Anda di halaman 1dari 27

Kelompok 4

Wilayah Kalimantan

Nama kelompok :
1. Adinda Desty
2. Arini Putri W
3. Hanisya R
4. Muhammad Rafly L
5. Raditya Abdul A
Pengertian Keragaman Budaya
• Keragaman budaya atau “cultural diversity”
adalah keniscayaan yang ada di bumi
Indonesia dan keragaman budaya di Indonesia
adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya.
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA
1. Faktor Ras
Ras di bagi menjadi dua bagian ada ras superior yaitu ras yang mampu menciptakan
kebudayaan dan yang ke dua yaitu ras imperior ras yang mampu mempergunakan
hasil budaya dan menurut saja.

2. Faktor Lingkungan Geografis


lingkungan alam sangat mempengaruhi suatu kebudayaan daerah tertentu. misalanya
orang yang tinggal di daerah yang iklimnya tropis dalam segi pakaiannya akan berbeda
dengan orang yang tinggal di daerah yang suhunya subtropis.

3. Faktor Perkembangan Teknologi


semakin pesat dan tinggi tingkat teknologi manusia, maka pengaruh lingkungan
geografis akan semakin berkurang terhadap perkembangan suatu kebudayaan.

4. Faktor Hubungan Antar Bangsa


hubungan antar bangsa mempunyai suatu pengaruh yang signifikan terhadap
kebudayaan.
- perembasan kebudayaan secara damai (penetration pasifique)
- akulturasi (culture contact)
- difusi kebudayaan
- culture creisse
5. Faktor Sosial
lapisan masyarakatdan hubungan interaksi sosial diantara
suatu warga akan membentuk suatu watak dan ciri-ciri dari
masyarakat tersebut.

6. Faktor Religi
keyakinan yang dimiliki suatu masyarakat yang diyakini sejak
lama maka akan sulit hilang dengan begitu saja.

7. Faktor Prestige
faktor tersebut umumnya bersifat individual yang di
populerkan di dalam kehidupan sosial.

8. Faktor Mode
faktor ini bukanlah sebagai motif ekonomi melainkan hasil
budaya pada saat-saat tertentu.
Kebudayaan Wilayah Kalimantan
1. Kalimantan Utara - Lubung Kilong
• Rumah Adat

- Baloy Tidung
- Lubung Intamu
• Pakaian Adat
- Ta’ a dan Sapei Sapaq

• Makanan Tradisional
- Lawa
• Tarian Tradisional

- Tari Kancet Ledo/Gong - Tari Jepen


• Alat Musik
- Babun - Gambang
2. Kalimantan Tengah
• Rumah Adat
- Rumah Betang

• Pakaian Adat
- Sangkarut
• Makanan Tradisional
- Juhu Umbut Rotan

• Alat Musik Tradisional


- Japen
• Tarian Tradisional
• Tari Hugo dan Huda
3. Kalimantan Timur
• Rumah Adat
- Rumah Lamin

• Pakaian Adat
- Kustin
• Makanan Tradisional
- Nasi Bekepor

• Alat Musik
- Sampek
• Tari Tradisional
- Tari Gantar
4. Kalimantan Barat
• Rumah Adat
-Rumah Panjang

• Pakaian Adat
- Melayu Sambas
• Makanan Tradisional
- Bubur Pedas

• Alat Musik Tradisional


-Tuma
• Tari Tadisional
- Tari Pingan
5.Kalimantan Selatan
• Rumah Adat
- Rumah Banjar

• Pakaian Adat
- Banjar
• Makanan Tadisional
- Soto Banjar

• Alat Musik Tradisional


- Kalang Kupak
• Tari Tradisional
- Tari Baksa Kambang
KEARIFAN LOKAL DI KALIMANTAN
a. Kearifan Lokal dalam Pertanian
Sebagian besar penduduk yang bermukim di wilayah
rawa lebak di Kalimantan Selatan bergelut di sektor pertanian
secara luas, yaitu sebagai petani holtikultura, padi, dan
palawija, sebagai penangkap ikan, serta peternak itik atau
kerbau rawa. Sebagian penduduk lainnya bergerak di sektor
perdagangan, kerajinan, dan jasa yang hampir seluruhnya
berhubungan erat dengan pemanfaatan sumberdaya lahan
rawa lebak.
Pada mulanya rawa lebak hanya dijadikan tempat tinggal
sementara para penebang kayu dan pencari ikan. Semakin lama
komunitasnya semakin bertambah banyak, sementara kayu
yang ditebang mulai berkurang sehingga masyarakat berupaya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencoba
menanam padi dan mengembangkan keterampilan. Semakin
lama mereka semakin memahami fenomena lahan rawa
sehingga mampu mengembangkan beragam komoditas
pertanian.
Usaha tani padi yang dikembangkan di lahan rawa lebak
sebagian terbesar merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri. Sebagian besar hanya bertanam sekali setahun pada
musim kering (banih rintak) dan sebagian kecil dapat bertanam dua
kali dalam setahun (banih surung dan banih rintak). Mereka yang
bertanam dua kali setahun umumnya sawahnya berkisar antara 10-
20 borongan (0,3-0,6 ha) dengan produktivitas sebesar 3,5 ton/ha.

Petani di Negara selalu menanam padi rintak setiap tahun


sedangkan padi surung tergantung pada keadaan air. Penanaman
padi rintak paling sedikit seluas 0,3 ha sedangkan padi surung
paling sedikit setiap 0,6 ha. Pada daerah yang ditanami padi sekali
dalam setahun, luas tanam setiap keluarga mencapai rata-rata 1 ha
permusim dengan produktivitas mencapai 4,2 ton/ha.
b. Kearifan Lokal dalam Tradisi dan Kepercayaan
1. Kebiasaan Hidangan Sirih Masyarakat Kalimantan Timur
Pada masyarakat Kalimantan Timur, khususnya suku bangsa Kutai dan Dayak
adat istiadat menghidangkan sirih sebagai penghormatan kepada tamu. Tamu
yang datang biasanya dijamu dengan sirih terlebih dahulu baru dijamu
makan. Peranan sirih dalam masyarakat Kalimantan Timur dapat berfungsi
sosial sehingga dapat menghilangkan jejak sosial antara satu dengan lainnya.
Kebiasaan menghidangkan sirih dalam kehidupan sosial misanya seperti:
a) Hidangan Penghormatan
Pada masyarakat suku bangsa Dayak menginang tidak hanya menyangkut
masalah kebiasaan saja, akan tetapi juga menyangkut tata pergaulan dan tata
nilai kemasyarakatan, yakni sebagai lambang atau simbol dari solidaritas dan
integrasi sosial bagi warga masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.
b) Upacara Pertunangan
Saat sebelum upacara perkawinan dilaksanakan peminangan oleh
sekelompok utusan dari pihak pria yang datang ke rumah pihak wanita, untuk
menyatakan peminangan. Pada saat datang ke rumah pihak wanita inilah,
satu di antara sarana yang digunakan untuk meminang adalah tempat sirih
yang digunakan sebagai mas kawin.
c) Upacara Menyambut Tamu
Pada kerajaan Kutai dikenal upacara adat pangkon, yaitu upacara menyambut
tamu kerajaan. Pengertian pangkon yaitu dipangku untuk menyambut tamu
tersebut ada benda kerajaan yang dipangku sambil duduk bersila.
2. Tradisi dan Upacara di Kalimantan Selatan
a) Tradisi Lisan
Kesenian lisan suku Banjar biasa dikenal dengan seni “Madihin”.
Madihin sendiri berasal dari serapan bahasa Arab yang artinya nasihat.
Seni Madihin merupakan seni berpantun atau bersyair yang memiliki
rima-rima tertentu dan biasa disajikan dengan cara bersaut-sautan
antar satu pamadihin (sebutan bagi seniman madihin) dengan
pamadihin lainnya.

b) Upacara Adat Baayun Mulud (Baayun Anak)


Tradisi baayun merupakan kegiatan adat mengayun bayi atau anak
yang diiringi dengan nyanyian-nyanyian syair shalawat Nabi. Pada
mulanya tradisi ini bernama Baayun anak, tradisi baayun anak
dilakukan pada anak yang berusia bayi hingga balita. Namun seiring
dengan masuknya budaya Islam maka tradisi baayun anak
diselenggarakan secara massal pada bulan Maullid untuk menyambut
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu kemudian tradisi
ini disebut dengan tradisi baayun mulud. Pelaksanaan tradisi ini
biasanya dipimpin oleh seorang tokoh ulama yang memimpin prosesi
bersyair shalawat. Biasanya diiringi juga oleh kesenian musik rebana.
3. Tradisi di Kalimantan Barat
a) Tradisi Berowah Orang Melayu Meliau
Pada suku melayu, khususnya kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat, ada tradisi berowah, yaitu mengadakan selamatan
(doa, tahlilan, yasinan) untuk memperingati/ mengenang para arwah
keluarga mereka yang sudah meninggal dunia. Tradisi ini dilaksanakan
setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan Sya’ban.
b) Tradisi Ngantar Ajong Orang Sambas
Antar ajong merupakan upacara ritual adat untuk menanam padi yang
dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat
setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman
padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga
demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat
sekampung
c) Tradisi Cumpalek Orang Melayu Sanggau
Menurut kepercayaan orang Melayu khususnya di Kabupaten Sanggau,
cumpalek itu sendiri mempunyai salah satu manfaat yaitu, supaya kita
bisa terhindar dari malapetaka, celaka dan hal hal yang tidak
diinginkan lainnya. Istilah celaka tersebut pada orang Melayu biasanya
dikenal dengan istilah “temponan“
4. Tradisi di Kalimantan Tengah
a) Tradisi Tiwah
Tradisi asli yang masih melekat sampai saat ini yaitu upacara adat
Tiwah ( upacara kematian) yang dalam tiga hari diadakan upacara
Tiwah, orang yang telah meninggal tersebut dimasukan kedalam peti
mati yang di sebut Runni, kemudian digantung dalam hutan,
selanjutnya setahun kemudian, tulang diambil untuk di Tiwahkan dan
disimpan dalam sandung naung (rumah kecil), hanya saja perbedaan
saat ini upacara adat Tiwah tidak lagi menggunakan proses peti mati
yang di gantung di hutan, namun dikubur dan setahun selanjutnya
tulang diambil dan di Tiwahkan.
b) Tradisi Nahunan
Nahunan merupakan ritual yang dilakukan dengan cara memandikan
bayi dan mengukuhkan nama sang bayi dan juga sebagai rasa
terimakasih kepada bidan yang telah membantu proses kelahiran
sehingga ibu dan anak sehat.
Nahunan dilakukan pada bayi yang berusia di atas satu tahun yang
nantinya dibaptis dan dikukuhkan namanya. Biasanya pada Nahunan
juga dilaksankan sembelihan kerbau, sapi atau babi. Namun hal ini
disesuaikan dengan kemampuan keluarga
c. Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan SDA
Pada masyarakat adat Dayak Meratus menunjukan bahwa
kedudukan hutan dipandang sebagai nafas kehidupan
karenanya masyarakat bertimbal-balik dengan kesadaran
mereka untuk menjaga dan memelihara hutan dengan baik.
d. Kearifan Lokal dalam Budaya
• Pasar Terapung, Muara Kuin Kalsel
Konon, pasar terapung sudah mulai ada sejak Sultan
Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi Sungai Kuin dan Barito
pada tahun 1526, yang kemudian menjadi cikal bakal Kota
Banjarmasin. Pasar Muara Kuin tergolong unik, sebab selain
melakukan aktivitas jual-beli di atas air, juga tidak memiliki
organisasi seperti pada pasar-pasar yang ada di darat. Jadi,
tidak dapat diketahui berapa jumlah pedagang atau
pembagian pedagang berdasarkan barang dagangannya.

Anda mungkin juga menyukai