NASIONAL INDONESIA
DEFINISI KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal ( local wisdom ) adalah tata nilai atau perilaku hidup
masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya
secara arif. Pada dasarnya kearifan lokal berkaitan dengan nilai - nilai
dalam masyarakat dan keseimbangan alam. Beberapa pengertian
kearifan lokal :
Semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan
serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia
dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis ( keraf ).
Kepandaian dan strategi - strategi pengelolaan alam semesta
dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabad - abad
teruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoran
manusia. ( Francis Wahono )
Nilai - nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
untuk antara lain melindungi d an mengelola lingkungan hidup
secara lestari. ( UU No.32 Tahun 2009 )
BIDANG PERTANIAN
Subak ( Bali ) : organisasi masyarakat adat yang mengelola irigasi
untuk sistem pertanian.
Dharma Tirta ( Jawa Tengah ), Mitracai ( Jawa Barat ), Tolai
(Sulawesi Tengah ), merupakan sistem pengairan ramah lingkungan.
Pranoto Mongso ( Jawa ) : waktu musim yang digunakan oleh para
petani untuk mengolah pertanian dengan cara perhitungan
kalender Jawa, dan melihat tanda - tanda alam. Oleh karena itu,
tanah mendapatkan waktu yang cukup untuk memproduksi unsur
hara yang seimbang, serta mencegah tanah kehilangan unsur yang
sama.
Terasering : membuat teras - teras sawah yang mengikuti kontur
gunung ( contour planting ). Dibeberapa wilayah, sistem pertanian
ini memiliki penamaan tersendiri, seperti Ngais Gunung ( Jawa
Barat ), Nyabuk Gunung ( Jawa Tengah ), Sengkedan ( Bali ).
Masyarakat Unda Mau di Kalimantan Barat : penataan ruang
permukiman, klasifikasi hutan dan pemanfaatannya. Aturan adat
pada masyarakata Unda Mau mengharuskan untuk meminta izin
pada ketua adat dalam membuka hutan ( rimbo ). Dalam mengolah
lahan pertanian, masyarakat mengenal sistem Bera, yaitu lahan
pertanian yang telah terpakai dibiarkan hingga mencapai kurang
lebih 7 - 10 tahun. Hal ini bertujuan agar tanah menjadi subur
kembali.
Leuweung Kolot ( Leuweung Geledegan atau hutan tua) : hutan yang
masih lebat ditumbuhi berbagai jenis pohon dengan kerapatan
yang tinggi, dan masih banyak ditemukan binatang liar hidup di
dalamnya. Hutan ini masih ada di sekitar kawasan Taman Nasional
Gunung Halimun.
Leuweung Titipan ( hutan keramat ) : Hutan ini tidak boleh
dimasuki apalagi dieksploitasi oleh siapa pun, kecuali ada izin dari
Abah Anom. Hutan ini akan dimasuki apabila Abah Anom menerima
wangsit atau ilapat dari nenek moyang yang memerlukan sesuatu
dari kawasan gunung tersebut. Kawasan hutan keramat adalah
kawasan Gunung Ciwitali dan Gunung Girang Cibareno.
Leuweung Sampalan ( Leuweung bukaan ) : hutan yang dapat
digunakan dan dieksploitasi serta dibuka oleh warga Kasepuhan.
Warga boleh membuka ladang, kebun sawah, menggembala ternak,
mengambil kayu bakar dan hasil hutan lainnya yang ada. Termasuk
lahan bukaan adalah lahan di sekitar tempat pemukiman penduduk.
Talun ( Jawa Barat ) : hutan buatan yang meurpakan bekas ladang
ataupun sawah yang sudah dipanen lalu ditanami dengan tanaman
musiman dan tanaman keras. Tanaman buah-buahan sering
digunakan seperti duren, rambutan, atau tanaman lainnya seperti
petai, cengkeh, dan sebagainya.