Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tasya Ferliana Rosa

NIM : 2211124595

Jawaban :

1. Ekologi Riau
- Hutan
Hutan merupakan satu elemen penting dalam pembentukan kebudayaan masyarakat
melayu. Orang melayu melihat hutan sebagai sumber semula jadi yang sangat penting
dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Hutan juga menjadi tempat perburuan. Keperluan
untuk menangkap hewan liar telah mendorong mereka mencipta berbagai bagai alat
tangkapan dan senjata untuk memburu seperti sumpitan, lembing, ranjau, jebak, jerat,
bubu, lukah, belat, dsb.
Hutan juga menjadi sumber penting dalam pembentukan ide tentang sistem
kepercayaan dan ritual dan upacara tradisional masyarakat Melayu. Sistem kepercayaan dan
perobatan tradisional ini berperanan besar dalam pembentukan hubungan harmoni sesama
manusia dan manusia dengan alam sekeliling khususnya sebelum kedatangan agama Hindu
dan Islam. Hutan juga mengandungi berbagai- bagai mitos dan legenda yang berkaitan
dengan masyarakat tempatan. Hutan diatur sedemikian ketat, baik pemeliharaannya
maupun pemanfaatannya. Dalam masyarakat Suku Asli misalnya kawasan hutan terbagi
beberapa jenis. Ada sawah ladang, hutan produksi yang menyimpan kayu-kayu, rimba
kepungan sialang dan simpanan. Jika yang melanggarnya diberikan hukuman yang sesuai
sepanjang adat (Ensiklopedi Bengkalis). Catatan menunjukkan masyarakat di rantau ini
terutamanya Suku Asli menjadi pembekal hasil hutan yang utama seperti kayu gaharu,
tanduk, madu lebah, tikar pandan, getah jelutung, damar, rotan dan sebagainya sejak abad
ke-5.

- Tanah
Hutan dan tanah dua istilah yang berkaitan dengan hak dan marwah masyarakat
Melayu. Jika hak dan marwah ini terganggu maka terganggulah martabat empunya.
Masyarakat Melayu mengenal hutan tanah yang menjadi milik kelompok, kaum atau
masyarakat tertentu yang lazim disebut “tanah wilayat” atau tanah ulayat yang diatur oleh
hukum adat dan dihormati oleh hukum negara. Hutan tanah yang tergolong tanah adat ini
pemilikan dan penguasaan serta pemanfaatannya dikukuhkan oleh raja dengan surat. Salah
satu dari empat anasir asal kejadian dalam alam Melayu dan wilayah yang dalam alam
Melayu menjadi tempat kawasan bangunan istana, rumah, dan pondok. Selain itu, tanah
merupakan anasir keempat dalam alam Melayu, melengkapi api, air, dan angin. Sifat- sifat
manusia bermuara pada empat filosofi dalam alam Melayu ini.
Dalam alam Melayu tanah menjadi sesuatu yang dibina, dilindungi, dan dijaga.
Berdasarkan pembagian jenis kesuburan tanah menurut orang Melayu, ada tiga jenis, yaitu
tanah muda, tanah tua, dan tanah mati. Tanah muda adalah tanah yang mengandung
banyak makanan atau unsur hara, air yang cukup, udara, dan butiran yang tidak terlalu
besar. Tanah jenis ini banyak dijumpai di sepanjang daerah aliran sungai. Tanah tua adalah
tanah yang kandungan unsur hara di dalamnya sudah mulai berkurang. Adapun tanah mati
adalah tanah yang tidak mengandung unsur hara. Tanah ini biasanya terbentuk setelah
dipakai terlalu lama tanpa disertai pemupukan atau akibat erosi yang terjadi secara terus-
menerus.

- Sungai
Riau dialiri empat sungai besar yaitu Sungai Kampar, Siak, Rokan, dan Kuantan/ Indragiri.
Mobilitas orang di Riau pada masa dahulu mengikuti jalur sungai. Berbagai prosesi
kehidupan orang Melayu merujuk ke sungai, misalnya berbagai ritual dan upacara turun
mandi, berbual di tepian mandi (mencarikan jodoh untuk anak atau keponakan), mandi
berlimau, mencari penghidupan, mobilitas interelasi, upacara kematian, dan lain
sebagainya. Mereka menjadikan sungai sebagai timang- timangan negeri. Bagi mereka,
rusak sungai samalah dengan cerminan rusaknya negeri.

- Rawa
Tanah rendah yang umumnya di daerah pantai, kiri dan kanan sungai, ada pula yang dekat
dengan tasik atau danau. Disebut rawa (dalam musim pancaroba) apabila digenangi air.
Dalam rawa biasanya banyak terdapat tumbuhan air serta kayu-kayuan. Bila musim pasang
atau banjir, air sungai akan sampai ke rawa, maka rawa disebut rawang. Pada musim
kemarau, rawa akan kering dan ketika itu pula terjadi aktivitas mengecal, merawang untuk
menangkap ikan yang terjebak di rawa.

- Tasik
Sebutan danau, kawasan berair yang luas dan dikelilingi tanah (daratan). Lingkungan
perairan tawar baik bergerak maupun tidak bergerak. Danau dalam kaitan itu secara garis
besar terbagi menjadi dua yaitu lactic atau lingkungan perairan tawar yang tidak bergerak,
dan lotic yaitu lingkungan air tawar yang bergerak. Sebagai lingkungan perairan, danau
(dalam keadaan normal) memiliki batas-batas yang jelas yaitu tepian danau, dasar danau
yang berupa kumpulan sediment, permukaan air serta dinding danau. Danau bagi
masyarakat Melayu merupakan sarang nilai di perkampungan Melayu. Tradisi lisan hidup
sejalan dengan adanya danau, sungai, ladang, hutan cadangan, dan hutan simpanan. Danau-
danau di Riau tergolong ke dalam danau lactic, yaitu suatu tempat dengan genangan air
yang luas atau panjang, arusnya tenang, memiliki kedalaman dan luas tertentu.
Danau-danau bisa berubah menjadi paya, rawa, rawang, odang, calong atau lupak.
Danau bisa saja ditumbuhi oleh kiambang, semak, bonto, kumpai, dan lainnya. Danau yang
berukuran kecil menjorok ke darat, airnya mengalir ke sungai disebut lupak. Danau yang
telah menjadi rawang kemudian airnya kering di musim kemarau disebut dengan odang.
Danau berukuran kecil di tepi sungai disebut calong.
Di Riau danau sangat jarang ditemui di daerah hulu sungai karena kontur tanahnya yang
miring, meskipun demikian ada juga danau-danau tersebut berukuran kecil atau sedang.
Danau yang terbentuk dalam jalur sungai mati banyak ditemukan di bagian hulu, bentuknya
memanjang mengikuti jalur sungai. Sungai Rokan, Kuantan atau Indragiri, Kampar, dan
Siakbagiantengah dan hilir terdiri dari banyak danau-danau besar dan panjang-panjang,
bahkan danau-danau yang ada saling berhubungan antara satu dengan yang lain, hal yang
demikian itu disebabkan karena kontur tanah bagian pesisir pantai timur Sumatra adalah
wilayah dataran rendah yang luas.

- Selat
Laut pemisah antara dua daratan yang berdekatan. Biasanya, selat menghubungkan antara
dua wilayah lautan yang besar. Tingkat kedalaman laut di selat relatif dangkal. Selain itu,
pelaut biasanya lebih suka berlayar di selat karena gelombang dan arusnya lebih tenang
dibandingkan samudra. Aktivitas mobilitas acap kali terjadi di selat. Beberapa upacara dan
ritual terjadi di selat, seperti menyemah laut, membuang ancak, menyamak belat, menyeru
tanjung, dan lain sebagainya. Aktivitas mencari ikan juga lebih cenderung dilakukan di selat.
Pada musim kawin, bertelur menjelang menetas, ikan kembali ke selat setelah
pengembaraannya di samudra.

- Laut
Laut dapat didefinisikan sebagai kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas, air
yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau.

2. Hubungan manusia dan alam


Dalam ungkapan Tunjuk Ajar Melayu, Tenas Effendy memaparkan dalam bentuk pantun
“banyak periuk dijerang orang//periuk besar tudungnya hitam//banyak petunjuk dikenang
orang//tunjuk ajar mengandung alam,” bahwa orang Melayu belajar dari alam semesta. Kiranya,
berpantanglah seseorang jika berlaku merusak alam. Dari ungkapan ini, didapat simpulan bahwa
Orang Melayu memandang alam sebagai ruang hidup yang sangat diperhatikan.
Orang Melayu hakikatnya hidup bersebati dengan alam lingkungannya. Orang Melayu
menganggap alam bukan saja dijadikan alat mencari nafkah, tetapi juga berkaitan dengan
kebudayaan dan kepercayaan. Dalam ungkapan Melayu dikatakan bahwa kehidupan mereka
amat bergantung kepada alam. Alam menjadi sumber nafkah sekaligus menjadi sumber unsur-
unsur budayanya.

Kalau tidak ada laut, hampalah perut


Bila tak ada hutan, binasalah badan

Dalam ungkapan lain dikatakan:

Kalau binasa hutan yang lebat,


Rusak lembaga hilang adat
Kebenaran isi ungkapan ini secara jelas dapat dilihat dalam kehidupan mereka sehari-
hari. Dari teknologi tradisional yang diwariskan secara turun-temurun, tampak bahwa
keseharian Orang Melayu hidup dari hasil laut dan hasil hutan serta dari hasil mengolah tanah.
Dari hubungan yang erat itu, orang Melayu berupaya memelihara serta menjaga kelestarian dan
keseimbangan alam lingkungannya. Dalam adat istiadat ditetapkan “pantang larang” yang
berkaitan dengan pemeliharaan serta pemanfaatan alam, mulai dari hutan, tanah, laut dan
selat, tokong dan pulau, suak dan sungai, tasik dan danau, sampai kepada kawasan yang
menjadi kampung halaman, dusun, ladang, kebun, dan sebagainya. Ketentuan adat yang mereka
pakai memiliki sanksi hukum yang berat terhadap perusak alam. Sebab, perusak alam bukan saja
merusak sumber ekonomi, tetapi juga membinasakan sumber berbagai kegiatan budaya,
pengobatan, dan lain- lain, yang amat diperlukan oleh masyarakat (Tenas Effendy, 2006).

3. Kerusakan alam dan dampaknya bagi kehidupan manusia


- Penebangan hutan secara liar
Dampaknya ialah hilang nya tempat tinggal bagi hewan yang hidup di hutan,pohon yang sudah
ditebang tidak bisa meresap air lagi sehingga berakibat banjir,udara menjadi tidak segar dan
bersih karena tidak ada pohon.

- Sungai dipenuhi Sampah keluarga dan industri


Dampaknya adalah tercemarnya air sungai, ikan ikan dan makhluk hidup disungai terganggu
kesehatan nya ,sungai tidak bisa mengalir dengan lancar karena tersumbat sampah sehingga
mengakibatkan banjir

- Terjadi nya pencemaran udara


Pencemaran udara disini salah satu adalah dari adanya kawasan industri dampak nya kesehatan
makhluk hidup terganggu baik hewan tumbuhan dsb,karena adanya polusi udara.

- Terjadi nya banjir


Dampaknya adalah terendamnya suatu lingkungan yang menyebabkan rumah di kawasan rusak.
Bahkan, nyawa makhluk hidup melayang karena arus deras banjir

- Global Warming
Pemanasan global bisa menyebabkan cairnya kutub kutub es yang ada di dunia, perubahan iklim
yang tidak seperti biasanya dan Merusak kesehatan makhluk hidup. Dengan semakin banyaknya
jumlah karbon dioksida terperangkap di atmosfer, kualitas udara untuk pernafasan semakin
buruk dan sulit didapat.

4. Restorasi ruang Ekologi


Restorasi ekologis merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memprakarsai atau
mempercepat pemulihan ekosistem secara berkesinambungan. Ekosistem yang membutuhkan
restorasi umumnya adalah ekosistem yang telah mengalami perubahan atau kerusakan akibat
aktivitas aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak.
Program restorasi berupaya memulihkan kembali ekosistem sebagaimana mulanya.
Oleh karena itu, mengetahui keadaan awal suatu ekosistem sangatlah diperlukan sebagai dasar
perencanaan program restorasi. Namun, demikian ekosistem yang direstorasi belum tentu
dapat pulih seperti sediakala karena terjadinya perubahan ekosistem seiring perjalanan waktu.
Penentuan keadaan awal yang akurat sangat sulit dilakukan pada ekosistem yang sangat rusak.
Namun demikian, gambaran umum dan batasan batasan awalnya tetap dapat ditentukan
melalui perpaduan pengetahuan tentang ekosistem yang rusak tersebut dengan struktur yang
sudah ada, komposisi dan fungsi, studi tentang ekosistem utuh yang sebanding, informasi
tentang kondisi lingkungan regional serta analisis ekologi lainnya, termasuk budaya dan acuan
sejarah.

Anda mungkin juga menyukai