S,pd KEARIFAN LOKAL INDONESIA🇮🇩 Sebenarnya apa kearifan lokal itu?
Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang
berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Sedangkan menurut pengertian lain kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan, meliputi tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya. Fungsi Kearifan Lokal: Ciri-Ciri Kearifan Lokal:
Agar dapat melestarikan sumber daya Mempunyai kemampuan mengendalikan.
manusia Merupakan benteng untuk bertahan Berguana agar dapat mengembangkan dari pengaruh budaya luar. kebudayaan serta ilmu pengetahuan Mempunyai kemampuan Sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan mengakomodasi budaya luar. pantangan. Mempunyai kemampuan memberi arah Bermakna tentang etika dan moral yang perkembangan budaya. terwujud dalam upacara Ngaben serta Mempunyai kemampuan mengintegrasi penyucian roh leluhur. atau menyatukan budaya luar dan budaya asli. 1.Sistem Sasi Sistem Sasi adalah pengaturan waktu bagi penduduk setempat untuk mengambil hasil laut di wilayah adatnya. Penduduk hanya boleh menangkap ikan pada saat-saat tertentu. Dengan demikian, flora dan fauna laut bisa memperbaharui Sumber : IDNTimes.com diri dan berkembang biak dengan baik. Meski memanfaatkan kekayaan laut, masyarakat Maluku dan Papua tidak serakah dalam mengambil hasil laut kerena mereka memiliki sistem Sasi. Asal Usul Sistem Sasi: Sasi adalah sebuah adat Maluku yang diwariskan oleh nenek moyang sejak berabad-abad lalu. Adat ini membuat masyarakat Maluku menjaga alam sekitarnya agar tetap lestari. Adat Sasi merupakan perintah larangan untuk mengambil hasil alam, baik hasil pertanian maupun hasil kelautan sebelum waktu yang ditentukan. 2.Lompat Batu Nias Tradisi Lompat Batu atau Fahombo adalah tradisi yang dilakukan oleh seorang pria yang mengenakan pakaian adat meloncati susunan batu yang disusun setinggi lebih dari 2 meter. Tradisi Lompat Batu ini berasal dari Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Tujuan diadakannya lompat batu Nias ini merupakan sebuah adat istiadat suku Nias yang menandakan pria yang bisa melompati batu tersebut akan dicap Pria yang sudah dewasa secara fisik . . Asal Usul Lompat Batu Fahombo: Dahulu, suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, pembatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa lalu membentengi wilayah dengan batu atau bambu setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang. 3.Tradisi Pemakaman Suku Minahasa di Sulawesi Utara
Kearifan lokal yang dimiliki Suku Minahasa ini
mempunyai ritaul pemakaman yang memang unik dan berbeda dari tradisi masyarakat lainnya di Indonesia. Dimana Suku Minahasa memposisikan jenazah duduk sambil memeluk kakinya, bukan dalam posisi tidur. Tradisi pemakaman ini menurut kepercayaan melambangkan keadaan suci dan membawa suatu kebaikan. Sejarah Pemakaman Suku Minahasa: Tradisi tersebut biasa disebut dengan sebutan Waruga. Waruga berasal dari dua kata “waru” yang berarti “rumah” dan “ruga” yang berarti “badan”. Jadi secara harfiah, waruga berarti “rumah tempat badan yang akan kembali ke surga”. 4.Lestari Hutan Mangrove Lestari hutan mangrove adalah upaya pelestarian oleh pemerintah yang telah dijaga bertahun-tahun untuk memperbaiki kadar oksigen di bumi yang semakin menipis. Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di air payau, dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organiks. Manfaat Besar Hutan Mangrove atau Bakau: Hutan mangrove menjadi sumber yang sangat jelas untuk menjaga ekosistem perairan antara laut, pantai dan darat. Selain itu, manfaat hutan mangrove juga akan membantu manusia dalam mendapatkan iklim dan cuaca yang paling nyaman untuk mencegah bencana alam. Hutan Mangrove di Indonesia dijuluki sebagai paru-paru dunia yang memiliki kadar oksigen yang tinggi. 5.Sadranan Gunung Gethong Sadranan Gunung merupakan kearifan lokal yang diadopsi didaerah Jawa Tengah sebagai bentuk mengucap syukur atau berterimakasih terhadap leluhur dan alam. Kearifan lokal ini diselenggaraan satu tahun sekali pada Selasa Kliwon menurut penanggalan Jawa setelah panen pertama pertengahan marengan palawija. Pelaksanaan kearifan lokal ini dimulai dengan melibatkan warga untuk memasak sesaji yang akan dihidangkan seperti ketupat, uwi, gembili, embong, garut, gethuk, cemplon, ayam panggang, ikan kali panggang dan lainnya.