harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk non-hydroponic.
9. Beberapa jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim.
10.Tidak ada resiko kebanjiran,erosi, kekeringan, atau ketergantungan dengan
II.3 Pemupukan
Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanaman baik langsung
maupun tidak langsung, untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan
produksi atau memperbaiki kualitasnya,
sebagai
akibat
perbaikan
nutrisi
hara
dan
sehubungan dengan jumlah hara yang tersedia dan, 3) keadaan fisik tanah,
sehubungan dengan aerasi tanah. Keadaan fisik ini berpengaruh terhadap
pemakaian pupuk (Prihatini, 2012).
Bahan organik berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara
perlahan dan akan dilepaskan kedalam larutan tanah dan disediakan bagi tanah.
Bahan organik yang berada di dalam atau di atas permukaan tanah juga akan
organik
memberikan
beberapa
pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik,
tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan.
Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat
menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil.
Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori
tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat (Prihatini, 2012).
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab
bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi
struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang
diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman,
tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri
tanah (Prihatini, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitin ini adalah mesin pompa air, pipa
polyethylene, hand sprayer, gelas plastik, gabus stryrofoam, cangkul, sekop,
mistar, dan alat tulis.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaiu bibit pisang varietas
Barangan hasil kultur, pupuk Mo Plus, pupuk Gandasil daun, pupuk Grow msne,
tanah, media arang sekam, dan nutrisi LABIOTA (Tabel 2).
Tabel 2. Komposisi larutan LABIOTA
Bahan
Ca(NO3)24H2O
KH2PO4
KNO3
Fe-EDTA
Fertilion Combi:
MgO 9,0%
S 3,0%
Mn 4,0%
Fe 4,0%
Cu 1,5%
Zn 1,5%
B 0,5%
Mo 0,1%
Jenis tanam
Hidroponik
Hidroponik
Hidroponik
Hidroponik
Non-Hidroponik
Non-Hidroponik
Non-Hidroponik
Non-Hidroponik
Jenis pupuk
Tanpa Pupuk
MO plus
Gandasil daun
Grow more
Tanpa Pupuk
MO plus
Gandasil daun
Grow more
A. Pipa Tanaman
B. Pipa Paralon 1,5
C. Pompa
Keterangan Gambar:
D. Tandon Air
E. Styrofoam
F. Tanaman
III.4.5 Perlakuan
Pemberian perlakuan diberikan setelah tanaman beruisa 3 minggu setelah
tanam. Tiap media tanam baik Hidroponik (P1) maupun Non-Hidroponik (P2)
memperoleh perlakuan penambahan pupuk dengan perlakuan berupa M0, M1,
M2, dan M3. Dimana M0 (Tanpa pupuk), M1 (Pupuk MO Plus, M2 (Pupuk
Gandasil), M3 (Pupuk Grow More).
III.4.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman
secara
hidroponik
dilakukan
dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
.
V.2 Saran
Sebaiknya alat dan bahan lebih dilengkapi agar proses praktikum dapat
berjaaln dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA