Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDIDAYA PAKAN ALAMI


Kultur Pakan Alami Moina SP

Dosen Pengampu : Arafik Lamadi, SST., M.P

NAMA KELOMPOK :

Muh Azrul Syamsah H. Sunani


Mohamad Fadel Neo
Nurain Rajak
Rahmiati B. Asiari
Raflin Mantulangi

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


2021
Kata Pengantar
Dalam usaha budidaya ikan ada dua kegiatan yang sangat penting yaitu
pembenihan ikan dan pembesaran ikan. Pembenihan ikan memegang peranan
penting dalam pengembangan suatu usaha budidaya ikan. Salah satu faktor yang
sangat berperan dalam menunjang keberhasilan suatu usaha pembenihan adalah
ketersediaan pakan alami. Agar mahasiswa dapat melakukan usaha pembenihan
ikan dengan baik, maka mahasiswa harus menguasai kompetensi tentang budidaya
pakan alami, yaitu salah satu kompetensi Budidaya Pakan Alami Air Tawar
Moina sp.
Untuk memperoleh pemahaman dalam membudidayakan Moina sp,
mahasiswa harus mempelajari beberapa kegiatan belajar yaitu, klasifikasi, ciri-ciri
dan morfologi, habitat, ekologi, reproduksi sampai ke kultur moina sp. Dengan
pembuatan makalah kultur moina sp ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengimplementasikannya langsung di lapangan.

Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................
DAFTAR ISI................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................
A. Latar Belakang...................................................................
B. Tujuan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................
1. Klasifikasi Moina sp..........................................................
2. Ciri – ciri morfologi Moina sp...........................................
3. Habitat Moina sp................................................................
4. Ekologi Moina sp...............................................................
5. Reproduksi Moina sp.........................................................
6. Kultur Moina sp.................................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................
Kesimpulan...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang

Pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan


pembenihan,karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan.
Pada saat telur ikan baru menetas maka setelah makanan cadangan habis,
benih ikan membutuhkan pakan yang sesuai
dengan ukuran tubuhnya. Pemberian pakan yang berlebihan atau tidak
sesuai dengan kondisi ikan berakibat kualitas air media sangat rendah.
Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula
kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60- 70%.
Pakan alami merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
produksi benih ikan hias maupun ikan konsumsi. Budidaya pakan alami
yang dilakukan sendiri oleh petani menjanjikan sejumlah keuntungan,
disamping kualitas kebersihan pakan terjamin, pakan alami produksi
sendiri juga menghasilkan jenis pakan/kutu air seperti yang diharapkan.
Penghematan waktu,tenaga dan biaya juga akan diraih apabila produksi
pakan alami dilakukan dengan baik. 

B.  Tujuan

1) Memberikan pengertian dan pemahaman mengenai proses


kultur Zooplankton utamanya untuk Moina sp. 
2) Memberikan pengertian dan pemahaman cara-cara serta teknik
yang digunakan dalam kultur  Moina sp  mulai dari persiapan
media hingga pemanenan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Klasifikasi Moina sp

Klasifikasi Moina sp. adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Branchiopoda
Order : Cladocera
Family : Moinidae
Genus : Moina
Spesies : Moina sp. 

Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua


kategori utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
meliputi semua tumbuhan yang aberukuran kecil seperti spirulina,
chorella, sedangkan yang termasuk dalam zooplankton adalah semua
organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya renik.
Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang
hidupnya mengapung, atau melayang dalam air. Kemampuan
renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke
mana arus membawanya (Nontji, 2005).
Pada phylum Arthropoda, jenis Moina sp, banyak terdapat di
perairan tawar karena pada sungai banyak terdapat makanan Moina
sp yaitu fitoplankton dan juga terdapat banyak zat hara yang terbawa
oleh arus (Juwana, 2001).
2. Ciri – ciri dan morfologi Moina sp 

Mudjiman (2008), menyatakan bahwa Moina sp merupakan


kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea, kelas
Entomostraca, ordo Phylopoda, dan subordo Cladocera. Ukuran Moina
sp berkisar antara 500-1.000 mikron. Ciri khas dari  Moina sp adalah
bentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung
membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh beserta
anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuh Moina
sp tampak seperti sebuah cangkang kerang-kerangan. Cangkang di
bagian belakang membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai
tempat penampungan dan perkembangan telur.
Ciri-ciri morfologi  Moina sp  adalah berwarna merah karena
mengandung haemoglobin, bergerak aktif, bentuk tubuh Moina sp 
membulat, perkembangbiakannya secara sexual dan parthenogenesis,
bentuk tubuhnya bulat, segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral
kepala terdapat paruh. Pada bagian kepala terdapat lima pasang apendik
atau alat tambahan, yang pertama disebut antena pertama (antennule),
yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama
sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya
merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut.
Tubuh Moina  sp ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang mengandung
khitin yang transparan, dibagian dorsal (punggung) bersatu tetapi
dibagian ventral (perut) berongga/terbuka dan terdapat lima pasang kaki
yang tertutup oleh cangkang. Ruang antara cangkang dan tubuh bagian
dorsal merupakan tempat pengeraman telur. Pada ujung post abdomen
terdapat dua kuku yang berduri kecil-kecil (Mudjiman, 2008).

3. Habitat Moina sp. 

 Moina sp biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik,


seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu
busuk dan kotoran hewan, Moina sp akan tumbuh dengan baik pada
perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH
antara 6,5  –  9. Jenis makanan yang baik untuk  pertumbuhan Moina
sp adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina sp akan
menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan
makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut (Menurut Pennak,
1989).

4. Ekologi Moina sp 

Moina sp merupakan zooplankton air tawar yang dapat hidup di sungai,


parit, rawa-rawa, dan air tergenang. Plankton ini tersebar luas yang di
sebabkan oleh aliran air dan terbawa oleh binatang lainnya.Hal ini di
mungkinkan karena telur Moina sp  tersebut mampu bertahan pada
kondisi perairan yang sangat buruk, bahkan perairan yang sedikit
berair. Apabila kondisi perairan telah memenuhi persyaratan untuk
kehidupannya, maka telur-telur tersebut akan menetas (Alam Ikan 7).
Selanjutnya dijelaskan bahwa lingkungan yang mendukung pertumbuhan
Moina sp adalah pada kisaran suhu 22 – 31 oC dan pH antara 6,6 – 7,4.

5. Reproduksi Moina sp 

Moina sp berkembang biak secara partenogenetik (telur berkembang


tanpa dibuahi). Pada umumnya perkembangbiakan yang demikian akan
menghasilkan telur sebanyak 10-20 butir, apabila lingkungan
mendukung telur akan menetas menjadi hewan betina. Selain itu  Moina
sp  dapat juga berkembang biak secara kawin. Dengan cara ini hewan
betina akan menghasilkan telur sebanyak 1 – 2 butir. Perkembangan
secara demikian terjadi apabila individu jantan terdapat
dalam jumlah yang banyak bila di banding dengan individu betina, atau
juga bisa terjadi apabila kondisi perairan tidak mendukung hewan betina
untuk menghasilkan dan menetaskan telurnya sendiri.

Mudjiman., 2008, menyatakan bahwa telur-telur yang di hasilkan


oleh induk betina ditampung di dalam kantung telur yang terletak di atas
punggung. Di dalam kantong telur, embrio berkembang terus sehingga
ketika dikeluarkan sudah setengah dewasa. Selanjutnya dikatakan bahwa
Moina sp akan menjadi dewasa dalam waktu 5 hari dari total umurnya
yaitu 30 hari. Setiap dua hari sekali, Moina sp mampu menghasilkan
anak sebanyak 33 ekor. Dengan demikian, keturunan yang di hasilkan
selama hidupnya sebanyak 500 ekor. Selanjutnya dikatakan bahwa di
daerah beriklim dingin perkembang biakannya akan menghasilkan
individu-individu jantan, sedangkan di daerahberiklim panas juga
sering terjadi pergantian sistem perkembangbiakan dan dapat terjadi
lebih dari satu kali perkembangbiakan secara kawin.

6. Kultur Moina sp
a. Persiapan wadah kultur
Menurut Darmanto (2000), Sebelum digunakan wadah kultur pakan alami
Moina sp, terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Tujuannya adalah
untuk membasmi hama penyakit yang bersarang dalam wadah tersebut.
Wadah yang digunakan terbuat dari akuarium dengan ukuran 50 x 65 x 50
cm. Kemudian di isi dengan air sampai dengan ketinggian 40 cm untuk
menjaga kestabilan suhu maka diberikan aerasi untuk mensuplai oxigen,
kemudian permukaan wadah kultur  Moina sp  ditutup dengan
menggunakan waring untuk mencegah masuknya hama pengganggu dan
predator lainnya.

b. Penyediaan bibit Moina sp 

Bibit Moina sp dapat diambil dari perairan tawar seperti saluran


pada irigasi, selokan dan comberan. Untuk mengetahui populasi
(gerombolan) kutu air ini dapat diamati dengan menggunakan alat
berbentuk lempengan putih. Alat ini dibenamkan sampai dasar atau
dikait dengan tali agar bisa melayang (mengambang) pada kedalaman
tertentu. Pengamatan dilakukan dengan memantau air di sekitar atau di
atas lempeng. Jika pada perairan tersebut terdapat kutu air akan
tampak gumpalan putih (kelabu) yang bergerak seperti awan
(Priyambodo, 2009). Sebelum bibit  Moina sp  diambil, terlebih dahulu
menyiapkan media pembibitannya. Untuk  budidaya Moina sp
digunakan wadah berupa akuarium. Wadah diletakkan di tempat yang
terlindung dari sinar matahari langsung. Selanjutnya, wadah diisi air
tawar setinggi 40 cm dan diaerasi dengan 1 – 2 buah batu aerasi.
Suhunya diusahakan konstan dalam kisaran 27 – 30C (Priyambodo,
2009). Ke dalam wadah ini dimasukkan air tawar dan pupuk kandang
(kotoran ayam) sebanyak 0,2 gr/liter. Kemudian media ini diaerasi
selama 2 minggu. Warna air akan berubah menjadi coklat jika ditumbuhi
oleh phytoplankton, khususnya Diatomae. Jika Diatomae belum tumbuh,
aerasi dilanjutkan selama 1 minggu lagi. Selanjutnya wadah ini disaring
dengan kain blacu atau trilin. Air saringan dimasukkan ke dalam wadah
lain dalam keadaan tetap diaerasi. Sehari kemudian bibit Moina sp yang
diambil dari perairan atau dari balai pembibitan langsung dimasukkan
kedalamnya. Dalam proses penangkaran, air media diberikan pupuk susulan
berupa sari pupuk kandang yang dibuat dari pelumatan 0,2 kg pupuk
kandang dalam 1 liter air. Pemupukan susulan ini sekaligus sebagai
upaya penambahan volume air media.
c. Penebaran bibit Moina sp 
Pemasukan bibit dilakukan selang 18  –  24 jam setelah pemupukan awal.
Hal ini dimaksudkan supaya tidak terlalu banyak bibit yang mati. Padat
penebarannya sekitar 30 ekor/l. Apabila padat penebarannya kurang
maka perkembangannya akan kurang pesat. Sebaliknya jika
padat penebarannya lebih tinggi akan terjadi pemborosan
penggunaan bibit.

Moina sp yang digunakan sebagai bibit dipilih yang berukuran lebih dari
500 mikron. Sehat, tidak lemah, dan tidak sedang bertelur. Moina
sp yang lemah ditandai oleh warna tubuhnya yang pucat. Sebelum
ditebarkan, bibit
Moina sp  perlu dicuci terlebih dahulu dengan kain saringan halus dan
disemprot dengan air bersih. Dengan demikian, kotoran-kotorannya akan
lolos, sedangkan bibit Moina sp tetap tinggal di atas saringan. Bibit Moina
sp yang akan digunakan sebaiknya jangan diambil dari bak pemeliharaan
yang kepadatannya rendah, atau dari tempat yang banyak ditumbuhi oleh
organisme penyaing, misalnya Brachionus (Priyambodo, 2009).

d. Pemeliharaan Moina sp 

Mudjiman (2008), menyatakan bahwa dalam masa pemeliharaan,


kepadatan  Moina sp  perlu diamati secara teratur. Pengamatan dapat
dilakukan melalui pengambilan contoh (sampling). Pengambilan contoh
air media dilakukan dengan mengaduk air media secara merata.
Pengambilan contoh air media dilakukan tiga kali dengan sebuah gelas
piala kecil ukuran 100 ml. Pakan alami hidup bebas di berbagai perairan,
baik perairan tawar,
payau maupun laut yang mampu berkembang biak secara cepat. Pakan
alami ikan ini dapat diproduksi secara massal pada lingkungan yang
terkendali dan memiliki daya penyesuaian diri (toleransi) yang tinggi
terhadap perubahan lingkungan. Pakan alami memiliki kandungan gizi
yang cukup tinggi. Disamping itu, juga memiliki bentuk dan ukuran
yang sesuai dengan lebar bukaan mulut larva ikan. Seperti contoh
pakan alami
 jenis Moina sp  yang memiliki sel padat, tetapi dindingnya tipis serta
tidak

 beracun. Moina sp merupakan organisme renik yang hidup diperairan


tawar.

  Moina sp dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan suhu


antara
220-310C dengan pH antara 6,6  –  7,4. Pakan alami  Moina sp  menjadi
dewasa dalam waktu 5 hari dari total umurnya yaitu 30 hari.
Berkembang  biak secara parthenogenesis, yaitu telur yang dihasilkan
induk betina ditampung dalam kantong telur yang terletak di punggung.
Di dalam kantong ini telur akan menetas tanpa harus dibuahi oleh induk
jantan. Perkembangan larva (nauplius) sampai dewasa sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Setiap dua hari sekali, Moina sp
mampu menghasilkan anak sebanyak 33 ekor. Dengan demikian,
keturunan yang dihasilkan semasa hidupnya sebanyak 500 ekor. Moina
sp memiliki ukuran sekitar 1000 – 5000 mikron. Kesehatan Moina sp
dapat dilihat dari warna tubuhnya. Moina sp yang sehat berwarna coklat
kemerahan dengan saluran pencernaan penuh berisi makanan. Jika
Moina sp menggerombol di permukaan atau banyak yang sedang bertelur,
menunjukkan bahwa kualitas air media sudah menurun. Jika dalam
keadaan seperti ini Moina sp tetap dipelihara maka hasilnya akan  jelek
(Mudjiman, 2008). Dengan pemeliharaan yang baik,  Moina sp dapat
mencapai puncak perkembangannya dalam waktu 7 – 10 hari.
Kepadatan pada puncak perkembangannya mencapai 3000 – 5000
ekor/l. Jika waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kepadatan 3000
ekor/l itu lebih dari 10 hari, berarti pemeliharaan kurang benar. Dalam
kondisi seperti ini sebaiknya Moina sp segera dipanen (Mudjiman,
2008).
Moina sp  hidup pada perairan yang baik ialah pada suhu berkisar
antara 14-300C, pH berkisar 6,5-9,0, DO berada di kisaran 3-5 ppm
kecerahan 60-80 cm. Jenis makanan yang baik untuk pertumbuhannya
adalah bakteri dan phytoplankton (Mudjiman, 2008).
e. Pemanenan Moina sp 
Anonim (2009), menyatakan jika kepadatan telah mencapai 4 ekor/ml
(4000 ekor/l), Moina sp harus segera dipanen karena jika terlambat
dipanen, Moina sp  akan mati dan hilang dengan percuma. Pemanenan
didahului dengan mematikan aerasi air media. Setelah beberapa
menit, kotoran- kotoran akan mengendap dan Moina sp akan berkumpul di
dekat permukaan air. Selanjutnya Moina sp disedot dengan selang plastik
kecil dan ditampung di dalam sebuah ember yang dipasang kain saringan
ukuran 200-250 mikron. Hasil tangkapan dipindahkan ke wadah lain
yang diletakkan di tempat yang teduh. Cara pemanenan seperti ini
dapat dilakukan sampai beberapa kali dan disesuaikan dengan keperluan.
Jika dalam populasi Moina sp yang dipanen terdapat jentik-jentik nyamuk
maka jentik nyamuk tersebut harus dipisahkan dengan menggunakan kain
saringan 800 – 1000 mikron. Dengan mata saringan tersebut, Moina sp
akan lolos ke bawah sedangkan  jentik-jentik nyamuk akan tertahan di
atas saringan. Jika hasil panen tidak habis sekali pakai maka
kelebihannya dapat disimpan di dalam freezer. Keesokan hari atau
lusanya  Moina sp  beku masih dapat digunakan lagi untuk makanan
hewan-hewan peliharaan. Keadaan  Moina sp  ini masih segar meskipun
sudah tidak dapat hidup lagi. Untuk menjaga kualitas selama
penyimpanan.  Moina sp dibungkus dengan kantong plastik kedap udara.
Pemanenan dilakukan menggunakan plankton net dengan menghentikan
aerasi, juga dapat dilakukan dengan penyedotan dan penyaringan
medium dengan saringan ukuran 200 - 250 mikron dan 800- 1500
mikron untuk memisahkan Moina sp dengan jentik-jentik nyamuk
(Anonim, 2006). Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke
tujuh – sepuluh  jika populasinya sudah mencukupi. Pemanenan tersebut
dilakukan dengan cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan
dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut
Moina sp  akan banyak berkumpul dibagian permukaan media untuk
mencari sinar. Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi
para pembudidaya untuk melakukan pemanenan.  Moina sp  yang baru
dipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi larva atau
benih (Anonim, 2006).
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan

a. bahwa  Moina sp  merupakan kelompok udang renik yang termasuk


dalam filum Crustacea, kelas Entomostraca, ordo Phylopoda, dan
subordo Cladocera. Ukuran Moina sp berkisar antara 500-1.000
mikron.

b. Moina sp berkembang biak secara partenogenetik (telur


berkembang tanpa dibuahi).

c. Moina sp biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik,


seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat
kayu busuk dan kotoran hewan.

d. Moina sp akan tumbuh dengan baik pada perairan yang


mempunyai kisaran suhu antara 14-30 ° C dan pH antara 6,5 – 9.
DAFTAR PUSTAKA

Danakusumah, Edward, and Firsty Rahmatia. "Pengaruh Pemberian Dosis


Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Kutu Air (Moina sp.)." Jurnal Ilmiah
Satya Minabahari 6.1 (2020): 28-36.

Danakusumah, E., & Rahmatia, F. (2020). Pengaruh Pemberian Dosis Kotoran


Ayam Terhadap Pertumbuhan Kutu Air (Moina sp.). Jurnal Ilmiah Satya
Minabahari, 6(1), 28-36.

DANAKUSUMAH, Edward, et al. Pengaruh Pemberian Dosis Kotoran Ayam


Terhadap Pertumbuhan Kutu Air (Moina sp.). Jurnal Ilmiah Satya Minabahari,
2020, 6.1: 28-36.

Nugroho, Taufik Shidik Adi. Produktivitas dan Kualitas Moina sp. yang


Dipelihara dengan Berbagai Bahan Media Budidaya. Diss. IPB University.

SARI, N., & BB, A. S. BUDIDAYA Daphnia sp. DAN Moina sp.

Febriyanto, Andi, Saberina Hasibuan, and Niken Ayu Pamukas. Abundance


Moina SP. Given the Mixed Fish Meal, Soybean Meal and Bran with Different
Concentration. Diss. Riau University.

Anda mungkin juga menyukai