Anda di halaman 1dari 20

Teknik Pembesaran Ikan Bawal Secara

Monokultur Pada Kolam Semi-Intensif

TUJUAN DARI PEMBUATAN MAKALAH INI ADALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS


DARI MATA KULIAH MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

NURYANA PONTOH
1111419018 | A
Latar Belakang

Ikan bawal (Colossoma macropomum) merupakan komoditas ikan air tawar


yang sudah mulai dikembangkan karena memiliki beberapa keistimewaan antara
lain pertumbuhannya yang cukup cepat, nafsu makannya yang tinggi, dan
memiliki ketahanan tubuh yang baik dalam lingkungan yang kurang baik, selain
itu, ikan bawal mempunyai toleransi yang besar terhadap lingkungan yang baru
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya (Fitri R, 2019). Teknik pembesaran
ikan bawal dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi.
Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam
permanen, baik secara monokultur maupun polikultur.
Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai


berikut:
1.Perbedaan sistem polikultur dan sistem monokultur.
2.Teknik pembesaran ikan bawal pada kolam semi-intensif.
3.Klasifikasi dan morfologi ikan bawal.
4.Kontrol kualitas air selama pemeliharaan ikan bawal.
Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam pembahasan dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.Mengetahui klasifikasi dan morfologi ikan bawal.
2.Mengetahui habitat dan penyebaran.
3.Mengetahui kebiasaan makan.
4.Mengetahui hama dan penyakit yang menyerang ikan bawal.
5.Mengetahui teknik pembesaran ikan bawal.
6.Mengetahui parameter kualitas air selama budidaya.
Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana teknik pembesaran pada ikan bawal?
2. Bagaimana parameter kualitas air selama pemeliharaan ikan bawal?
3. Apa perbedaan dari sistem polikultur dan sistem monokultur?
4. Bagaimana klasifikasi dan ikan bawal?
5. Bagaimana kebiasaan makan ikan bawal?

Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
menambah wawasan mahasiswa tentang teknik pembesaran ikan bawal secara
monokultur di kolam semi-intensif.
Klasifikasi Ikan Bawal

Menurut Bryner; Arie (2006) dalam


Ulumiah M (2016), klasifikasi dari ikan bawal
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Sub filum : Craniata
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Neopterygii
Ordo : Decapoda
Sub ordo: Cyprinoida
Famili : Characidae Gambar 1. Ikan bawal (Colossoma macropomum)
Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum
Morfologi Ikan Bawal

Ikan bawal mempunyai bentuk badan yang sedikit bulat dan pipih dengan kepala
hampir bulat, sisik kecil, punggung berwarna abu-abu tua, perut berwarna putih abu-
abu dan merah. Gigi ikan bawal tajam, namun tidak seganas seperti ikan piranha.
Ikan bawal adalah spesies characid dari Amazon dan cekungan sungai di Amerika
Selatan. Ikan bawal memiliki kombinasi gigi molariform yang unik, C. macropomum
juga memiliki gillrakers kecil dan adanya gigi pada tulang rahang atas (Goulding dan
Carvalho, 1982 dalam Ulumiah M, 2016). Mulanya ikan bawal diperdagangkan
sebagai ikan hias. Namun dagingnya yang enak dan ukuran ikan yang cukup besar,
masyarakat menjadikan ikan bawal sebagai ikan konsumsi.
Habitat dan Penyebaran

Ikan bawal tergologn kelompok ikan yang mampu berkembang di wilayah


estuari dan sedikit berlumpur. Penyebaran ikan bawal adalah ke seluruh Indo-
Pasifik Barat dari Teluk Persia ke Indonesia, Jepang, Barat dan Barat Daya Korea
dan Cina bagian Timur (Haedrich, 1984 dalam Prihatiningsih, dkk., 2015). Di
alam selama periode air surut, ikan meninggalkan danau dan masuk ke sungai
terutama pada saat memijah, kemudian ketika air berada pada kondisi pasang
ikan bawal akan kembali ke danau.
Kebiasaan Makan

Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung (Chobiyah, 2001 dalam


Ulumiah M, 2016). Bawal air tawar dapat memanfaatkan pakan nabati 75 – 100%
dan menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penggunaan pakan nabati 50%. Hal ini juga biasa dilakukan oleh para petani
dalam memberi pakan pada ikan bawal yang terdiri dari campuran pelet dan
hijauan segar dengan frekuensi 3 – 5 kali sehari. Kebutuhan protein pada ikan
bawal air tawar berkisar 25 – 37%.
Perbedaan Sistem Polikultur dan Monokultur

Monokultur adalah sistem pemeliharaan dimana dalam suatu kolam, hanya


ada satu spesies saja yang dipelihara, pemeliharaan secara monokultur ini banyak
dilakukan petani ikan di Malaysia, Filipina dan Taiwan (Afrianto dan Liviawati,
2005 dalam Ulumiah M, 2016). Sedangkan Sistem polikultur yaitu pada satu
kolam dipelihara berbagai jenis ikan yang membutuhkan jenis makanan yang
berbeda sehingga setiap jenis ikan tidak akan bersaing dalam mencari makanan.

Gambar 2. Teknik pembesaran ikan bawal sistem monokultur


Hama dan Penyakit

Penyakit yang pernah ditemukan pada ikan bawal air tawar yang berumur satu
bulan antara lain disebabkan oleh parasit, bakteri, dan kapang (jamur).
1. Parasit
Ichtyopthyrius atau White spot, biasanya menyerang ikan apabila suhu media
pemeliharaan dingin, cara mengatasinya yaitu dengan menaikkan suhu (dengan
water heater) sampai kurang lebih 29˚ dan pemberian formalin 25 ppm pada
media pemeliharaannya.
2.Bakteri
Streptococcus sp. dan Kurthia sp. cara mengatasinya yaitu dengan
menggunakan antibiotik tetrasiklin dengan dosis 10 ppm.
3.Kapang (Jamur)
Jamur ini merupakan akibat dari adanya luka yang disebabkan penanganan
(handling) yang kurang hati-hati. Cara mengatasinya dengan menggunakan
Kalium Permanganat (KP) dengan dosis 2-3 ppm.
Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Persiapan Kolam
Persiapan kolam yang dilakukan meliputi pengeringan, pembalikan tanah,
pengapuran, pemupukan, dan pengairan.

Gambar 3. Kolam pembesaran ikan bawal

Pengeringan
Menurut Mahyuddin (2008) dalam Ulumiah M (2016) bahwa pengeringan
kolam membutuhkan waktu 3-7 hari, tergantung pada kondisi cuaca dan keadaan
tanah. Pengeringan dianggap selesai jika tanah dasar menjadi retak-retak. Hal ini
menunjukkan persiapan kolam yang dilakukan cukup sesuai untuk pembesaran
ikan bawal.
Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Gambar 3. Pengeringan dasar kolam

Pembalikan tanah
Pembalikan tanah dilakukan setelah tanah sudah mulai kering dan retak-retak
dengan mencangkul sampai kedalaman 20 cm. Tujuannya adalah untuk
membebaskan gas beracun (H2S dan Amoniak) yang terkait pada partikel tanah
dan untuk menggemburkan tanah. Pengapuran menggunakan kapur tohor
dengan dosis 30 gr/m², pengapuran dilakukan dengan menebar secara merata
pada kolam. Tujuan dari pengapuran adalah untuk mengurangi sifat asam tanah
dasar (Afrianto, 1998 dalam Ulumiah M, 2016).
Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Gambar 4. Pembalikan tanah

Pemupukan
Pemupukan menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan ternak dengan
dosis 2 kg/m². Menurut Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (DJPB), (2010)
pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500 –
700 g/m² yang ditambahkan dengan urea 15 g/m². Pemupukan dilakukan dengan
cara menaruh pupuk pada kantong di setiap pojok kolam. Tujuan dari pemupukan
adalah untuk menumbuhkan zooplankton dan fitoplankton (plankton hewani dan
nabati) yang bisa menjadi makanan alami ikan (DJPB, 2010 dalam Ulumiah,
2016). Selanjutnya dilakukan pengairan kolam dengan mengisi air hingga
ketingggian 1 m.
Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Gambar 5. Pemupukan tanah

Seleksi dan tebar benih


Untuk pembesaran ikan bawal benih yang di tebar berukuran 3,5 – 4 cm dan
umur sekitar 2 bulan. Seleksi benih dilakukan untuk menyeragamkan benih yang
akan dibudidaya agar dalam satu kolam tersebut berisi satu jenis ikan dengan
ukuran yang sama (monokultur), seleksi benih juga untuk mengetahui apabila
terdapat benih yang cacat.
Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Benih yang ditebar dalam 2 buah jaring apung dengan ukuran 6 x 2 x 0,5m³
pada kolam dengan jumlah tebar 5000 ekor. Penebaran benih sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu sedang rendah. Hal ini dikarenakan
pada pagi atau sore hari, suhu, pH, dan oksigen terlarut tidak terlalu fluktuatif
dan mencegah stress pada benih.

Gambar 6. Proses penebaran benih bawal


Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Pemberian Pakan
Pakan yang baik memiliki komposisi zat gizi yang lengkap seperti protein,
lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral (Cahyono, 2001 dalam Ulumiah M,
2016). Pemberian pakan dilakukan sehari 2 kali setiap pukul 07.00 pagi dan pukul
16.30 sore hari. Pemberian pakan dengan cara ditebar secara merata pada kolam
pembesaran untuk ukuran benih 3,5 cm diberikan pakan pelet PF 1000.

Gambar 7. Pakan pelet PF-1000


Teknik Pembesaran Ikan Bawal

Kontrol Kualitas Air


Hasil pengamatan selama pemeliharaan menunjukkan pH berkisar 6 – 7,5.
Hasil pengamatan kualitas air menunjukkan nilai DO 8 mg/L. Hasil ini
menunjukkan kualitas air pada pembesaran ikan bawal berada pada kisaran
optimum karena nilainya >5 mg/L berdasarkan SNI (1999). Pengamatan dengan
termometer dilakukan dengan cara memasukkan termometer kedalam kolam
sampai semua permukaan termometer tenggelam. Hasil menunjukkan suhu 26 –
32˚C, sedangkan pengamatan dengan alat DO meter dilakukan dengan cara
memasukkan alat ke dalam air sampel dan kemudian melihat nilai pada layar yang
menunjukkan nilai 27 – 31˚C. Sehingga menjadi nilai yang ideal bagi kehidupan
ikan bawal. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) (1999) kualitas air yang
sesuai untuk benih ikan adalah, suhu 25 – 30°C.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat ikan sudah dibesarkan selama 5 bulan ketika ikan
sudah mencapai ukuran konsumsi. Cara pemanenan di lakukan dengan cara
mengurangi ketinggian air secara perlahan dengan membuka saluran pengeluaran
hingga ketinggian 30 cm atau dengan menebar jaring dari sisi samping kolam dan
menariknya sampai sisi samping kolam salah satunya. Pemanenan dilakukan saat
pagi atau sore hari pada saat suhu udara masih rendah.
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Meningkatnya permintaan pasar untuk ikan bawal baik dari dalam negeri
maupun luar negeri harus diimbangi dengan jumlah produksi, sampai sekarang
ini jumlah produksi ikan bawal belum dapat memenuhi permintaan konsumen.
Peningkatan jumlah produksi dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan
kegiatan pembesaran secara benar. Pada pembesaran ikan bawal memiliki
beberapa teknik (tahapan) meliputi persiapan kolam, seleksi dan tebar benih,
pengamatan kualitas air, pemberian pakan, pengendalian hama dan penyakit,
pemanenan dan pemasaran. Faktor lain yang mempengaruhi pembesaran ikan
bawal yaitu faktor iklim (cuaca) yang tidak menentu (berubah-ubah dalam waktu
singkat) dan padat tebar yang tinggi bisa menimbulkan penyakit bila tidak ada
pemeliharaan dengan baik.
Saran
Peningkatan kualitas budidaya mulai dari kontrol kualitas air, pakan, hama
dan penyakit saat cuaca tidak menentu. Dalam pembesaran ikan bawal
disarankan menggunakan benih yang tidak jauh dengan tempat pembesaran agar
benih tidak terlalu stress saat transportasi.
Referensi

Masayu R, A, P, dkk. 2011. Beberapa Parameter Populasi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma maropomum) Di Waduk Cirata, Jawa
Barat. BAWAL. 3(4): 239 – 244.
Prihatiningsih, dkk. 2015. Parameter Populasi Ikan Bawal Putih (Pampus argenteus) Di Perairan Tarakan, Kalimantan Timur. BAWAL.
7(3): 165 – 174.
Amri W, dkk. 2018. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) Yang Dipuasakan Secara Periodik.
Jurnal Perikanan. 8(1): 1 – 7.
Aswari, E, J. 2017. Teknik Budidaya Pembesaran Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) Di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang Jawa Barat. Laporan Praktik Kerja Lapangan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
Savika M, dkk. 2019. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) dengan Penambahan Tepung Sargassum
sp. yang Berbeda pada Pakan. Intek Akuakultur. 3(1): 34 – 44.
Mustahal, dkk. 2020. Aplikasi Kombinasi Ovaprim Dan Oksitosin Dalam Pematangan Gonad Dan Embriogenesis Pada Ikan Bawal Air
Tawar (Colossoma macropomum). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 10(2): 182 – 195.
Prawita A, dkk. 2013. Pengaruh Dosis Natrium Chlorida (NaCl) Yang Berbeda Sebagai Media Penetasan Telur dan Sintasan Larva Bawal
Air. Jurnal Perikanan Unram. 3: 56 – 62.
Cahyo Y, dkk. 2021. Bio Filter: Alternatif Budidaya Perikanan pada Kolam Bawal. Jurnal Bina Desa. 3(3): 187 – 193.
Purwanta, J. 2010. Kajian Kualitas Air Kolam Ikan Bawal Pada Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Mulya Tempelsari,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, D.I, Yogyakarta. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ulumiah, M. 2016. Teknik Pembesaran Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Secara Monokultur Pada Kolam Semi Intensif Di
Balai Benih Ikan Puri – Mojokerto. Laporan Praktek Kerja Lapang. Universitas Airlangga. Surabaya.
Astrid, B. 2013. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Fitri, R. 2019. Pengaruh Pemberian Pakan Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Ikan Bawal
(Colossoma macropomum) Dengan Sistem Bioflok Pada Air Bersalinitas. Universitas Riau. Pekanbaru.
Alfiansyah, A., M.A. Ramadhon., B. Salasa., M. Yusuf. dan M.S. Pradana. 2010. Usulan PKMP berjudul Pengaruh Kunyit Terhadap
Pertumbuhan dan Kelulushidupan (SR) Ikan Bawal (Colossoma macropomum) dengan Sistem Resirkulasi Tertutup. Universitas
Airlangga. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai