Anda di halaman 1dari 9

Kearifan Lokal/Tradisi

Provinsi Kalimantan Barat


Oleh Kelompok 4:
1. Indika Abd. Rahman 1111419004
2. Fandawati I. Idrus 1111417031
3. Dela Puspita Buhang 1111419023
4. Alun Sinto 1111419031
5. Sri Nolvingki Panju 1111419038
6. Cindra Agusti Pakaya 1111419011
7. Nuryana Pontoh 1111419018
Kalimantan Barat

Kalimantan Barat merupakan satu diantara


provinsi di Indonesia yang terletak di pulau
Kalimantan dan juga disebut sebagai provinsi
seribu sungai karena memiliki banyak aliran
sungai kecil dan sungai besar sebagai sumber
kehidupan masyarakatnya. Kalimantan Barat
dijuluki sebagai daerah yang multietnik dimana
terdapat berbagai etnis seperti Dayak, Melayu,
Tionghoa, Bugis, Banjar, Jawa dan lain-lain.
Masyarakatnya hidup dalam lingkungan tradisi
yang telah membudaya sebagai bentuk
kreativitas berfikir untuk menghormati dan
menghargai kejayaan masa lalu.
Kearifan Lokal/Tradisi di Kalimantan Barat

01 02 03

Tradisi robo-robo Tradisi Saprahan


Tradisi nubak adat
di Kabupaten di Kabupaten
di Ketapang,
Mempawah, Sambas,
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Kearifan Lokal/Tradisi Nubak Adat
Nubak adat merupakan kebudayaan masyarakat
Melayu Ketapang. Kata nubak adat berarti suatu
tradisi menangkap ikan di sungai secara
beramai-ramai menggunakan cairan dalam akar
tanaman tuba. Tradisi ini sudah dilakukan secara
turun temurun, dan dilakukan setiap setahun
sekali. Tradisi nubak adat juga sering disebut
tradisi musim kemarau, karena disaat air sungai
dan danau sedang surut-surutnya, maka
masyarakat akan melakukan kegiatan nubak adat
ini dengan cara membius ikan secara massal
menggunakan tanaman tuba. Caranya dengan
memukul-mukul pohon tuba agar cairan akar
tubanya keluar.
Kearifan Lokal/Tradisi Robo-Robo

Robo-robo merupakan tradisi yang dilaksanakan


oleh raja-raja maupun anak keturunan raja Istana
Amantubillah Mempawah serta masyarakat dari
dulu hingga saat ini. Budaya robo-robo termasuk
dalam satu diantara warisan budaya tak benda di
Indonesia yang ditetapkan pada 27 Oktober 2016
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Perayaaan tradisi robo-robo
tidak hanya menjadi wisata budaya lokal namun
juga wisata budaya nasional setiap tahunnya.
—Tradisi Robo-robo

Sebagai sebuah peristiwa sejarah dan budaya, ritual robo-robo selain


bersifat serimonial juga bernuansa sakral dengan simbol-simbol yang
digunakan, setiap prosesi ritual yang dilakukan dari pelepasan satwa,
kirab dan pencucian benda pustaka, haulan, ziarah akbar, toana, mandi
safar, makan safar, ritual buang-buang dalam tradisi robo-robo semuanya
memiliki nilai-nilai yang patut dijunjung tinggi agar nilai tersebut tidak
pudar seiring berkembangnya era globalisasi dan kemajuan teknologi.
Kearifan Lokal/ Tradisi Saprahan

Saprahan merupakan suatu tradisi makan bersama dalam


suatu acara. Tradisi makan Saprahan ini memiliki makna
"duduk sama rendah berdiri sama tinggi". Baik pesta
pernikahan maupun pesta lainnya yang dilakukan oleh
masyarakat khususnya oleh para nelayan dan petambak.
Dalam satu tempat atau ruangan, baik terbuka maupun
tertutup terdapat beberapa saprah atau beberapa lingkaran
kecil. Makan saprahan yang sudah menjadi adat budaya
bertujuan untuk meningkatkan silahturahmi dan ukhuwah,
hubungan baik antar manusia dengan semangat gotong-
royong yang sangat kental tanpa membedakan latar
belakang seseorang apakah dia itu unsur pejabat, tokoh
maupun orang yang dituakan
Referensi

Darma A, dkk. Peristilahan Dalam “Nubak Adat” (Tradisi Menangkap Ikan)


Masyarakat Melayu Ketapang: Pendekatan Etnolinguistik. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak.
Marisah, dkk. 2021. Makna dan Nilai Tradisi Robo-robo sebagai Pelestarian
Budaya Lokal Pada Masyarakat Kabupaten Mempawah. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. Vol. 10(1): hlm 1-12
Deliana R, P. Duduk Sama Rendah, Berdiri Sama Tinggi Nilai-Nilai Budaya
Nelayan & Petambak di Sambas, Kalimantan Barat.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai