Kelompok 1
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Demokrasi di Indonesia” dengan
lancar. Terima kasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, Ibu
R.R. Eko Widyastuti, S.H. ,M.Hum.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas Pendidikan
Kewarganegaraan.Kami berharap makalah ini dapat dijadikan acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca tentang demokrasi di Indonesia.
Dengan adanya makalah ini, kami berharap semoga bisa bermanfaat bagi
pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang demokrasi di
Indonesia.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian demokrasi secara umum dan menurut para
ahli.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri demokrasi.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dan prinsip demokrasi.
4. Untuk mengetahui perkembangan serta pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
4. Kekuasaan yang dikontrol oleh rakyat melalui perwakilan yang dipilih
rakyat
5. Jaminan kekuasaan yang telah disepakati bersama
7
2.3 Jenis – Jenis dan Prinsip Demokrasi
2.3.1 Jenis – Jenis Demokrasi
8
membentuk komunitas yang dinamakan negara atas dasar kepentingan
bersama. Akan tetapi fakta yang terjadi kemudian adalah munculnya
kekuasaan berlebih atau otoriterianisme.
9
4. Sistem referendum dan inisiatif rakyat yang dimaksud ialah gabungan antara
demokrasi perwakilan dengan demokrasi langsung.
10
suatu kabinet tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan
berkesinambungan.Salah satu faktor penyebab ketidakstabilan
tersebut adalah sering bergantinya kabinet yang bertugas sebagai
pelaksana pemerintahan.Misalnya, selama tahun 1945-1949 dikenal
beberapa kabinet antara lain Kabinet Syahrir I, Kabinet Syahrir II,
dan Kabinet Amir Syarifudin. Sementara itu, pada tahun 1950-1959,
umur kabinet kurang lebih hanya satu tahun dan terjadi tujuh kali
pergantian kabinet, yaitu Kabinet Natsir, Sukimin, Wilopo, Ali Sastro
Amidjojo I, Burhanudin Harahap, Ali Sastro Amidjojo II, dan
Kabinet Djuanda.
Namun demikian praktek demokrasi pada masa ini dinilai
gagal disebabkan :
Dominannya partai politik
Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS
1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 :
Bubarkan konstituante
Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
Pembentukan MPRS dan DPAS
11
permusyawaratan/perwakilan. Dari format politik yang kelihatannya
demokratis itu, dalam prateknya pada masa itu lebih terlihat
mengarah kepada otoriter yang memusatkan kekuasaannya pada
Presiden saja yang ditandai dengan pembetukan kepemimpinan yang
inkonstitusional dengan keluarnya TAP MPR No.III/MPR/1963
tentang pengangkatan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup
dan membatalkan masa jabatan Presiden 5 tahun dalam UUD
1945.Sementara untuk pers yang dianggap menyimpang dari “rel
revolusi” ditiadakan dan dibredel.
Demokrasi Terpimpin memiliki kelebihan yang dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat pada waktu itu.
Hal itu dapat dilihat dari ungkapan Bung Karno ketika memberikan
amanat kepada konstituante pada 22 April 1959 tentang pokok-pokok
Demokrasi Terpimpin yang antara lain adalah sebagai berikut:
a. Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator, berlainan dengan
Demokrasi Sentralisme, dan berbeda pula dengan Demokrasi
Liberal yang dipraktekkan selama ini.
b. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan
kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia.
c. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal
kenegaraan dan kemasyarakatan yang meliputi bidang politik,
ekonomi, dan sosial.
d. Inti pimpinan dalam Demokrasi Terpimpin adalah
permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan,
bukan oleh perdebatan dan penyiasatan yang diakhiri dengan
pengaduan kekuatan dan penghitungan suara pro dan kontra.
e. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang
membangun diharuskan dengan alam Demokrasi Terpimpin. Inti
12
Demokrasi Terpimpin adalah yang penting ialah para
permusyawaratan yang dipimpin dengan hikmat kebijaksanaan.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
a. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
b. Peranan Parlemen lemah bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR
c. Jaminan HAM lemah
d. Terjadi sentralisasi kekuasaan
e. Terbatasnya peranan pers
f. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok
Timur).
13
Landasan formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945,
dan Ketetapan MPR/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali
penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi pada masa
demokrasi Terpimpin.
Pada awal pemerintahan orde baru partai politik dan media
massa diberi kebebasan untuk melancarkan kritik dengan
mengungkapkan realita di dalam masyarakat. Namun sejak
dibentuknya format yang baru dituangkan dalam UU No. 15 tahun
1969 tentang Pemilu dan UU No. 16 tahun 1969 tentang susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD menggiring masyarakat Indonesia
ke arah otoritarian. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
pengisian seperti anggota MPR dan seperlima anggota DPR
dilakukan melalui pengangkatan secara langsung oleh Presiden tanpa
melalui Pemilu.
Demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto, stabilitas
keamanan sangat dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan
berbicara.Namun tingkat kehidupan ekonomi rakyat relatif baik.Hal
ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan alokasi subsidi BBM
sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titik
keterjangkauan masyarakat secara umum.Namun demikian penyakit
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin parah menjangkiti
pemerintahan.Selain itu, pemasungan kebebasan berbicara ternyata
menjadi bola salju yang semakin membesar yang siap meledak.Bom
waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan ledakannya terjadi pada
bulan Mei 1998.
14
perkembangannya peran presiden semakin dominan terhadap
lembaga-lembaga negara yang lain, ditandai dengan mengukuhkan
dominasi peranan ABRI dan Golongan Karya dalam kancah politik
sebagai kekuatan utama Presiden.
Selama orde baru, partai politik tidak mempunyai otonomi
internal. Sedangkan media massa selalu dibayang-bayangi
pencabutan surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP). Sedangkan
rakyat tidak diperkenankan menyelenggarakan aktivitas sosial politik
tanpa izin dari pemerintah.Praktis demokrasi pancasila pada masa ini
tidak berjalan sesuai dengan yang dicita-citakan, bahkan cenderung
ke arah otoriatianisme atau kediktatoran.
15
Derap reformasi yang mengawali lengsernya Orde Baru pada
awal tahun 1998 pada dasarnya merupakan gerak kesinambungan
yang merefleksikan komitmen bangsa Indonesia yang secara rasional
dan sistematis bertekad untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar
demokrasi. Nilai-nilai dasar tersebut antara lain berupa sikap
transparan dan aspiratif dalam segala pengambilan keputusan politik,
pers yang bebas, sistem pemilu yang jujur dan adil, pemisahan TNI
dan POLRI, sistem otonomi daerah yang adil, dan prinsip good
governance yang mengedepankan profesionalisme birokrasi lembaga
eksekutif, keberadaan badan legislatif yang kuat dan berwibawa,
kekuasaan kehakiman yang independen, partisipasi masyarakat yang
terorganisasi dengan baik, serta penghormatan terhadap supremasi
hukum.
Masa demokrasi Pancasila era reformasi, dengan berakar pada
kekuatan multipartai yang berusaha mengembalikan perimbangan
kekuatan antar lembaga Negara, antara eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.Pada masa ini peran partai politik kembali menonjol
sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktek
pelaksanaan demokrasi tersebut, terdapat beberapa perubahan
pelaksanaan demokrasi pada orde reformasi sekarang ini, yaitu:
a. Pemilihan umum yang lebih demokratis
b. Partai politik yang lebih mandiri
c. Pengaturan HAM
d. Lembaga demokrasi di indonesia yang lebih berfungsi
16
Adapun ciri-ciri khusus yang membedakan demokrasi
pancasila di era orde baru dan era reformasi ini adalah kandungan
yang terdapat dalam demokrasi pancasila di era reformasi itu sendiri,
yaitu:
Aspek formal, yakni menunjukkan segi proses dan cara rakyat
berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara, yang kesemuanya
sudah diatur oleh undang-undang maupun peraturan-peraturan
pelaksanaan yang lainnya.
Aspek kaidah atau normatif, yang berarti bahwa Demokrasi
Pancasila di era reformasi mengandung seperangkat kaidah yang
menjadi pembimbing dan aturan dalam bertingkah laku yang
mengikat negara dan warga negara dalam bertindak dan
melaksanakan hak dan kewajiban serta wewenangnya.
Aspek materil, yaitu adanya gambaran manusia yang menegaskan
pengakuan atas harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan dan memanusiakan warga negara dalam masyarakat negara
kesatuan republik Indonesia dan masyarakat bangsa-bangsa di
dunia.
Aspek organisasi yang menggambarkan adanya perwujudan
demokrasi pancasila dalam bentuk organisasi pemerintahan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Aspek semangat atau kejiwaan di mana demokrasi pancasila
memerlukan warga negara Indonesia yang berkepribadian peka
terhadap apa yang menjadi hak dan kewajibannya, berbudi pekerti
luhur, dan tekun serta memiliki jiwa pengabdian.
Aspek tujuan, yaitu menunjukkan adanya keinginan atau tujuan
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera dalam
negara hukum, negara kesejahteraan, negara bangsa, dan negara
yang memiliki kebudayaan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://www.pengertianahli.com/2013/05/pengertian-demokrasi-menurut-para-
ahli.html
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-
demokrasi-dan-jenis-jenis.html
http://www.informasi-pendidikan.com/2016/02/ciri-ciri-demokrasi.html
http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-
demokrasi-dan-jenis-jenis.html
www.rangkumanmakalah.com
19