Anda di halaman 1dari 14

REKAYASA IDE

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


DOSEN PENGAMPU : NANI BARORAH NASUTION, S.Psi., MA.

Kelompok 4:
 ALAN AZHAR SIMBOLON(5202131001)
 ANANDA HUTAGAOL(5203131009)
 JEKKI MANULLANG(5203131028)
 SAMUEL P AMBARITA(5202431007)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i

RINGKASAN................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................2

1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3. Tujuan.................................................................................................................3

1. 4. Manfaat ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4

2.1. Pengertian Membolos..........................................................................................4

2.1.1. Faktor – Faktor Penyebab Siswa Membolos................................................4

2.1.2. Akibat yang Ditimbulkan oleh Peserta Didik yang Membolos...................6

2.1.3. Tindakan yang Dapat Dilakukan Untuk Menangani Peserta Didik yang
Suka Membolos..................................................................................................................7

BAB III REKAYASA IDE............................................................................................9

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................10

4.1. Kesimpulan.......................................................................................................10

4.2. Saran..................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

i
RINGKASAN

Membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak masuk
sekolah beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah, dan meninggalkan
sekolah pada jam pelajaran. Membolos sekolah mungkin merupakan salah satu budaya dalam
pendidikan di Indonesia. Seringkali kita mendapati permasalahan yaitu anak-anak sekolah
yang masih berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah. Anehnya lagi pada
zaman sekarang bukan hanya anak laki-laki saja yang melestarikan kebudayaan membolos
tetapi anak perempuan juga sudah mulai terbiasa melakukan kegiatan membolos juga.
Padahal membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera
diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah.

Penyebab pemasalahan siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.


Beberapa faktor - faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor,
yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa bisa berupa karakter siswa yang memang suka membolos, Sementara itu,
faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa, misalnya kebijakan sekolah
yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional, fasilitas penunjang
sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang
kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.

Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu
dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi
sangat penting dalam pemecahan pemasalahan.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari
aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau
masuk tidak teratur. Membolos disebut kenakalan remaja karena membolos sudah merupakan
perilaku yang mencerminkan telah melanggar aturan sekolah.
Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi banyak
pelajar. Setidaknya bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan. Hal ini disebabkan
kerena perilaku membolos itu sendiri telah ada sejak dulu. Tindakan membolos dikedepankan
sebagai sebuah jawaban atas kejenuhan yang sering dialami oleh banyak siswa terhadap
kurikulum sekolah. Tidak hanya di kota - kota besar saja siswa yang terlihat sering
membolos, bahkan sekolah yang letaknya di daerah - daerah pun prilaku membolos sudah
menjadi kegemaran.
Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah - sekolah tertentu saja
tetapi banyak sekolah mengalami hal yang sama. Hal ini juga sering kali membuat peserta
didik ikut serta terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan. Betapa seriusnya perilaku
membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan saja hanya
perhatian yang berasal dari pihak sekolah, melainkan juga perhatian yang berasal dari orang
tua, teman maupun pemerintah, Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang
bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan dari pihak
sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut menangungnya.

2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas ialah :
1. Apa pengertian dari membolos ?
2. Apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos ?
3. Apakah akibat yang akan ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari rekayasa ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian dari membolos.
2. Untuk mengetahui apa saja faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa membolos.
3. Untuk mengetahui dampak atau akibat yang akan ditimbulkan pada siswa yang suka
membolos.
4.   Untuk mengetahui bagaimana  mengatasi siswa yang suka membolos.

1.4. Manfaat
1. Bagi pembaca, rekayasa ide ini dapat dimanfaatkan sebagai penambah ilmu
pengetahuan mengenai  bagaimana mengatasi pemasalahan membolos pada
pelajar/siswa. 

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Membolos


Membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah tanpa keterangan, tidak masuk
sekolah beberapa hari, dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah, dan meninggalkan
sekolah pada jam pelajaran. Membolos sekolah mungkin merupakan salah satu budaya dalam
pendidikan di Indonesia. Seringkali kita mendapati permasalahan yaitu anak-anak sekolah
yang masih berseragam berkeliaran di luar sekolah pada jam sekolah. Anehnya lagi pada
zaman sekarang bukan hanya anak laki-laki saja yang melestarikan kebudayaan membolos
tetapi anak perempuan juga sudah mulai terbiasa melakukan kegiatan membolos juga.
Padahal membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera
diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh
karena itu penanganan masalah terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang
sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu
dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam
keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi
sangat penting dalam pemecahan pemasalahan.

2.1.1. Faktor – Faktor Penyebab Siswa Membolos


Penyebab pemasalahan siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Beberapa faktor - faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi 2 faktor,
yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa karakter
siswa yang memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas -
rutinitas yang membosankan di rumah.
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa,
misalnya kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak
profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak
memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses
belajar di sekolah.

4
Selain faktor internal dan faktor eksternal, Faktor pendukung munculnya perilaku
membolos sekolah pada remaja juga dapat dikelompokkan sebagai berikut.

A. Faktor Keluarga
Mungkin kita pernah mendengar ada siswa yang tidak diperbolehkan masuk sekolah
oleh orang tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien untuk
mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan kakaknya sakit, sementara
kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk menemani kakaknya tersebut
maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk alasan tersebut bolehlah sang adik tidak
masuk sekolah. Tapi yang menjadi masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat izin
kepada pihak sekolah, sehingga piha sekolah tidak tahu duduk permasalahannya. Yang
mereka tahu si A membolos. Sementara dampaknya bagi anak tersebut ialah ia harus
kehilangan waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos), lambat laun siswa
tersebut tidak peduli lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya, terserah mau masuk
atau tidak.

B. Kurangnya Kepercayaan Diri


Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor utama
penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan kreatifitas siswa.
Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani atau
merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja percuma. Perasaan diri tidak mampu
dan takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri dengan segala yang
dilakukannya. Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia
mampu pada mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung
berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah.
Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru membuat
dirinya ketinggalan materi pelajaran.

C. Perasaan yang Termarginalkan


Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu
muncul tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau
diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya
sendiri dengan sindiran atau ucapan. Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan
merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh
5
ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain,
atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor
tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).

D. Faktor yang Berasal dari Sekolah


Tanpa disadari, pihak sekolah bisa jadi menyebabkan perilaku membolos pada
remaja, karena sekolah kurang memiliki kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa.
Awalnya barangkali siswa membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam
keluarganya. Kemudian masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang
konsisten, kadang menghukum kadang menghiraukannya.
Selanjutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos,
pendekatan individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah.
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain kebijakan
mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa
dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang
menantang bagi siswa.

2.1.2. Akibat yang Ditimbulkan oleh Peserta Didik yang Membolos


Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar pelajaran
yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus.
Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak
mempelajari dasar - dasar dari mata pelajaran - mata pelajaran yang diperlukan untuk
mengerti apa yang diajarkan.
          Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami
marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi
manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-
temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin,
ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan malas pada
urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena

6
tidak masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya
ia harus belajar sendiri untuk mengejar ketertinggalannya.

2.1.3. Tindakan yang Dapat Dilakukan Untuk Menangani Peserta Didik yang Suka
Membolos
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah peserta didik yang suka
membolos adalah sebagai berikut:
1. Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya
Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya,guru pembimbing sedikit tahu
bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan
supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari guru pembimbing. Adapun jika
siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos,
maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu
semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan
preventif dan pengobatan.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman.
Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan
memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa.
Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi
kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga
turut andil dalam pembolosan tersebut.
Oleh karena itu, tugas guru BK selain memberi arahan pada siswa juga
mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada
di sekolah. Selain itu guru juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
2. Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang membolos atau
pergi pada waktu jam-jam sekolah. Biasanya mereka barada di tempat keramaian atau di
tempat hiburan. Pelajar yang membolos selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi
untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang suko membolos
mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti
pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta
miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga muncul dari fenomena bolos sekolah dimana orang

7
tua sering kali tidak di rumah karena harus bekerja dimanfaatkan untuk berbuat negatif.
Fenomena bolos sekolah ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak
hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai.
3. Sosialisasi Kepada Pengelola Hiburan
Pihak Dinas Pendidikan dibantu oleh Kesbanglinmas dan Satpol PP serta
berkoordinasi dengan Kepolisian harus terus mensosialisasikan kepada para pengelola
hiburan seperti Play Station untuk tidak menerima konsumen Pelajar pada jam sekolah.
Kebanyakan pelajar yang bolos sekolah ”bersembunyi” di sana. Setelah sosialisasi dirasa
cukup mungkin dengan penempelan stiker atau poster tentang larangan pelajar bermain di
waktu jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak pengelola
masih membiarkan para pelajar bolos bermain di situ maka dapat diberi peringatan ,jika
peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan penyegelan sementara atau bahkan
penutupan paksa disesuaikan dengan aturan yang berlaku.
Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa membolos adalah
keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai,Designer of Instruction. Sebagai
Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi
seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan
pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada
gilirannya siswa merasa jenuh di kelas.

8
BAB III
REKAYASA IDE

Melihat permasalahan membolos ini di kalangan pelajar harus ada penangan serius
dari pemerintah ,kepala sekloah ,guru dan orang tua di rumah. Kepala sekolah
ditegaskan lebih meningkatkan lagi dalam pelaksanaan rapat guru dalam kaitannya
mengenai siswa membolos, dan Lebih menekankan kepada guru untuk bekerjasama
dalam proses penanggulangan masalah perilaku membolos siswa. Dan juga di
tekankan untuk guru agar memeggang peran penting mengawasi dan melihat kondisi
siswa serta lingkungan.

Bila pelajar kebiasaan bolos terus menerus terjadi tentu akan sangat merugikan
siswa itu sendiri. Bukan hanya sistem pembelajaran yang ia lewatkan, sikap
kedisplinan pada anak dan sekolah itu sendiripun juga akan menurun , untuk itu
Kewajiban sekolah, selain mengajar dalam arti hanya mengisi otak pelajar dengan
berbagai ilmu pengetahuan, juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi
manusia yang prilaku sopan santun dan berkarakter baik. Mengajar tidak sekedar
transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun
dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa,
pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan
keluar. Dan juga perlu tindakan tegas dari para aparat Satpol PP untuk sering
melakukan operasi agar menjadi sebuah shock therapy yang mempunyai efek jera
bagi para pembolos dan juga ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya
bolos sekolah. Kalaupun siswa harus keluar sekolah pada jam sekolah haruslah seijin
sekolah dengan menggunakan surat ijin.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu
perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan,
tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Faktor - faktor yang menjadi penyebab siswa
membolos terbagi menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan eksternal. Selain itu, faktor
– faktor lain yang menjadi penyebab siswa  membolos lainnya.
Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos adalah selain mengalami
kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan
tersisihkan oleh teman - temannya. Adapun peran Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal
mengatasi siswa yang suka membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab
siswa membolos, menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi kepada pengelola hiburan.

4.2. Saran
1. Untuk Kepala Sekolah

a. Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan lagi dalam pelaksanaan rapat guru
dalam kaitannya mengenai siswa membolos sekolah.

b. Lebih menekankan kepada para guru untuk bekerjasama dalam proses penanggulangan
perilaku membolos siswa.

2. Untuk Guru

a. Harus melihat situasi dan kondisi siswa serta lingkungannya ketika akan memberikan
suatu sanksi atas pelanggaran yang siswa lakukan, jangan sampai pemberian sanksi
yang pada hakikatnya bertujuan agar pelaku tidak melakukan perbuatannya dikemudian
hari malah membuat pelaku lebih berontak.

10
b. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan
hidup.

3. Untuk Siswa

a. Lebih pintar dalam memilih rekan sepermainan.

b. Bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya, baik untuk dimasa
sekarang ataupun untuk masa yang akan datang dilihat dari dampaknya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Kartono, Kartini.1991. Bimbingan bagi anak dan remaja yang bermasalah. Rajawali Pers:
Jakarta.
Purwanto, Ngalim.2006. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Soejatno, Agoes.1990. Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses. Aksara Baru: Surabaya.
Indonesian.blogspot.com/id.wikipedia.com.

http://gurukreatif.wordpress.com

12

Anda mungkin juga menyukai