Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

NILAI DEMOKRASI DAN NILAI HAM DALAM UUD 1945

DOSEN PEMBIMBING
Diyah Pertywi Setyawati, S.Pd., MM.
Disusun Oleh :
Murtini
21.01.01.0088

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI

Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu tercurahkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan makalah ini dengan judul
“Nilai Demokrasi Dan Nilai Ham Dalam UUD 1945”.. Melalui penugasan ini diharapkan dapat
memberi wawasan yang cukup kepada rekan mahasiswa, sehingga dapat memiliki kompetensi
untuk menganalisis konsep dasar tentang konstitusi secara umum, khususnya konstitusi di
Indonesia dan pengaturan Hak Asasi Manusia dan demokarsi dalam Konstitusi Indonesia.
Penulis mengucapkan terimakasih yang tinggi pada semua pihak yang telah membantu
menyiapkan dan menyusun makalah ini. Kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi
kelengkapan dan penyempurnaan tugas makalah ini.

Tangerang, Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................

1.3 Tujuan ..........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................

2.1 Materi Muatan Demokrasi .....................................................................................

2.2 Materi Muatan Demokrasi Dalam UUD 1945 .................................................

2.3 Materi Muatan HAM ............................................................................................. ...

2.4 Materi Muatan HAM Dalam UUD 1945.........................................................

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................

3.2 Saran ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah,


masyarakat, dan pemerintah. Negara dikatakan suatu organisasi karena di dalamnya
terdapat stuktur contohnya presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri -
menterinya. Terbentuknya suatu negara harus mempunyai tiga syarat utama yaitu
wilayah, masyarakat, dan pemerintah. Setiap negara memiliki sistem atau bentuk
pemerintahan tersendiri. Bentuk-bentuk pemerintahan itu diantaranya Oligarki,Anarki,
Moboraksi, Diktator, dan Demokrasi.
Indonesia adalah negara yang paling Indonesia adalah salah satu negara yang
menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara yang
paling terbaik menjalankan demokrasinya. Demokrasi adalah kekuatan rakyat atau suatu
bentuk pemerintahan dengan rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Dari beberapa
bentuk pemerintahan ini, demokrasi yang paling umum digunakan dalam suatu sistem
pemerintahan termasuk Indonesia.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu
politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara. Berbicara mengenaidemokrasi adalah
memperbincangkan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan
secara beradab. Di Indonesia sendiri, demokrasi telah melewati banyak fase-fase di
mana demokrasi semakin berkembang sesuai perkembangan zaman. Dalam
pelaksanaannya, demokrasi selalu menimbulkan pro dan kontra. Priode 1945-1949
dengan sistem demokrasi pancasila. Pada priode ini sistem pemerintaahn demokrasi
panaeasila dilaksanakan karena Negara dalam keadaan darurat dalam mempertahankan
kemerdekaan. Misalnya Kominte Nasional Indonesia 'Pusat (KNIP) berfungsi sebagai
pembantu presiden.
Hak Asasi Manusia dalam bahasa Perancis disebut “Droit L’Homme”, yang
artinya hak-hak manusia dan dalam bahasa Inggris disebut Human Rights. Seiring
dengan perkembangan ajaran negara hukum, dimana manusia atau warga negara
mempunyai hak-hak utama dan mendasar yang wajib dilindungi oleh Pemerintah, maka
muncul istilah Basic Rights atau Fundamental Rights. Apabila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia adalah merupakan hak-hak dasar manusia atau lebih dikenal dengan
istilah hak asasi manusia.1
Dalam UUD 1945 Pasal 28I ayat (1) juga disebutkan bahwa perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi adalah tanggung jawab Negara,
terutama pemerintah. Demikian juga bunyi pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia. Bunyi pasal-pasal tersebut kemudian dipertegas lagi dalam Pasal 71 dan
Pasal 72 UU No. 39 tahun 1999, yang menyatakan bahwa Pemerintah wajib dan
bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan hak asasi
manusia yang diatur dalam Undang-undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan
hukum Internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik
Indonesia.
Munculnya istilah HAM adalah produk sejarah. Istilah itu pada awalnya adalah
keinginan dan tekad manusia secara universal agar mengakui dan melindungi hak-hak
dasar manusia. Dapat dikatakan bahwa istilah tersebut bertalian erat dengan realita sosial
dan politik yang berkembang. Para pengkaji HAM mencatat bahwa kelahiran wacana
HAM adalah sebagai reaksi atas tindakan despot yang diperankan oleh penguasa.
Tindakan-tindakan tersebut pada akhirnya memunculkan kesadaran baru bagi manusia
bahwa dirinya memiliki kehormatan yang harus dilindungi. Sebagai bagian dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara maka penegakan HAM sangat tergantung dari
konsistensi lembaga Negara.

1
Rizky Ariestandi Irmansyah, S.H., Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hlm. 61.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Demokrasi ?
2. Bagaimana Pengertian Demokrasi Dalam UUD 1945?
3. Apa Pengertian HAM?
4. Bagaimana Pengertian HAM Dalam UUD 1945?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai konsep demokrasi;
2. Mengetahui dan memahami muatan materi demokrasi dalam UUD 1945;
3. Mengetahui dan memahami muatan materi hak asasi manusia;
4. Mengetahui dan memahami muatan materi hak asasi manusia dalam UUDS 1945;
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Materi Muatan Demokrasi


Pengertian Demokrasi
Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani, "demos" berarti rakyat
dan "kratos/kratein" berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti "rakyat berkuasa"
(government of rule by the people). Ada pula defenisi singkat untuk istilah demokrasi
yang diartikan sebagai pemerintaahn atau kekuasaan dari rakayt dan untuk rakyat. Namun
demikian penerapan demokrasi diberbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan
spesifikasi masing-masing yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri maysarakat
sebagai rakyat dalam suatu Negara. Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan
perubahan atas apa yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak menentukan
pemimpin kepada rakyat, penguasa dibawah pengawasan rakyat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau
pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan
yang sama bagi semua warga Negara. Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut
beberapa ahli :
 Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi dan dilaksanakan
oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu sama lainnya,
yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaaan untuk membuat
undang-undang, kedua, eksekutif vang memiliki kekuasaan dalam melaksanakan
undang-undang dan masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen
tanpa dipengaruhi oleh institusi lainnya.
 Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu kebebasan atau
prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap
warga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun
mengatakan apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara
hidupnya, maka sama saja seperti budak.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa demokrasi adalah
suatu sistem pemerintahan dimana rakyat diikut sertakan dalam pemerintahan negara
serta sebagai penentu keputusan dan kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara
dan pemerintahan serta sebagai pengontrol terhadap pelaksanaanya, baik secara langsung
oleh rakyat atau melalui lembaga perwalian.

2.2 Pengertian Demokrasi Dalam UUD 1945


Menurut UUD 1945, yang berdaulat itu adalah rakyat dan dilakukan oleh MPR
sebagaimana yang ditentukan pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Karena MPR melakukan
kedaulatan rakyat, oleh UUD 1945 ditetapkan pula beberapa tugas dan wewenangnya, di
antaranya menetapkan UUD dan GBHN, memilih dan mengangkat presiden, dan
mengubah UUD. MPR sebagai pemegang kedaulatan yang tertinggi dalam sistem
ketatanegaraan, dengan jumlah anggota yang begitu banyak tidak dapat bersidang setiap
hari oleh karenanya untuk melaksanakan tugas sehari di serahkan kepada presiden
sebagai mandataris MPR. Presiden dalam menyelenggaarakan pemerintahan dibantu oleh
wakil presiden dan menteri-menterinya. Dengan demikian secara konstitunental,
berdasarkan UUD 1945 Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil yang
berarti bahwa pemegang kendali dan penanggung jawab jalanya pemerintahan negara
adalah presiden sedangkan para menteri hanyalah sebagai pembantu presiden.
a. Pada Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi:
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu"
b. Dalam Pasal 22 UU tersebut menyebutkan: "Setiap orang mempunyai kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan beragama." Lebih lanjut lagi, Indonesia sebagai negara
yang menjamin hak kebebasan beragama meratifikasi International Covenant on
Civil and Political Rights (CCPR) atau Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Sipil dan Politik 1966 melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005.
c. Dalam Pasal 18 UU 12/2005 dinyatakan bahwa, Setiap negara berhak atas kebebasan
berpikir, keyakinan dan beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menetapkan
agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri dan kebebasan, baik secara sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di tempat umum atau tertutup, untuk
menjalankan agama dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, pentaatan, pengamalan
dan pengajaran. Tidak seorangpun dapat dipaksa sehingga terganggu kebebasannya untuk
menganut atau menetapkan agama atau kepercayaan sesuai dengan pilihannya.

2.3 Materi Muataan Hak Asasi Manusia


Pengertian Hak Asasi Manusia
Mulai lahir, manusia telah mempunyai hak asasi dimana secara kodrati hak asasi
manusia ( HAM ) sudah melekat dalam diri manusia dan tak ada satupun orang yang
berhak mengganggu gugat karena HAM bagian dari anugrah Tuhan, itulah keyakinan
yang dimiliki oleh manusia yang sadar bahwa kita semua makhluk ciptaan Tuhan yang
memiliki derajat yang sama dengan manusia lainnya sehingga mesti berhak bebas dan
memiliki martabat serta hak-hak secara sama. Dalam sudut pandang lain, hak asasi
manusia ( disingkat HAM) lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Jadi, hak asasi
manusia tidak bersumber dari Negara atau hukum, tetapi dari Tuhan sebagai pencipta
alam semesta, sehingga hak asasi manusia harus dipenuhi dan tidak dapat diabaikan.
Di dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 dinyatakan bahwa, hak asasi
manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manpsia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintahan, dan setiap
orang demi kehormatan serta Dengan demikian dapat dikatakan, bahwakonsepHAM itu
mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi, karena HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama,
etnis, pandangan politik, atau asal usul sosial dan bangsa. HAM adalah universal.
c. HAM tidak bisa dilanggar. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah
Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggarnya.
HAM meliputi hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi sosial
dan kebudayaan, hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan, serta hak asasi manusia untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan
dan perlindungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian HAM
adalah hak yang dilindungi secara internasional (yaitu deklarasi PBB Declaration of
Human Rights), seperti hak untuk hidup, hak kemerdekaan, hak untuk memiliki, hak
untuk mengeluarkan pendapat.

2.4 Materi Muatan Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Indonesia merupakan Negara hukum.
Konsep rechtsstaat dan rule of law didasarkan pada konsep Negara hukum menurut
pandangan Plato, yakni sebuah Negara yang dipimpin oleh orang bijaksana dan warga
negaranya terdiri atas kaum filosof yang bijak, militer dan tehnokrat, petani dan
pedagang. Setelah ratusan tahun, bentuk konkrit Negara hukum diformulasikan oleh
para ahli ke dalam rechtsstaat dan rule of law yang merupakan gagasan konstitusi untuk
menjamin hak asasi dan pemisahan kekuasaan.6
Menurut steenbeek, sebagaimana dikutip oleh Sri Soemantri berisi tiga pokok
materi muatan dalam konstitusi, yakni:
 adanya jaminan atas hak asasi manusia dan warga Negara
 ditetapkannya susunan kewarganegaraan suatu Negara yang bersifat
fundamental
 adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental.
 Adanya jaminan terhadap hak-hak dasar setiap warga Negara mengandung arti
penting bahwa setiap penguasa dalam Negara tidak dapat dan tidak boleh
bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Bahkan adanya hak-hak
dasar itu juga mempunyai arti keseimbangan dalam Negara, yaitu keseimbangan
antara kekuasaan dalam Negara dan hak-hak dasar warga Negara.

Menyikapi jaminan UUD 1945 atas hak asasi manusia, terdapat pandangan yang
beragam. Setidaknya ada dua kelompok pandangan, yaitu:
1. Mereka yang berpandangan bahwa UUD 1945 tidak memberikan jaminan atas hak
asasi manusia secara komprehensif

2. Mereka yang berpandangan UUD 1945 memberikan jaminan atas hak asasi
manusia secara komprehensif

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengaturan tentang hak asasi manusia sebelum amandemen UUD 1945 diatur
sebagai hak dan kewajiban warga Negara Republik Indonesia yang di dalamnya
terkandung nilai-nilai hak asasi manusia dan diatur dalam Pasal 27 sampai dengan 34.
Pengaturan hak asasi manusia setelah amandemen Undang-Undang Dasar 1945 diatur
dalam Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J.

Hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia diatur seimbang antara hak dan
kewajiban setiap orang sehingga tercipta suatu kehidupan yang harmoni. Selain itu
terdapat pembatasan bagi setiap orang dalam menjalankan hak dan kewajibannya.
Pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang
adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat yang demokratis.
Secara etimologis demokrasi berasal dari bahasa yunani, "demos" berarti rakyat
dan "kratos/kratein" berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti "rakyat berkuasa"
(government of rule by the people). Ada pula defenisi singkat untuk istilah demokrasi
yang diartikan sebagai pemerintaahn atau kekuasaan dari rakayt dan untuk rakyat. Namun
demikian penerapan demokrasi diberbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan
spesifikasi masing-masing yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri maysarakat
sebagai rakyat dalam suatu Negara. Demokrasi merupakan suatu jalan untuk melakukan
perubahan atas apa yang terjadi di masa lampau, mengembalikan hak menentukan
pemimpin kepada rakyat, penguasa dibawah pengawasan rakyat.

3.2 Saran

Pengaturan hak asasi manusia dalam konstitusi Indonesia harus direalisasikan


sebagaimana mestinya. Jangan hanya dijadikan sebagai aturan tertulis. Pengaturan hak
asasi manusia harus dapat mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Selain itu,
masyarakat dan pihak lain harus dapat meningkatkan kesadaran atas pentingnya
menghormati hak-hak sesamanya yang menjadi pembatas hak dirinya sendiri demi
terciptanya kehidupan yang harmonis.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, A. Masyhur. 2005. Perkembangan Dimensi Hak Asasi Manusia (HAM) &

Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM). Bogor. Ghalia

Utama.

Irmansyah, Rizky Ariestandi. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi.

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Ismatullah, Dedy, Asep A. Sahid. 2007. Ilmu Negara dalam Multi Perspektif

Kekuasaan, Masyarakat, Hukum dan Agama, ed. VII. Bandung. Pustaka Setia. Muladi.

2007. Hak Asasi Manusia- Hakekat, Konsep, & Implikasinya Dalam Perspektif Hukum

dan Masyarakat. Bandung. Refika Aditama.

Perbawati, Candra. 2019. Konstitusi dan Hak Asasi Manusia. Lampung. Pusat Kajian

Konstitusi dan Peraturan Perundang-Undangan.

Riyanto, Astim.2000. Teori Konstitusi. Bandung. Yapemdo.

Soemantri, Sri.1987. Prosedur dan Sistem Perubahan Konstitusi. Bandung. Alumni.

Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung. Alumni.

Anda mungkin juga menyukai