Anda di halaman 1dari 8

KLIPPING

MACAM-MACAM KEARIFAN LOKAL DI


INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
Nama : Florentina
Kelas : XI IPA 2
NISN : 0051488962

SMA NEGERI 4 PAREPARE


A. Kearifan Lokal (Local Wisdom)
Sejatinya makna kearifan berasal dari kata “arif” yang memiliki arti yakni
tahu atau mengetahui serta cerdik, pandai dan bijaksana; sementara kearifan
sendiri diartikan sebagai kebijaksanaan atau kecendekiaan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan dalam berinteraksi.
Selanjutnya lokal mengandung arti tempat atau suatu lokasi bertumbuh,
terdapat, hidup sesuatu yang mungkin berbeda dengan tempat lain atau
terdapat di suatu tempat yang bernilai atau berlaku secara universal.
Kearifan lokal tersebut tidak hanya berupa kaidah sosial yang berupa
aturan (norma) atau nilai luhur budaya, melainkan memuat segala cara atau
usaha masyarakat setempat untuk bertahan hidup. Segala usaha tersebut
meliputi pemanfaatan suatu teknologi tertentu dalam penanganan kesehatan
pun sebagai estetika hidup bermasyarakat.
Kearifan lokal terjabar lebih lanjut sebagai warisan budaya yang sifatnya
tangible (nyata atau berwujud) maupun intangible (tidak nyata atau tidak
berwujud), serta kerap disandingkan dengan wacana perubahan seperti
modernisasi.
Kearifan lokal bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan dan
menciptakan kedamaian pada suatu masyarakat, yang meliputi beragam hal.
Antara lain;
1. Sistem nilai
2. Kepercayaan
3. Agama
4. Teknologi
5. Ideologi
6. Etos kerja.
Kearifan lokal difungsikan sebagai penanda identitas sebuah komunitas,
elemen perekat lintas warga masyarakatnya, lintas agama pun lintas
kepercayaan, mendorong terbentuknya rasa solidaritas serta menekan
terjadinya konflik lokal.
Pada era ini, masuknya pengaruh modernisasi dan fakta globalisasi pada
lini kehidupan termasuk masyarakat lokal memberikan implikasi yang perlu
disikapi agar tidak menghilangkan nilai luhur yang teradopsi sebagai kearifan
lokal.
Oleh karenanya diperlukan suatu kepedulian untuk saling menjaga nilai-
nilai luhur yang telah ada dan diwariskan secara turun-temurun sebagai upaya
menghadapi tantangan perubahan kebudayaan di dunia

Contoh Kearifan Lokal

Untuk memahami lebih lanjut mengenai pentingnya menjaga kearifan


lokal serta mengenal apa yang termasuk kearifan lokal, berikut akan dijabarkan
beberapa contohnya yang ada di wilayah Indonesia Antara lain;

1. Hutan Larangan Adat


Hutan larangan adat ini merupakan bentuk kearifan lokal yang berlaku
di Riau. Kearifan lokal ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat sekitar
bersama-sama melestarikan hutan disana sehingga dibuatkan aturan tidak
boleh menebang pohon di hutan.
Apabila terdapat anggota masyarakat yang melanggar aturan tersebut,
maka ia akan dikenakan denda berupa beras 100kg atau uang sebesar Rp.
6.000.000,-.
2. Awig-Awig
Awig-awig merupakan kearifan lokal berupa aturan adat yang berlaku
di Lombok Barat dan Bali. Aturan adat tersebut menjadi pedoman untuk
bertindak dan bersikap khususnya dalam berinteraksi dan mengolah sumber
daya alam lingkungan di daerah Lombok Barat dan Bali.
3. Cingcowong
Cingcowong merupakan upacara untuk meminta hujan yang berlaku di
Sunda atau Jawa Barat. Kearifan lokal ini dilakukan secara turun-temurun
oleh masyarakat Luragung guna melestarikan budaya serta menunjukkan
bagaimana kuasa Tuhan sebagai Hyang Maha Kuasa.
4. Bebie
Bebie merupakan tradisi menanam dan memanen padi secara
bersama-sama yang berlaku di Muara Enim, Sumatera Selatan. Kearifan lokal
ini ditujukan agar pemanenan padi cepat selesai, usai panen; maka akan
diadakan perayaan sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang diperoleh
dan sukses.

5. Sadranan Gunung Genthong


Sadranan Gunung merupakan kearifan lokal yang diadopsi didaerah
Jawa Tengah sebagai bentuk mengucap syukur atau berterimakasih terhadap
leluhur dan alam. Kearifan lokal ini diselenggaraan satu tahun sekali pada
Selasa Kliwon menurut penanggalan Jawa setelah panen pertama
pertengahan marengan palawija.
Pelaksanaan kearifan lokal ini dimulai dengan melibatkan warga untuk
memasak sesaji yang akan dihidangkan seperti ketupat, uwi, gembili,
embong, garut, gethuk, cemplon, ayam panggang, ikan kali panggang dan
lainnya.
6. Ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi
Ogoh-ogoh merupakan karya seni berupa patung dalam kebudayaan
Bali yang umumnya menggambarkan kepribadian bhuta kala (mahkluk alam
bawah dalam kepercayaan Hindu). Ogoh-ogoh merupakan salah satu
kearifan lokal yang masih hingga kini dilakukan di Bali, biasanya di tandu,
pawai atau dipentaskan berkeliling kota ataupun desa.
Bertujuan untuk menyucikan lingkungan dari roh jahat atau unsur
negatif bhuta kala menjelang atau dilakukan sehari sebelum tahun baru saka
(nyepi) di Bali.
7. Ulap Doyo
Ulap Doyo merupakan kearifan lokal yang termuat dalam motif tenun
sebagai warisan suku Dayak Benuaq di Kalimantan. Jenis tekstil tradisional
tersebut menyimpan keunikannya pada bahan baku, proses pembuatan, dan
motif.
Terbuat dari bahan baku daun doyo (curliglia latifotia) yang tumbuh
secara liar di pedalaman Kalimantan, salah satunya di wilayah Tanjung Isuy,
Jempang – Kuta Barat. Selanjutnya, daun doyo kemudian diberi warna alami
yang berasal dari tumbuhan dengan warna umum seperti merah dan coklat.
Pewarna alami merah berasal dari buah glinggam, kayu oter dan buah
londo; sementara pewarna alami coklat diperoleh dari kayu uwar.
Proses berikutnya adalah pada penenunan motif yang terinspirasi
bentuk flora dan fauna yang ada di tepian sungai Mahakam atau bertemakan
peperangan antara manusia dengan naga. Motif yang terdapat pada kain
Ulap Doyo biasanya mencirikan identitas pemakainya yang sekaligus
menjelaskan tingkat stratifikasi sosial masyarakatnya.
8. Barapen
Barapen merupakan bentuk kearifan lokal yang berkembang di Papua,
khususnya di kawasan pegunungan. Kearifan lokal tersebut dilakukan
sebagai ungkapan rasa syukur sekaligus mempererat tali persaudaraan antar
masyarakatnya.
Barapen merupakan tradisi membakar makanan beramai-ramai yang
kemudian disantap bersama, dalam prosesnya diperlukan waktu yang cukup
panjang untuk mempersiapkan pembakaran, membakar hingga proses
santap makanan. Jenis makanan yang dibakar dalam tradisi Barapen meliputi
jagung, ubi, sayur hingga daging.
9. Perang Pandan
Perang Pandan merupakan kearifan lokal yang telah berlangsung lama
di Desa Adat Tenganan Bali. Kearifan lokal tersebut dilakukan setahun sekali
pada sasih kalmia (bulan kelima berdasarkan penanggalan kalender Bali).
Perang pandan tersebut ditujukan untuk menghormati Dewa Indra sebagai
Dewa Perang serta untuk menjaga kesuburan tanah Desa Adat Tenganan.
10. Menjaga Alam Lingkungan dengan Melakukan Banyak Pantangan
Kearifan lokal jenis ini diadopsi di Desa Kanekes, Provinsi Banten
berupa larangan untuk menggunakan alat transportasi, listrik, elektronik,
hingga sabun dan pasta gigi dalam hidup sehari-hari. Hal tersebut dilakukan
untuk menjaga alam dari pengaruh modernisasi termasuk produk kimia.
Suku Baduy masih menekuni usaha bertani dan bercocok tanam
sebagai mata pencaharian mereka, tidak sedikit dari mereka memilih mencari
madu ke hutan untuk kemudian dijual k eketa. Beberapa di antaranya juga
menenum kain, selendang dan sarung membuat tas dari serat akat-akar
pohon sebagai produk khas daerah.
11. Loloh Cemcem
Loloh Cemcem merupakan minuman tradisional yang dijajakan di Desa
Penglipuran, Bangli – Bali sebagai minuman tradisional. Minuman tersebut
diolah dengan pengetahuan lokal mengandalkan bahan alami berupa daun
cemcem sebagai racikan inti dengan campuran air, kelapa, dan cabai.
Minuman tersebut menjadi produk khas ekspresi dari kearifan lokal yang
berlangsung di desa tersebut.
12. Mappalette Bola
Mappalette Bola merupakan kearifan lokal suku bugis, Sulawesi yang
bertujuan untuk meningkatkan solidaritas antar masyarakatnya. Kearifan lokal
tersebut merupakan tradisi memindahkan rumah yang melibatkan puluhan
bahkan ratusan warga kampung.
Mappalette Bola merupakan hal yang dilakukan salah satu atau
beberapa masyarakatnya yang ingin pindah dan menjual rumahnya tapi tidak
dengan tanahnya. Jenis rumah yang dipindahkan bukan rumah
sembarangan, melainkan rumah adat panggung yang terbuat dari kayu khas
masyarakat Sulawesi.
13. Pawai Dugderan
Pawai Dugderan merupakan kearifan lokal yang berlangsung di Kota
Semarang sebagai bentuk acara tahunan dalam rangka menyambut bulan
suci Ramadhan. Tradisi ini bertujuan untuk menyatukan masyarakat
Semarang yang berbeda-beda dalam penetapan puasa agar dalam
penetapan yang sama.
14. Kenduri Blang
Aceh sebagai daerah yang disebut serambi mekah memiliki kearifan
lokal yang masih eksis hingga saat ini, kenduri blang atau kenduri turun
sawah salah satunya.
Semua masyarakat yang memiliki sawah dan hendak menanam pagi,
terlebih dahulu berpartisipasi untuk mengadakan acara kenduri berdasarkan
perintah lembaga adat Aceh. Tradisi ini diwarnai dengan pengucapan doa-
doa tertentu bertujuan agar padi yang akan disemai bebas dari penyakit dan
hama sehingga tumbuh dengan baik dan lancar saat panen.
15. Subak
Subak merupakan kearifan lokal masyarakat Bali yang telah ditetapkan
UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Subak merupakan metode
pengairan sawah yang khusus mengatur tentang menajemen atau sistem
irigasi sawah. Berlandasarkan nilai luhur budaya Tri Hita Karanan meliputi
parahyangan, pawongan, dan palemahan, Subak ditetapkan sebagai salah
satu kearifan lokal masyarakat Bali.
16. Wayang Kulit
Wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisi yang tumbuh dan
berkembang pada masyarakat Jawa. Wayang kulit bukan semata merupakan
sebuah pertunjukkan melainkan sebuah media yang diyakini untuk menuju
roh spiritual pada dewa.
Wayang kulit biasanya dimainkan dengan iringan musik yang berasal
dari gamelan, menggunakan syair-syait berbahasa Jawa. Beberapa hal yang
umumnya dihaturkan sebelum pertunjukan wayang kulit dimulai adalah
sesajian berupa ayam kampung, kopi, nasi tumpeng serta hasil bumi lainnya
sebagai bentuk budaya yang bernilai adiluhung.
17. Malam Sint Maarten
Malam Sint Maarten adalah bagian kearifan lokal yang tidak kita temui
di Indonesia karena merupakan kearifan lokal khas Belanda. Kearifan lokal ini
dilakukan setiap tanggal 11 November pukul 18.00-20.00 PM sebagai bentuk
bermasyarakat dan meningkatkan silahturami antar tetangga.
Pada waktu tersebut, anak-anak akan mendatangi rumah dari pintu ke
pintu dengan membawa lampion, kemudian menawarkan beberapa lagu, usai
menyanyikan lagu, tuan rumah akan menyodorkan keranjang berisikan
beberapa jumlah permen dan anak-anak tersebut dibolehkan mengambil satu
atau lebih permen sebagai imbalannya.
18. Piil Pesenggiri
Pill pesenggiri bisa dikatakan sebagai bagian daripada kearifan lokal
yang melekat dalam sistem sosial pengetahuan. Penerapan falsafah ini
sendiri ditemukan pada masyarakat lampung yang setidaknya memiliki makna
nilai dan norma yang mengatur tata hidup masyarakat Lampung sebagai
makhluk sosial agar terhindar dari konflik sosial. Contohnya saja larangan
untuk berbuat tidak adil, toleransi, dan lain sebagainya.
19. Nukilan
Nukilan menjadi contoh adanya kearifa lokal bagi masyarakat Sunda di
Provinsi Jawa Barat. Dimana peristilahan nukilan atau yang dikenal dalam
perkembangan lain sebagai kutipan sejatinya berhubungan erat dengan
adanya anjuran dan larangan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Hingga sampai saat ini adanya nukilan Suku Sunda ada sekitar 317
yang menjadi bagian daripada pola menjaga keteraturan kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai