Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Al-Qur’an banyak terdapatayat-ayat yang menyerukan manusia untuk
memperhatikan, merenung dan memikirkan penciptaan Allah baik yang di langit, bumi maupun
diantara keduanya.Diantara ayat-ayat yang menerangkan tentang hal tersebut yaitu Q.S Ali
Imran ayat 190-191.
Demokrasi merupakan suatu paham yang didalamnya mengandung asas-asas
musyawarah yang pernah dilakukan Rasulullah SAW semasa hidup beliau dan diperintahkan
oleh Allah SWT dalam Al-Qur’anul-Karim. Indonesia juga merupakan negara demokrasi, akan
tetapi demokrasi di Indonesia adalah demokrasi pancasila yang didasarkan pada sila-sila yang
terdapat dalam pancasila tersebut.
Seperti halnya ajaran islam demokrasi juga menjunjung nilai persatuan dan kesatuan,
maka dari itu kita sebagai generasi bangsa indonesia haruslah tahu tentang demokrasi. Dalam
Al-Qur’an ada beberapa ayat yang menerangkan tentang demokrasi, salah satunya yaitu QS
Ali Imran: 159, Disini akan dibahas lebih mendalam mengenai kedua surat tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Surah Al Imran (3) : 159

‫ْف َع ْن ُه ْم َوا ْستَ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم َوشَا ِو ْر ُه ْم‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬


ُ ‫ب ال ْنفَضُّوا ِم ْن َح ْولِكَ فَاع‬ ًّ َ‫َّللاِ ِل ْنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْنتَ ف‬
َ ‫ظا َغ ِلي‬ ‫فَ ِب َما َرحْ َم ٍة ِمنَ ه‬
)١٥٩( َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمت ََو ِ ِّكلِين‬ ‫فِي األ ْم ِر فَإِذَا َعزَ ْمتَ فَت ََو هك ْل َعلَى ه‬
‫َّللاِ ِإ هن ه‬

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS Ali Imran: 159)[1]

 Penjelasan:
Surah Ali Imran Ayat 159 menyebutkan tiga hal secara berurutan untuk
dilakukan sebelum bermusyawarah, yaitu sebagai berikut
1. Bersikap lemah lembut. Orang yang melakukan musyawarah harus menghindari tutur kata
yang kasar serta sikap keras kepala. Jika tidak,maka mitra musyawarah akan pergi menghindar.
2. Memberi maaf dan bersedia membuka diri. Kecerahan pikiran hanya dapat hadir bersamaan
dengan sirnanya kekerasan hati serta kedengkian dan dendam.
3. Memohon ampunan Allah sebagai pengiring dalam bertekad, kemudian bertawakal kepada-
Nya atas keputusan yang dicapai yang diharapkan dari musyawarah adalah mufakat untuk
kebenaran karena Nabi Muhammad saw.
Di dalam bermusyawarah, kadang terjadi perselisihan pendapat atau perbedaan. Ayat
ini menyinggung kekhususan Rasul, yakni akhlak mulia beliau. Ayat ini menyatakan, apa yang
menyebabkan orang-orang Arab yang bersifat keras dan suka perang berkumpul di sisimu dan
beriman kepadamu adalah kelembutan akhlakmu. Sekirannya kamu seperti mereka, maka tak
seorangpun datang ke sisimu dan merekapun yang beriman akan berpaling darimu. Oleh
karenanya, maafkanlah ketidaktaatan mereka dalam perang Uhud dan beristigfarlah untuk
mereka. Meskipun sebelum perang anda bermusyawarah dengan mereka dan musyawarah ini
gagal, namun janganlah anda meninggalkan musyawarah dengan mereka dalam urusan
berhubungan dengan mereka. Karena engkau adalah teladan mereka.

 Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kasih sayang adalah hadiah Tuhan yang diberikan kepada para pimpinan agama.
Siapa yang ingin menasihati orang lain, hendaknya dilakukan dengan kasih sayang.
2. Di samping melakukan musyawarah, jangan melupakan tawakal kepada Allah.

 Kandungan Qs Ali Imraan: 159:


a. Dalam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur musyawarah
untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku kekerasan.
b. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan.
c. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima dan bertawakal
(menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah.
d. Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakal

 Adapun hal hal yang dapat kita amalkan dalam kehidupan sehari hari
a. Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
tetapi dengan hati yang lemah lembut.
b. Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan memohonkan
ampun kepada Allah.
c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam
menyelesaikan setiap persoalan.
d. Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan melaksanakan
keputusan musyawarah.
e. Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara ikhtiyar dan
berdo’a

2.2 Surah Al Imran (3) : 190-191

ِ ‫ت ِألُو ِلي ْاأل َ ْل َبا‬


‫ب‬ ِ ‫ف الله ْي ِل َوالنه َه‬
ٍ ‫ار ََل َيا‬ ِ ‫اختِ ََل‬ ِ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫س َم َاوا‬ ِ ‫ِإ هن فِي خ َْل‬
‫ق ال ه‬

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (190)

ُ ‫اط ًَل‬
‫س ْب َحانَكَ فَ ِقنَا‬ ِ ‫ت َو ْاأل َ ْر‬
ِ َ‫ض َربهنَا َما َخلَ ْقتَ َهذَا ب‬ ِ ‫س َم َاوا‬ ِ ‫َّللاَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ هك ُرونَ فِي خ َْل‬
‫ق ال ه‬ ‫الهذِينَ يَذْ ُك ُرونَ ه‬
ِ ‫اب النه‬
‫ار‬ َ َ‫َعذ‬

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.” (191)

 Uraian dan Tafsir ayat


Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan malam
secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita
dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya
yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan
Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
Langit dan bumi dijadikan oleh Al-Khaliq tersusun dengan sangat tertib.Bukan hanya
semata dijadikan, tetapi setiap saat nampak hidup.Semua bergerak menurut aturan.
Silih bergantinya malam dan siang, besar pengaruhnya atas hidup kita dan segala yang
bernyawa.Kadang-kadang malam terasa panjang dan sebaliknya.Musim pun silih
berganti.Musim dingin, panas, gugur, dan semi.Demikian juga hujan dan panas.Semua ini
menjadi tanda-tanda kebesaran dan keagungan Allah bagi orang yang berpikir.Bahwa tidaklah
semuanya terjadi dengan sendirinya.Pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
Diriwayatkan dari 'Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: "Wahai 'Aisyah apakah
engkau mengizinkankanda pada malam ini untuk beribadah kepada Allah SWT sepenuhnya?".
Jawab Aisyah ra: " wahai Rasulullah, Sesungguhnya saya menyenangi apa yang kanda senangi,
menyukai apa yang kanda sukai.Dinda izinkan kanda melakukannya.”Kemudian nabi
mengambil qirbah (tempat air yang terbuat dari kulit domba) yang terletak didalam rumah, lalu
berwudlu.Selanjutnya beliau mengerjakan shalat.Di waktu salat beliau menangis sampai-
sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Alquran yang
dibacanya.Setelah salat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali menangis tersedu-
sedu.Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdoa dan menangis lagi dan air
matanya membasahi tanah.Kemudian datanglah Bilal untuk azan subuh dan melihat Nabi saw
menangis ia bertanya: "Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah
telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang". Nabi
menjawab: "Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada
Allah SWT? Dan bagaimana saya tidak menangis?Pada malam ini Allah SWT telah
menurunkan ayat kepadaku.Selanjutnya beliau berkata: "Alangkah rugi dan celakanya orang-
orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya".
Pada ayat 191 mendefinisikan orang-orang yang mendalam pemahamannya dan berpikir
tajam (Ulul Albab), yaitu orang yang berakal, orang-orang yang mau menggunakan pikirannya,
mengambil faedah, hidayah, dan menggambarkan keagungan Allah.Ia selalu mengingat Allah
(berdzikir) di setiap waktu dan keadaan, baik di waktu ia beridiri, duduk atau berbaring. Jadi
dijelaskan dalam ayat ini bahwa ulul albab yaitu orang-orang baik lelaki maupun perempuan
yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi.
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah, sedangkan objek
pikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pengenalan kepada
Allah lebih banyak didasarkan kepada kalbu, Sedang pengenalan alam raya oleh penggunaan
akal, yakni berpikir. Akal memiliki kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena
alam, tetapi ia memiliki keterbatasan dalam memikirkan Dzat Allah, karena itu dapat dipahami
sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim melalui Ibn ‘Abbas,
‫تفكرافى اخلق والتتفكروافى اخا لق‬
“Pikirkan dan renungkanlah segala sesuatu yang mengenai makhluk Allah jangan sekali-kali
kamu memikirkan dan merenungkan tentang zat dan hakikat Penciptanya, karena
bagaimanapun juga kamu tidak akan sampai dan tidak akan dapat mencapai hakikat Zat Nya.”
Orang-orang yang berdzikir lagi berfikir mengatakan: "Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan makhluk ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia-
sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan yang tertentu yang akan
membahagiakan kami di dunia dan di akhirat, sebagaimana disebar luaskan oleh sementara
orang-orang yang ingin melihat dan menyaksikan akidah dan tauhid kaum muslimin runtuh
dan hancur. Maha Suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan bukan yang
ditujukan kepada Engkau. Karenanya, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah
disediakan bagi orang-rang yang tidak beriman.Ucapan ini adalah lanjutan perasaan sesudah
dzikir dan pikir, yaitu tawakkal dan ridha, berserah dan mengakui kelemahan diri.Sebab itu
bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah pula dia mengingat Allah.Sebagai
tanda pengakuan atas kelemahan diri itu, dihadapan kebesaran Tuhan.
Pada ujung ayat ini (“Maha suci Engkau! maka peliharalah kiranya kami dari azab
neraka” )kita memohon ampun kepada Tuhan dan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka
dengan upaya dan kekuatan-Mu serta mudahkanlah kami dalam melakukan amal yang diridhai
Engkau juga lindungilah kami dari azab-Mu yang pedih

 Isi Kandungan
Pada QS. Ali-Imran ayat 190-191 di dalamnya memiliki kandungan hukum yaitu Allah
mewajibkan kepada umatnya untuk menuntu ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan
pikiran kita untuk merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran Al-Khaliq, pengetahuan) serta pergantian siang dan
malam. Yang demkian ini menjadi tanda-tanda bagi orang yang berpikir, bahwa semua ini
tidaklah terjadi dengan sendirinya. Kemudian dari hasil berpikir tersebut, manusia hendaknya
merenungkan dan menganalisa semua yang ada di alam semesta ini, sehingga akan tercipta
ilmu pengetahuan
 Aspek Tarbawi
Dari ayat di atas dapat diambil aspek tarbawinya yaitu sebagai berikut :
1. Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
2. Akal manusia hendaknya digunakan untuk memikirkan, menganalisa, dan menafsirkan
segala ciptaan Allah.
3. Dalam belajar tidak diperbolehkan memikirkan Dzat Allah, karena manusia mempunyai
keterbatasan dalam hal tersebut dan dikhawatirkan akan terjerumus dalam berpikir yang tidak
sesuai.
4. Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam segala perkara.
5. Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Alah tidak ada yang sia-sia.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
a. Surah Al Imran (3): 159
Allah SWT dalam QS Ali Imraan: 159 menjelaskan bahwa setiap manusia hidup di
dunia tidak terlepas dari problem dan persoalan yang dihadapi. Untuk itu mereka harus dapat
memecahkan masalah tersebut. Adapun cara menyelesaikan persoalan hidup dalam QS Ali
Imraan: 159dijelaskan, harus dengan mencontoh dan mengambil teladan dari nabi Muhammad
SAW yaitu dengan cara lemah lembut berdasarkan rahmat Allah SWT, setiap persoalan
diselesaikan dengan jalan musyawarah.

b. Surah Al Imran (3): 190-191


Ulul Albab adalah orang-orang yang tidak melalaikan Allah dalam setiap
waktu.Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan
mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.
Bahwasanya keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui mengingat
Allah dan memikirkan makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya sang pencipta.
Seorang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, maka akan luas
pengetahunnya tentang alam semesta yang menghubungkan antara manusia dan Tuhan.

3.2 Saran
Setelah mempelajari ini kita harus lebih memahami dan mampu mengamalkannya ke
orang lain dan melakukannya dalam kehidupan diri kita sendiri serta lebih tau artinya
menghargai, mengagungkan ciptaan Allah Swt bukan malah merendahkannya, kita juga dapat
lebih tau mengenai arti demokrasi dalam islam bahwa dalam bertindak kita harus berfikir
matang lebih dahulu dan dimusyawarahkan.
BAB IV
PENUTUP
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami panjatkan syukur kehadirat Allah
SWT,yang mana atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dan tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membatu
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan yang telah diperbuat,baik disengaja maupun
tidak disengaja dalam penulisan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa kami disini juga
masih tahap belajar. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi anda semua yang telah
berkenan membacanya

Daftar Pustaka
http://ayulutfiyah.blogspot.com/2016/01/makalah-agama-tentang-ayat-ayat-al.html
http://zudi-pranata.blogspot.com/2013/01/ayat-ayat-tentang-demokrasi-qs-ali.html
http://artkelislam.blogspot.com/2012/11/memahami-al-quran-surat-ali-imran-ayat.html
http://www.zulfanafdhilla.com/2013/05/tafsir-surat-ali-imran-ayat-159.html

Anda mungkin juga menyukai