Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Kewarganegaraan

Vol. 5 No. 2 Desember 2021


P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

URGENSI ETIKA DEMOKRASI DI ERA GLOBAL: MEMBANGUN ETIKA DALAM


MENGEMUKAKAN PENDAPAT BAGI MASYARAKAT AKADEMIS MELALUI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Nufikha UlfaH, Yayuk Hidayah, & Meiwatizal Trihastuti


Institut Teknologi Sumatera, Universitas Ahmad Dahlan, & STKIP Pasundan Cimahi
Yayuk.hidayah@pgsd.uad.ac.id

Abstrak
Istilah demokrasi secara singkat didefinisikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Jika ditinjau dari sudut organisasi, negara demokrasi adalah negara yang
diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, negara demokrasi yaitu negara
kedaulatan rakyat. Sedangkan etika memiliki arti: ilmu yang membahas tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan; etika dapat juga dijelaskan sebagai “ilmu pengetahuan
yang membahas tentang asas-asas akhlak (moral). Adapun visi dari Pendidikan Kewarganegaraan itu
sendiri yaitu agar menjadi warga negara yang baik yang memiliki civic knowledge, civic dispositions,
serta mempu mengartikulasi civic skills (berkaitan dengan kecakapan intelektual: mengidentifikasi,
menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, menilai, dan mengambil serta mempertahankan posisi atas
suatu isu; dan kecakapan partisipatif: berinteraksi, memantau, dan memengaruhi) dalam kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang demokratis. Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat
melahirkan warga negara demokratis yang memiliki kecerdasan, kritis, bertanggung jawab serta
partisipatif dalam menghadapi perubahan sabagai akibat dan tantangan globalisasi.
Kata kunci: Etika Demokrasi, Demokrasi Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan

abstract
The term democracy is briefly defined as the government or power of the people, by the people, and for
the people. When viewed from the point of view of the organization, a democratic state is a country
organized based on the will and will of the people, a democratic state that is a country of people's
sovereignty. While ethics has a meaning: science that discusses what is commonly done or the science of
customs; ethics can also be described as "the science of moral principles." The vision of Citizenship
Education itself is to be a good citizen who has civic knowledge, civic dispositions, and articulate civic
skills (relating to intellectual proficiency: identifying, describing, describing, analyzing, assessing, and
taking and maintaining positions on an issue; and participatory skills: interacting, monitoring, and
influencing) in the lives of democratic societies, nations, and countries. Citizenship Education is expected
to give birth to democratic citizens who have intelligence, critical, responsible and participatory in the
face of changes such as the consequences and challenges of globalization.
Keywords: Democratic Ethics, Pancasila Democracy, Citizenship Education

PENDAHULUAN manusia adalah makhluk sosial. Manusia


Manusia dan HAM adalah dua kata tidak dapat hidup sendiri, dia selalu hidup
yang sulit untuk dipisahkan. Sejak di tengah-tengah sosialitasnya, baik itu
kelahirannya di bumi manusia lahir dengan kelompok kecil masyarakat, suku, bangsa
membawa hak-hak kodrat yang melekat atau negara. Dalam kedudukan manusia
integral dalam hidupnya. Pada dasarnya sebagai makhluk sosial inilah masalah
manusia adalah makhluk bebas. HAM menjadi sangat kompleks. Banyak
Kemerdekaan dalam menyatakan pendapat benturan manusia yang satu dengan
merupakan bagian dari hak asasi manusia. manusia yang lain, kelompok yang satu
Kebebasan merupakan tuntutan manusia dengan kelompok yang lain. Hak dan
sebagai makhluk individu. Di sisi lain kebebasan secara alamiah dimiliki setiap

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 329


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

manusia. Dalam hidup berkelompok hak ini pendapat tersebut sejalan dengan Pasal 19
diambil atau didelegasikan kepada Deklarasi Universal HAM yang berbunyi:
kelompoknya untuk pengaturan hidup “Setiap orang berhak atas kebebasan
bersama. mempunyai dan mengeluarkan pendapat,
Setiap negara wajib melindungi hak dalam hak ini termasuk kebebasan
asasi manusia setiap warga negaranya. Di mempunyai pendapat dengan tidak
Inonesia HAM manusia diatur dalam UUD mendapat gangguan dan untuk mencari,
1945 Pasal 27-34, termasuk hak atas menerima, dan menyampaikan keterangan
kebebasan dalam berserikat, berkumpul dan pendapat dengan cara apapun juga dan
dan dalam mengeluarkan pendapat (Pasal dengan memandang batas-batas.”
28E (3). Berkaitan dengan kebebasan Dengan demikian, maka
mengeluarkan pendapat, juga diatur dalam kemerdekaan pendapat di muka umum
UU No. 9 Tahun 1998 yang merupakan harus dilaksanakan dengan penuh
ketentuan yang bersifat regulatif. Pasal 1 tanggung jawab, sejalan dengan ketentuan
ayat (1) dijelaskan bahwa: “Kemerdekaan peraturan perundang-undangan yang
menyampaikan pendapat adalah hak setiap berlaku. Bertanggung jawab berarti dapat
warga negara untuk menyampaikan pikiran menjawab, bila ditanyai tentang
dengan lisan. tulisan. dan sebagainya secara perbuatan-perbuatan yang dilakukan.
bebas dan bertanggung jawab sesuai Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak
dengan ketentuan peraturan perundang- boleh mengelak, bila diminta penjelasan
undangan yang berlaku.” tentang perbuatannya. Kepada siapa
Kemudian dijelaskan pula mengenai jawaban itu diberikan? Kepada dirinya
asas dan tujuan dalam mengemukakan sendiri, kepada masyarakat luas dan
pendapat dalam pasal 3 ayat (1), (2), (3), bahkan kalau orang beragama kepada
dan (4) dan pasal 4 a, b, c, dan d yaitu Tuhan. (Bertens, 1993: 135). Pelaksanaan
kemerdekaan menyampaikan pendapat di demokrasi masa kini sarat dengan
muka umum dilaksanakan berlandaskan demonstrasi atau unjuk rasa. Demonstrasi
asas keseimbangan antara hak dan atau unjuk rasa merupakan wujud dari
kewajiban; musyawarah dan mufakat; adanya kebebasan dalam menyampaikan
kepastian hukum dan keadilan; pendapat. Kebebasan menyampaikan
professional dan manfaat; serta bertujuan merupakan implementasi dari nilai-nilai
mewujudkan kebebasan yang bertanggung HAM. Seperti yang ditulis oleh James W.
jawab sebagai salah satu pelaksanaan HAM Nickel dalam Bukunya yang berjudul
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945; Making Sense of Human Rights
perlindungan hokum dalam menjamin sebagaimana dikutip I Gede Pasek Eka
kebebasan menyampaikan pendapat; Wisanjaya (2013), menyatakan bahwa
mewujudkan berkembangnya iklim yang “ketika hak asasi manusia
kondusif bagi berkembangnya partisipasi diimplementasikan didalam hukum
dan kreativitas warga negara sebagai internasional, kita masih menyebutnya
perwujudan hak dan tanggung jawab sebagai hak asasi manusia; namun
dalam kehidupan berdemokrasi; dan manakala itu diimplementasikan didalam
mampu menempatkan tanggung jawab hokum domestik, kita condong
sosial dalam kehidupan bermasyarakat, menggambarkannya sebagai hak sipil atau
berbangsa, dan bernegara, tanpa hak konstitusional.” Dengan demikian,
mengabaikan kepentingan perorangan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
atau kelompok. Berdasarkan penjelasan dalam konteks hukum nasional Indonesia
mengenai kebebasan menyampaikan hak konstitusional warga negara tentang

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 330


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

hak kemerdekaan menyampaikan pembaca dan penerima kepada opini yang


pendapat diatur secara jelas dalam negatif. Sehingga dari opini negatif, fitnah,
Konstitusi RI yaitu UUD 1945 Pasal 28, penyebar kebencian yang diterima dan
Pasal 28E Ayat (2) dan Ayat (3). menyerang pihak ataupun membuat orang
Kebebasan berpendapat menjadi menjadi takut, terancam dan dapat
landasan utama demokrasi modern. merugikan pihak yang diberitakan
Namun, kerap kali untuk kebebasan sehingga dapat merusak reputasi dan
berpendapat itu membentur peraturan menimbulkan kerugian materi. CNN
atau norma (konstitusional) yang ada Indonesia menyebutkan bahwa dalam data
sehingga mengakibatkan pelanggaran yang dipaparkan oleh Kementerian
etika. Faktanya saat ini banyak sekali yang Komunikasi dan Informatika menyebutkan
menunjukkan bahwa ternyata kebebasan ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia
mengemukakan pendapat yang tidak yang terindikasi sebagai penyebar berita
dilandasi rasa tanggung jawab, adanya palsu dan ujaran kebencian (hate speech)
kebebasan dalam mengemukakan (Pratama (2016). Serta masih banyak lagi
pendapat saat ini menimbulkan dampak fakta lainnya yang menggambarkan
yang tidak baik disebabkan oleh bagaimana kondisi pelaksanaan demokrasi
penyalahgunaan “hak” tersebut yang pada di Indonesia yang berkaitan dengan hak
akhirnya dapat merugikan orang lain. kemerdekaan dalam mengemukakan
Dikutip dari listverse.com pada Kamis pendapat yang tanpa memperhatikan etika
(11/5/2017), berikut 7 kasus yang dan tanpa disertai rasa tanggung jawab.
mengancam kebebasan berpendapat, yaitu Proses demokratisasi yang semakin
(1) Perang Komentar di Dunia Maya; (2) mengglobal sejak memasuki abad ke 21,
Serangan pada Anonimitas; (3) merupakan tantangan konseptual dan
Peningkatan Kasus Penistaan, seperti kontekstual civic education atau citizenship
Kasus dugaan penistaan agama yang paling education (pendidikan kewarganegaraan).
hangat adalah yang dialami mantan Menurut Huntington (1991), pada saat ini
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja dunia, termasuk Indonesia sedang berada
Purnama; (4) Perang Melawan Jurnalisme; pada gelombang demokratisasi ketiga yang
(5) Pemaksaan Budaya; (6) Pembunuhan sangat spektakuler yang memunculkan isu
untuk Pembungkaman; dan (7) Protes demokratisasi yang menonjol, antara lain:
Sebagai Senjata. hubungan timbal balik perkembangan
Selain itu, kaitannya dengan ekonomi dengan proses demokratisasi dan
kemajuan teknologi informasi komunikasi bentuk pemerintahan demokratis
saat ini tidak hanya memberikan dampak khususnya yang berkaitan dengan
yang positif tetapi juga memberikan kebebasan individu, stabilitas politik, dan
dampak yang buruk. Penyampaian akan implikasinya terhadap hubungan
informasi begitu cepat dimana setiap orang internasional. Didalam menjawab
telah dengan mudah memproduksi permasalahan tentang faktor yang
informasi, dan informasi yang begitu cepat melatarbelakangi tumbuh dan
tersebut melalui beberapa media sosial berkembangnya proses demokratisasi,
seperti facebook, twitter, ataupun pesan walaupun tidak dalam konteks hubungan
telpon genggam seperti, whatsapp dan lain sebab-akibat, Huntington (1991)
sebagainya yang tidak dapat difilter menyimpulkan adanya “korelasi yang
dengan baik. Dalam menyampaikan tinggi Antara agama Kristen Barat dengan
informasi yang tidak benar (hoax) dengan demokrasi”, dengan argument statistik
disertai tujuan provokatif yang mnggiring bahwa dari 68 negara yang dianggap

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 331


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

demokratis sebesar 57% merupakan 220).


negara yang dominan Kristen Barat, dan Berbagai wacana tentang model
hanya 12% dari 58 negara yang dominan demokrasi yang cocok dengan kondisi
agama lainnya merupakan negara masyarakat Indonesia yang ber-“Bhinneka
demokratis (Udin S. Winataputra & Dasim Tunggal Ika” dengan liku-liku pengalaman
Budimansyah, 2012: 218). John L Esposito historis, perkembangan ekonomi, serta
dan John O. Voll (2016) mengadakan studi interaksinya dengan kecenderungan
komparatif demokrasi di Iran, Sudan, globalisasi semakin banyak dikembangkan.
Paskistan, Aljazair, dan Mesir. Didalam Diantara berbagai wacana yang menonjol,
bukunya “Islam and Democracy” yang yang memiliki keterkaitan dengan tulisan
diterjemahkan menjadi “Demokrasi di ini, diantaranya yaitu Masyarakat Madani
Negara-negara Muslim”, Esposito dan Voll yang Bermoral yang Dicerminkan dalam
(1996: 11): “Kebangkitan Islam dan Kedaulatan Rakyat yang Menjunjung Tinggi
demokratisasi di dunia muslim Hukum dan HAM (Suara Pembaharuan, 21
berlangsung dalam konteks global yang Juni 1999); Persoalan Dilematis dalam
dinamis” dimana terjadi proses Pembangunan Masyarakat Madani
‘menguatnya identitas komunal dan Menyangkut Ketertarikan Ilmu
tuntutan terhadap partisipasi politk rakyat Pengetahuan, Moralitas, Jaminan Hukum,
yang muncul dalam lingkungan dunia yang dan Persamaan Hak (Asy’ari, dalam
begitu kompleks ketika teknologi semakin Republika, 23 Februari 1999); Peran
memperkuat hubungan global, sementara, Masyarakat Akademis sebagai Bagian dari
pada saat yang sama identitas local, Masyarakat Madani (Abdurrahman, dalam
nasional, dan budaya lokal masih sangat Kompas, 29 April 1999); dan Kaitan Etika
kuat. Berdasarkan hal tersebut, dapat Pluralisme dan Konstitusi Masyarakat
diindikasikan bahwa proses demokrasi Madani yang Memungkinkan Masyarakat
tidak seyogyanya selalu diukur dari yang Heterogen Membangun Kehidupan
kriteria demokrasi barat, tetapi dilihat Bersama yang Damai (Arifin, dalam
secara kontekstual, karena demokrasi Republika, 14 Mei 1999). Berkembangnya
sendiri tidak berkembang dalam suatu wacana tersebut menunjukkan bahwa
situasi yang secara sosial-kultural vakum komitmen terhadap upaya peningkatan
(Udin S. Winataputra & Dasim kualitas berkehidupan demokrasi di
Budimansyah, 2012: 219). Demokrasi ideal Indonesia sedang mengalami tahap yang
yang diterapkan di Indonesia yang memuncak. Dengan kata lain, dapat
mengacu pada nilai dan norma yang dikatakan bahwa pada masa yang akan
berlaku di Indonesia erta menjunjung datang instrumentasi dan praksis
tinggi nilai dan prinsip-prinsip demokrasi. kehidupan demokrasi di Indonesia akan
Perkembangan demokrasi di mengalami penyempurnaan yang terus
Indonesia dapat dikembalikan pada menerus sejalan dengan dinamika
dinamika kehidupan negara sejak partisipasi seluruh warga negara sesuai
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dengan kedudukan dan perannya dalam
hingga saat ini, serta praksis kehidupan masyarakat (Udin S. Winataputra & Dasim
bermasyarakat dan bernegara yang Budimansyah, 2012: 222, 223).
menjadi dampak langsung dan dampak Karena proses demokratisasi ini
pengiring dari berlakunya setiap konstitusi menyangkut ini menyangkut partisipasi
serta dampak perkembangan internasional warga negara dalam proses politik, maka
pada setiap zamannya (Udin S. penyiapan warga negara agar mampu
Winataputra & Dasim Budimansyah, 2012: berpartisipasi secara cerdas dan

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 332


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

bertanggung jawab juga merupakan isu dari Bahasa Yunani Kuno ethos (dalam
penting dalam proses demokratisasi saat bentuk tunggal) berarti: tempat tinggal
ini. Sebagaimana diyakini bahwa ethos yang biasa; padang rumput, kandang
demokrasi sesungguhnya tidaklah habitat: kebiasaan adat; akhlak, perasaan:
diwariskan, tetapi dipelajari, dan dialami. perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan
Oleh karena itu pendidikan (dalam bentuk jamak) etika berarti adat
kewarganegaraan sebagai wahana kebiasaan. Dalam arti jamak inilah yang
pendidikan demokrasi dalam arti luas melatarbelakangi filsuf Yunani Aristoteles
memegang peranan yang strategis, karena memakai istilah etika untuk menunjukkan
secara langsung menyentuh sasaran filsafat moral, maka “etika” berarti ilmu
potensial kewarganegaraan yang tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
demokratis untuk berbagai usia. Proses tentang adat kebiasaan. Etika dapat juga
demokratisasi yang harus dikembangkan dijelaskan sebagai “ilmu pengetahuan yang
bukanlah hanya untuk berdemokrasi hari membahas tentang asas-asas akhlak
ini, tetapi lebih jauh lagi untuk (moral). Kata “etika biasa dipakai dalam
berdemokrasi di hari esok (Udin S. arti: nilai-nilai dan norma moral yang
Winataputra & Dasim Budimansyah, 2012: dijadikan pedoman bagi seseorang atau
218). suatu kelompok dalam mengatur tingkah
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat lakunya. Etika berkaitan dengan masalah
disimpulkan bahwa pendidikan nilai karena pokok pembicaraan etika yaitu
kewarganegaraan sebagai pendidikan “baik” dan “buruk”. Etika bersifat normatif
demokrasi memegang peranan penting untuk mengatur perilaku manusia artinya
dalam membangun ethos demokrasi yang memberi norma atas apa yang harus
dibutuhkan dalam mengahadapi situasi dilakukan dan tidak boleh dilakukan
dan kondisi demokratisasi di era global (Bertens, 1993: 4-6). Dalam kehidupan
saat ini. Selanjutnya secara teori akan sehari-hari perlu adanya sebuah nilai dan
dibahas secara mendalam berikut. norma yang mengatur segala perilaku bagi
seseorang maupun kelompok.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kata demokrasi berasal dari Bahasa
Apa Etika Demokrasi itu? Yunani “demos” berarti orang-orang dan
Sebelum membahas etika demokrasi, “kratos” berarti kekuasaan atau wewenang.
terlebih dahulu akan dibahas mengenai Demokrasi dapat diartikan kekuatan atau
konsep etika dan konsep demokrasi. Sering otoritas rakyat. Istilah demokrasi secara
kita mendengar kalimat-kalimat seperti ini: singkat didefinisikan sebagai
“Etika dan moral perlu ditegaskan pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat,
kembali”, “Di televisi akhir-akhir ini banyak oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika ditinjau
iklan yang kurang etis”, dan sebagainya. dari sudut organisasi, negara demokrasi
Kemudian pada masa Orde Baru kita sering adalah negara yang diselenggarakan
mendengar tentang “moral Pancasila” dan berdasarkan kehendak dan kemauan
“etika pembangunan”. Pendeknya, kata- rakyat, negara demokrasi yaitu negara
kata seperti itu sering mewarnai kedaulatan rakyat. Hornby., et. al (1998)
kehidupan kita sehari-hari. Dalam kondisi mengemukakan democracy adalah “country
seperti itu, kata-kata tersebut tidak with principles of government in which all
berfungsi dalam suasana iseng dan remeh, adult citizens share through their elected
tapi sebaliknya dalam suatu konteks yang representative”, demokrasi merujuk pada
serius bahkan prinsipil. konsep kehidupan negara atau masyarakat
Secara etimologi, istilah etika berasal dimana warga negara dewasa turut

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 333


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

berpartisipasi dalam pemerintahan melalui Persatuan yang sistem demokrasinya


wakilnya yang dipilih. USIS (1995) mendasarkan pada asas ‘Kerakyatan yang
menjelaskan bahwa demokrasi sebagai dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
suatu konsep diterima sebagai permusyawaratan/ perwakilan’. Hal ini
“…seperangkat gagasan dan prinsip mengandung arti bahwa suatu negara
tentang kebebasan, yang juga mencakup demokrasi dari bangsa multikultural,
seperangkat praktik dan prosedur yang multietnis serta pluralitas dalam
terbentuk melalui sejarah panjang dan kehidupan agama akan bertahan kokoh
berliku. Pendeknya, demokrasi adalah manakala yang diutamakan bukan
pelembagaan kebebasan.” Karena rakyat pemenuhan hak-hak individu (individual
atau “people” yang manjadi pusat rights), atau hanya hak-hak kelompk
demokrasi. Pabotinggi (2002) masyarakat (collective rights), melainkan
menungkapkan bahwa demokrasi disikapi juga kewajiban untuk mengembangkan
sebagai pemerintahan yang memiliki solidaritas sosial (gotong royong) dalam
paradigma “otocentricity” atau rangka kemaslahatan dan kebahagiaan
otosentrisitas yakni rakyatlah yang harus hidup bangsa secara keseluruhan. Prinsip
menjadi kriteria dasar demokrasi. Maka negara demokrasi kerakyatan adalah
dari itu Abraham Lincoln menyatakan kesetaran hak warga negara dengan
bahwa demokrasi merupakan “the menghormati hak-hak minoritas (majority
government from the people, by the people, rule, majority rights) mengandaikan adanya
and for the people”. (Dirjen Pembelajaran kedaulatan rakyat berdasarkan semangat
dan Kemahasiswaan, 2016: 147). kekeluargaan. Sejalan dengan hal tersebut
Demokrasi bukan hanya merupakan suatu Moh. Hatta (1992) sebagaimana dikutip
bentuk pemerintahan, tapi bagaimana Latif (2011: 413) menjelaskan bahwa
demokrasi mampu menciptakan sebuah “Kedaulatan Rakyat Indonesia harus
kesepakatan “kedamaian” antarmasyarakat berakar dalam pergaulan hidup sendiri
yang berangkat dari kepentingan yang bercorak kolektivisme”. Oleh karena
“bersama”. itu esensi pokok sila ‘Kerakyatan yang
Berdasarkan penjelasan mengenai dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
konsep etika dan demokrasi dapat ditarik permusyawaratan perwakilan bukanlah
kesimpulan bahwa dalam mewujudkan demokrasi yang individualistik. (Kaelan,
penerapan demokrasi yang ideal perlu 2013:359, 360). Berdasarkan pendapat di
adanya suatu nilai dan norma moral yang atas, negara Indonesia adalah negara
bersifat normatif guna mengatur perilaku dengan multi etnis, agama, serta bangsa.
dalam berpartisipasi demokrasi. Dalam hal Negara Indonesia merupakan negara
ini, di Indonesia nilai dan norma ideal yang demokrasi yang mendasarkan pada asas
mengatur segala perilaku warga negaranya ‘Kerayatan yang dipimpin oleh hikmat
yaitu Pancasila yang dalam sila-silanya kebijaksanaan dalam
mengandung cita-cita negara ideal bagi permusyawaratan/perwakilan’ (sila 4)
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, dengan menjunjung tinggi HAM sebagai
berbangsa, dan bernegara. Selanjutnya prinsip demokrasi serta kewajiban
nilai dan norma (Demokrasi Pancasila) mengembangkan gotong royong demi
lebih lanjut akan diuraikan di bawah ini. kemaslahatan rakyat itu sendiri.
Pancasila sebagai dasar filsafat
Demokrasi Pancasila sebagai Cita-cita negara Indonesia pada hakikatnya
Penerapan Demokrasi Indonesia merupakan suatu kesatuan bagian-bagian
Negara Indonesia adalah negara yang bersusun majemuk tunggal. Pokok

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 334


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

inti sila keempat yaitu ‘kerakyatan’, hakikat mengandung konsekuensi dalam


manusia yaitu kodrat manusia dengan pelaksanaan hidup bersama dari individu-
hakikat struktur dan pelaksanaan negara individu yang dengan sendirinya memiliki
tidak dapat dipisahkan sebagaimana kepentingan dan kebutuhan sendiri-sendiri
kodrat manusia terkandung dalam sila pula, karena itu terdapat suatu
kedua Pancasila dan sila ketiga ‘Persatuan kemungkinan terjadi adanya pertentangan-
Indonesia’ yang mendahului, menjiwai, dan pertentangan. Namun perlu disadari
mendasari sila keempat (Kaelan, 2013: bahwa terdapat tujuan hidup bersama
360). Pada sila keempat yang unsur intinya yaitu damai dan tenteram. Dibutuhkan
‘kerakyatan’ terkandung penjelmaan sifat prinsip kerja sama dalam memenuhi
hakikat kodrat manusia yaitu sebagai kepentingan dan kebutuhan bersama
makhluk individu dan makhluk sosial atau melalui sebuah organisasi yang dalam
disebut ‘monodualis’. Oleh karena itu pelaksanaannya diperlukan sebuah
negara kita adalah negara ‘monodualis’ peraturan hukum dan jaminan untuk
atau negara kerakyatan, maka demokrasi ditaati bagi pelaksaaan praksisnya yang
kita bersifat ‘monodualis’. Hal ini selanjutnya secara peristilahan ilmiah
mengandung konsekuensi bahwa dalam disebut negara hukum kebudayaan
praktek pelaksanaan demokrasi, (Kaelan, 2013: 366,367). Terdapat
kepentingan umum lebih diutamakan Cita-cita filosofis yang terkandung
dibandingkan dengan kepentingan pribadi. dalam Sila Keempat Pancasila, yaitu
Atas dasar inilah maka negara Indonesia sebagai berikut: Kerakyatan, merupakan
adalah negara demokrasi yang bersifat suatu cita-cita kefilsafatan bahwa negara
kekeluargaan yang merupakan demokrasi pada hakikatnya adalah untuk seluruh
asli Indonesia. Hal ini sejak awal rakyat. Oleh karena itu kerakyatan
dirumuskannya Pancasila sebagai dasar merupakan cita-cita filsafat dari demokrasi
negara pada tanggal 15 Juni 1945 yang dimana terdapat dua macam, yaitu
mana pada saat itu Ketua BPUPKI beserta demokrasi politik yang berkaitan dengan
anggota pada saat membahas mengenai penyelenggaraan negara di bidang politik
Hukum Dasar yang tertuang dalam dan demokrasi sosial-ekonomi yang
Pembukaan UUD 1945 menyetujui dasar berkaitan dengan penyelenggaraan negara
‘kekeluargaan’ atau ‘gotong royong’ atau atau persamaan dalam bidang sosial
dasar ‘keadilan sosial’ (Notonagoro (1975: ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan
175) sebagaimana dikutip Kaelan, 2013: bersama. (Notonagoro (1975: 132,133)
365). sebagaimana dikutip Kaelan (2013: 374)).
Sebagaimana telah dijelaskan Jadi menurut sila keempat yang
sebelumnya bahwa negara Indonesia mengandung cita-cita kefilsafatan
adalah negara yang berdasarkan Pancasila. demokrasi, demokrasi politik merupakan
Kaitannya hakikat Pancasila dengan sarana menuju terwujudnya kesejahteraan
hakikat dan sifat negara sangat ditentukan rakyat melalui demokrasi sosial-ekonomi.
oleh hakikat sifat kodrat manusia yakni Permusyawaratan/perwakilan
‘monodualis’, yang mengandung berhubungan dengan pengertian
pengertian bahwa pendukung adanya demokrasi politik dimana merupakan
sebuah negara adalah manusia (rakyat). sarana mutlak bagi tercapainya
Oleh karena itu Indonesia yang ‘kerakyatan’. Hal ini berkaitan dengan
berdasarkan asas kerohanian Pancasila ini adanya Kedaulatan Rakyat seperti yang
disebut juga negara yang bersifat tercantum dalam Pasal 1 Ayat (2) UUD
‘monodualis’. Berdasarkan hal tersebut, 1945 yang berbunyi “Kedaulatan adalah di

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 335


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

tangan rakyat, dan dilakukan menurut permusyawaratan/perwakilan’ sebagai


Undang-Undang Dasar”, adalah merupakan dasar filsafat negara (asas kerokhanian
suatu cita-cita politik atau dasar politik negara), dijelmakan dalam dasar politik
yang dalam pelaksanaannya terdapat negara yaitu ‘negara yang berkedaulatan
landasan moralitas, yang merupakan basis rakyat’ yang menjadi landasan mutlak bagi
norma etis dalam pelaksanaan demokrasi demokrasi Indonesia karena sifat
yakni hikmat kebijaksanaan. Hikmat demokrasi Indonesia dapat dikembalikan
kebijaksanaan, memiliki kaidah dan makna kepada dasar filsafatnya yaitu hakikat
‘dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan’ yang rakyat dan akhirnya kepada hakikat
menurut Herati (1984) harus dilakukan manusia.
analisis berdasarkan pendekatan filsafat Berdasarkan pada penjelasan di atas
analitika Bahasa, yaitu dari analisandum muncullah sebuah pertanyaan “Lalu apa
(premis yang dilakukan analisis) sebagai kaitannya etika, Pancasila, dan demokrasi?
pangkal urai dan analisands (premis yang Dapat dirumuskan secara sederhana
merupakan penguraian). Demokrasi secara bahwa hakikat sila ke-IV Pancasila
hermeneutis memaknai demokrasi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
terutama demokrasi politik tidak hanya kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
mendasarkan pada kuantitaif matematis, perwakilan”, esensinya adalah demokrasi
melainkan pada asas moralitas yang dilandasi oleh kebijaksanaan yang
kebijaksanaan yang bersumber pada nilai- bersumber pada asas moral kemanusiaan
nilai etika musyawarah untuk mencapai dan ketuhanan. Oleh karena itu menurut
mufakat. Jadi makna dipimpin yaitu pandangan Pancasila, demokrasi harus
seseorang yang memimpin dengan dasar berlandaskan moral keagamaan yang
moral bagi sistem demokrasi di Indonesia berasal dari Tuhan. Selain itu demokrasi
serta demokrasi dalam pelaksanaannya juga dilandasi oleh moral kemanusiaan
dibimbing oleh moralitas wisdom (Kaelan, yang adil dan beradab. Demokrasi tidak
2013: 375). hanya otoritas rasio, akan tetapi adanya
Demokrasi Indonesia memiliki dua unsur keharmonisan. Karena pada
dasar yang sangat kuat, yaitu: (1) Dasar hakikatnya manusia memiliki jiwa (akal,
filsafat negara Indonesia adalah Pancasila, rasa, kehendak) dan raga (fisis, insting)
dalam kaitannya dengan sila keempat; (2) yang juga memiliki nafsu (jasmaniah dan
Dasar politik negara, yaitu negara yang rohaniah). Namun manusia juga memiliki
berkedaulatan rakyat, pada hakikatnya hati nurani yang merupakan sumber
merupakan penjelmaan dari dasar filsafat kebaikan manusia yang merupakan
negara Indonesia yang mempunyai anugerah.
kedudukan yang kuat dan melekat pada Jika melihat penerapan demokrasi
keberlangsungan hidup negara Indonesia saat ini tidak didasari moral, namun hanya
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan mendasarkan pada rasio (positif-
UUD 1945 yang berkedudukan sebagai matematis) dan nafsu berkuasa, kekerasan,
staatfundamentalnorm (pokok kaidah konflik, bringas, ambisi, dan menghalalkan
negara yang fundamental), sehingga segala cara. Pelaksanaan sistem demokrasi
demokrasi Indonesia secara hukum tidak di Indonesia dewasa ini tidak diletakkan
dapat ditiadakan. (Kaelan, 2013: 378). pada perspektif tujuan negara untuk
Dari uraian di tersebut di atas dapat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
disimpulkan bahwa sila keempat yaitu Sehingga hal tersebut memicu respon
‘Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kontra yang beragam wujudnya dari
kebijaksanaan dalam kalangan masyarakat. Berdasarkan

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 336


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

penjabaran tersebut dapat digarisbawahi Dewasa ini sebagian masyarakat


bahwa nilai yang terkandung dalam Sila ke- memiliki persepsi bahwa masyarakat
IV Pancasila sebagai esensi dari dari demokratis diartikan sama dengan
pelaksanaan demokrasi di Indonesia dan masyarakat bebas demontrasi, yang intinya
dijadikan sumber etika yang secara bebas memaksakan kehendak
normative mengatur tentang apa yang kelompoknya dengan tekanan kekerasan.
seharusnya dan tidak seharusnya Pihak pemerintah pun cenderung terbawa
dilakukan terhadap pelaku demokrasi arus pemikiran bahwa kebebasan
dalam kehidupan berbangsa dan merupakan akar demokrasi dikarenakan
bernegara. Sebagaimana pendapat Hatta adanya suatu ketakutan terhadap sorotan
bahwa model demokrasi yang dunia internasional. Sebagai
dikembangkan hendakanya bukan konsekuensinya pemerintah yang
demokrasi yang sekedar menjiplak budaya demokratis harus memberi kebebasan
barat secara mentah-mentah, tetapi penuh bagi wara negaranya untuk
demokrasi yang cocok dengan karakter menyatakan pendapatnya. Kebijakan
keindonesiaan yakni demokrasi pemerintah memberikan kebebasan
kekeluargaan berlandaskan berpendapat kepada kelompok-kelompok
permusyawaratan. dalam masyarakat ini sebenarnya
Demokrasi sejati memerlukan warga merupakan musuh kebebasan yang
negara yang baik. Demokrasi tidak hanya berkedok taat pada konstitusi. Demokrasi
memerlukan hukum, peraturan dan sejati memerlukan warga negara yang baik,
lembaga yang mampu menegakkannya, tidak hanya memerlukan hukum dan
melainkan juga sikap demokratis yang peraturan serta lembaga yang mampu
didukung dengan etika dalam menegakannya, melainkan juga
berdemokrasi terutama dalam memerlukan sikap demokratis. Oleh
mengemukakan pendapat. Selain itu, dalam karena itu, secara subtantif berdimensi
sebuah demokrasi perlu adanya kesediaan jangka panjang, untuk mendidik warga
untuk bekerja sama dalam membangun negara yang baik guna menjamin
sebuah kompromi dengan kesadaran terwujudnya masyarakat demokratis,
bahwa seseorang tidak dapat mewujudkan pendidikan demokrasi mutlak diperlukan
semua yang diinginkan serta adanya (Zamroni, 2003: 15-17). Lickona (1991: 8)
kombinasi antara kesadaran individu dan menambahkan bahwa demokrasi adalah
kesadaran kelompok. Oleh karena itu, pemerintahan oleh rakyat, maka rakyat
secara substantif untuk mendidik warga pula yang bertanggung jawab dalam
negara yang baik guna menjamin membentuk suatu kehidupan dalam
terwujudnya masyarakat demokratis di era konteks kebebasan bagi mereka sendiri.
global, pendidikan demokrasi yang Hal itu berarti bahwa masyarakat
terintegrasi melalui Pendidikan seharusnya memiliki sebuah sikap yang
Kewarganegaraan mutlak diperlukan berbudi. Pada intinya, dalam negara
dengan tujuan mempersiapkan warga demokrasi yang bertanggung jawab
masyarakat (terutama masyarakat dalam terhadap kehidupan yang demokratis
hal ini mahasiswa) yang mampu dan adalah masyarakat itu sendiri dalam
bertindak dengan etika demokratis. mewujudkan suatu kebebasan perlu
adanya nilai etis yang perlu dijunjung
Peran Penting Pendidikan sebagai panduan moral dalam menjalankan
Kewarganegaraan dalam Membangun kehidupan demokratis itu sendiri.
Etika Berpendapat Pendidikan kewarganegaraan secara

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 337


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

etimologis berasal dari kata “pendidikan” Education (1998): “…citizenship education


yang berarti usaha sadar dan terencana the underliying focal point of a study, was
untuk mewujudkan suasana belajar dan defined as ‘the contribution of education yo
proses pembelajaran agar peserta didik the development of those characteristic of a
secara aktif mengembangkan potensi citizen’.” Dari pendapat tersebut, dapat
dirinya (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ditarik sebuah kesimpulan bahwa
Ayat (1)), sedangkan kata pendidikan kewarganegaraan sebagai
“kewarganegaraan” adalah segala hal ihwal fokus pembelajaran didefinisikan sebagai
yang berhubungan dengan warga negara. kontribusi pendidikan dalam
Cogan & Derricot (1998: 26) mengembangkan karakter masyarakat
menambahkan bahwa: “education should (warga negara).
and must develop pupils potential to the full Pendidikan kewarganegaraan secara
and prepare them for the world in which terminologis adalah program pendidikan
they live. education for citizenship embraces yang berintikan demokrasi politik,
both responsibilities and rights in the diperluas dengan sumber-sumber
present and preparation for citizenship in pengetahuan lainnya yaitu pengaruh positif
adult life...schools must lay the foundations kolaborasi dari pendidikan sekolah,
for positive, participative citizenship in two masyarakat , dan orang tua. Kesemuanya
important ways: (1) by helping pupils to itu diproses guna melatih para peserta
acquire and understand essential didik untuk berpikir kritis, analitis,
information and (2) by providing them with bersikap dan bertindak demokratis
opportunities and incentives to participate berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
in all aspects of school life.” Kemudian Direktorat Pendidikan Umum
Berdasarkan pendapat Cogan & dan Kebudayaan Eropa (2005: 13) melalui
Derricot, pendidikan harus dan wajib bukunya yang berjudul “Citizenship
mengembangkan potensi peserta didik Education at School in Europe” yang
secara penuh dan mempersiapkan mereka merupakan kumpulan hasil survey
untuk bias hidup di dunia dimana mereka mengungkapkan mengenai gagasan
tinggal. Pendidikan kewarganegaraan 'kewarganegaraan yang bertanggung
mencakup tanggung jawab dan hak di masa jawab' menimbulkan masalah yang
sekarang dan mempersiapkan warga berkaitan dengan kesadaran dan
negara dalam kehidupan yang akan pengetahuan tentang hak dan kewajiban.
datang…. Sekolah harus meletakkan Hal ini juga terkait erat dengan nilai-nilai
fondasi untuk kewarganegaraan dan kewarganegaraan seperti demokrasi dan
partisipasi yang positif melalui dua cara: hak asasi manusia, kesetaraan, partisipasi,
(1) membantu peserta didik untuk kemitraan, kohesi sosial, solidaritas,
memperoleh dan memahami informasi toleransi keragaman dan keadilan sosial.
penting dan (2) memberikan mereka Konsep 'kewarganegaraan yang
kesempatan dan partisipasi yang insentif di bertanggung jawab' kini semakin meluas,
segala aspek kehidupan sekolah. terutama karena serangkaian rekomendasi
Secara yuridis, pendidikan dan resolusi yang relevan yang
kewarganegaraan dimaksudkan untuk mempromosikan isu tersebut telah
membentuk peserta didik menjadi manusia diadopsi oleh negara-negara anggota
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta Dewan Eropa. Dapat disimpulkan bahwa
tanah air. Sejalan dengan pendapat Cogan pendidikan kewarganegaraan diharapkan
& Derricot dalam buku Citizenship for 21st mampu membentuk warga negara yang
Century: An International Perspective on demokratis dalam bentuk partisipasi

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 338


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

analitis dan krirtis yang memiliki tanggung selanjutnya dijabarkan kedalam misi
serta menjunjung nilai-nilai Pendidikan Kewarganegaraan. Adapun
kewarganegaraan guna menghadapi misi yang diemban yaitu: sosio-pedagogis
tantangan abad ke 21. Berdasarakan yaitu mengembangkan potensi individu
pemaparan tersebut, dapat ditarik sebuah sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial
benang merah bahwa pada hakikatnya agar menjadi warga negara Indonesia yang
pendidikan kewarganegaraan sebagai cerdas, demokratis, taat hukum, beradab,
program pendidikan mampu mengajarkan dan religius; sosio-kultural yaitu
inti daripada demokrasi politik yaitu memfasilitasi perwujudan cita-cita, sistem
bagaimana nilai-nilai demokrasi kepercayaan/nilai, konsep, prinsip, dan
ditanamkan melalui proses pembelajaran praksis demokrasi dalam konteks
guna membentuk peserta didik yang pembangunan masyarakat madani
bertanggung jawab dalam menghadapi era Indonesia melalui pengembangan
global. Berkaitan dengan nilai, Hermann partisipasi warga negara secara cerdas dan
(1972) sebagaimana dikutip Udin S. bertanggung jawab melalui berbagai
Winataputra dan Dasim Budimansyah kegiatan sosio-kultural secara kreatif yang
(2012: 180) secara teoritik konsep dasar bermuara pada tumbuh kembangnya
pendidikan nilai sebagai esensi pendidikan komitmen moral dan sosial
kewarganegaraan, mengemukakan bahwa kewarganegaraan; dan substantif-
“…value is neither thaught nor cought, it is akademis yaitu mengembangkan struktur
learned”, yang artinya bahwa substansi atau tubuh pengetahuan pendidikan
nilai tidaklah semata-mata diajarkan dan kewarganegaraan, termasuk di dalamnya
ditangkap, tetapi lebih jauh nilai dicerna konsep, prinsip, dan generalisasi mengenai
dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dan dan yang berkenaan dengan civic virtue
dibakukan sebagai bagian yang melekat atau kebajikan kewarganegaraan dan civic
dalam kualitas pribadi seseorang melalui culture atau budaya kewarganegaraan
proses belajar. melalui kegiatan penelitian dan
Dalam konteks proses reformasi pengembangan (fungsi epistemologis) dan
menuju Indonesia baru dengan konsepsi memfasilitasi praksis sosio-pedagogis dan
masyarakat madani sebagai tatanan ideal sosio-kultural dengan hasil penelitian dan
sosial-kulturalnya, maka secara pengembangannya itu (fungsi aksiologis)
paradigmatik pendidikan (Winarno, 2014: 12, 13).
kewarganegaraan memiliki tiga komponen Seperti yang telah dikemukakan
atau domain, yakni (a) sebagai kajian sebelumnya, bahwa komponen utama
ilmiah pendidikan ilmu kewarganegaraan; pendidikan kewarganegaraan yang perlu
(b) sebagai program kurikuler Pendidikan diajarkan kepada peserta didik mencakup
Kewarganegaraan; dan (c) sebagai gerakan pengetahuan kewarganegaraan (civic
sosial-kultural kewarganegaraan, yang knowledge), keterampilan/kecakapan
secara koheren bertolak dari esensi dan kewarganegaraan (civic skills), dan
bermuara pada upaya pengembangan sikap/watak kewarganegaraan (civic
pengetahuan kewarganegaraan (civic disposition) (Branson, 1999). Berdasarkan
knowledge), nilai dan sikap pendapat tersebut, penulis akan fokus
kewarganegaraan (civic virtue/civic dalam memaparkan teori mengenai
dispositions), dan keterampilan keterampilan/kecakapan
kewarganegaraan (civic skills) kewarganegaraan (civic skill) yang
(Winataputra (2001,2006) sebagaimana berkaitan dengan judul dalam tulisan ini.
dikutip Winarno (2014: 7, 8). Yang Keterampilan atau kecakapan-

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 339


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

kecakapan kewarganegaraan (civic skill) dan berunding dengan cara yang santun.
merupakan komponen esensial kedua dari Selain itu, kemampuan berinteraksi
Civic Education (Pendidikan meliputi (1) mendengarkan dengan penuh
Kewarganegaraan). Branson (1998) perhatian; (2) bertanya dengan efektif; (3)
menyatakan sebagai berikut. “If citizens are mengutarakan pikiran dan perasaan; dan
to exercise their rights and discharge their (4) mengelola konflik melalui mediasi,
responsibilities as members of self- kompromi, dan kesepakatan. Selanjutnya,
governing communities, they not only need kecakapan partisipatoris dalam hal
to acquire a body of knowledge such as that memengaruhi (influencing)
embodied in the five organizing questions mengisyaratkan pada kemampuan warga
just described; they also need to acquire negara untuk mempengaruhi proses politik
relevant intellectual and participatory dan pemerintahan (formal-informal) dalam
skills”. Dapat diartikan bahwa jika warga masyarakat, yaitu meliputi: membuat
negara mempraktikkan hak-haknya dan petisi, berbicara di depan umum, bersaksi
menunaikan kewajiban-kewajibannya di depan badan publik, terlibat dalam
sebagai anggota masyarakat yang kelompok advokasi, membangun aliansi,
berdaulat, mereka tidak hanya perlu dan memberikan suara (Winarno, 2014:
menguasai pengetahuan dasar, namun 148).
mereka perlu memiliki kecakapan- Adalah yang penting dan perlu
kecakapan intelektual dan partisipatoris dikembangkan terhadap mahasiswa
yang relevan) (Winarno, 2014: 145). sebagai akademisi yaitu memiliki
Kecakapan-kecakapan intelektual keterampilan dalam mengelola
yang penting untuk seorang warga negara pengetahuan yang menjadi tolok ukur
yang berpengetahuan, efektif, dan dalam mengidentifikasi, menggambarkan,
bertanggung jawab, disebut sebagai menjelaskan, menganalisis, menilai,
kemampuan berpikir kritis yang meliputi mengambil, dan mempertahankan posisi
kemampuan mengidentifikasi, terhadap suatu isu yang selanjutnya
menggambarkan, menjelaskan, disebut dengan kemampuan berpikir kritis
menganalisis, menilai, mengambil, dan yang menjadi kemampuan dasar
mempertahankan posisi atau suatu isu. Di partisipasi, bagaimana mereka mampu
samping mensyaratkan pengetahuan dan berkomunikasi (berinteraksi) dan
kemampuan intelektual, pendidkan untuk berbicara di depan umum dengan cara
warga negara dan masyarakat demokratis yang santun. Berkaitan dengan
harus difokuskan pada kecakapan- communication skills, Torney-Purta &
kecakapan yang dibutuhkan untuk Vermeer (2004) memberikan contoh
partisipasi yang bertanggung jawab, tentang penjabarannya yang merupakan
efektif, dan ilmiah, dalam proses politik bagian dari civic skills, yang terdiri atas
dan dalam civil society. Kecakapan cognitive and participatory civic skills.
partisipatif tersebut dapat dikategorikan “(1) Public speaking (present relevant
sebagai interacting, monitoring, dan information to a group clearly and
influencing (Branson (1998) sebagaimana effectively; clearly articulate what has been
dikutip Winarno, 2014: 146, 147). Adapun learned about a particular topic; explain
kecakapan berinteraksi (interacting) how classroom and other learning
berkaitan dengan kecakapan warga negara contributes to the effectiveness of the
dalam berkomunikasi (berinteraksi) dan project); (2) Constructive criticsm
bekerja sama dengan orang lain. Dalam hal (recognize different viewpoints on an
ini, interaksi berarti bertanya, menjawab, issueand understand that different

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 340


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

viewpoints reflect others’ interests, culture, sekolah maupun perguruan tinggi di


and experience; avoid or peacefully resolve Indonesia. Butir-butir tersebut sebagai
conflicts between self and others; provide berikut.
valueable feedback to others); and a. Kemampuan berkomunikasi secara
(3)Utilization of resources (consult with argumentatif dalam Bahasa Indonesia
others about issue related to current and yang baik dan benar atas dasar
future project; conduct interviews, make tanggung jawab sosial.
phone calls and write letters to obtain b. Kemampuan berorganisasi dalam
support from community members) lingkungan dengan penuh kesadaran
(Winarno, 2014: 159). dan tanggung jawab personal sosial.
Berdasarkan berbagai pendapat di c. Kemampuan berpartisipasi dalam
atas, dapat disimpulkan bahwa civic skills lingkungan sekolah atau masyarakat
terdiri atas 2 hal, pertama, intellectual civic secara cerdas dan penuh tanggung
skills/cognitive civic skill/civic thinking skill jawab personal dan sosial.
(keterampilan berpikir) yang meliputi d. Kemampuan mengambil keputusan
aspek kognitif. Kedua, participatory skills individual dan/atau kelompok secara
atau civic participation skills, yaitu cerdas dan bertanggung jawab.
keterampilan interacting sebagai wujud e. Kemampuan melaksanakan keputusan
kemampuan berpartisipasi terlibat dalam individual dan/atau kelompok sesuai
kebijakan publik. dengan konteksnya secara bertanggung
jawab.
Bagaimana Pembelajaran PKn untuk f. Kemampuan berkomunikasi secara
mengembangkan Civic Skills di cerdas dan etis sesuai dengan
Perguruan Tinggi? konteksnya.
Departemen Pendidikan Nasional g. Kemampuan memengaruhi kebijakan
(2004) dalam buku Pedoman Khusus umum sesuai dengan norma yang
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata berlaku dan konteks sosial-budaya
Pelajaran Kewarganegaraan, lingkungan.
mengemukakan bahwa garis besar mata h. Kemampuan membangun kerja sama
pelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan dasar toleransi, saling
mencakup pengetahuan kewarganegaraan pengertian, dan kepentingan bersama.
(civic knowledge), keterampilan i. Kemampuan berlomba-lomba untuk
kewarganegaraan (civic skills), dan nilai- berprestasi lebih baik dan lebih
nilai kewarganegaraan (civic values). bermanfaat.
Berkaitan dengan keterampilan j. Kemampuan turut serta aktif membahas
kewarganegaraan (civic skills) yang masalah sosial secara cerdas dan
menjadi fokus dalam tulisan ini dan telah bertanggung jawab.
diuraikan sebelumnya (ditulis dalam cetak k. Kemampuan menentang berbagai
tebal), Udin S. Winataputra (2001) melalui bentuk pelecehan terhadap
hasil penelitiannya sebagaimana dikutip keterampilan warga negara (civic skills)
Winarno (2014: 161-163), dengan cara yang dapat diterima secara
mengidentifikasi adanya butir-butir sosial-budaya.
komponen keterampilan/kecakapan l. Kemampuan turut serta aktif membahas
kewarganegaraan. Butir-butir kecakapan masalah sosial secara cerdas dan
kewarganegaraan yang disajikan ini dapat bertanggung jawab.
dipakai sebagai rujukan bagi materi mata m. Kemampuan memimpin menganalisis
pelajaran/mata kuliah PKn baik di tingkat masalah sosial secara kritis dengan

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 341


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

menggunakan aneka sumber yang ada. kenegaraan. Hal ini sesuai dengan Tujuan
n. Kemampuan memimpin kegiatan Pendidikan Nasional sebagaimana
kemasyarakatan secara tanggung jawab. tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003
o. Kemampuan memberikan dukungan tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu
yang sehat dan penuh tanggung jawab “… menjadi warga negara yang demokratis
kepada calon pemimpin dalam serta bertanggung jawab” (Sapriya, 2012:
lingkungannya. 30).
p. Kemampuan memberikan dukungan Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
yang sehat dan tulus terhadap pimpinan disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
yang terpilih secara demokratis. PKn untuk mengembangkan civic skills
q. Kemampuan menunaikan berbagai perlu sejalan dengan pengembangan civic
kewajiban sosial sebagai anggota virtue/civic value/civic dispositions. Guna
masyarakat dengan penuh kesadaran. membentuk peserta didik agar menjadi
r. Kemampuan membangun saling warga negara yang demokratis dan
pengertian antarsuku, agama, ras, dan bertanggung jawab, yang mampu mampu
golongan guna memelihara keutuhan berpikir secara kritis, analitis, dan
dan semangat kekeluargaan. berinteraksi dalam komunikasi yang tidak
s. Kemampuan berusaha membangun mengesampikan nilai-nilai etis.
saling pengertian antarbangsa melalui Seperti yang sudah dijelaskan
berbagai media komunikasi yang sebelumnya bahwa moral erat kaitannya
tersedia. dengan ajaran tentang sesuatu yang baik
t. Kemampuan berusaha untuk dan buruk yang menyangkut tingkah laku
meningkatkan kemampuan pribadi dan dan perbuatan manusia. Dalam konteks
kegiatan sosial budaya dengan etika, setiap orang akan memiliki perasaan
kesadaran untuk berbuat baik. apakah yang dilakukan itu benar atau
salah, baik atau jelek? Pertimbangan ini
Selanjutnya, berkaitan dengan nilai- dinamakan pertimbangan nilai moral
nilai kewarganegaraan (civic values/civic (moral values). Pertimbangan nilai moral
virtue) seperti yang disebutkan merupakan aspek yang sangat penting
sebelumnya, secara yuridis-formal, khususnya dalam pembentukan warga
pendidikan nilai, moral, dan norma di negara yang baik (be good citizen) sebagai
Indonesia dilaksanakan melalui pendidikan tujuan pendidikan kewarganegaraan
kewarganegaraan yang berlandaskan pada (Sapriya, 2012: 29. Konsepsi moralitas
Undang-Undang Dasar Negara Republik perlu dikaitkan dan diintegrasikan antara
Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan pemikiran moral dan tindakan bermoral
konstitusional yang pada bagian serta pengalaman dalam kehidupan sosial.
Pembukaan alinea keempat memberikan Pemikiran moral dapat berkembang dari
dasar pemikiran tentang tujuan negara tingkat yang paling rendah yang
yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. berorientasi pada kepatuhan otoritas
Mencerdaskan kehidupan bangsa karena takut akan hukuman fisik ke tingkat
mengandung pesan terhadap pentingnya yang lebih tinggi yaitu berorientasi pada
pendidikan bagi seluruh anak bangsa agar pemenuhan keinginan pribadi, loyalitas
memiliki kemampuan dalam berpikir, pada kelompok, pelaksanaan tugas dalam
bersikap, dan berperilaku secara cerdas masyarakat sesuai dengan peraturan dan
baik dalam proses pemecahan masalah hukum, sampai yang paling tinggi yakni
maupun dalam pengambilan keputusan mendukung kebenaran atau nilai-nilai
lingkup kemasyarakatan, kebangsaan, dan hakiki, khususnya mengenai kejujuran,

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 342


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

keadilan, penghargaan atas HAM, dan materi, metode, dan evaluasi pembelajaran.
kepedulian sosial. Tindakan moral yang Berdasarkan pengalaman saya (penulis)
selaras dengan pemikiran moral hanya sejak 2016-sekarang dalam mengampu
mungkin dicapai melalui pencerdasan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
emosional dan spiritual serta pembiasaan. di IAIN Ponorogo lebih menekankan pada
Demikian juga tindakan demokratis tidak proses pembelajaran yang demokratis,
akan mewarnai kehidupan suatu ditunjukkan dengan materi-materi yang
masyarakat, apabila kondisi yang ada tidak disampaikan selama proses perkuliahan
mendorong untuk bertindak demokratis dirancang dalam pembelajaran yang
serta bertanggung jawab (Darmiyati menekankan pada prinsip-prinsip model
Zuchdi, 2009: 7). pembelajaran aktif (active learning)
Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan evaluasi pembelajaran kolaboratif
dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kuantitatif dan kualitatif.
pertimbangan nilai moral (moral values) Dalam pembelajaran pendidikan
yang mencakup pemikiran moral (moral kewarganegaraan di perguruan tinggi,
thinking) dan tindakan moral (moral sebagaimana yang disusun oleh Dirjen
action) mutlak diperlukan dalam tatanan Pembelajaran dan Kemahasiswaan
kehidupan suatu masyarakat demokratis Kemenristek Dikti RI (2016) terdapat
kini, mengingat adanya kebebasan dalam buku “Pendidikan Kewarganegaraan
berinteraksi dan berkomunikasi untuk Perguruan Tinggi” materinya terdiri
(mengemukakan pendapat) sebagai wujud dari:
partisipasi politik dan pemerintah saat ini 1. Esensi Dan Urgensi Identitas Nasional
yang dinilai kebablasan, sehingga pada Sebagai Salah Satu Determinan
ahirnya memunculkan sebuah cita-cita Pembangunan Bangsa Dan Karakter.
terhadap pelaksanaan demokrasi 2. Urgensi Integrasi Nasional Sebagai Salah
“democracy not demo crazy”. Satu Parameter Persatuan Dan Kesatuan
Mengacu pada realitas demokrasi di Bangsa.
Indonesia, yang disubordinasikan dalam 3. Nilai Dan Norma Konstitusional UUD
Pendidikan Kewarganegaraan dengan NRI 1945 Dan Konstitusionalitas
tujuan untuk membangun kesadaran Ketentuan Perundang-Undangan Di
peserta didik akan hak dan kewajibannya Bawah UUD.
sebagai warga negara dan mampu 4. Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara
menggunakannya secara demokratis dan Dan Warga Negara Dalam Demokrasi
beradab yang sesuai dengan konsep Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat
demokrasi sudah saatnya dilakukan. Dalam Dan Musyawarah Mufakat.
konteks pendidikan demokrasi, John 5. Hakikat, Instrumentasi, Dan Praksis
Dewey sebagaimana dikutip A. Ubaidillah Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia.
(2009) menjelaskan bahwa demokrasi 6. Historis Konstitusional, Sosial-Politik,
bukan hanya suatu bentuk pemerintahan, Kultural, Serta Konteks Kontemporer
tetapi lebih sebagai pola hidup bersama Penegakkan Hukum Yang Berkeadilan
dan hubungan dari pengalaman 7. Dinamika Historis Dan Urgensi
berkomunikasi. Wawasan Nusantara Sebagai Konsepsi
Dan Pandangan Kolektif Kebangsaan
Pengalaman di IAIN Ponorogo Indonesia Dalam Konteks Pergaulan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan Dunia
dalam pembelajaran pendidikan 8. Urgensi Dan Tantangan Ketahanan
kewarganegaraan adalah orientasi/tujuan, Nasional Dan Bela Negara Bagi

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 343


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

Indonesia Dalam Membangun Kolektif sebagai Salah Satu


Kebangsaan. Determinan
9. Menyelenggarakan Project Citizen Untuk Pembangunan Bangsa
Mata Kuliah Pendidikan dan Karakter; Integrasi
Kewarganegaraan. Nasional sebagai Salah
10. Dampak Globalisasi dalam Kehidupan Satu Parameter
Bermasyarakat, Berbangsa, dan Persatuan dan Kesatuan
Bernegara. Bangsa; Nilai dan Norma
Konstitusional UUD 1945
Penulis menggunakan buku yang dan Konstitusionalitas
disusun oleh tim Dirjen Pembelajaran dan Ketentuan Perundang-
Kemahasiswaan Kemenristek Dikti RI Undangan di Bawah
(2016) sebagai rujukan serta mengadaptasi UUD; Harmoni
materi-materi yang menjadi pokok Kewajiban dan Hak
bahasan pada tiap-tiap pertemuan dalam Negara dan Warga
kegiatan perkuliahan. Adapun tujuan Negaradalam Demokrasi
pembelajaran mata kuliah pendidikan yang Bersumbu pada
kewarganegaraan di perguruan tinggi pada Kedaulatan Rakyat dan
hakikatnya sebagai upaya dalam Musyawarah Mufakat;
mengembangkan kemampuan utuh calon Hakikat, Instrumentasi,
sarjana dan profesional sebagai bagian dari dan Praksis Demokrasi
masyarakat yang terdidik perlu memahami Indonesia Berlandaskan
tentang Indonesia, memiliki kepribadian Pancasila dan UUD 1945;
Indonesia, memiliki rasa kebangsaan Dinamika Historis
Indonesia, dan mencintai tanah air Konstitusional, Social-
Indonesia. Dengan demikian, ia menjadi Politik, Kultural Serta
warga negara yang baik dan terdidik Konteks Kontemporer
(smart and good citizen) yang memiliki Penegakkan Hokum Yang
pengetahuan kewarganegaraan (civic Berkeadilan; Dinamika
knowledge), sikap kewarganegaraan (civic Historis dan Urgensi
dispositions) dan mengartikulasikan Wawasan Nusantara
ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) sebagai Konsepsi dan
dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan Pandangan Kolektif
negara yang demokratis (Dirjen Kebangsaan Indonesia
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016: dalam Konteks Pergaulan
1). Kemudian, Capaian Pembelajaran Mata Dunia; Urgensi dan
Kuliah yang mengacu pada Kerangka Tantangan Ketahanan
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Nasional dan Bela Negara
dapat dilihat pada tabel berikut. bagi Indonesia dalam
Membangun Komitmen
1. 1. Setelah mengikuti Kolektif Kebangsaan; dan
Para perkuliahan Dampak Globalisasi
meter mahasiswa/mahasiswi: dalam Kehidupan
KKNI Menguasai Hakikat Bermasyarakat,
Aspek Pendidikan Berbangsa, dan
Pengetahu Kewarganegaraan; Bernegara secara umum
an Umum Identitas Nasional (CP3.01)

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 344


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

1. 2. 1. Menjunjung tinggi nilai keterampilan intelektual


Para kemanusiaan dalam (cognitive/intellectual civic skills) dan
meter menjalankan tugas keterampilan partisipatoris (partisipatory
KKNI berdasarkan agama, skills).
Aspek moral, dan etika (CP1.02)
Sikap dan 2. Berkontribusi KESIMPULAN
Tata Nilai dalam peningkatan Demokrasi sejati memerlukan warga
mutu kehidupan negara yang baik. Demokrasi tidak hanya
bermasyarakat, memerlukan hukum, peraturan dan
berbangsa, bernegara, lembaga yang mampu menegakkannya,
dan kemajuan melainkan juga sikap demokratis yang
peradaban berdasarkan didukung dengan etika dalam
Pancasila (CP1.03) berdemokrasi terutama dalam
3. Berperan sebagai mengemukakan pendapat. Selain itu, dalam
warga negara yang sebuah demokrasi perlu adanya kesediaan
bangga dan cinta tanah untuk bekerja sama dalam membangun
air, memiliki sebuah kompromi dengan kesadaran
nasionalisme serta rasa bahwa seseorang tidak dapat mewujudkan
tanggungjawab pada semua yang diinginkan serta adanya
negara dan bangsa kombinasi antara kesadaran individu dan
(CP1.04) kesadaran kelompok. Demokrasi bukan
4. Taat hukum dan hanya suatu bentuk pemerintahan, tetapi
disiplin dalam kehidupan lebih sebagai pola hidup bersama dan
bermasyarakat dan hubungan dari pengalaman berkomunikasi.
bernegara (CP1.07) Pendidikan kewarganegaraan
5. Menginternalisasi merupakan program kurikuler yang
nilai, norma, dan etika mempunyai kontribusi penting dalam
akademik (CP1.08) membentuk dan mewujudkan warga
6. Menunjukkan negara yang cerdas seperti yang
sikap bertanggungjawab diamanatkan dalam UUD 1945, yaitu smart
atas pekerjaan dibidang and good citizenship. Oleh karena itu,
keahliannya secara secara substantif untuk mendidik warga
mandiri (CP1.09) negara yang baik guna menjamin
terwujudnya masyarakat demokratis di era
Berdasarkan tabel capaian global, pendidikan demokrasi yang
pembelajaran mata kuliah di atas, terintegrasi melalui Pendidikan
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan Kewarganegaraan mutlak diperlukan
pembelajaran pada materi tiap-tiap dengan tujuan mempersiapkan warga
pertemuan (RPS). Pada tujuan masyarakat (terutama masyarakat dalam
pembelajaran setiap pertemuan hal ini mahasiswa) yang mampu dan
disesuaikan dengan materi yang bertindak dengan etika demokratis.
disampaikan, kolaboratif antara aspek Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan
pengetahuan dan sikap serta tata nilai. dapat melahirkan warga negara
Aspek sikap serta tata nilai inilah yang demokratis yang memiliki kecerdasan,
djadikan dasar dalam pengembangan kritis, bertanggung jawab serta partisipatif
ranah civic skill (keterampilan dalam menghadapi perubahan sabagai
kewarganegaraan) yang meliputi akibat dan tantangan globalisasi.

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 345


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

Melalui proses pembelajaran (cognitive/intellectual civic skills) dan


Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan keterampilan partisipatoris (partisipatory
para peserta didik dapat mengembangkan skills). Guna membentuk peserta didik agar
civic skills perlu sejalan dengan menjadi warga negara yang demokratis
pengembangan civic virtue/civic value/civic dan bertanggung jawab, yang mampu
dispositions. Adapun aspek sikap serta tata mampu berpikir secara kritis, analitis, dan
nilai inilah yang djadikan dasar dalam berinteraksi dalam komunikasi yang tidak
pengembangan ranah civic skill mengesampikan nilai-nilai etis (nilai-nilai
(keterampilan kewarganegaraan) yang yang terkandung dalam Pancasila, Sila
meliputi keterampilan intelektual keempat).

DAFTAR PUSTAKA
Bertens, K. 1993. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Branson, Margaret S, et. al. 1999. Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: LKiS.
Cogan, John J. & Derricot, Ray. 1998. Citizenship for The 21st Century: An International
Perspective on Education. London: Kogan Page.
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemenristekdikti.
European Commission (Directorate-General for Education and Culture). 2005. Citizenship
Education at School in Europe (Survey). Belgium: Eurydice.
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma
Lickona, T. 1991. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and
Responsibility. Buku terjemahan Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara.
Sapriya. 2012. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, Kemenag RI.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No. 09 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
Umum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Winarno. 2014. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi, dan Penilaian.
Jakarta: Bumi Aksara.
Winataputra, Udin S. & Budimansyah, Dasim. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan dalam
Perspektif Internasional: Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran. Bandung: Widya Aksara
Press.
Zamroni. 2003. Pendidikan untuk Demokrasi: Tantangan Menuju Civil Society. Yogyakarta:
BIGRAF Publishing.
Zuchdi, Darmiyati. 2009. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang
Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.
https://suud.co.id/pendidikan/pendidikan-kewarganegaraan-dan-demokrasi-indonesia/
Diakses pada tanggal 07-08-2018, pukul 15.07.
https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-informasiberita-hoax-di-media-sosial/
Diakses pada tanggal 10-08-2018, pukul 09.48.

Nufikha Ulfah dkk. – Institut Teknologi Sumatera 346

Anda mungkin juga menyukai