Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUBUNGAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

 ADIT ROHIMAN
 FETY KOMALA
 IDES DASWATI
 NOK DEVI FITRIA
 WAHYU KURNIAWAN

UNIVERSITAS SERANG RAYA

TEKNIK KIMIA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Amar Ma’aruf Nahi Munkar dan
Jihad” dengan lancar.

Selama melakukan penyusunan dan penulisan makalah ini kami banyak menghadapi
tantangan dan hambatan. Semuanya itu dapat teratasi berkat ridho Allah SWT. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak menampilkan kekurangan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak bagi perbaikan makalah ini dan
menjadi masukan yang sangat berguna dalam penyusunan makalah berikutnya.

Dan akhirnya, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat menjadi
sumber informasi yang berguna.

Cilegon, 20 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

2.1 Pengertian Demokrasi........................................................................... 2


2.2 Perkembangan Demokrasi Di Indonesia............................................. 3
2.3 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM).............................................. 4
2.4 Perkembangan Pemikiran HAM......................................................... 5
2.5 Perkembangan Pemikiran HAM Di Indonesia.................................. 7
2.6 Hubungan Antara Demokrasi dan HAM............................................ 8

BAB III PENUTUP...................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 10
3.2 Saran....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak Asasi Manusia adalah norma yang telah diakui, diterima, dan disepakati secara
internasional. Hak Asasi Manusia tak hanya dihasilkan melalui deklarasi, tetapi juga
melalui perjanjian antar-negara (states parties) serta sejumlah protokol yang digunakan
sebagai tata cara pelaksanaannya.

Demokrasi adalah sistem politik dan pemerintahan yang didasarkan atas mandat yang
bersumber dari rakyat (civil). Secara formal dan pokok terdiri atas tiga lembaga negara,
yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Semakin ketiga lembaga ini mencapai
keseimbangan (equilibrium), kian demokratis pula sistem negara bersangkutan.Mandat
rakyat biasanya diperoleh melalui proses pemilihan umum, bukan melalui pengangkatan.
Jika setiap mandat diperoleh melalui pemilihan yang jujur, semakin demokratis pula proses
pemilihannya. Seluruh proses demokratis ini dipercaya bukan karena hasil paksaan apalagi
kudeta militer, melainkan atas dasar mandat yangjelas diperoleh dari konstituen.Demokrasi
mempunyai arti penting bagi masyarakat karena dengan demokrasi hak masyarakat untuk
menentukan sendiri jalannya organisasi pemerintahan sesuai kehendaknya dapat dijamin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Demokrasi?
2. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
3. Pengertian Hak Asasi Manusia?
4. Bagaimana perkembangan pemikiran tentang HAM didunia dan di Indonesia?
5. Hubungan Hak Asasi Manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian Hak Asasi Manusia, serta hubungannya
dan perkembangannya terhadap Demokrasi yang berkembang.
2. Untuk mengetahui penerapan hukum yang mengatur Hak Asasi Manusia serta
penerapannya terhadap kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demokrasi

Secara etimologi demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang diutarakan di


Athenakuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh
awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern demos
artinya rakyat atau penduduk disuatu tempat dan kratos/kratein artinya kekuasaan atau
kedaulatan. Dari dua kata tersebut manjadi istila demokrasi artinya kekuasaan atau
kedaulatan,  kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa,
pemerintah rakyat dan oleh rakyat. Sementara secara terminologi demokrasi sebagai
berikut:

Josefh A Schmeter, Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk


mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang penting secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.
Philippe c Schemitter dan terry Lynn Karl, Demokrasi merupakan suatu
sistem pemerintahan dimana pemerintahan dimana dimintai tanggungjawab atas tindak-
tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak
langsung melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang telah
terpilih.  
Henry B Mayo, Demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa
kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
epektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala dan diselenggarakan dalam
suasana terjaminnya kebebasan politik.

2
Dari pendapat para ahli diatas terdapat benang merah atau ttik singgung tentang
pengertian demokrasi yaitu rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat dan penentu
keputusan dan kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan
serta mengkontrol terhadap pelaksanaan kebijakannya baik yang dilakukan secara
langsung oleh rakyat atau mewakilinya melalui lembaga perwakilan.
Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis :
 Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan ciri-
ciri tambahan;
 Konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan kepentingan
rakyat diatur dan ditetapkan dalam konstitusi;
 Perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada
beberapa orang;
 Pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota parlemen;
 Kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam
praktik pelaksanaan demokrasi
 Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/pemisahan
kekuasaan eksekutif,  legislatif dan yudikatif.
 Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan pemerintahan.
 Adanya perlindungan Hak Asasi Manusia.

2.2 Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Pada dasarnya, Perkembangan demokrasi di Indonesia dilihat dari segi waktu


dibagi dalam empat periode yaitu;

1. Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer)


Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.
Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan
diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar
1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.
Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia
lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan
eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional
head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.

3
2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)
Demokrasi Terpimpin Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin
sebenarnya ingin menempatkan Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar
yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan
demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah
adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan
terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang
kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.
Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh; dominannya peranan
ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan
peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai
politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal
21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, B.J. Habibie.
Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari
rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi
keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi
Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam
fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun.

2.3 Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dimiliki manusia yang telah
diperoleh dan dibawanya bersamaan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan
masyarakat.Hak-hak ini dimiliki manusia tanpa perbedaan angsa, ras, agama atau
kelamin, karenanya bersifat asasi dan universal.

4
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”
Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang
beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari
manusia secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

2.4 Perkembangan Pemikiran HAM


Perkembangan Pemikiran HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang
hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme
dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu
tertib hukum yang baru.
Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa
generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.

5
Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum
dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan.
Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami
ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan
sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam
proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan
dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan
melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia
People and Government.menurut jimly, konsepsi hak asasi manusia yang terakhir inilah
yang justru tepat disebut sebagai Konsepsi HAM Generasi Kedua, karena sifat
hubungan kekuasaan yang diaturnya memang berbeda dari konsepsi-konsep HAM
sebelumnya. Sifat hubungan kekuasaan dalam konsepsi Generasi Pertama bersifat
vertikal, sedangkan sifat hubungan kekuasaan dalam konsepsi Generasi Kedua bersifat
horizontal. Dengan demikian, pengertian konsepsi HAM generasi kedua dan generasi
ketiga sebelumnya cukup dipahami sebagai perkembangan varian yang sama dalam
tahap pertumbuhan konsepsi generasi pertama.
Sejalan dengan pemikiran ini maka PBB memprakarsai berdirinya sebuah komisi
HAM untuk pertama kali yang diberi namaComission on Human Rights pada tahun
1946. Komisi inilah yang kemudian menetapkan secara terperinci beberapa hak-hak
ekonomi, dan sosial, disamping itu hak politis yaitu:
1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman
lain yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
4. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
5. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran dan hati nurani.
6. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.

6
7. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan
pemerintahan.
8. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
9. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
10. Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
11. Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah negaranya,
meninggalkan dan kembali ke negaranya.
12. Setiap orang berhak memperoleh suara politik.
13. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak
mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
tersebut.

2.5 Perkembangan Pemikiran HAM Di Indonesia


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada
Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan.
Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi
– petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam
surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak
kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang
BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan
Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam
sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum,
hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran
dengan tulisan dan lisan.

7
Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi
PBB yang lahir pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di
Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya adalah sebagai berikut:
1.      Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
2.      Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
3.      Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
4.      Ketetapan MPR

Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia Indonesia tertuang dalam


ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal itu,
kemudian keluarlah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia sebagai undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam proses jalannya
Hak Asasi Manusia di Indonesia. Selain itu juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

2.6 Hubungan Antara Demokrasi dan HAM


Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak
mungkin eksis di suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun
sebaliknya negara yang demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu negara
belum dapat dikatakan demokratis apabila tidak menghormati dan melindungi HAM.
Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh tegaknya HAM adalah alam demokratis
di dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ). Konsep negara hukum dapat
dianggap mewakili model negara demokratis ( demokrasi ). Implementasi dari negara
yang demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang berdasarkan atas
perwakilan ( representative government) yang merupakan refleksi dari demokrasi tidak
langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah memenuhi
beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan atas
HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat
perlindungan dan penghormatan terhadap HAM.

8
Dari pendapat di atas, sesungguhnya dapat dilihat bagaimana hubungan
demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak
Asasi Manusia karena sebagaimana dikemukakan tadi, makna terdalam dari demokrasi
adalah kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi
dalam suatu negara. Posisi ini berarti, secara langsung menyatakan adanya jaminan
terhadap hak sipil dan politik rakyat (Konvenan Hak Sipil dan Politik), pada dasarnya
dikonsepsikan sebagai rakyat atau warga negara untuk mencapai kedudukannya sebagai
penentu keputusan politik tertinggi. Dalam persepktif kongkret ukuran untuk menilai
demokratis atau tidaknya suatu negara, antara lain; berdasarkan jawaban atas
pertanyaan seberapa besarkah tingkat kebebasan atau kemerdekaan yang dimiliki oleh
atau diberikan kepada warga Negara di Negara itu ? Makin besar tingkat kebebasan,
kemerdekaan dimaksudkan di sini adalah kebebasan, kemerdekaan dan hak
sebagaimana dimasukkan dalam kategori Hak-Hak Asasi Manusia generasi pertama.
Misalnya, kebebasan untuk menyatakan pendapat, kemerdekaan untuk menganut
keyakinan politik, hak untuk diperlakukan sama dihadapan hukum.

Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi


bukanlah sebatas hak sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya,
demokrasi juga terkait erat dengan sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan
sosial dan budaya rakyat. Sama sebagaimana parameter yang dipakai di dalam Hak
Asasi Manusia generasi pertama (hak sipil dan politik), maka dalam perspektif yang
lebih kongkret negara demokratis juga diukur dari sejauh mana negara menjamin
kesejahteraan warga negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan seberapa
jauh negara menjamin hak-hak warga negara dalam mendapatkan penghidupan yang
layak. Hal inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung menegaskan bagaimana
hubungan yang terjalin antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin oleh negara
yang demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara
mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia. Konsepsi HAM dan demokrasi dalam
perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum. Dalam sebuah negara
hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan manusia. Hukum
dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang berpuncak pada
konstitusi. Hal ini berarti bahwa dalam sebuah negara hukum menghendaki adanya
supremasi konstitusi. Supremasi konstitusi disamping merupakan konsekuensi dari

9
konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi
adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.

Oleh karena itu tidak terlalu keliru jika Francis Fukuyama mengatakan bahwa
“sejarah telah berakhir (the end of history)”, manakala harus menjelaskan fenomena
yang demikian. Dengan diadopsinya system nilai demokrasi, terutama liberal, maka
secara langsung dan tidak langsung, telah mengakhiri sebuah evolusi persaingan antara
dua ideology besar di dunia, yakni demokrasi liberal yang berdasarkan ekonomi pasar,
di satu pihak, melawan komunisme serta sentralisme ekonomi di pihak lain, dengan
ideology yang disebut pertama sebagai pemenangnya, dimasa yang lalu soviet dan AS
adalah kubu yg selalu bertikai, bipolar, amerika yang pro kebebasan dan soviet yang
anti kekerasan, tapi sekarang sudah bubar jadi dunia sekarang seolah olah miring
memihak kepada ide kebebasan, yang oleh fukuhiyama disebut the end of history ( tdk
ada lagi otoritarian isu). Pada saat yang sama, mereka melihat banyak negara barat atau
Negara non-barat lainnya yang menerapkan system demokrasi liberal, mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Pada tahap inilah pikiran- pikiran demokrasi liberal
mencuat ke permukaan. Apa yang disebut sebagai Gelombang Demokrasi Ketiga, telah
menjadi warna dominan dari wacana bernegara di seluruh dunia. Meski Huntington
mengingatkan bahwa tidak berarti semuanya akan berjalan dengan mulus, namun
fenomena global sekarang mengarah pada apa yang dikatakan Fukuyama tersebut di
atas, “The End of History”.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara dengan
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung ataupun melalui
perwakilan. Sedangkan HAM merupakan hak yang melekat pada manusia secara
kodrati dan tidak dapat dihilangkan oleh pihak lain.
Demokrasi dan HAM merupakan elemen yang penting untuk mewujudkan suatu
negara yang berkeadaban
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia sebab Hak
Asasi Manusia akan terwujud apabila dijamin oleh negara yang demokratis dan
demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara mampu manjamin
tegaknya Hak Asasi Manusia.
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17
Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD
1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana
kedaulatan berada ditangan Rakyat. Oleh karena itu Indonesia sebagai negara
demokratis harus mampu menjamin tegaknya HAM agar dapat mewujudkan suatu
negara yang berkeadaban.Dan perkembangan demokrasi dan HAM di Indonesia dapat
dilihat dari periode sebelum kemerdekaan hingga periode setelah kemerdekaan (hingga
sekarang).

3.2 Saran
Pemerintah harus lebih meningkatkan jaminan terhadap penegakan Hak Asasi
Manusia di Indonesia karena di masa sekarang ini masih banyak terjadi kasus-kasus
pelanggaran HAM. Dan Pemerintah harus lebih aktif lagi dalam penerapan hukum
terhadap pelanggaran HAM, sehingga dengan begitu Demokrasi pun berjalan dengan
seimbang dan sesuai keinginan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
Ubadillah, A. dkk, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi, HAM & Masyarakat Madani, Jakarta:
IAIN Jakarta Press, 2000.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999.
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2012.
Zubaidi, Kaelan dan Achmad, Pendidikan Kewarganegaraan,,Yogyakarta: Paradigma, 2007.

12

Anda mungkin juga menyukai