Anda di halaman 1dari 15

Rekayasa Ide

PEMBINAAN REMAJA DALAM MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS


DI SEKOLAH PADA JAM PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Kapita Selekta Matematika


Dosen Pengampu : Drs. Wingston Leonard Sihombing, M.Pd

Disusun Oleh

OCTAVIA HOLY ANGELY MARPAUNG (4183111053)


JEMI ARI MULA TUA SINURAT(4183111054)
STEPHANIE FEBRIANTY GINTING (4183111069)
DESNIA MAGDALENA NAINGGOLAN (4183111087)
REGINA SRI REZEKI SINAGA(4183311017)
RIZKY KHAIRUMA MEGA PRATIWI (4183311015)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

RINGKASAN ............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 4

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 4


1.2. Tujuan dan Manfaat ...................................................................... 5

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN ATAU GAMBARAN UMUM ....... 6

2.1. Uraian Permasalahan .................................................................... 6


2.2. Subjek Penelitian .......................................................................... 7
2.3. Assesment Data ............................................................................. 7

BAB III METODE PELAKSANAAN ....................................................... 8

3.1. Metode Penelitian ......................................................................... 8

3.2. Langkah Penelitian ....................................................................... 8

3.3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 8

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 9

4.1. Analisis Pembahasan atau Penyelesaian Masalah ........................ 9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 13

3.1. Kesimpulan ................................................................................... 13


3.2. Saran ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

LAMPIRAN BIODATA ............................................................................. 16

2
RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa
yang mempengaruhi melatarbelakangi siswa membolos, dampak yang
ditumbulkan dari perilaku membolos, bagaimana pendidikan dalam keluarga, dan
pengaruh temah sebaya dalam melakukan hal itu.

Hasil penelitian ini menitikberatkan pada perilaku membolos yang


dilkukan oleh siswa dan faktor – faktor yang menjadi latar belakang siswa – siswa
membolos pada saatpembelajaran dan aktivitas apapun di sekolah.faktor – faktor
itu disebabkan oleh faktor keluarga, kontrol dalam keluarga yang lemah, pola asuh
atau cara orangtua dalam mendidik anak yang kurang tepat, pengaruh teman
dalam gang, kondisi lingkungan sekolah yang kurang kondusif, dan faktor
psikologis dan emosional siswa tersebut yang masih belum stabil. Sedangkan,
perilaku yang di lakukan siswa lebih dominan ke hal – hal yang tidak berfaedah
seperti menongkrong, bermain playstation atau bermain internet di warnet,
merokok, minum – minuman keras dan perkelahian antar siswa. Peilaku siswa
yang menyimpang tersebut terjadi karena solidaritas teman yang berperilaku
negatif sehingga mendorong mereka melakukan tindakan melanggar peraturan
sekolah.keluarga dan sekolah yang seharusnya menjadi kontrol sosial tergeserkan
oleh lingkungan pergaulan sehari – hari. Keadaan inilah yang menjadikan
sebagian besar siswa mengalami berbagai masalah di sekolah dan berdampak
pada prestasi belajar mereka.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha dasar dan terecana dalam
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi adalah ciri sumber
daya manusia yang berkualitas dan fondasi yang menentukan keberhasilan
dikemudian hari. Sikap disiplin merupakan sikap yang tinggi dalam mengerjakan
tugas – tugasnya. Sikap disiplin merupakan sikap yang harus selalu ditingkatkan,
karena memberi manfaat dan sumbangan yang besar, apalagi pada negara yang
masih berkembang seperti Indonesia.
Mogulescu dan Segal (2007:1) mengungkapkan bahwa di negara Amerika
membolos adalah masalah yang meresakan karena menurut beberapa penelitian,
perilaku membolos sangat dipercaya sebagai prediktor munculnya perilaku
delinkuen pada remaja (studi mencatat 75% - 85% pelaku kenakalan remaja
adalah remaja yang suka membolos atau sangatsering absen dari sekolah). Anak –
anak belasan tahun sering membolos karena bosan dengan pelajaran – pelajaran
sekolah, terpengaruh teman – teman yang membolos, tugas – tugas sekolah terlalu
berat, terutama bila mereka memang anak yang mabat perkambangannya.
Faktor munculnya prilaku remaja membolos pada jam sekolah dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Faktor sekolah yaitu kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten,
interaksi yang minim antara orangtua dengan pihak sekolah, guru – guru yang
tidak sportif, atau tugas – tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
2. Faktor personal terkait dengan menurunnya motivasi atau hilangnya minat
akademik siswa, kondisi ketinggalan pelajaran, atau karena kenakalan remaja
seperti konsumsi alkohol dan menuman keras.

4
3. Faktor keluarga meliputi pola asuh orangtua atau kurangnyapartisipasi
orangtua dalam pendidikan.

Adakalanya orangtua secara tidak langsung mendorong anaknya


membolos dengan bersikap tidak cukup ketat tentang kehadiran anaknya di
sekolah (Lask 1991:122). Menurut Basembun (2008:3), pola asuh ini termasuk
pola asuh pemisif yang penuh kelalaian (permisive-neglectfull parenting).
Artinya, orang tua sangat tidak ikut campur dalam kehidupan anaknya.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari rekayasa ide ini adalah :
1. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari membolos.
2. Mengetahui pola asuh orang tua dalam keluarga.
3. Mengetahui pengaruh kelompok sebaya.
4. Upaya dalam megantisipasi dan menghilangkan kenakalan remaja
(Bolos)
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari rekayasa ide ini adalah :
1. Mampu memberikan informasi bagi para pendidik dalam upaya
pencegahan perilaku membolos yang dapat merugikan peserta didik.
2. Meningkatkan kedisplinan peraturan sekolah dan memberikan sanksi
yang tegas pada pelajar yang melanggar peraturan sekolah.

5
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN ATAU GAMBARAN UMUM

2.1. Uraian Permasalahan

Mengacu pada konsep dari teori dalam penjelasan siswa membolos maka
diperlukan untuk mengetahui karakteristik yang melatarbelakangi perilaku
membolos. Bagaimana pengaruh teman sebaya dan cara orang tua dalam
mendidik anak serta akibat dari perilaku membolos. Setelah diketahui, dapat
dikatakan bahwa perilaku membolos timbul pada anak SMP dipengaruhi oleh
berbagai aspek yang berasal dari kondisi sekolah yang tidak kondusif, pengaruh
teman sebaya yang berperilaku negatif, dan orangtua yang mengabaikan siswa.
Pemikiran ini dapat di gambarkan dalam satu bagan sebagai berikut :

Orang tua yang mengabaikan


pendidikan siswa

Kontrol sosial sekolah yang Akibat perilaku


lemah dan kondisi lingkungan Membolos membolos
sekolah yang kurang kondusif

Kelompok sebaya yang


berperilaku negatif

Kebiasaan membolos siswa juga terjadi di SMK Pancasila 3 Baturetno.


Menurut data, sebesar 40,8% siswa di sekolah ini pernah membolos. Semua siswa
yang bersekolah di sekolah ini berjenis kelamin laki – laki, jika kemungkinan
untuk membolos sangat besar.

6
2.2. Subjek Penelitian
Siswa SMP Negeri 2 Delanggu Kabupaten Klaten.
2.3. Assesment Data
Penelitian ini menggunakan teknik penelitian lapangan (field research)
yang bermaksud untuk mengetahui permasalahan yang ada di lokasi. Jenis data
yang akan diambil dibedakan dalam dua kelompok yaitu data primer dan data
sekunder. Sumber data dalam penelitian ini meliputi :
1. Narasumber
Narasumber dalampenelitian ini adalah Kepala SMP Negeri 2 Delanggu
sebagai sumber data 1, Guru SMP Negeri Delanggu sebagai sumber data 2,
Siswa SMP Negeri 2 Delanggu sebagai sumber data 3, Orangtua siswa
sebagai sumber data 4, Masyarakat sekitar sekolah sebagai sumber data 5.
2. Peristiwa
Data dapat dikumpul dari peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagai sumber
data yang berkaitan dengan sasaran penelitian.

7
BAB III

METODE PELAKSANAAN

4.1. Metode Penelitian


Metode yang dilakukan dalam penelitian ini berbentuk metode penelitian
deskriptif yang mempunyai tujuan menggambarkan keadaan, sifat, individu,
gejala maupun frekuensi hubungan tertentu dan gejala lain dalam masyarakat.

4.2. Langkah Penelitian


Adapun langkah – langkah dalam penelitian ini :
a. Pengumpulan data yang terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.
b. Reduksi data sebagai proses pemilihan data dari berbagai sumber jurnal dll.
c. Penyajian data untuk mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan
merangkai data pada objek penelitian.
d. Penarikan kesimpulan

4.3. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data antara lain :
1. Wawancara yang akan dilakukan dengan mempersiapkan garis besar
pertanyaan. Dalam metode ini dilakukan secara formal dan informal sehingga
data yang diperoleh cukup lengkap dan mendalam.
2. Observasi Non Partisipan mengadakan pengamatan seperti memandang,
melihat dan mengamati objek sehingga diperoleh pengetahuan mengenai
kasus tesebut.
3. Dokumentasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Analisis Pembahasan / Penyelesaian

4.1.1. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos

Prestasi siswa sangat ditentukan dengan sikap dan tingkat kehadiran siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah terlebih lagi sekarang memakai Kurikulum
2013 yang proses penilaiannya berdasarkan sikap peserta didik. Sehingga bagi
responden/siswa yang sering membolos, mereka akan kesulitan dalam mengikuti
materi pelajaran. Mereka akan selalu ketinggalan pelajaran karena sering tidak
masuk kelas. Sehingga tidak dipungkiri bahwa siswa akan mengalami kegagalan
dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak
mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sulit
dilaksanakan. Kelas akan berjalan terus pembelajarannya. Bahkan meskipun ia
hadir, ia tidak mengerti apa yang telah di ajarkan oleh guru, karena ia tidak
mengikuti proses pembelajaran sebelumnya. Akhirnya ia harus belajar sendiri
untuk mengejar ketertinggalannya. Bila seorang siswa yang telah ketinggalan
pelajaran, otomatis ia tidak bisa mengerjakan PR yang diberikan guru. Sehingga
siswa memilih membolos karena takut akan diberi hukuman bila tidak
mengumpulkan PR. Keadaan inilah yang memaksa mereka untuk berbuat curang,
yaitu mencontoh hasil pekerjaan temannya. Masalah akan muncul manakala ia
tidak memahami materi tersebut.

Berikut ini adalah salah satu hasil wawancara yang diungkapkan oleh Fer,
berikut penuturannya: “aku kalo pulang main itu sampe malam mbak, kadang aja
gak pulang, nginep dirumah temen (tidur di rumah temen) jadi kalo malem gak
pernah belajar, habis pulang main kan capek, ya langsung tidur aja” (wawacara
Sabtu, 15 mei 2010, Responden Fer). Hal tersebut akan berdampak pada nilai
ulangan harian siswa.

Peraturan sekolah yang sering dibuat tata tertib sekolah merupakan


pedoman bagi sekolah untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib

9
sehingga akan terhindar dari kejadian – kejadian yang bersifat negatif. Tata tertib
di buat untuk mengatur siswa berkelakuan baik dan tidak menyimpang. Para siswa
yang melanggar ketentuan secara langsung akan mendapatkan sanksi berupa skor
pelanggaran sesuai dengan bobot pelanggaran, dari pelanggaran ringan hingga
jenis pelanggaran yang berat.

4.1.2. Pola Asuh Orang Tua dalam mendidik anak

Setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam mengasuh anak. Ini
disebabkan karena kondisi keluarga yang berbeda pula. Kondisi keluarga yang
sudah tidak utuh lagi sangat mempengaruhi perkembangan anak. Pola asuh
(permisif) cenderung banyak diterapkan dalam keluarga, terutama pada keluarga
yang tidak lengkap. Seperti yang di ungkapkan oleh responden Wah, sebagai
berikut: “saya di rumah Cuma bertiga, ibu, kakak sama saya. Saya anak tunggal
mbak. Ayah saya sudah meninggal lama, ibu kerja jadi buruh cuci mbak, kakek
saya udah tua jadi gak kerja” (wawancara Senin, 24 Mei 2010, Responden Wah).
Mayoritas responden berasal dari keluarga yng mempunyai status ekonomi
menengah kebawah, ini terlihat dari penampilan responden secara fisik (memakai
seragam dan sepatu yang sudah usang). Siswa sering terlambat dalam pembayaran
administrasi sekolah (SPP) dan melunasi buku pelajaran.

Orangtua akan memarahi anak sewaktu terlambat pulang dari sekolah atau
pulang dari bermain yang larut malam. Hal inilah yang sebagian besar dikatakan
oleh responden, bahwa mereka selalu dimarahi jika pulang dari bermain pada sore
hari atau menjelang malam. Disisi lain anak tidak mendapat perhatian di rumah,
dan mencari kesenangan di luar rumah bersama teman – teman mereka.

4.1.3. Pengaruh kelompok sebaya yang berperilaku negatif

siswa hendaknya selalu aktif pada saat pelajaran berlangsung.


Menunjukkan sikap yang antusias selama pelajaran dan mengajukan pertanyaan
bila merasa kurang paham dengan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Seperti yang di ungkapkan oleh akh berikut: “kalo di kelas ya sering ma temen –
temen pernah disuruh keluar sama bu Guru kalau bu guru sedang nerangkan,
saya sama temen sering ngobrol sendri, jadi ngak ngerti apa yang di jelaskan

10
mbak” (wawancara Senin, 10 Mei 2010, Responden Akh). Mereka mengobrol
dengan teman sebangku, bermain hape, mengganggu teman yang lain, bahkan ada
yang tidur saat pelajaran. Dengan perilaku siswa yang demikian, maka guru akan
mengambil tindakan pada siswa tersbut. Setiap guru memiliki kebijakan berbeda
dalam menangani siswa yang tidak disiplin dalam kelas agar memberi efek jera
pada anak.

Siswa yang membolos ternata diketahui sering berkelahi dan menganiaya


teman. Ren mengaku pernah berkelahi dengan siswa dari sekolah lain, berikut
penuturannya: “dulu mbah kakung (kakek) pernah datang ke sekolah karena saya
berkelahi sama anak mbeteng (murid SMP 4 Delanggu) tapi sebenarnya fuma
salah paham aja kok mbak” (Wawancara Kamis, 20 Mei 2010, Responden Ren).
Siswa yang terlibat perkelahian, akan mendapat perhatian khuus oleh pihak
sekolah, dalam hal ini BK sebagi jembatan antara orangtua atau wali dengan
siswa.

Selain berkelahi, responden Fer telah mengaku mengompasi uang adik –


adik kelasnya maupun teman seangkatannya, hal ini dilakukan untuk
menambahkan uang saku nya yang akan dipergunakan bersama teman segengnya,
berikut penuturannya:”ya kalo mbolos itu kan perginya ke Janti mbak, itu dapet
tembahan uang dari ngompas(memalak) itu lho mbak. Biasanya sih ngompas
temen – temen perempuan kalo gak ya sama anak – anak kelas satu, lumayan
dapet lima ribu kadang bisa sampek sepuluh ribu” (Wawancara Sabtu, 15 Mei
2010, Responden Fer). Siswa membolos dalam satu kelompok atau bersama
teman – teman dalam satu gang maupun teman – teman di luar gangs. Mereka
melakukan aktifitaas yang hampis sama saat membolos. Tempat yang dituju siswa
membolos adalah tempat yang bersembunyi agar tidak terlihat dan aman dari
jangkauan pihak sekolah aau guru.

4.1.4. Upaya dalam mengantifikasi dan menghilangkan kenakalan remaja

Upaya dalam mengatasi perilaku remaja yang suka membolos adanya


peran teman sebaya. Kesamaan hobi atau minat, hal ini yang menyebabkan
hubungan pertemanan mereka menjadi erat satu sama lain, mereka menyukai

11
aktivitas yang dilakukan dengan teman – temannya, baik hal posotif maupun
negatif. Seperti responden laki – laki, sebagian besar hobi bermain sepak bola,
sepulang sekolah dia bersama teman – temannya bermain sepak bola di lapangan
dekat sekolah. Selain itu mereka senang bemain di tempat rental PS bersama –
sama, kadang mereka patungan uang untuk membayarnya. Hal ini dilakukan
karena ada rasa solidaritas antara teman.

Faktor keluarga juga berperan dalam membentuk pribadi anak. Keluarga


sering terjadi kekerasan mempunyai kecenderungan berdampak pada anak. Setiap
keluarga memiliki norma atau aturan yang telah disepakati bersama. Norma dan
aturan berfungsi untuk mengatur perilaku anak. Jika hubungan antara orang tua
dan anak harmonis, maka penerapan norma atau aturan akan berjalan dengan baik.
Karena jika anak merasa dekat dengan orang tua maka kecenderungan untuk
melanggar norma atau aturan menjadi kecil kemungkinannya.

Peraturan dan tata tertib sekolah juga bertujuan agar siswa patuh dalam
menjalankan aturan yang berlaku.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan menjelaskan perilaku membolos yang dilakukan


oleh siswa SMP Negeri 2. Kurangnya perhatian dari orangtua, pengaruh negatif
dalam lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan pengaruh negatif dari
kelompok sebaya menyebabkan siswa berperilaku diluar dari norma dan peraturan
sekolah. Akibatnya banyak siswa yang melakukan pelanggaran dari aturan –
aturan sekolah salah satunya adalah membolos. Perilaku membolos yang
dilakukan oleh siswa merupakan salah satu citra buruk yang terjadi di dalam
lembaga pendidikan formal atau sekolah.

Dari faktor penyebab timbulnya perilaku membolos pada siswa, diketahui


bahwa terdapat berbagai macam penyebab yang berasal dari diri atau internal,
yaitu malas mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru di kelas, tidak
menyukai mata pelajarannya dan guru yang menyampaikan pembelajaran, belum
mengerjakan PR dari guru, keterlambatan pergi ke sekolah, terdapat masalah di
rumah dengan keluarga.

Dalam menangani perilaku membolos, kita dapat mengatasinya dengan


cara wawancara tatp muka dengan pelaku membolos. Dengan melakukan
sosialisasi terhadap orangtua si pelaku membolos. Memberikan arahan dan
menjelaskan akibat dari perbuatannya tersebut. Dan dengan menyangkut pautkan
teman sebayanya untuk mengajaknya ke aktifitas yang positif.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dari rekayasa ide, dari simpulan di atas maka di dapat
saran bagi orangtua, agar dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dengan
kebutuhan si anak sehingga anak akan menjadi pribadi yang disiplin dan

13
bertanggung jawab. Saran bagi peneliti lain, diharapkan agar mengkaji beberapa
faktor yang kemungkinan berhubungan dengan perilaku membolos.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pravitasari, Titis. (2012). Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua
Terhadap Perilaku Membolos. Education Psychology Journal. Volume 1.
No 1

https://eprints.uns.ac.id/5085/1/187950212201110131.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai