Disusun oleh :
Zulham Fauzi
Rizki Fahreza
Efander Alclin Pandia
Fadli Annur Permana
MHD Rizky Indonesia Rusty
PRODI :
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
JURUSAN :
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
i
T.A 2024
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
iii
KATA PENGANTAR
penyusun
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Berikan solusi dari masalah yang dominan tersebut berdasarkan hasil
diskusi kelompok ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat ditemukan tujuan dari masalah
diatas
1. Mampu menjelaskan masalah yang terjadi pada sekolah SMP NEGERI 35
MEDAN.
2. Mampu menjelaskan masalah yang dominan dan terus-menerus terjadi
pada sekolah SMP NEGERI 35 MEDAN.
3. Mampu menjelaskan solusi dari masalah yang dominan terjadi pada
sekolah SMP NEGERI 35 MEDAN.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan diatas dapat kita
peroleh manfaat penelitian, yaitu :
1. Dapat meningkatkan cara kerja analisis pada otak.
2. Dapat mempengaruhi cara berpikir untuk menemukan solusi dari suatu
masalah.
3. Dapat menyelesaikan tugas dengan efektif karena bisa menganalisis secara
mendalam.
2
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Masalah internal adalah masalah yang berpangkal dari kondisi murid itu
sendiri. Masalah tersebut bisa disebabkan dari adanya kelainan fisik
maupun psikis.
a) Kelainan fisik
Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa terrtolak
untuk hadir di tengah-tengah temannya yang normal. Kelainan-kelainan
yang terjadi pada fisik diantaranya adalah buta, bermata satu, tuli, kaki
kecil satu, atau bahkan lumpuh total.
b) Kelainan Psikis
Kelainan psikis adalah kelainan yang terjadi pada kemampuan
berpikir (kecerdasan) seorang anak. Kelainan psikis dikategorikan pada
kelainan psikis inferior (lemah) maupun kelainan psikis superior (kuat).
Anak-anak memiliki taraf kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda. Kecerdasan
dapat dikalsifikasikan sebagai berikut :
Idiot : IQ kurang dari 30
Embisil : IQ 30 – 49
Debil : IQ 50 – 69
Border Line : IQ 70 – 79
Bodoh : IQ 80 – 89
Sedang, rata-rata : IQ 80 – 109
Cerdas : IQ 110 – 119
Cerdas sekali : IQ 120 – 139
Genius : IQ 140 Keatas
2) Masalah eksternal
a) Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal
oleh anak. Orang tua otoriter akan memperlakukan akan secara otoriter.
Anak yang dididik secara otoriter akan tumbuh dan berkembang sebagai
anak otoriter dan keras kepala. Anak-anak yang dibesarkan dengan segala
kemudahan juga akan mempunyai kesan bahwa segalanya itu mudah. Anak
akan sangat terpukul jika terpaksa harus menghadapi beberapa kesulitan,
bahkan tidak sedikit akan melakukan pemberontakan.
b) Pergaulan
Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan
masyarakat atau lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan juga memiliki
5
pengaruh yang besar bagi perkembangan psikis anak, jika lingkungan baik,
anak akan cenderung menjadi baik, jika lingkungan jelek anak pun ada
kecenderungan memiliki kepribadian yang jelek.
c) Pengalaman hidup
Pengalaman-pengalaman di masa lalu biasanya tidak mudah
dilupakan oleh siswa, semuanya tersimpan rapi dalam ruang ingatan. Siswa
yang bodoh sering tak diperhatikan oleh gurunya. Suatu saat ketika siswa
berbuat keributan dan ternyata dengan cara itu dia diperhatikan gurunya,
karena siswa tersebut butuh diperhatikan oleh gurunya, maka sesuai dengan
pengalamannya siswa pun senantiasa berbuat keributan, dan keributan
baginya menjadi suatu keharusan.
Sebab-sebab perilaku bermasalah pada siswa dipicu oleh banyak
faktor yang mempengaruhinya. Emmer dan Evertson mengemukakan bahwa
sebab-sebab perilaku bermasalah timbul dari pemicu stress (misalnya,
perlakuan yang kasar, kematian salah satu anggota keluarga, orang tua yang
tidak bekerja, penyakit yang serius, atau perceraian) yang dialami oleh siswa
dirumah atau tempat lainnya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa
yang bermasalah di sekolah, baik dalam hal pola perilaku maupun dalam
bidang akademiknya terdapat faktor penyebab yang mempengaruhinya.
Permasalahan tersebut dapat disebabkan karena faktor internal, yaitu
permasalahan yang berasal dari siswa itu sendiri, maupun masalah eksternal
yang disebabkan karena adanya permasalahan di luar diri siswa tersebut,
seperti adanya permasalahan yang sisswa alami di rumah yang siswa bawa
ke sekolah sehingga berdampak pada permasalahan pola perilaku dan
prestasi akademik siswa ketika di sekolah.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
7
sebut sebagai penyebab terjadinya keterasingan remaja, dikeluarkan dari
sekolah, dan prestasi rendah.
Hasil data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII
(10%), VIII (10%), dan IX (25%) berada pada kategori bermasalah. Banyaknya
jumlah siswa di setiap kelas dengan keberagaman yang terdapat di dalamnya
(agama, budaya, tingkat ekonomi dll), tentunya dapat memberikan dampak
negatif maupun positif. Siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri tetunya
akanmenunjukkan sikap atau perilaku yang tidak sesuai. Guru BK yang hanya
berjumlah 2-4 orang disetiap kelas tidak sebanding dengan jumlah siswa, yang
secara langsung maupun tidak akan mempengaruhi perhatian guru BK terhadap
siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti juga menemukan masih
ada guru BK yang memiliki tugas lain yaitu sebagai Pembina ekstrakulikuler
dan kesiswaan.
Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa siswa perempuan
memiliki permasalahan yang cenderung lebih tinggi atau bermasalah dari pada
laki-laki. Perbedaan yang menonjol antara laki-laki dan perempuan terletak
pada arah pengenalan masalahnya. Siswa laki-laki cenderung suka menerapkan
pendekatan baru sehingga memiliki lebih banyak cara memecahkan masalah
dibandingkan siswa perempuan. Selain itu, siswa laki-laki tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahannya, sehingga
tetap fokus pada apa yang menjadi tujuan pemecahan masalah (Bastable,
2002).
8
9
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11