Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN REKAYASA IDE

“DEMOKRASI”
Mata kuliah PKN

DOSEN PENGAMPU:
Hodriani,S.Sos,M.AP
Disusun oleh:
Jesica Novita Sari Barus (3183331013)
Paidol Siringoringo (3183131044)
Suci Vivi Nadea (3181131011)

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada TUHAN YANG MAHA ESA,dimana


atas berkat dan karunianya saya diberi kesempatan sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Rekayasa Ide tepat waktu.Kepada dosen pengampu
Hodrianis,S.Sos,M.AP saya ucapkan terima kasih juga karena memberi saya
kesempatan untuk menyusun tugas Rekayasa Ide.

Dalam menyusun tugas Rekayasa Ide ini masih banyak kekurangan


dalam penulisan atau bentuk tugas Rekayasa Ide.Oleh karena itu saya
mengharapkan masukan berupa saran dan critic yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas Rekayasa Ide.Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Medan,November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………….... i

Daftar Isi ………………………………………………..... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………….. 1

1.2 Tujuan …………………………………………. 1

1.3 Manfaat …………………………..…………… 1

1.4 Fokus Masalah ………………………………… 1

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN SECARA UMUM


2.1 Uraian Permasalahan …………………………… 2

2.2 Solusi Permasalahan …………………………….. 2

BAB III REKAYASA IDE


3.1 Ide-ide Alternatif Pemecahan Menggulangi Masalah . 3

BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………….. 4

4.2 Saran ……………………………………………. 4

4.3 Referensi ……………………………………… 5


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah, masyarakat,


dan pemerintah. Negara dikatakan suatu organisasi karena di dalamnya terdapat stuktur
contohnya presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri - menterinya.
Terbentuknya suatu negara harus mempunyai tiga syarat utama yaitu wilayah, masyarakat,
dan pemerintah. Setiap negara memiliki sistem atau bentuk pemerintahan tersendiri. Bentuk-
bentukpemerintahanitu diantaranya Oligarki, Anarki, Moboraksi,Diktator, dan Demokrasi.

Oligarki adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh segelintir orang banyak.
Partisipasi rakyat dalam pemerintahan dibatasi atau bahkan ditoadakan dengan dihapusnya
lembaga perwakilan rakyat dan keputusan hukum tertinggi ada pada tangan segelintir orang
tersebut.

Anarki adalah pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada peraturan yang
benar-benar dapat dipatuhi. Setiap individu bebas menentukan kehendaknya sendiri-sendiri
tanpa aturan yang jelas.

Moboraksi adalah pemerintahan yang dikuasai olah kelompok orang untuk


kepentingan kelompok yang berkuasa, bukan untuk kepentingan rakyat. Biasanya mobokrasi
dipimpin oleh sekelompok orang yang mempunyai motivasi yang sama.

Diktator ialah kekuasaan yang terpusat pada seseorang yang berkuasa mutlak
(otoriter), dan Demokrasi adalahkekuatan rakyat atau suatu bentuk pemerintahan dengan
rakyat sebagai pemegang kedaulatannya. Dari beberapa bentuk pemerintahan
ini, demokrasi yang paling umum digunakan dalam suatu sistem pemerintahan termasuk
Indonesia.

Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia
Tenggara, Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan demokrasinya, mungkin
kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu. Nah pada kesempatan ini, kami akan menyusun
sebuah makalah tentang Demokrasi di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam laporan ini adalah:

1. Apakah arti demokrasi?

2. Bagaimanakah Sejarah demokrasi?

3. Apa jenis demokrasi?

4. Bagaimanakah prinsip – prinsip demokrasi?

5. Apa ciri – ciri suatu negarayang menganut sistem pemerintahan demokrasi?

6. Bagaimana perkembangan demokrasi di Indonesia?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan tugas rekayasa ide ini yaitu untuk mengetahui perkembangan
demokrasi di Indonesia .

1.4. Manfaat

Manfaat penyusunan tugas rekayasa ide ini, yaitu pembaca khususnya mahasiswa dapat
memahami bagaimana proses perkembangan demokrasi di indonesia.
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN
SECARA UMUM

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya


memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi dipraktekan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari satu
negara ke negara lain. Dan Negara Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang berusaha untuk membangun sistem politik demokrasi sejak
menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945.

Demokrasi harus berdasarkan pada suatu kedaulatan rakyat, artinya


kekuasaan negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Setiap
warga negara sama kedudukannya dalam pemerintahan, dimana mereka diberi
kebebasan untuk memilih ataupun dipilih. Di Indonesia, hal ini telah
diwujudkan dalam bentuk Pemilihan Umum yang dilaksanakan setiap lima
tahun sekali dan juga hal-hal lain yang seringkali dikaitkan dengan Demokrasi.

Demokrasi kadangkala di sebut juga sebagai ekpresi kebebasan


berpendapat dan sangat erat kaitannya dengan kegiatan politik. Hal ini
seringkali terwujud dengan adanya aksi demonstrasi dimana rakyat turun ke
jalan untuk menyampaikan beberapa aspirasinya kepada pemerintah. Dewasa
ini, sudah banyak aksi-aksi demonstrasi yang mengatasnamakan demokrasi dan
beberapa diantaranya banyak menyita perhatian umum, baik dalam negeri
maupun luar negeri.

Jenis-jenis Demokrasi

Demokrasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan berbagai aspek.


Berikut jenis-jenis demokrasi yang ada di berbagai negara:
Jenis-jenis Demokrasi berdasarkan cara penyaluran aspirasi rakyat

1. Demokrasi Langsung: Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang


memberikan kesempatan kepada seluruh warga negaranya dalam permusyawaratan
saat menentukan arah kebijakan umum dari negara atau undang-undang. Bisa
dikatakan demokrasi langsung adalah demokrasi yang bersih karena rakyat diberikan
hak mutlak untuk memberikan aspirasinya.
2. Demokrasi Tidak Langsung: Demokrasi tidak langsung adalah sistem demokrasi yang
dijalankan menggunakan sistem perwakilan.

Jenis-jenis Demokrasi berdasarkan yang dijadikan prioritas atau titik perhatian


1. Demokrasi Material
2. Demokrasi Formal
3. Demokrasi Campuran

Jenis-jenis Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi

1. Demokrasi Rakyat: Demokrasi rakyat(proletar) adalah sistem demokrasi yang tidak


mengenal kelas sosial dalam kehidupan. Tidak ada pengakuan hak milik pribadi tanpa
ada paksaan atau penindasan tetapi untuk mencapai masyarakat yang dicita-citakan
tersebut dilakukan dengan cara kekerasan atau paksa atau dengan kata lain negara
adalah alat untuk mencapai cita-cita kepentingan kolektif.
2. Demokrasi Konstitusional: Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang
dilandaskan kebebasan setiap orang atau manusia sebagai makhluk sosial. Hobbe,
Lockdan Rousseaue mengemukakan pemikirannya tentang negara demokrasi bahwa
negara terbentuk disebabkan oleh benturan kepentingan hidup orang yang hidup
bermasyarakat. Ini mengakibatkan terjadinya penindasan diantara mereka. Oleh sebab
itu kumpulan orang tersebut membentuk komunitas yang dinamakan negara atas dasar
kepentingan bersama. Akan tetapi fakta yang terjadi kemudian adalah munculnya
kekuasaan berlebih atau otoriterianisme.

Prinsip-prinsip Demokrasi

Ada beberapa prinsip demokrasi yang penting, yaitu:

1. Keterlibatan warga Negara dalam pembuatan keputusan politik

2. Tingkat persamaan tertentu di anatara warga Negara

3. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warga
Negara.

4.Suatu system perwakilan

5.Suatu system pemilihan – kekuasaan mayoritas

6. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi

7. Pemilu yang bebas, jujur, dan adil (agar mendapat wakil rakyat yang sesuai aspirasi rakyat)

8. Jaminan Hak Asasi Manusia

9. Persamaan kedudukan di depan hukum

10. Peradilan yang jujur dan tidak memihak untuk mencapai keadilan

11. Kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat

12. Kebebasan pers


Permasalahan demokrasi di indonesia

Demokrasi dipandang sebagai sebagai sesuatu yang penting karena nilai-nilai yang
dikandungnya sangat diperlukan sebagai acuan untuk menata kehidupan berbangsa dan
bernegara yang baik. Demokrasi merupakan alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan
kebaikan bersama, atau masyarakat dan pemerintahan yang baik (good society and good
government). Kebaikan dari sistem demokrasi adalah kekuasaan pemerintah berasal dari
rakyat, baik secara langsung maupun perwakilan. Secara teoritis, peluang terlaksananya
partisipasi politik dan partisipasi warga negara dari seluruh lapisan masyarakat terbuka lebar.
Masyarakat juga dapat melakukan kontrol sosial terhadap pelaksanaan pemerintahan karena
posisi masyarakat adalah sebagai pemegang kedaulatan tertinggi.

Namun dalam praktek atau pelaksanaan demokrasi khususnya di Indonesia, tidak


berjalan sesuai dengan teori yang ada. Demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia belum
mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Partisipasi warga negara dalam
bidang politik pun belum terlaksana sepenuhnya. Untuk memaparkan lebih lanjut,
permasalahan demokrasi yang ada perlu dikelompokkan lagi menjadi tiga hal, yaitu dari segi
teknis atau prosedur, etika politik, serta sistem demokrasi secara keseluruhan.

Dari segi teknis atau prosedur, demokrasi di Indonesia sesungguhnya sudah


terlaksana. Hal ini dapat dibuktikan dengan terlaksananya pemilu pada tahun 1955, 1971,
1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004 dan 2009 untuk pemilihan calon legislatif (Pileg)
dan pemilihan calon presiden dan wakil presiden (Pilpres). Bahkan, pemilu Indonesia tahun
1999 mendapat apresiasi dari dunia internasional sebagai Pemilu pertama di era Reformasi
yang telah berlangsung secara aman, tertib, jujur, adil, dan dipandang memenuhi standar
demokrasi global dengan tingkat partisipasi politik ketika itu adalah 92,7%.

Namun sesungguhnya pemilu 1999 yang dipandang baik ini mengalami penurunan
partisipasi politik dari pemilu sebelumnya yaitu tahun 1997 yang mencapai 96,6 %. Tingkat
partisipasi ppolitik di tahun berikutnya pun mengalami penurunan, dimana pada pemilu tahun
2004, tingkat partisipasi politik mencapai 84,1 % untuk pemilu Legislatif, dan 78,2 % untuk
Pilpres. Kemudian pada pemilu 2009, tingkat partisipasi politik mencapai 10,9 % untuk
pemilu Legislatif dan 71,7 % untuk Pilpres.

Menurunnya angka partisipasi politik di Indonesia dalam pelaksanaan pemilu ini


berbanding terbalik dengan angka golput (golongan putih) yang semakin meningkat.
Tingginya angka golput ini menunjukkan apatisme dari masyarakat di tengah pesta
demokrasi, karena sesungguhnya pemilu merupakan wahana bagi warga negara untuk
menggunakan hak pilihnya dalam memilih orang-orang yang dianggap layak untuk mewakili
masyarakat, baik yang akan duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), maupun Presiden dan Wakil Presiden.

Hak untuk memilih atau mengemukakan pendapat tergolong sebagai Hak Asasi
Manusia yang pelaksanaannya dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (3). Tingginya
angka golput mungkin berasal dari pandangan masyarakat yang memandang bahwa hak asai
manusia merupakan suatu kebebasan, yang dalam hal ini adalah kebebasan untuk
menggunakan hak pilihnya ataupun tidak. Memang tidak ada aturan atau hukum yang
menjerat bagi orang-orang yang tidak turut serta berpartisipasi politik dalam pemilu, namun
apabila terus dibiarkan angka golput terus meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
terhadap demokrasi Indonesia yang akan semakin tidak berkualitas akibat rendahnya
partisipasi dari para warganya.

Yang kedua adalah demokrasi dipandang dari segi etika politiknya. Secara subtantif
pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subyek sebagai pelaku etika yaitu
manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subyek etika. Walaupun dalam konteks politik berkaitan erat dengan masyarakat, bangsa dan
negara, Etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini
lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat
manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya.

Masih mengambil contoh yang sama yaitu mengenai pemilihan umum, dimana
pemilihan umum yang seharusnya terjadi sebagaimana tercantum dalam Pasal 22E ayat (1)
UUD 1945 adalah pemilihan umum secara langsung dan umum, sera bersifat bebas, rahasia,
jujur, dan adil. Namun bagaimanakah etika politik dari para aktor dalam pemilihan umum,
khususnya calon pemerintah dan calon wakil rakyat di Indonesia ?

Pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor yang haus


akan popularitas dan kekuasaan. Sebagian besar petinggi pemerintahan di Indonesia adalah
orang-orang yang sangat pandai mengumbar janji untuk memikat hati rakyat. Menjelang
pemilihan umum, mereka akan mengucapkan berbagai janji mengenai tindakan-tindakan
yang akan mereka lakukan apabila terpilih dalam pemilu, mereka berjanji untuk
mensejahterakan rakyat, meringankan biaya pendidikan dan kesehatan, mengupayakan
lapangan pekerjaan bagi rakyat, dan sebagainya.Tidak hanya janji-janji yang mereka gunakan
untuk mencari popularitas di kalangan rakyat melalui tindakan money politics.

Perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tidak bermoral dan melanggar etika politik.
Hak pilih yang merupakan hak asasi manusia tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, namun
melalui money politics secara tidak langsung mereka mempengaruhi seseorang dalam
penggunaan hak pilihnya. Selain itu, perbuatan para calon petinggi pemerintahan tersebut
juga melanggar prinsip pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
Tindakan mempengaruhi hak pilih seseorang merupakan perbuatan yang tidak jujur, karena
jika rakyat yang dipengaruhi tersebut mau memilihnya pun hanya atas dasar penilaian yang
subyektif, tanpa memandang kemampuan yang dimiliki oleh calon tersebut. Tindakan ini
juga merupakan persaingan yang tidak sehat dan tidak adil bagi calon lain yang menjadi
pesaingnya.

Apabila calon petinggi pemerintahan yang sejak awal sudah melakukan persaingan
tidak sehat tersebut berhasil menduduki jabatan pemerintahan, tentu sangat diragukan apakah
ia dapat menjalankan pemerintahan yang bersih atau tidak. Terbukti dengan begitu
banyaknya petinggi pemerintahan di Indonesia saat ini, khususnya mereka yang duduk di
kursi DPR sebagai wakil rakyat, yang terlibat kasus korupsi. Ini adalah buah dari kecurangan
yang mereka lakukan melalui money politics dimana mereka sudah mengaluarkan begitu
banyak dana demi membeli suara rakyat, sehingga ketika mereka berkuasa mereka akan
cenderung memanfaatkan kekuasaannya yang antara lain bertujuan untuk mengembalikan
uang yang telah mereka keluarkan tersebut.

Tidak hanya korupsi, sikap atau perilaku keseharian para wakil rakyat tersebut juga
tidak menunjukkan etika politik yang baik sebagai seseorang yang seharusnya mengayomi
dan menjadi penyambung lidah rakyat demi mencapai kesejahteraan rakyat. Mereka
kehilangan semangat dan tekad untuk membela rakyat yang bertujuan pada tercapainya
kesejahteraan rakyat, yang mereka ungkapkan ketika masih menjadi calon wakil rakyat.
Mereka kehilangan jatidiri sebagai seorang pemimpin dan justru menyalahgunakan
kepercayaan rakyat terhadap mereka demi kepentingan pribadi dan kelompok. Terbukti
banyak anggota DPR yang menginginkan gaji tinggi, adanya berbagai fasilitas dan sarana
yang mewah yang semuanya itu menghabiskan dana dari rakyat, dalam jumlah yang tidak
sedikit. Hal ini tidak sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan, bahkan untuk sekedar
rapat saja mereka tidak menghadiri dan hanya titip absen, atau mungkin hadir namun tidak
berpartisipasi aktif dalam rapat tersebut. Sering diberitakan ada wakil rakyat yang tidur ketika
rapat berlangsung.

Terakhir atau yang ketiga adalah permasalahan demokrasi dipandang dari


segi sistemnya secara keseluruhan, mencakup infrastruktur dan suprastruktur politik di
Indonesia.Infrastruktur politik adalah mesin politik informasl berasal dari kekuatan riil
masyarakat, seperti partai politik (political party), kelmpok kepentingan (interest group),
kelompok penekan (pressure group), media komunikasi politik (political communication
media), dan tokoh politik (political figure). Disebut sebagai infrastruktur politik karena
mereka termasuk pranata sosial dan yang menjaid konsen masing-masing kelompok adalah
kepentingan kelompok mereka masing-masing.

Sedangkan suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik formal di


suatu negara sebagai penggerak politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat
kompleks karena akan bersinggungan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, fungsi, dan
wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan yang lainnya. Dalam perkembangan
ketatanegaraan modern, pada umunya elit politik pemerintah dibagi dalam
kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), legislatif(pembuat undang-undang),
danyudikatif (yang mengadili pelanggaran undang-undang), dengan sistem pembagian
kekuasaaan atau pemisahan kekuasaan.

Dalam pelaksanaan demokrasi, harus ada hubungan atau relasi yang seimbang antar
komponen yang ada. Tugas, wewenang, dan hubungan antar lembaga negara itu pun diatur
dalam UUD 1945. Relasi atau hubungan yang seimbang antar lembaga dalam komponen
infrastruktur maupun suprasruktur, serta antara infrastruktur dengan suprastruktur akan
menghasilkan suatu keteraturan kehidupan politik dalam sebuah negara. Namun tetap saja,
penyimpangan dan permasalahan itu selalu ada dalam kehidupan masyarakat yang beragam
dan senantiasa berubah seiring waktu.
Dalam lembaga legiflatif (DPR) misalnya, sebagai lembaga yang dipilih oleh rakyat,
dan kedudukannya adalah sebagai wakil rakyat yang sebisa mungkin harus memposisikan
diri sebagai penyambung lidah rakyat, megingat pemegang kekuasaan tertinggu dslam negara
demokrasi adalah rakyat (kedaulatan rakyat). Namun dalam pelaksanaannya, lembaga negara
tidak memposisikan diri sebagai penyampai aspirasi rakyat dan representasi dari kehendak
rakyat untuk mencapai kesejahteraan, namun justru lembaga negara tersebut sebagai
pemegang kekuasaan dalam sebuah negara, dan rakyat harus tunduk terhadap kekuasaan
tersebut.

Contoh lain adalah dalam lembaga yudikatif, atau lembaga yang bertugas mengadili
terhadap pelanggaran undang-undang. Hukum di Indonesia adalah hukum yang tumpul ke
atas namun tajam ke bawah. Siapa yang punya uang, tentu akan mengalami hukuman yang
ringan meskipun melakukan kesalahan yang besar. Sebaliknya, apabila tidak punya uang, dia
tidak bisa berkutik dengan hukuman yang dijatuhkan padanya meskipun kesalahan yang
dilakukan tergolong ringan. Bukti bahwa hukum Indonesia bisa dibeli adalah adanya hakim
yang tertangkap akibat menerima suap untuk meringankan kasus yang sedang ia tangani.
Atau contoh lain adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan yang sedang menjalani
hukuman, namun dapat dengan mudah keluar masuk penjara dengan berbagai alasan atau
kepentingan, dan tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan oleh rakyat kecil.

Permasalahan yang terkait dengan komponen infrastruktur politik belum efektifnya


peran lembaga-lembaga tersebut demi kepentingan rakyat, dan terkadang justru
pelaksanaannya hanya demi kepentingan kelompok atau individu. Dalam hal kebebasan pers
misalnya, meskipun sudah dijamin dalam UUD 1945 namun pelaksanaannya belum
sepenuhnya efektif. Contohnya adalah adanya wartawan yang meliput kasus atau persoalan
publik, justru diculik, dianiaya, atau bahkan dibunuh.

Selain itu, partai politik telah beralih fungsi dari lembaga demokrasi menjadi lembaga
yang yang mirip dengan perusahaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Terbukti
dengan keterlibatan partai politik dalam berbagai kasus korupsi, transaksi-transaksi politik
dalam pemilihan daerah, serta money politics. Partai politik juga menjadi rumah bagi orang-
orang tertentu yang mengejar popularitas dan kekuasaan, serta untuk menguasai sumber daya
alam tertentu. Komersialisasi partai politik ini juga terlihat dalam kaderisasinya, dimana
banyak anggota partai politik yang direkrut adalah pengusaha-pengusaha, yang sebenarnya
hanya dijadikan tunggangan agar partai politik tersebut dapat dengan mudah memperoleh
dana, misalnya dari adanya proyek-proyek.

Permasalahan-permasalahan demokrasi yang terjadi di Indonesia ini harus segera


ditangani karena sudah mencapai titik kritis. Apabiladibiarkan tanpa ada upaya penyelesaian,
demokrasi di Indonesia akan mati, dan negara Indonesia justru mengarah pada negara dengan
pemerintahan yang otoriter. Kedaulatan rakyat tidak lagi berlaku, aspirasi rakyat melalui
kebebasab pers terlalu dibatasi. Bahkan lembaga yang bertugas sebagai penyampai aspirasi
rakyat seperti DPR dan partai politik telah beralih fungsi menjadi lembaga yang menjadi
rumah bagi pihak-pihak yang menginginklan popularitas, kekuasaan, dan kekayaan.
Membayangkan demokrasi Indonesia dengan pilar-pilar rapuh sebagaimana digambarkan di atas, maka
wajar saja jika muncul sikap was-was, galau, atau kekhawatiran akan masa depan demokrasi. Bangunan
demokrasi begitu rentan, dan bisa saja setiap saat terancam roboh jika diterpa gelombang pasang krisis
ekonomi dan politik. Atau peristiwa-peristiwa yang memiliki tekanan yang lebih besar dibanding
kekuatan bangunan sehingga dapat saja meluluhlantakkan demokrasi Indonesia. Kalau hingga hari ini kita
masih mampu menyelenggarakan pemilu, pemilukada, persidangan parlemen, serta kerja pemerintahan,
namun kesemua itu dapat dianggap bagian saja dari ornamen kelangsungan sistem politik dan
pemerintahan yang memang dilangsungkan secara formal. Padahal, demokrasi yang demikian tidak akan
menghasilkan tenaga untuk menggapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi.

Kita memerlukan demokrasi yang substantif. Melampaui dari sekadar ritual, rutinitas atau
instrumentatif belaka. Sekarang solusinya adalah bagaimana menghadirkan corak bernegara yang mampu
menjamin sistem pemerintahan akuntabel dan responsif, perlindungan hak-hak warga negara dari negara,
serta penegakan hukum demi mewujudkan keadilan secara nyata. Oleh karena itulah, tantangan terbesar
mencegah robohnya demokrasi, bagaimana memperbaiki dan memperkuat kembali pilar-pilar itu sesuai
prinsip demokrasi yang benar, di atas fondasi cita-cita keindonesiaan. Sudah terlalu banyak politisi
dihukum, baik oleh hakim karena urusan korupsi dan masalah pidana lainnya, maupun oleh rakyat dalam
pemilu karena mengabaikan amanat.

Namun demikian belum juga jera. Sekalipun kita menghujat dan mencaci maki politisi dan
parpol, kita tidak mungkin mengingkari betapa pentingnya posisi dan peran parpol jika kita bersepakat
dengan demokrasi. Oleh karena itulah, tantangan kita adalah di satu sisi harus selalu mengingatkan dan
mengontrol parpol untuk segera berbenah, mereformasi organisasi mesin kekuasaan ini agar dikembalikan
ke jalan yang benar. Sebegitu besarnya otoritas atau kuasa politik yang digenggamnya di dalam
mengoperasikan kewenangannya tentu harus diimbangi komitmen membangun etika berpolitik,
kemampuan organisasi dalam mencetak pemimpin, serta ketrampilan mengolah aspirasi rakyat menjadi
kebijakan. Tujuannya agar parpol sebagai pilar demokrasi kompatibel dengan tugas dan fungsinya
menjalankan sistem bernegara.

Sementara pada sisi lain, upaya pendidikan politik, pencerahan dan pengorganisasian
masyarakat sebagai entitas politik non-parlementaris sangat diperlukan sebagai strategi penyeimbang
parpol. Masyarakat yang cerdas dan berdaya jangan dianggap sebagai ancaman parpol. Tetapi perlu
dibaca sebagai partner, atau bagian dari kontestasi perebutan pengaruh. Bahkan, warga negara yang kritis
dapat diolah sebagai daya dorong parpol untuk makin kompetitif dan berbenah diri. Di situ kita akan
menyehatkan dua pilar: parpol dan masyarakat sipil. Jikalau kita memiliki parpol yang kredibel dalam
membentuk struktur parlemen, masyarakat yang kritis membentuk struktur pemerintahan, maka akan
menghasilkan hukum yakni regulasi, produk perundangan serta kebijakan yang akuntabel sebagaimana
dikerangkai dalam sistem demokrasi.
BAB III REKAYASA IDE

3.1 Ide-ide Alternatif Pemecahan Menggulangi Masalah


1.Dimedia sosial kita harus Perbanyak Sosialisasi di Kehidupan Nyata, Batasi
Penggunaannya, Cari Kegiatan yang Lebih Bermanfaat, Gunakan Secara Bijak, Fokus ke
Orang di Sekelilingmu.

2.Selalu berpikir dan bersikap kritis adalah salah satu prasarat penting dalam demokrasi. Tanpa
disertai dengan sikap dan pikiran yang kritis dan selalu waspada maka gagasan sejati tentang
demokrasi akan sulit direalisasikan. Sikap yang masa bodoh dan tidak peduli akan sangat
membahayakan kehidipan demokrasi

.3.Meng- elaborasi sistim pemerintahan lokal yang independen seperti dewan kelurahan dan
organisasi2 lokal yang memperjuangkan kepentingan2 masarakat lokal. Tanpa kesadaran yang kuat
dari masarakat untuk membentuk dan mendukung organisasi2 lokal yang independen, merupakan
cacat besar dalam proses demokrasi. Diupayakan bahwa para caleg mempunyai pengalaman bekerja
di organisasi lokal yang independen dan pernah bekerjasama dengan pemerintahan lokal. Tanpa
pengalaman ini, caleg tidak akan tahu bagaimana cara melayani masarakat.

4. Rasa kesadaran berwarga-negara yang tinggi sangat diperlukan dalam kehidupan demokrasi. Warga
negara harus nempunyai minat yang tinggi dalam kehidupan publik dan menginginkan suatu
pelaksanaan administrasi pemerintahan yang baik. Salah satunya ikut berpartisipasi dalam even2
politik yang penting seperti menyuarakan kepedulianvdalam media2 yang tersedia, seperti forum
Kompasiana. Setiap warga negara harus menyatakan sikap dan pikirannya dengan standar kejujuran
dan moral yang tinggi. Tanpa itu semua, hak2 yang dimiliki akan dapat disalah-gunakan atau
nenyimpang dari tujuan yang sebenarnya.

5. Spirit toleransi yang tinggi harus tetap terjaga. Demokrasi adalah pemerintahan yang disemangati
oleh debat dan diskusi. Sikap toleransi yang tinggi diperlukan dalam rangka melahirkan pikiran kritis
yang konstruktif dan diskusi yang sehat. Pemerintahan yang demokratis adalah pemerintah yang
didukung oleh mayoritas. Untuk itu, mayoritas harus memberi tempat yg layak kepada minoritas.
Minoritas harus rela memberi jalan agar mayoritas dapat menyampaikan dan menjalankan
keputusannya.

6. Kebebasan berbicara, berasosiasi dan kebebasan pers adalah persyaratan mutlak dalam demokrasi.
Kebebasan individual adalah inti demokrasi. Kebebasan ini memberikan kesempatan ekspansi
personalitas individu secara tepat dan pas. Pembatasan kebebasan individu akan mencederai
personalitas msnusia dan pada gilirannya mencederai kehidupan demokrasi.

7. Konstitusi tertulis juga merupakan essensi yang penting dalam mensukseskan kehidupan
demokrasi. Konstitusi tertulis menjaga dan memelihara kebebasan individual. Konstitusi tertulis juga
berperan dalam menjaga organ2 pemerintahan bertindak sesuai dengan kewenangan yang
didelegasikan kepada mereka. Dengan konstitusi yang dirumuskan dengan baik dan bijak, akan
mengurangi turbulensi dalam kehidupan demokrasi dan memelihara ketenangan seperti tenangnya air
di danau.

8. Perbedaan kesenjangan yang tajam antara si kaya dan si miskin, adalah hambatan atau halangan
yang utama bagi suksesnya kehidupan demokrasi. Hasil penelitian dari beberapa pakar, kesetaraan
politik tidak mungkin akan dapat tercapai tanpa adanya kesetaraan kesempatan dibidang ekonomi.
Karl Marx berpendapat bahwa agen2 pemerintahan sulit mengambil posisi netral. Mohammad Hatta,
mantan wakil presiden Soekarno, juga berpendapat bahwa kombinasi kebebasan individu
(liberalisme) dengan demokrasi, akan menciptakan kesenjangan ekonomi yang pada gilirannya akan
mencederai demokrasi. Oleh karena itu, beliau datang dengan konsep koperasi, untuk mencapai
kesetaraan ekonomi.
BAB VI PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah, masyarakat,
dan pemerintah. Negara dikatakan suatu organisasi karena di dalamnya terdapat stuktur
contohnya presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri - menterinya.
Terbentuknya suatu negara harus mempunyai tiga syarat utama yaitu wilayah, masyarakat,
dan pemerintah. Setiap negara memiliki sistem atau bentuk pemerintahan tersendiri. Bentuk-
bentuk pemerintahanitu diantaranya Oligarki, Anarki, Moboraksi,Diktator, dan Demokrasi.

4.2 Saran
Di Indonesia demokrasi bukan hanya sebagai sistem pemerintahan namun kini telah
menjadi salah satu sistem politik. Salah satu pemilu yang krusial atau penting dalam
katatanegaraan Indonesia adalah pemilu untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk dalam
parlemen, yang biasa kita kenal dengan sebutan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan
DPRD. Setelah terpilih menjadi anggota parlemen, para konstituen tersebut pada hakikatnya
adalah bekerja untuk rakyat secara menyeluruh. Itulah yang dinamakan dengan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Akan tetapi, dewasa ini tidak sedikit para anggota parlemen yang “melupakan” rakyatnya
ketika mereka telah duduk enak di kursi “empuk”. Mereka sibuk dengan urusan pribadi
mereka masing-masing, mengutamakan kepentingan golongan, dan berpikir bagaimana
caranya mengembalikan modal mereka ketika kampanye. Fenomena ini sudah tidak aneh lagi
bagi bangsa Indonesia. Para elite politik saat ini, sudah tidak lagi pada bingkai kesatuan, akan
tetapi berada pada bingkai kekuasaan yang melingkarinya. Seperti misalnya, adanya sengketa
hasil pemilu, black campaign ketika kampanye dan sebagainya, yang penting bisa
mendapatkan kekuasaan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pun telah luntur dalam
dirinya.Untuk itu, diharapkan agar masyarakat ikut mengontrol jalannya pemerintahan agar
menuju Indonesia yang lebih baik.

Mari kita awasi bersama-sama..


Referensi

Gandamana,apick.2019.Pendidikan Kewarganegaraaan Untuk Perguruan Tinggi.


Medan:Harapan Cerdas.
https://news.detik.com/kolom/d-4650749/masalah-masalah-demokrasi-kita-hari-ini (Diakses pada
tanggal 17 November, pukul 19:17)

https://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.com/2015/10/pengertian-demokrasi-dan-jenis-
jenis.html(Diakses pada tanggal 17 November, pukul 20:03)

Narmoatmojo, Winarno, dkk. 2015. Pendidikan Kewarganegaraaan Untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Ombak.
Setiawan, Deny. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan:unimed press.

Anda mungkin juga menyukai