Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam penerapan KKNI bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2018, dimana kurikulum
KKNI ini menuntut mahasiswa untuk lebih berpikir kritis dalam mengembangkan ide dan
kreativitasnya. Dalam system KKNI ini, para mahasiswa diwajibkan untuk menyelesaikan 6
macam tugas yaitu, Tugas Rutin, Critical Book Report, Critical Journal Review, Mini Riset,
Rekayasa Ide dan Project. Dalam kesempatan ini saya akan membahas tugas critical journal
review kalkulus.
Geopolitik secara etimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu Geo yang berarti bumi dan
tidak lepas dari pengaruh letak serta kondisi geografis bumi yang menjadi wilayah
hidup.Geopolitik dimaknai sebagai penyelenggaraan Negara yang setiap kebijakannya dikaitkan
dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Istilah geopolitik pertama kali diartikan oleh Frederich Ratzel sebagai ilmu bumi politik
(political geography) yang kemudian diperluas oleh Rudolf Kjellen menjadi geographical
politic, disingkat geopolitik
B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
2. Untuk melatih mahasiswa agar terbiasa membaca journal
3. Untuk melatih kemampuan mahasiswa mengkritik karya ilmiah

C. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan dan informasi dari journal yang dibaca
2. Meningkatkan kemampuan mengidentifikasi sebuah karya ilmiah

BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. IDENTITAS JURNAL
1. JURNAL I

JUDUL : UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN WAWASAN


NUSANTARA SEBAGAI SARANA DALAM
MENINGKATKAN SEMANGAT NASIONALISME BAGI
WARGA NEGARA INDONESIA
PENULIS : Roni Lukum, S.Pd.M.Sc

2. JURNAL II

JUDUL : PENTINGNYA WAWASAN NUSANTARA DAN


INTEGRASI NASIONAL
PENULIS : Sigit Dwi Kusrahmadi

B. RINGKASAN JURNAL
I. JURNAL I

Pengertian Wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara adalah cara pandang sebuah bangsa tentang dirinya ditengah-tengah
lingkungan strategis yang bergerak serba cepat dan dinamik, agar bangsa tersebut tetap eksis dan
survife. Pengertian lain dari wawasan nusantara secara termininologi wawasan nusantara
diartikan sebagai cara pandang sebuah nation state tentang diri dan lingkungan strategiknya yang
berubah serba dinamik dengan mempertimbangkan aspek cultural, histories, geografis, ruang
hidup, idealisme, falsafah Negara, konstitusi, aspirasi, identitas, integritas kelangsungan hidup
dan perkembangan kehidupannya serta kemampuannya dan daya saingnya. Menurut
M.Panggabean (1979 : 349) wawasan nusantara adalah doktrin politik bangsa Indonesia untuk
mempertahankan kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia, yang didasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945 dengan memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi, demografi,
teknologi dan kemungkinan strategik yang tersedia. Dengan perkataan lain, wawasan Nusantara
adalah geopolitik Indonesia. Dan nilai yang terkandung didalam wawasan nusantara telah
diintegrasikan didalam lima aspek secara intern yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa,
kesatuan ekonomi, kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan sedangkan untuk ekstern nilai
integrasi itu diusahakan dengan ikut mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Memperhatikan proses pertumbuhan itu, nyata benar bahwa wawasan nusantara tersebut
masih terikat kepada konsepsi-konsepsi kekuatan. Oleh sebab itu, pemikiran-pmikiran yang kini
sedang berkembang jelas mengarah kepada usaha untuk dapat menyusun dan merumuskan“
Wawasan Nusantara” sebagai suatu “Wawasan Nasional”, yang tidak hanya diperuntukkan bagi
Hankamnas saja, melainkan yang dapat menyeluruh meliputi “segenap segi kehidupan nasional”,
hingga dapat mendasari konsepsi ketahanan nasional. Demikianlah tumbuh pemikiran-pemikiran
dan pengkajian mengenai wawasan nusantara sebagai salah satu aspek daripada falsafah hidup
nasional kita, yang berisi dorongan-dorongan dan rangsangan-rangsangan untuk mencapai tujuan
serta aspirasi-aspirasi nasional kita.

Seperti keadaan sekarang menunjukkan, bahwa bergeraknya arah pemikiran-pemikiran


untuk mencakup segenap aspek-aspek kehidupan nasional kita, guna dapat menemukan jawaban
dan perumusannya, bagaimana kita menyusun suatu konsepsi strategis untuk menyelenggarakan
dan menjamin tata-kelangsungan hidup nasional kita, seperti halnya telah berhasil kita rumuskan
dalam konsepsi ketahanan nasional. Sesungguhnya, kelangsungan itu dituntut oleh hidup sendiri,
karena tanpa kelangsungan, hidup itu akan mandek. Dan “mandek”nya hidup, berarti mati. Oleh
sebab itu, disamping kita harus menyelenggarakan dan menjamin tata-pengamanan hidup
nasional kita, maka yang terpokok justru kita harus pertama-tama menyelenggarakan dan
menjamin tata-kelangsungannya. Untuk maksud dan tujuan itulah perlunya kita mengkonsepsi
Wawasan Nusantara, yang menyeluruh-bulat dan utuh lengkap meliputi segenap aspek
perkehidupan nasional kita.

Wawasan nusantara adalah Geopolitik Indonesia, berwawasan dua arah yaitu keluar dan
kedalam. Pancasila dan pembukaan UUD 1945 menetapkan nilai instrinstik yang mendasari
wawasan nusantara yang nilai integrasi yang di tujukan pada kehidupan internal bangsa maupun
kehidupan antar bangsa. Sebagai geopolitik Indonesia, wawasan nusantara memawas Negara
Indonesia dari sudut pandang, yaitu (1) Negara sebagai wilayah, (2) Negara dalam pengertian
rakyat yang hidup dalam wilayah itu, (3) Negara sebagai kehidupan masyarakat, (4) negara
sebagai suatu penyelenggaraan rumah tangga, dan ( 5) Negara sebagai penjamin kelangsungan
hidup dirinya.

Kondisi Pemahaman Wawasan Nusantara oleh Warga Negara Indonesia.


Dengan munculnya beberapa permasalahan yang telah dihadapi oleh negara kita
sebenarnya menguji seberapa kuat eksistensi negara kita menghadapi rongrongan dari negara-
negara lain. Dan bila kita lihat kondisi wawasan nusantara saat ini ada beberapa permasalahan
yang mengancam integritas negara kita saat ini diantaranya soal perbatasan antara Indonesia dan
Malaysia akhir-akhir ini kembali menghangat setelah Malaysia melalui perusahaan minyaknya,
Petronas, memberikan hak eksplorasi kepada perusahaan Shell untuk melakukan eksplorasi di
wilayah perairan laut di sebelah timur Kalimantan Timur yang mereka beri nama Blok ND6 (Y)
dan ND7 (Z). Indonesia yang telah lebih dulu mengklaim wilayah itu sebagai kedaulatannya
tentu saja protes atas kebijakan Malaysia tersebut karena di blok yang dinamai Indonesia sebagai
blok Ambalat dan Ambalat Timur tersebut, Indonesia sudah terlebih dulu melakukan eksplorasi
minyak bumi dan gas (migas). Selama itu pula Malaysia tidak pernah meributkannya sebagai
cerminan dari pengakuan Malaysia bahwa wilayah itu adalah wilayah Indonesia.

Kini, berbekal kemenangan di Mahkamah Internasional atas Pulau Sipadan dan Pulau
Ligitan, Malaysia kembali "memperkuat" klaimnya sesuai dengan peta tahun 1979 yang mereka
buat sendiri, yang memang sudah memasukkan Sipadan dan Ligitan sebagai wilayah
kedaulatannya. Pemberian hak eksplorasi kepada Shell itu, mereka nyatakan sebagai bentuk dari
pelaksanaan hak kedaulatan mereka di perairan sebelah timur Kalimantan Timur tersebut.

Faktor-Faktor memudarnya pemahaman wawasan Nusantara

a).Faktor internal terdiri dari : Pertama . Adanya egosentrisme Sebuah pemahaman


yang dibangun dari semangat lokal tanpa memperhatikan kepentingan bersama demi
kepentingan bangsa dan Negara. Pemahaman egosentrisme yang sering menjadi
kebiasaan setiap etnis terutama bagi etnis yang menganggap sebagai etnis mayoritas
terkadang hal ini menimbulkan hubungan antar etnis tidak berjalan harmonis,
sehingga upaya dalam menciptakan wawasan kebangsaan kepada semua warga
masyarakat Indonesia terganggu dengan sikap yang ditunjukan oleh egosentrisme
yang muncul pada etnis tertentu. Kedua, Adanya Sikap etnonasionalisme.

Etnonasionalisme merupakan sikap yang menonjolkan etnis tertentu sebagai


superioritas dalam seluruh etnis yang ada diIndonesia, sehingga dengan sikap ini,
etnis yang berada di Ibukota Negara menganggap semua status kekuasan hanya
dapat dikuasai oleh orang-orang yang ada diIbukota Negara. Artinya tidak
memberikan kesempatan yang sama pada orang diluar etnis Jawa. Sikap seperti ini
yang telah membunuh semangat nasionalisme, dimana seluruh etnis yang ada
diIndonesia punya kedudukan yang sama dalam memegang jabatan apapun yang
terkait dengan jabatan yang ada di kalangan eksekutip pemerintah pusat. Ketiga,
Adanya pemahaman penerapan otonomi daerah yang mengarah kepada sikap
etnosentrisme.
Etnosentrisme merupakan sikap negatip yang muncul akibat pelaksanaan
rekrutmen politik maupun pada jabatan PNS , dimana yang diprioritaskan untuk
menduduki jabatan didaerah adalah orang-orang yang berasal dari putra asli daerah,
sehingga etnis lain yang ada didaerah itu tidak mendapat perlakuan yang sama
dengan etnis lokal menikmati hak-hak sebagai warga negara tidak diberikan
sepunuhnya. Sikap ini dapat menimbulkan konflik dan membunuh semangat
demokrasi dan juga menghambat proses nasinalisme dalam mewujudkan Keempat,
Adanya kesenjangan program pembangunan pemerintah pusat pada
pemerintah daerah.

Pelaksanaan program pemerintah pada saat itu yang diaksanakan dengan


sistem pemerintahan sentralistik didasarkan pada ketentuan Undang-Undang No. 5
Tahun 1974 dimana pada saat itu kewenangan pemerintah pusat lebih dominan
dalam penyelenggaran pemerintah didaerah. Dengan sistem ini pula daerah merasa
di anak tirikan dalam melaksanakan program pembangunan, sehingga ada daerah-
daerah diIndonesia merasa diperlakukan tidak adil oleh pemerintah pusat . oleh
karenanya didaerah telah menimbulkan konflik fertikal antara pemerintah pusat dan
daerah. Hal ini ditunjukan oleh gerakan separatis yang ada di Aceh dan Papua.
Semua permasalahan ini diakibatkan oleh karena kesalahan kebijakan pemerintah
pusat dalam mengelola negara dan hal ini pulalah yang telah menghambat semangat
nasionalisme karena pemerintah pusat tidak menggunakan konsep wawasan
nusantara sebagai landasan dalam melaksanakan program pembangunan didaerah.

b). Faktor ekstern terdiri dari : Pertama, Pengaruh Globalisasi ,Dalam


eraglobalisasi diemua negara-negara berkembang tidak mampu lagi membendung
penagruh globalisasi karena hubungan antar negara tidak lagi menjadi hambatan
dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lainnya yang ada dibelahan
dunia. Sehingga berdampak negatif dari dibidang budaya , dimana bangsa Indonesia
yang dikenal dengan budaya ketimuran yang sangat menjujung tinggi etika dan
moral bangsa dengan adanya globalisasi ini telah mempengaruhi perilaku
masyarakat Indonesia yang tadinya sangat menghormati nilai-nilai moral dan dengan
adanya pengaruh budaya dari bangsa barat akhirnya dalam kehidupan keseharian
terasa mulai ditinggalkan oleh generasi mudah, mereka lebih cenderung pada budaya
dari barat tanpa memperdulikan lagi nilai-nilai etika yang sesuai dengan perilaku
bangsa Indonesia. Dengan adanya sikap dan perilaku budaya dari bangsa lain yang
masuk melalui kecanggihan teknologi mengakibatkan meruntuhnya semangat
nasionalisme dan terkadang juga akibat dari globalisasi mental para generasi mudah
mulai meninggalkan budayanya sendiri dan lebih membudayakan tradisi yang tidak
sesuai dengan dasar falsafah negara kita yakni Pancasila.. Kedua, Pengaruh dari
konstalasi politik Internasional.

Dimana kita ketahui bahwa dalam pertarungan kepeningan negara-negara besar


untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Negara-negara superpower tersebut,
berusaha mencari pengaruh dari negara-negara berkembang untuk melaksanakan
idiologi dari negara tersebut. misalnya idiologi komunisme, liberalisme . dua
idiologi inilah yang dapat mempengaruhi semangat nasionalisme dari negara kita
diIndonesia untuk tidak melaksanakan idiologi yang telah lama dilaksanakan dan
telah menjadi kepribadian bangsa kita. Semua ini dilakukan oleh negara-negara
super power dalam rangka memenuhi kebutuhan nasional dari negara-negara besar
tadi. Dengan demikian akibat dari dua idiologi besar ini

mengakibatkan pula pergeseran sistem pemerintahan diIndonesia tidak lagi


didasarkan pada prinsip demokrasi Pancasila melainkan yang dilaksanakan adalah
sistem demokrasi liberal yang tidak mengenal batas-batas tertentu yang dilarang oleh
demokrasi Pancasila.

Harapan Dalam Pemahaman Wawasan Nusantara

Sebagaimana pengertian dari wawasan nusantara yang memberikan penjelasan tentang


carapandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya terhadap ekonomi, politik, Sosial
Budaya dan pertahanan keamanan. Dengan demikian yang diharapkan terhadap warga Negara
Indonesia ini dapat mengenal eksisistensi negaranya sendiri tentang segala kemampuan dan
kelemahan yang dapat memperlemah semangat nasinalisme. Namun idealnya adalah warga
negara Indonesia yang mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam menjaga keutuhan
wilayah Indonesia dari berbagai macam ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri
dan yang paling utama adalah kecintaan kita kepada wilayah negara kita dan harus menciptakan
semangat nasinalisme dan anti bentuk-bentuk negatif dari sikap yang akan mengahancurkan
integritas nasinalisme kita sebagai satu kesatuan dalam kerangka Negara kesatuan Republik
Indonesia. Kondisi wawasan nusantara yang di idamkan oleh seluruh warga masyarakat dan
pemerintah adalah sebagai berikut :

Dibidang Persatuan Indonesia.

Usaha mememlihara persatuan berdasarkan wawasan nusantara adalah diharapkan


kepada bangsa ini bisa menjadikan seluruh warga negara Indonesia memiliki rasa satu bahasa,
senasib serpenanggungan, setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita
bangsa.

Kesatuan.

Potensi yang dimiliki oleh setiap daerah diIndonesia tidak merata dimana ada daerah-
daerah yang potensi alamnnya tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya, untuk itu
pemerintah harusnya memperlakukan daerah yang kurang mampu menghidupi masyarakatnya
dilakukan dengan subisi silang pada daerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk membina kesatuan
wilayah yang ada diIndonesia
Upaya yang dilakukan dalam rangkah memperkokoh kadar pemaham Wawasan
Nusantara.

Upaya yang yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk memahami
eksistensi negara Indonsia sebagai negara kepulauan dengan batas-batas wilayah sebagaimana
yang terdapat dalam Deklarasi Djuanda yang telah menyatukan wilayah laut In dosnesia dengan
tidak lagi memberi ruang pada kantong-kantong laut internasioanl yang berada diantara pulau-
pulau Indonesia.

Pendidikan Formal.

Dalam mewujudkan pelembagaan penegenalan eksistensi wilayah laut (wawasan


Nusantara dilakukan melalui kurikulum yang sekarang diberikan disemua tingkatan pendidikan
formal Pendidikan yang diberikan ada pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang
memperkenalkan terhadap semangat nasionalisme

Pendidikan Non formal.

Sosilisasi pemahaman wawasan nusantara dapat juga dilakukan lewat pendidikan non
formal, dimana masyarakat dilibatkan dalam diklat tentang wawasan kebangsaan dengan tujuan
agar supaya semua komponen warga Negara Indonesia mengenal batas-batas wilayah laut atau
perairan dan darat, udara Indonesia. Semua ini dilakukan supaya perjuangan para pendiri negara
yang telah berusaha mencapai batas-batas territorial wilayah Indonesia dapat dipertahankan
perjuangan oleh generasi sekarang ini. karena ditangan generasi sekarang inilah negara Indonsia
akan tetap eksis sepanjang masa. Kesadaran pemahaman wawasan nusantara dapat
menghilangkan rasa kedaeraan yang sering muncul dalam diri kita, oleh karenanya setelah kita
mengenal bahwa seluruh wilayah yang ada di Indonesia ini adalah satu kesatuan akan dapat
memperkokoh semangat nasionalime kita terhadap Negara kesatuan Republik Indonesia.

Kesimpulan.

Berdasarkan permasalahan dalam kajian ini tentang upaya peningkatan pemahaman


wawasan nusantara sebagai sarana dalam meningkatkan semangat nasionalisme bagi warga
negara Indonesia dapat ditarik beberapa hal yang dianggap sangat penting diperhatikan sbb :
Pertama, Kondisi pemahaman wawasan nusantara saat ini dapat dilihat dengan kegagalan
pemerintah pusat dalam upaya menciptakan stabilitas baik didalam negeri maupun luar negeri.
Realitas yang nampak adalah dimana batas wilayah Negara kesatuan yang telah dicaplok oleh
negara-negara lain seperti Malaysia menunjukan kepada kita ketidak mampuan pemerintah kita
dalam menjaga keutuhan wilayah Negara kesatuan RI sebagai Negara kepulauan. Gerakan
separatis yang mewarnai problem pemerintahan kita menujukan pula ada sesuatu yang salah
dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahan pusat pada daerah. Dengan demikian kebijakan
otonomi daerah yang tadinya sebagai solusi alternatif pemecahan masalah, justru menimbulkan
konflik didaerah. Kedua, Faktor-faktor yang mempengaruhi memudarnya pemahaman wawasan
nusantara dan rasa nasionalisme adalah disebabkan oleh karena faktor internal dan eksternal,
dimana nasionalisme menurun sebagaimana yang dijelaskan diatas ada beberapa faktor
penghambat mewujudkan nasinalisme dintaranya karena penyelenggara negara dan masyarakat
tidak memahami konsep kedaulatan negara kita sebagai negara kepulauan, budaya egosentrisme,
etnonasionalisme, dan pemahaman konsep inplementasi otonomi

daerah yang sempit yang memunculkan sikap etnosentrisme pada masyarakat lokal, semua ini
menjadi penghambat membangun semangat nasionalisme. Ketiga, Kondisi pemahaman wawasan
nusantara yang diharapkan kepada warga Negara Indonesia lebih khusus kepada pihak
pemerintah agar supaya dapat mencintai dan mempertahankan keutuhan sebagai Negara
kepulauan adalah khusus dibidang Persatuan Indonesia.

II. JURNAL II

Pendahuluan

Dalam mewujudkan tujuan nasional banyak mengalami kendala, baik dalam tataran
konsep maupun implementasinya. Pada tataran konsep tidak adanya kata sepakat antara
perkataan dan perbuatan di antara para elit politik. Contoh kongkrit konsep ekonomi liberal,
ekonomi kerakyatan dan perwujudan Welfare State (negara kesejahteraan). Konsep ekonomi
liberal mengutamakan kepentingan pasar bebas dan merupakan salah satu varian dari
kapitalisme yang terdiri dari merkantilesme, liberaliseme, dan keynesianisme dan
neoliberalisem yang merupakan upaya untuk mengoreksi kelemahan dalam liberalisme
(Revrisond Baswir, KR, 17 Mei 2009; 1).

Pengertian Wawasan Nusantara

(1) Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Selain
menunjukkan kegiatan untuk mengetahi serta arti pengaruh-pengaruhnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. penglihatan atau tanggap indrawi, Wawasan juga
mempunyai pengertian menggabarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau
cara tanggap incrawi.
(2) Nasional menunjukkan kata sifat, ruang lingkup, bentuk kata yasng berasal dari
istilah nation berarti bangsa yang telah mengidentiikasikan diri ke dalam kehidupan
bernegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah menegara.
(3) Nusantara, istilah ini dipergunakan untuk menggambarkann kesatuan wilayah
perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di atara Samodra Pasifik dan
Samodra Indonesia, serta di antara Benua Asia Benua Australia.
(4) Wawasan Nasional merupakan “cara pandang” suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya . Wawasan merupakan penjabaran dari falsafat bangsa Indonesia
sesaui dengan keadaan geografis suatu bangsa, serta sejarah yang pernah dialaminya.
Esensinya; bagaimana bangsa itu memanfaatkan kondisi geografis, sejarahnya, serta
kondisi sosial budayanya dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Bagaimana bangsa tersebut memandang diri dan lingkungannya. `Dengan demikian
Waasan Nusantara dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya

Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Pembangunan Nasional

Secara konstitusional, Wawasan Nusantara dikukuhkan dengan Kepres MPR


No.IV/MPR/1973, tentangGaris Besar Haluan Negara Bab II Sub E,Pokok-
pokok Wawasan Nusantara dinyatakan sebagai Wawasan dalam
mencapai tujuan Pembangunan Nasional adalah Wawasan Nusantara mencakup:

1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Politik dalam


arti:
a. Bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra
seluruh bangsa, serta menjadi modal dan menjadi modal dan milik bersama
bangsa.
b. Bahwa Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan berbicara
dalam berbagai bahasa daerah, memeluk dan meyakini berbagai agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dalam arti seluas-luasnya.
c. Bahwa secara psikologis, bahwa bangsa Indonesia harus merasa satu,
senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu
tekad di dalam mencapai cita-cita bangsa.
d. Bahwa Pancasila adalah adalah satu-satunya falsafah serta ideologi
bangsa dan Negara, yang melandasi, membimbing dan mengarahkan bangsa
menuju tujuannya.
e. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan hokum
dalam arti bahwa hanya ada satu hokum yang mengabdi kepada kepentingan
nasional.
2. Perwujudan Kepulaun Nusantara sebagai Kesatuanj Sosial dan Budaya
dalam arti:
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kaehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan
kehidupan yang sesuai dengan kemajuan bangsa. Bahwa budaya Indonesia
pada hakekatnya adalah satu, sedangkan corak ragam budaya yang ada
menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi modal dan landasan
pengembangan budaya bangsa seluruhnya, yang hasil-hasilnya dapat
dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan Ekonomi dalam
arti :
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup sehari-hari
harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah, tanpa meninggalkan cirri khas yang dimiliki oleh daerah-daerah
dalam mengembangkan ekonominya.
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan dalam arti:
a. Bahwa ancaman terhadap satu daerah pada hakekatnya merupakan
ancaman bagi seluruh bangsa dan negara.
b. Bahwa tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang
sama di dalam pembelaan Negara (Lemhanas, 1989: 7).

Dengan ditetapkannya rumusan Wawasan Nusantara sebagai ketetapan MPR, maka


Wawasan Nusantara memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua
penyelenggara Negara, semua lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, serta semua warga
negara Indonesia . Hal ini berarti bahwa setiap rumusan kebijaksanaan dan perencanaan
pembangunan nasional harus mencerminkan hakekat rumusan Wawasasn Nusantara
Wawasan Nusantara dan Integrasi Wilayah

Wawasan nusantara sebagai “cara pandang” bangsa Indonesia yang melihat Indonesia
sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam merupakan landasan dan dasar
bagi bangsa Indonesia dalam menyelesaikan segala masalah dan hekikat ancaman yang timbul
baik dari luar maupun dari dalam segala aspek kehidupan bangsa. Sebagai landasan kerja bagi
penyelenggaraan dan pembinaaan hidup kebangsaan serta hidup kenegaraan perlu didasari oleh
GBHN sebagai produk MPR (pasal 3 UUD 1945) dan APBN sebagai produk legeslatif dan
eksekutif (pasal 23 ayat 1 UUD 1945). Salah satu manfaat yang paling nyata dari penerapan
wawasan nusantara adalah di bidang politik, khususnya di bidang wilayah.

Pertambahan luas ruang hidup tersebut di atas menghasilkan sumber daya alam yang
cukup besar bagi kesejahteraan bangsa, mengingat bahwa minyak, gas bumi, dan mineral lainnya
banyak yang berada di dasar laut, baik di lepas pantai (off shore) maupun di laut dalam.
Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional, termasuk tentangga
dekat kita, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, India, Australia, dan Papua Nugini
yang dinyatakan dengan persetujuan yang menyangkut laut teritorial maupun landas kontinen.
Persetujuan tersebut dapat dicapai karena Indonesia dapat memberikan akomodasi kepada
kepentingan negara-negara tetangga antara lain bidang perikanan (traditional fishing right) dan
hak lintas dari Malaysia Barat ke Malaysia Timur atau sebaliknya.

Politik Perbatasan Dalam Konteks Wawasan Nusantara

Kebijakan politik untuk mengamankan wilayah perbatasan belum seperti diharapkan, hal
ini terbutkti banyak walayah yang tidak dirurus oleh Jakarta sehingga diklaim oleh negara
tentangga seperti diungkapkan oleh Siswono (2005: 4) “ Tahun-tahun ini kita dirisaukan oleh
berita tentang rapuhnya batas-batas wilayah NKRI. Setelah Pulau Pasir di Wilayah Timor diakui
milik Austsralia dan kita menerimanya, Sipadan dan Ligitan diputuskan Mahkamah Internasional
menjadi milik Malaysia, tapal batas di Kalimantan digeser hingga 800 meter, pekerja pembuat
Mercusuar di Ambalat diintimidasi polisi perairan Malaysia. Lalu lintas batas yang bebas,
nelayan-nelayan asing yang mencuri ikan hingga merapat ke pantai-pantai Sumatra (pulau-pulau
Rondo di Aceh dan Sekatung di Riau). Semua itu menunjukkan betapa lemahnya negara kita
dalam menjaga batas luar wilayah NKRI” (Kompas, 20 April 2005: 4).
Wawasan Nusantara dan Integrasi Nasional

Dalam usaha mencapai tujuan nasional masih banyak yang mempunyai pandangan
berbeda atau persepsi berbeda. Untuk itu pemerintah Indonesia telah mempunyai rumusan dalam
konsep pandangan nasional yang komprehensif dan integral dalam bentuk wawasan nusantara.
Wawasan ini akan memberikan konsepsi yang sama pada peserta didik tentang visi ke depan
bangsa Indonesia untuk menciptakan kesatuan dan persatuan, sehingga akan menghasilkan
integrasi nasional.

Secara teoretis integrasi dapat dilukiskan sebagai pemilikan perasaan keterikatan pada
suatu pranata dalam suatu lingkup teritorial guna memenuhi harapan-harapan yang bergantung
secara damai di antara penduduk. Secara etimologis, integrasi berasal dari kata integrate, yang
artinya memberi tempat bagi suatu unsur demi suatu keseluruhan. Kata bendanya integritas
berarti utuh.

Integrasi mempunuyai pengertian “to combine (part) into a whole” atau “to complate
(something thet is imperfec or incomplete) by adding parts” dan “to bring or come into equality
by the mexing of group or races”. Secara teoritis integrasi dapat dilukiskan sebagai pemilikan
keterkaitan antar bagian yang menjadi satu. Oleh karena itu, pengertian integrasi adalah
membuat unsur-unsurnya menjadi satu kesatuan dan utuh. Integrasi berarti menggabungkan
seluruh bagian menjadi sebuah keseluruhan dan tiap-tiap bagian diberi tempat, sehingga
membentuk kesatuan yang harmonis dalam kesatuan Negara Republik Indonesia (NKRI) yang
bersemboyankan “Bhineka Tunggal Ika”. Integrasi nasional merupakan hal yang didambakan
yang dapat mengatasi perbedaan suku, antargolongan, ras, dan agama (SARA). Kebhinekaan ini
merupakan aset bangsa Indonesia jika diterima secara ikhlas untuk saling menerima dan
menghormati dalam wadah NKRI.

Penutup

WawasanNusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi
seluruh warga negara Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan freksi-freksi antar
kelompok dalam konteks sosologis, politis serta demokrasi dianggap hal yang wajar dan sah-sah
saja. Hal di atas justru diharapkan dapat menghasilkan masyarakat yang dinamis dan kreatif,
sinergis, untuk saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang harus dihindari
adalah perbuatan, tindakan yang melanggar norma-norma etika, moral, nilai agama atau tindakan
anarkis menuju ke arah disintegrasi bangsa. Namun demikian wawasan normatif, wawasan yang
disepakati bersama perlu dimengerti, dipahami di sosialisasikan bahwa Nusantara sebagai
kesatuan kewilayahan, kesatuan IPOLEKSOSBUD-HANKAM tidak dapat ditawar lagi, tidak
dapat diganggu gugat sebagai harga mati yang normatif. Dengan persepsi yang sama diharapkan
dapat membawa bangsa menuju kesepahaman dan kesehatian dalam mewujudkan cita-cita
nasional. Suatu persepsi atau pandangan yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan bersama
akan merugikan kesatuan, kebersamaan dan keserasian sehingga menimbulkan gejolak sosial
yang dapat merugikan bangsa keseluruhan sehingga dapat menimbulkan disintegrasi bangsa.

Perilaku koropsi, mementingkan diri sendiri, tidak bertanggung jawab, tidak sungguh-
sungguh dalam menjalankan tugas akan mengakibatkan perilaku bunuh diri bersama-sama.
Negara yang tidak bisa menyamakan persepsi atau pandangan yang sama akan minimbulkan
konflik yang berlarut-larut sehingga menghasilakan bangsa yang gagal.

Pembinaan dan sosialisasi Wawasan Nusantara sangat penting bagi negara bangsa karena
dapat menghasilkan Ketahanan Nasional. Daya tahan yang kuat bagi sauatu bangsa dan kerja
sama yang sinergis antar bidang (IPOLEKSOSBUD-HANKAM) yang diusahakan terus menurus
dapat menghasilkan integrasi nasional yang utuh menyeluruh.
BAB III

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN dan KEKURANGAN


I. JURNAL I
a. Jurnal ini berisikan materi yang luas sehingga dapat menambah wawasan
pembaca
b. Jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami
c. Jurnal ini hanya berisi materi, bukan penelitian
d. Jurnal ini tidak menjelaskan metode penelitian

II. JURNAL II
a. Jurnal ini memberikan tujuan dari penelitian
b. Jurnal ini memaparkan beberapa pendapat para ahli
c. Jurnal ini hanya berisi materi, bukan penelitian
d. Jurnal ini tidak menjelaskan metode penelitian

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dengan mengkritik jurnal ini saya bisa terbiasa dan melatih kemampuan
mengkritik dan menganalisis suatu karya ilmiah
2. Menambah pengetahuan lebih mendalam tentang materi ini
3. Mengetahui bahwa dari kedua jurnal sama sama memiliki kelebihan dan
kekurangan

B. SARAN
Sebaiknya para penulis lebih meringkas lagi tulisan-tulisan yang dipikir kurang perlu
agar jurnal ini tidak berisikan terlalu banyak dan penuh tulisan.

Anda mungkin juga menyukai