Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR MENDIAGNOSIS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

TERHADAP MASALAH BELAJAR DAN SOLUSINYA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Ibu Nurul

Oleh :

Nirmala Ayunda Wizurai (Offering D12/190421628929)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan,
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Namun, tidak lepas dari semua itu kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini, dan kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Lumajang, 20 April 2020

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah adalah jenjang Pendidikan atau lembaga formal yang didirikan pemerintah
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan peserta didik agar tercapai
perkembangan yang optimal, baik perkembangan kognitif, afektif dan psikomorik peserta
didik. Disini peran guru atau pendidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan
peserta didik sesuai tujuan pendidikan. Namun, tidak semua peserta didik bisa mencapai
perkembangan sesuai apa yang diharapkan. Hal itu terjadi karena setiap peserta didik
memiliki karakteristik yang berbeda - beda, baik dari segi pola belajarnya, sikap dan
kepribadian yang dimiliki, maupun kondisi lingkungan sekitar yang juga ikut
memengaruhinya. Maka dari itu, guru sangat berperan penting dalam memberikan
bantuan dan bimbingan belajar kepada peserta didik yang mempunyai masalah-masalah
dalam menerima pembelajaran.
Seperti yang kita ketahui bahwa masa belajar di sekolah ini merupakan masa transisi,
masa tercapainya kematangan dan masa persiapan untuk mencapai kehidupan dewasa
yang berarti. Sehingga seringkali pada diri siswa atau peseta didik timbul permasalahan-
permasalahan yang dapat mempengaruhi seluruh pola perilakunya, yang pada akhirnya
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses belajarnya. Ketika
hal itu terjadi, maka tak jarang ditemui anak-anak usia dini yang terkadang mengalami
kesulitan menerima materi pelajaran, baik pelajaran membaca, menulis, serta berhitung.
Inilah yang terkadang membuat guru menjadi frustasi memikirkan bagaimana
menghadapi anak-anak seperti ini. Demikian juga para orang tua yang memiliki anak-
anak yang memiliki kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji lebih
dalam tentang masalah belajar pada peserta didik, serta mencari tahu prosedur
mendiagnosis masalah pembelajaran tersebut dan solusinya. Sehingga diharapkan dapat
membantu menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan mencapai apa
yang diharapkan guru dan orang tua.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar?
2. Apa saja faktor - faktor penyebab masalah belajar ?
3. Apa saja jenis - jenis masalah belajar?
4. Apa yang dimaksud dengan diagnosis masalah belajar?
5. Bagaimana prosedur mendiagnosis masalah belajar?
6. Apa saja solusi masalah perkembangan peserta didik?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian masalah belajar
2. Untuk mengetahui faktor - faktor penyebab masalah belajar
3. Untuk mengetahui jenis - jenis masalah belajar
4. Untuk mengetahui pengertian diagnosa masalah belajar
5. Untuk mengetahui prosedur mendiagnosa masalah belajar
6. Untuk mengetahui solusi masalah perkembangan peserta didik

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masalah Belajar


Masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yg sekarang terjadi belumlah
sempurna dan keyakinan bahwa masa depan bisa dibuat jadi lebih baik sedangkan
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam proses ini
perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor-
faktor pendukung belajar yang mempengaruhi seseorang. Banyak ahli mengemukakan
pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan
dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang,
dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno
(1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang (1) tidak disukai adanya, (2)
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, (3) ingin atau perlu
dihilangkan.
Sedangkan belajar menurut pengertian secara psikologis, merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beberapa pengertian belajar oleh
para ahli antara lain:
1. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan
lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
2. Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku
(dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
3. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana
suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa definisi dari masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang dan menghambat kelancaran
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya
yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi dirinya.

5
2.2 Faktor - Faktor Penyebab Masalah Belajar
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu :
A. Faktor Internal
B. Faktor Eksternal

Dari faktor-faktor internal dan eksternal dapat mempengaruhi siswa sehingga


menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing).
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar misalnya:
1. Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-
kawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
4. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya
atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui, acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain.
5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti: mudah tersinggung, murung,
pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih.
6. Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit
dalam waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan
belajarnya.
2.2.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah Faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu
sendiri. Antara lain faktor fisiologi (bersifat fisik) dan faktor psikologi
(keadaan jiwa dan rohani) :
A. Fisiologis
Faktor Fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan
jasmani seseorang, antara lain:
1. Karena sakit. Seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan
mengalami kelemahan secara fisik, dengan saraf sensoris dan
motorisnya yang lemah sehingga proses menerima pelajaran,

6
memahami pelajaran menjadi tidak baik dan akan tertinggal dalam
pelajaran.
2. Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami
kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya
konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-
hal ini penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tak
mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterpretasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui
inderanya.
3. Karena cacat tubuh. yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang
ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan
gerak, serta cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan
lain sebagainya.
B. Psikologis
Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan
keadaan kejiwaan siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi:
1. Intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas
(110 – 140), atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk
memahami pelajaran dengan cepat. Sedangkan anak-anak yang
tergolong sedang (90 – 110) tentunya tidak terlalu mengalami masalah
walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi. Sedangkan anak
yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya
memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk
itu, maka orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang
dimiliki anak atau anak didiknya.
2. Bakat. Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir.
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang
berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan.
3. Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran
akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan,
tidak sesuai dengan kecakapannya sehingga menimbulkan problema
pada dirinya.

7
4. Motivasi. Adalah keadaan internal manusia yang mendorong untuk
berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk
interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah
perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong
seseorang untuk mencapai prestasi, yakni dengan adanya motivasi
yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
5. Faktor Kesehatan Mental. Hubungan kesehatan mental dengan belajar
adalah timbal balik. Karena kesehatan mental dan ketenangan emosi
akan menimbulkan hasil belajar yang baik.
6. Tipe-Tipe Khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar
seorang anak. Ada tipe audio, visual, motorik dan campuran.
2.2.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
timbulnya masalah belajar yang berasal dari luar diri siswa. Yang termasuk
faktor Eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
A. Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
a) Orang Tua. Cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dan anak
serta bimbingan dari orang tua dapat membuat anak kesulitan belajar.
Misalnya cara didik orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan
menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan
berakibat anak tidak tentram, tidak senang dirumah dan lebih mencari
teman sebayanya hingga lupa belajar. Sebaliknya orang tua yang
lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah
belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai
kemampuan dan kemauan, bahkan tergantung pada orang tua hingga
malas berusaha, malas menyelesaikan tugas, hingga prestasinya
menurun.
b) Suasana Rumah/Keluarga. Suasana yang sangat gaduh/ramai atau pun
suasana yang slalu tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sulit untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab,
menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan
belajar yang kuat bagi anak.
8
c) Keadaan Ekonomi Keluarga. Keluarga yang ekonominya rendah
sudah pasti akan menjadi masalah dalam belajar karena untuk membeli
alat-alat tulis, uang sekolah dan biaya lainnya. Sebaliknya Keluarga
yang ekonominya berlebihan anaknya cenderung enggan belajar
karena terlalu banyak bersenang-senang.
d) Latar Belakang Kebudayaan. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam
keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-
anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong
anak untuk belajar.
2. Lingkungan Guru
a) Guru. Guru dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar
siswanya.Guru yang tidak kualifield, hubungan guru dengan murid
kurang baik, serta metode pengajaran guru. Semua itu dapat membuat
murid kesulitan belajar.
b) Hubungan Antar Murid. Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan
kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas
ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus
mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong royong
dalam belajar bersama, agar kondisi belajar individual siswa
berlangsung dengan baik.
c) Metode Pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode
ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan
hanya mencatat saja. Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang
berani mencoba metode-metode baru, yang dapar membantu dalam
meningkatkan kondisi belajar siswa.
3. Lingkungan Masyarakat
a) Teman Bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan
dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak.
Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai
memdapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak
diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah menular
kepada anak lain.

9
b) Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada di sekitar
rumah anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak.
c) Kegiatan Dalam Masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa
karang taruna, menari, olahraga dan lain sebagainya. Jika kegiatan
tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan
belajar.
d) Mass media. Meliputi: bioskop, TV, video-kaset, Surat Kabar,
Majalah, novel, buku komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu
akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang
dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas belajar.
B. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dibedakan menjadi:
1. Sarana dan Prasarana Sekolah.
a) Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam
proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak.
Maka guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai
perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara
individual.
b) Media Pendidikan. Seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium,
LCD, Komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
c) Keadaan Gedung. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak
direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang
masih kurang, sehingga akan menghambat lancarnya kondisi belajar
siswa.
d) Sarana Belajar. Sarana Belajar yang kurang lengkap tentu akan
mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya juga mempengaruhi
hasil belajar siswa.
2. Waktu Belajar.
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak,
maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari.
Waktu di mana anak-anak istirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka
mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang

10
belajar di pagi hari, sebab mereka masih segar, dan jasmani dalam kondisi
baik.
3. Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang
terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak akan
berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
4. Alam
Dengan berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk
melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu
kondisi belajar siswa pun akan kurang optimal.

2.3 Jenis - Jenis Masalah Belajar


Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai gejala yang
mencolok dalam perilakunya, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Beberapa perilaku yang menunjukkan adanya masalah-masalah belajar
sehingga peserta didik mengalami kesulitan belajar menurut Winataputra (2003), antara
lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal, dan sebagainya.

11
Sementara itu, Burton (2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-
tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :

1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran
tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan
ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan
Peserta didik ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus
menjadi pengulang (repeater).

2.4 Pengertian Diagnosis Masalah Belajar


Menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hakikat daripada
kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu
penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa diagnosis adalah proses menentukan atau memutuskan sesuatu hal
setelah dilakukan suatu penelitian terhadap fakta-fakta untuk menentukan masalahnya.
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Dari penjelasan pengertian dua hal tersebut, dapat didefinisikan bahwa diagnosis
masalah belajar adalah upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang
masalah - masalah belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data
informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil
kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.
Diagnosis berperan untuk membantu guru lebih mengenal peserta didiknya serta
membantu peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya.

12
2.5 Prosedur Mendiagnosis Masalah Belajar
Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap
suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai
atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-
langkah:
1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar.
2. Menelaah/menetapkan status siswa.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
4. Menentukan Pemecahan dan saran tindak lanjut masalah belajar.
2.5.1 Mengidentifikasi Adanya Masalah Belajar
Mengidentifikasi adanya masalah belajar adalah memperkirakan murid yang
mengalami kesulitan belajar. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala
kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi
kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar.
Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk,
biasanya muncul dalam berbagai bentuk seperti:suka mengganggu teman,
merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung,
menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
2.5.2 Menelaah/Menetapkan Status Siswa
Tahap ini merupakan identifikasi hakekat dan luasnya dari pada kesulitan
belajar yang dihadapi oleh murid. Tahap ini yang paling efisien dalam
mendiagnosa kesulitan-kesulitan belajar yakni menemukan sampai sejauh mana
siswa dapat mencapai berbagai tujuan yang diharapkan oleh guru/sekolah. Dengan
kata lain kita menentukan pola kekuatan dan kelemahannya siswa dalam belajar.
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
1. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid.
2. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan
menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.
3. Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari
tujuan yang ditetapkan itu.
2.5.3 Memperkirakan Sebab Terjadinya Masalah Belajar
Tahap diagnosa ini ialah menduga apa yang menyebabkan pola kekuatan dan
kelemahan siswa itu. Tahap ini berdasarkan asumsi bahwa kita tidak dapat
13
mengambil keputusan secara bijaksana bagaimana membantu siswa mengatasi
kesulitannya, bila kita tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi sebab kesulitannya. Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu
perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab
terjadinya masalah belajar:
1. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda.
2. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda.
3. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah
yang makin kompleks.

Untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar, salah satu cara bisa


diadakan wawancara atau interview. Salah satu caranya dengan menggunakan
daftar angket yang telah disusun sebelumnya. Daftar angket tersebut dapat berisi
tentang:

- Pelajaran-pelajaran yang disenangi

- Pelajaran-pelajaran yang tak disenangi.

- Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pelajaran

- Cara belajar, lama belajar di rumah, kesungguhan belajar, kawan dalan belajar.

- Perhatian orang tua

- Sakit yang pernah dialami, kelemahan fisiknya dan lain-lain.

Dari interview dengan daftar angket yang sudah diberikan, dapat diperoleh
data tentang latar belakang anak tersebut. Seperti misalnya: pelajaran apa yang dia
sukai dan yang tidak dia sukai; bagaimana perhatian orang tuanya dirumah? atau
apakah Murid jarang bertemu dengan orang tua karena kesibukan orang tuanya? ;
Bagaimana Iklim kondisi belajar dipengaruhi secara dominan oleh lingkungan,
baik dari teman-teman maupun sistem atau metode belajar? ; Apakah mempunyai
kegiatan di luar sekolah atau tidak? ; Berapa jam lama tidar dalam satu hari? ;
Bagaimana menegemen waktu belajarnya?; Atau pun masalah kesehatannya.

14
Dari hasil angket yang diberikan kita dapat memperkirakan sebab terjadinya
masalah belajar yang dialami murid. Seperti contohnya karena:

a) Kurang suka dengan matematika dan fisika;


b) Kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar;
c) Tidak bisa konsentrasi sepenuhnya pada pelajaran;
d) Tidak mempunyai minat belajar;
e) Dan permasalahan belajar lainnya.
2.5.4 Menentukan Pemecahan Masalah Belajar
Tahap ini merupakan tahap untuk berusaha menghilangkan sebab dari pada
kesulitan yang dihadapi murid. Atau apabila sebab itu tidak dapat disembuhkan,
hal ini menjadi tahap untuk memberikan bantuan kepada murid tersebut dalam
belajar yang sesuai dengan sebabnya. Pertanyaan pokok dalam hal ini ialah:
“Bagaimana kita dapat menolong murid sebaik-baiknya dalam mengatasi atau
mengkompensasikan kesulitan-kesulitannya dalam belajar?”. Yaitu dengan
mengambil langkah atau teknik-teknik/metode-metode mana yang harus
digunakan untuk membantu memecahkan kesulitan murid atau untuk merubah
lingkungannya.

2.6 Solusi Masalah Perkembangan Peserta Didik


Kesulitan belajar banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Pola belajar anak,
memang dibentuk saat di sekolah dasar. Sesuai dengan masanya ia mengalami
perkembangan mental dan pembentukan karakternya. Di masa kini anak tidak hanya
belajar menghitung, membaca, atau menghafal pengetahuan umum, tapi juga belajar
tentang tanggung jawab, skala nilai moral, skala nilai prioritas dalam kegiatannya.
1. Perhatikan Mood
Untuk mengenal mood siswa, seorang guru harus mengenal karakter dan
kebiasaan belajar siswa. Apakah siswa belajar dengan senang hati atau dalam keadaan
kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari
lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu
penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena
konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas guru untuk menyenangkan hati siswa.

15
2. Upayakan Ruang Belajar yang Nyaman
Kesulitan belajar bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai.
Karena itu, coba mendekor ruang belajar tersebut menjadi lebih nyaman. Selain itu,
saat mengajar siswa tersebut anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar
yang baik. Misalnya bercerita kepada siswa tentang bagaimana dahulu sang guru
menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya siswa cepat larut dengan
cerita sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya
sekarang.
3. Komunikasi dari orang tua di rumah
Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu
mengajar. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang
bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Khusus soal komunikasi ini,
biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku
sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.
Langkah-Langkah Tindakan Diagnosa Menurut C. Ross dan Julian Stanley
dalam Prayitno (2003) [5], langkah-langkah mendiagnosis kesulitan belajar ada tiga
tahap, yaitu :

• Langkah-langkah diagnosis yang meliputi aktivitas, berupa (a) Identifikasi kasus (b)
Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan (c) Menemukan faktor penyebab baik secara
internal maupun eksternal.

• Langkah prognosis yaitu suatu langkah untuk mengestimasi


(mengukur),memperkirakan apakah kesulitan tersebut dapat dibantu atau tidak.

• Langkah Terapi yaitu langkah untuk menemukan berbagai alternatif kemungkinan


cara yang dapat ditempuh dalam rangka penyembuhan kesulitan tersebut yang
kegiatannya meliputi antara lain pengajaran remedial, transfer atau referal.

BAB III
16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Diagnosis masalah belajar
dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah mengidentifikasi adanya
masalah belajar, menelaah/menetapkan status siswa, memperkirakan sebab terjadinya
masalah belajar, dan menentukan pemecahan dan saran tindak lanjut masalah belajar.
Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar
maka dapat ditempuh melalui beberapa jalan. (1.)Perhatikan Mood; Untuk mengenal
mood siswa, seorang guru harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar siswa. (2.)
Upayakan Ruang Belajar yang Nyaman; Kesulitan belajar bisa juga karena tempat yang
tersedia tidak memadai. (3) Komunikasi dari orang tua di rumah; Masa kecil kita,
pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Sempatkan juga
waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar
di sekolah. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya.
Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya.

DAFTAR PUSTAKA

17
Partowisastro, Koestoer dan Hadisuparto, A. 1986. Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan
Belajar Jilid 1& 2. Jakarta: Erlangga.

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo.1991. Psikologi Belajar. Solo: Rineka cipta.

Atieka, Nurul. 2017. Kesulitan Belajar Siswa Dalam Perspektif Bimbingan Dan Konseling.
Seminar Nasional Pendidikan.

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kesulitan+belajar+dalam+perspektif+bimbingan+dan+konseling&
oq=kesulitan+belajar+dalam+perspektif+bimbingan+dan+konseli#d=gs_qabs&u=%23p
%3DxRIA1wsd3LUJ ( diakses pada 20 April 2020 )

El Fiah, Rifda, dan Adi Putra Purbaya. 2016. Bimbingan Belajar Dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik di Smp Negeri 12 Kota Bandar Lampung. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling. 3 (2), 161-174

18

Anda mungkin juga menyukai