Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang sehingga terjadi
perubahan kearah yang lebih baik. Kata belajar bukanlah sekedar kata yang tidak
punya makna. Kata itu sebagian besar anak menjadi bayangan yang begitu
menyeramkan, menghantui, membosankan, dan terkadang malah menyakitkan. Harus
dipahami bahwa sesungguhnya esensi dari hal ini adalah merupakan persoalan
motivasi, dan ini bukanlah salah si anak, akan tetapi orang tua dan guru memiliki
andil besar yang mengakibatkan belajar menjadi suatu hal yang seram dan suram bagi
anak-anak, salah satunya adalah mata pelajaran matematika.
Setiap pelajaran matematika siswa sering mengalami masalah dalam belajar.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar dilingkungan anak dan peran seorang
guru sangat besar pada lingkungan sekolah anak. Hal demikian, guru dapat
mengatasinya dengan bagaimana seharusnya pembelajaran di sekolah yang baik
(mencakup metode, sarana-prasarana, lingkungan sekolah, guru dan siswa). Dalam
hal peran orang tua juga merupakan pendorong utama untuk kemajuan anak di
sekolahnya, sehingga peran orang tua memiliki andil pada kemampuan dasar anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud masalah-masalah belajar?
2. Apa saja jenis-jenis, factor penyebab, serta langkah penanganan dari masalah3.
4.
5.
6.

masalah belajar.
Apakah yang dimaksud dengan phobia matematika?
Apa saja, gejala, penyebab, serta solusi dari phobia matematika?
Apakah yang dimaksud motivasi?
Apa saja macam-macam, foktor yang mempengaruhi, serta solusi dari motivasi

rendah?
7. Apa yang dimaksud dengan menyontek?
8. Apa saja factor yang mempengaruhi, dampak, dan solusi dari masalah menyontek?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan masalah-masalah belajar.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis, factor penyebab, serta langkah penanganan dari
masalah-masalah belajar.
3. Untuk mengetahui maksud dari phobia matematika.
4. Untuk mengetahui gejala, penyebab, serta solusi dari masalah phobia matematika.
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan motivasi.
1

6. Untuk mengetahui macam-macam, foktor yang mempengaruhi, serta solusi dari


masalah motivasi rendah.
7. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan menyontek.
8. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi, dampak, dan solusi dari masalah
menyontek.
D. Manfaat
1. Untuk pembaca dapat mengetahui masalah-masalah belajar yang biasa ditemukan
dalam lingkungan sekitar serta solusi yang dapat mengatasi masalah-masalah itu.
2. Untuk penulis dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai masalahmasalah belajar yang biasa ditemukan dalam lingkungan sekitar serta solusi yang dapat
mengatasi masalah-masalah itu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah Belajar
1. Pengertian Masalah belajar
Prayitno (dalam blog The World Of Mireon : 2014) mengemukakan bahwa masalah
adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan
2

atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Ekacrudh (2011) masalah adalah hasil dari kesadaran bahwa kondisi yg
sekarang terjadi belumlah sempurna dan keyakinan bahwa masa depan bisa dibuat jadi
lebih baik sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif
tetap. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi terjadi secara bertahap
tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mempengaruhi seseorang.
Menurut Ekacrudh (2011) masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami
oleh seseorang dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu
itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masalah belajar
adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau pun
perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik
2. Jenis-Jenis Masalah Belajar
Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, menurut Prayitno (dalam
blog The World Of Mireon : 2014), mengemukakan masalah-masalah sebagai berikut :
a. Keterampilan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memilki intelegensi
yang cukup tinggi, tetapi tidak memanfaatkannya secara optimal.
b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tapi
memerlukan tugas-tugas untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang
amat tinggi.
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik kurang
memadai dan dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran
khusus.
d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam
belajar mereka seolah-olah tampak jera atau malas.
e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan
atau perbuatan sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya.

3. Gejala Masalah Belajar (adanya kesulitan belajar)


3

Dari faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi siswa sehingga
menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru, pembimbing).
Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar misalnya:
a) Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata.
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
c) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawankawannya dalam segala hal, misalnya: dalam mengerjakan soal-soal, dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
d) Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya
atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui, acuh tak acuh, berpura-pura, dusta dan lain-lain.
e) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti: mudah tersinggung, murung,
pemarah, bingung, cemberut, selalu sedih.
f) Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit
dalam waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan
belajarnya.
g) Dan lain sebagainya.
4. Faktor-faktor penyebab masalah belajar
faktor penyebab masalah belajar dapat digolongkan ke dalam dua faktor, yaitu :
a.
Faktor Internal
Faktor internal adalah Faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Antara
lain faktor fisiologi (bersifat fisik) dan faktor psikologi (keadaan jiwa dan rohani) :
1) Faktor Fisiologis
Faktor Fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan jasmani
seseorang, antara lain:
a) Karena sakit. Seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami
kelemahan

secara

fisik, dengan

saraf

sensoris

dan

motorisnya

yang

lemah sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran menjadi


tidak baik dan akan tertinggal dalam pelajaran.
b) Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar,
sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang
semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini penerimaan dan respon pelajaran
berkurang, saraf otak tak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterpretasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui inderanya.
4

c) Karena cacat tubuh. yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat tubuh yang ringan
seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, serta gangguan gerak, serta
cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.
2) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan
kejiwaan siswa. Faktor ini dapat dibedakan menjadi:
a) Intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang memiliki IQ cerdas (110 140),
atu genius (lebih dari 140) memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan
cepat. Sedangkan anak-anak yang tergolong sedang (90 110) tentunya tidak
terlalu mengalami masalah walaupun juga pencapaiannya tidak terlalu tinggi.
Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90 ataubahkan dibawah 60 tentunya
memiliki potensi mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka
orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang dimiliki anak atau anak
didiknya.
b) Bakat. Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap
individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik
mungkin di bidang lain ketinggalan.
c) Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan
bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapannya
sehingga menimbulkan problema pada dirinya.
d) Motivasi. Adalah keadaan internal manusia yang mendorong untuk berbuat
sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk interes pada kegiatan
yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk mencapai prestasi, yakni dengan
adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang
baik.
e) Faktor Kesehatan Mental. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah
timbal balik. Karena kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan
hasil belajar yang baik.
f) Tipe-Tipe Khusus seorang pelajar. Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak.
Ada tipe audio, visual, motorik dan campuran.
b.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah


belajaryang berasal dari luar diri siswa. Yang termasuk faktor Eksternal dibagi menjadi
dua macam, yaitu:
1)Faktor Sosial
Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
a) Lingkungan Keluarga
1) Orang Tua. Cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dan anak serta bimbingan
dari orang tua dapat membuat anak kesulitan belajar. Misalnya cara didik orang tua
yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak.
Hal ini akan berakibat anak tidak tentram, tidak senang dirumah dan lebih mencari
teman sebayanya hingga lupa belajar. Sebaliknya orang tua yang lemah, suka
memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha
keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan
tergantung pada orang tua hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas,
hingga prestasinya menurun. Selain itu juga bagimana hubungan orang tua dengan
anak, apakah harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini tentunya
juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar anak.
2) Suasana Rumah/Keluarga. Suasana yang sangat gaduh/ramai atau pun suasana yang
slalu tegang, anak akan slalu terganggu konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar.
Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan
memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
3) Keadaan Ekonomi Keluarga. Keluarga yang ekonominya rendah sudah pasti akan
menjadi masalah dalam belajar karena untuk membeli alat-alat tulis, uang sekolah
dan biaya lainnya. Sebaliknya Keluarga yang ekonominya berlebihan anaknya
cenderung enggan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang.
4) Belakang Kebudayaan. Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan
mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan
kebiasaan yang baik, agar mendorong anak untuk belajar.
b) Lingkungan Guru
1) Guru. Guru dapat juga menjadi faktor masalah dalam belajar siswanya.Guru yang
tidak kualifield, hubungan guru dengan murid kurang baik, serta metode
pengajaran guru. Semua itu dapat membuat murid kesulitan belajar.
2) Hubungan Antar Murid. Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang
bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling
bersaing secara tidak sehat. Maka guru harus mampu membina jiwa kelas supaya

dapat hidup bergotong royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar
individual siswa berlangsung dengan baik.
3) Metode Pengajaran. Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja,
membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja.
Sedangkan guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode
baru, yang dapar membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
4) Lingkungan Masyarakat
5) Teman Bergaul. Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam
membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus
memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai memdapat teman bergaul yang
memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik,
akan mudah menular kepada anak lain.
6) Pola Hidup Lingkungan. Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah anak itu
berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
7) Kegiatan Dalam Masyarakat. Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang
taruna, menari, olahraga dan lain sebagainya. Jika kegiatan tersebut dilakukan
secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.
8) media. Meliputi: bioskop, TV, video-kaset, Surat Kabar, Majalah, novel, buku
komik yang ada disekeliling kita. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila
anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas
belajar.
2) Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dibedakan menjadi:
a. Sarana dan Prasarana Sekolah.
1) Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses
belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu
mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar
dapat melayani anak belajar secara individual.
2) Media Pendidikan. Seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD,
Komputer, layanan internet, dan lain sebagainya.
3) Keadaan Gedung. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak direnovasi, serta
kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang, sehingga akan
menghambat lancarnya kondisi belajar siswa.
4) Sarana Belajar. Sarana Belajar yang kurang lengkap tentu akan mempengaruhi
kualitas belajar, dan pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar siswa.
7

b. Waktu Belajar.
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka
ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu di mana anakanak istirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, sebab mereka masih
segar, dan jasmani dalam kondisi baik.
c. Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu
padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak akan berpengaruh buruk
terhadap kegiatan belajar siswa.
d.

Alam
Dengan berupa keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk
melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar
siswa pun akan kurang optimal.

5. Upaya Pengatasan Masalah Belajar


Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat perahatian agar masalahnya
tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat
berkembang secara optimal.
Beberapa cara yang dapat dilakukan menurut Prayitno (dalam blog The World Of
Mireon : 2014) sebagai berikut :
a. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan meruapakan suatu bentuk layanan yang diberikan pada
seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan
maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar
siswa.
b. Progam Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada
seseorang atau sekelompok orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang
cepat dalam belajar mempunyai waktu yang lebih dalam belajar untuk itu mereka
memerlukan tugas tambahan.
c. Peningkatan Motivasi Belajar

Di sekolah sebagian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat untuk belajar,
tetapi sebagian lainnya belum. Tingkah laku siswa seperti kurang bersemangat, malas,
bosan dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motif (motivasi)
dalam belajar.
d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setia siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tapi
masih ada siswa yang bersikap dan berkebiasaan belajar yang tidak diharapkan. Bila
siswa tidak memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik dikhawatirkan mereka
tidak akan mencapai hasil belajar yang baik.
e. Layanan konseling individual
Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap
mukan antara konselor dan klien. Dalam hubungan tatp muka ini, klien dapat
menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu dapat
dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui pembahasan dengan konselor.

B. Phobia Matematika
1. Pengertian Phobia
Menurut Elida Prayitno (dalam blog Lirary Jhee : 2013) mengatakan bahwa Fobia
atau fobi adalah suatu ketakutan yang tidak masuk akal namun penderita dapat
menjelaskan apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi ketakutannya itu. Para penderita
fobia neurosis tidak menyadari apa yang mendasari apa yang mendasari perasaan
takutnya. Reaksi mereka terhadap ketakutan itu sangat hebat yang menyebabkan penderita
merasa sengsara. Jika para penderita menyadari sebab-sebab yang mendasari dari
ketakutan mereka itu, maka ketakutan mereka berkurang dan bahkan dapat hilang.````
Menurut Atkitson (dalam blog Lirary Jhee : 2013) mengatakan Istilah "phobia"
berasal dari kata "phobi" yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak
rasional; yang dirasakan dan dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan
yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu obyek atau
situasi tertentu. Ciri psikis adalah rasa cemas/ panik, tetapi tanpa dasar yang jelas,
sedangkan ciri fisik misalnya : gemetar, jantung berdebar-debar, terkadang disertai nafas
tersengal-sengal.
Menurut Burhan, M. (2014) kata phobia sendiri berasal dari istilah Yunani
phobos yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah
9

ini memang dipakai sejak zaman Hippocrates. Phobia adalah ketakutan yang luar biasa
dan tanpa alasan terhadap sebuah obyek atau situasi yang tidak masuk akal. Pengidap
phobia merasa tidak nyaman dan menghindari objek yang ditakutinya. Terkadang juga bisa
menghambat aktivitasnya. Phobia ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Phobia khusus yaitu ketakutan terhadap obyek atau aktivitas tertentu.
2. Phobia sosial yaitu ketakutan terhadap penilaian orang lain.
3. Agoraphobia yaitu rasa takut berada di tempat terbuka atau pusat keramaian.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa phobia adalah ketakutan
atau kecemasan yang berlebihan yang dialami seseorang biasanya ditandai dengan
gemetar, jantung berdebar-debar, dan kadang disertai nafas yang tersengal-sengal.

2. Gejala Phobia Matematika


Banyak hal yang membuat seseorang mengidap phobia. Paling sering karena
traumatis, terutama yang terjadi dimasa kecil.Phobia terjadi karena pikiran bawah sadar
kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan phobia. Bila
seseorang yang menderita phobia melihat atau bertemu atau berada pada situasi yang
membuatnya takut (phobia), gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Perasaan atau Emosi
Menurut Nana Syaodih (dalam blog Mathematic Education, Spiritual Of Islam,
And Knowledge : 2014) beberapa macam bentuk emosi yang populer adalah takut, cemas,
dan khawatir. Banyak orang takut terhadap matematika dan akan berusaha sejauh mungkin
menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan. Orang yang mengalami phobia
matematika mengalami kesulitan dalam memahami matematika dan dalam menggunakan
matematika untuk keperluan kehidupan sehari-hari dan untuk mempelajari pengetahuan
yang lain.
2. Mitos dan kesalahpahaman
Kebencian matematika adalah respon emosional. Langkah pertama dalam
mengatasi itu adalah menilai pendapat seseorang tentang matematika dalam semangat
detasemen. Mitos dan kesalahpahaman dalam matematika antara lain:
a)
b)

Bakat atau kecerdasan untuk matematika ada sejak lahir


Belajar matematika harus bisa menghitung
10

c)
d)

Matematika membutuhkan logika bukan kreativitas


Yang terpenting dalam belajar matematika adalah mendapatkan jawaban yang

benar
e)

Dalam berpikir matematika pria lebih baik daripada wanita

3. Kontroversi dalam pendidikan matematika


Menurut National Research Council (dalam blog Mathematic Education, Spiritual
Of Islam, And Knowledge : 2014) kebanyakan orang menganggap bahwa matematika
dalah bidang hitung menghitung. Namun, ahli matematika memandang perhitungan
hanyalah alat dalam matematika yang sesunguhnya, yang melibatkan pemecahan soal dan
pemahaman struktur dan pola dalam matematika.

3. Penyebab Phobia Matematika


Phobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman
pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan ke
dalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis sejak kecil dianggap sebagai salah satu
kemungkinan penyebab terjadinya phobia. Imajinasi yang berlebihan dapat juga
menyebabkan phobia. Dalam dunia pendidikan phobia matematika dapat disebabkan oleh
hal-hal sebagai berikut:
1. Takut dalam hitungan
2. Susah menghafal
3. Takut maju di depan kelas
4. Takut dalam Ujian Nasional
5. Takut orang tuanya dipanggil
Menurut Russel Deb (dalam blog Mathematic Education, Spiritual Of Islam, And
Knowledge : 2014) menyebutkan bahwa biasanya rasa takut ini berasal dari pengalaman
yang tidak menyenangkan dalam pelajaran matematika. Fobia matematika juga dapat
disebabkan oleh rendahnya kualitas pembelajaran matematika dan kurangnya latihan soalsoal matematika.

11

4. Solusi Phobia Matematika


Menurut J.B Watson (dalam blog Mathematic Education, Spiritual Of Islam,
And Knowledge : 2014) melalui observasi yang dilakukannya, ia mengatakan bahwa rasa
takut sesorang adalah hasil dari conditioning. Untuk membantu mengurangi rasa takut
anak adalah sangat bermanfaat, karena pada situasi tertentu rasa takut harus dihadapi dan
diatasi oleh setiap anak. Tingkatan mengatasi phobia matematika
1. Mencegah Phobia Matematika
a. Guru dan orang tua bersikap positif tentang matematika
b. Siswa mengetahui manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari
c. Siswa terlibat aktif dalam belajar matematika
d. Tes bukanlah tujuan akhir dari belajar matematika
e. Meringkas catatan - Siswa membuat jadwal belajar
2. Mengurangi Phobia Matematika
a. Guru membangkitkan motivasi siswa agar semakin aktif belajar dan mengingatkan
akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari,
seperti perhitungan, pengukuran, dan sebagainya.
b. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan diantaranya dengan
menghindarkan suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar,
menyisipkan humor-humor yang segar dan mendidik, tidak memberikan soal-soal
yang terlalu sukar.
c. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan diantaranyasuasana kelas dibuat
nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan memberi
semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau hiasanhiasan yang mereka minati. - Mengadakan refreshing untuk menghilangkan rasa
jenuh, bosan dan penat dalam belajar.
3.

Menghilangkan Phobia Matematika


Ada beberapa cara untuk menghilangkah phobia matematika, diantaranya:
a. Terapi berbicara.
Jenis terapi bicara yang bisa digunakan adalah:
1. Konseling
Konselor biasanya akan mendengarkan permasalahan seseorang, seperti
12

ketakutannya saat berhadapan dengan barang atau situasi yang membuatnya


fobia.
2.

Psikoterapi
Seorang psikoterapis akan menggunakan pendekatan secara mendalam untuk

menemukan penyebabnya dan memberi saran untuk menghilangkannya.


3. Terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioural Therapy/CBT)
yaitu suatu konseling yang akan menggali pikiran, perasaan dan perilaku
seseorang dalam rangka mengembangkan cara-cara praktif yang efektif untuk
melawan fobia.
b. Terapi pemaparan diri (Desensitisation).
Orang yang mengalami fobia sederhana bisa diobati dengan
menggunakan bentuk terapi perilaku yang dikenal dengan terapi pemaparan
diri. Terapi ini dilakukan secara bertahap selama periode waktu tertentu
dengan melibatkan objek atau situasi yang membuatnya takut. Secara
perlahan-lahan seseorang akan mulai merasa tidak cemas atau takut lagi
terhadap hal tersebut. Kadang-kadang dikombinasikan dengan pengobatan dan
terapi perilaku.
5. Langkah Mengatasi Phobia Matematika
Selanjutnya untuk mengatasi rasa takut terhadap matematika seseorang harus
membentuk enam sikap diri sebagai pembelajaran:
1. Sikap positif
2. Ajukan pertanyaan, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.
3. Belajar kelompok
4. Latihan rutin. Memahami konsep matematika membutuhkan latihan rutin.
5. Jangan takut membuat kesalahan, beberapa pembelajaran yang paling kuat berasal
dari membuat kesalahan.

C. Motivasi Rendah
1. Pengertian Motivasi
(Restika, 2014) mengatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang artinya
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Berawal dari kata motif itu
13

maka terbentuklah motivasi yang artinya adalah suatu perubahan energy yang ada pada
manusia sehingga akan bergantung dengan gejala kejiwaan perasaann dan juga emosi untuk
bertindak dan melakukan sesuatu.
Thomas L. Good dan jere M. Bropphy ( dalam blog Yhati Restika, 2014) menyatakan
motivasi sebagai suatu energy penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Motivasi
hendaknya dianggap sesuatu yang terkait dengan kebutuhan yaitu individu akan termotivasi
untuk meakukan tindakan tertentu apabila tindakan yang dilakukannya tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang
berupa energy penggerak, pengarah dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Macam-macam motivasi
Menurut
(Restika, 2014) Motivasi sebagai kekuatan mental siswa memiiki
tingkatan,ilmu ahi jiwa mempunyai pendapat

yang berbeda atas dasar penelitian yang

dilakukanya sehingga motivasi siswa dalam belajar dibedakan menjadi 2 macam yaitu
a. Motivasi Primer
Motivasi primer merupakan motivasi yang didasakan atas motif-motif dasar
yang umumnya berasal dari segi biologis, atau jasmani mereka. Sebagaimana
diketahui bahwa manusia adalah makluk berjasmani maka prilaku mereka
terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmani nya.
Menurut MC. Donald mengatakan bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran
mengenai tujuan, perasaan subjektif dan dorongan menapai kepuasan.adapun insting
yang penting adalah memeihara diri, mencari makan, melarikan diri, berkelompok,
mempertahankan diri, dan rasa ingin tahu yang kuat.
Insting bekerja seumur hidup dan diupayakan masuk pada alam bawah sadar,
karena merupkan saah atu kunci prilaku motivasi terlihat dari tingkah laku manuia
yang begitu komplek yang terkadang dikenali oleh motivai dari alam sadarnya dan
ada pula dari alam bawah sadarnya untuk mencapai tujuan yang didinginkannya.
b.

Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Agar dapat bekerja dengan
baik orang harus belajar. Sebagai makluk sosial prilaku manusia tidak hanya diperngaruhi
oleh faktor biologis tetapi faktor sosial juga faktor ini dipengruhi oleh tiga faktor penting
14

yaitu: afektif adalah aspek emosiona yang meliputi motif sosia, sikap dan emosi. Kognitif
adalah aspek intelektual yang terkait dengan pengetahuan. Komponen konatif adalah
terkait denggan kemauan dan kebiaan bertidak.
Motivasi sekunder memegang peran penting daam kehidupan manusia menurut maslow
menggolongkan nya yaitu
1.
Memperoleh rasa aman
2.
Memperoleh kasih sayang dari kebesamaan
3.
Memperoleh penghargaan
4.
Pemenuhan diri atau aktualisasi diri.
3. Faktor-factor yang mempengaruhi motivasi siswa
Menurut (Restika, 2014) factor-faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam

belajar diantaranya :
a.

Cita-cita atau aspirasi siswa


Motivasi belajar siswa tanpak pada keinginan anak sejak kecil dan keberhasian
untuk mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan belajar, Keinginan yang

b.

terpuaskan dapat memperbsar keamuan dan semanga belajar.


Kemampuan siswa
Seperti hal nya cita-cita, kemampuan siswa turut mempengaruhi motivasi belajar,

c.

karena dengan kemampuan yang dimiliki siswa ia dapat melaksanakan tugas belajarnya.
Kondisi siswa
Adapaun kondisis yang dimaksud adalah kondidi jasmani dan rohani yang
mepengaruhi motivasi belajar siswa, siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah akan

d.

mengganggu perhatian belajar.


Kondisi lingkungan siswa
Keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya, merupakan lingkungan siswa
yang turut mempengaruhi belajar siswa, oleh karna itu kondisi lingkungan sekolah yang
sehat, lingkungan masyrakat yang aman, tentram rukun dan nyaman,perlu ditingkatkan

e.

mutunya.
Unsur dinamis dalam pembelajaran
Seperti diketahui siswa mempunyai perasaan, perhatian,kemauan dan ingatan
pikran yng mengalami perubahan berkat pengalama hidup siswa yang masih berkembang
jiwa raganya lingkunga yang semangkin bertambha baik berkat dibangunya merupkan
kondisi dinamis yang baik bagi pembelajaran.
Sedangkan menurut (Satriyo, 2011) ada beberapa penyebab motivasi belajar siswa

menjadi rendah di antaranya:

15

a. Intrinsik (dari dalam)


1)
2)
3)
4)
5)
6)

Orang tua yang tidak memperhatikan sekolah anaknya.


Orang tua berpendidikan rendah
Masalah yang dihadapi orang tua misalnya PHK, bangkrut, perceraian dan lain-lain
Kondisi psikis anak yang butuh refreshing.
Sikap anak yang acuh terhadap pelajaran disekolah (menganggap remeh).
Anak yang terbiasa malas belajar.

b. Ekstrinsik (dari luar)


1) Lingkungan yang bising.
2) Pergaulan anak menyebabkan dia hanya bermain saja.
3) Banyak pekerjaan dirumah misalnya ada pengajian, tahlilan dll yang membuat
mereka idak bias mengerjakan PRnya.
4) Tertidur karena terlalu capek juga bisa membuat anak lupa mengerjakan PR.
Kedua factor tersebut mengakibatkan siswa malas untuk mempersiakan pelajaran
atau tidat belajar sama sekali.
4. Upaya mengatasi lemahnya motivasi siswa dalam belajar
Murid yang mengalami masalah belajar, seperti lemahnya motivasi siswa dalam
belajar perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut dan nantinya siswa
yang mengalami masalah belajar dapat berkembang secara optimal. Menurut Prayitno
(dalam blog Yhati Restika, 2014 )

upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

lemahnya motivasi siswa dalam belajar siswa yaitu:


a)
Pengajaran perbaikan
merupakan bentuk layanan yang diberikan kepda seseorang atau sekelompok siswa
yang menghadapai masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiaki kesalahyan
b)

dalam proses dan hasil belajar siswa


Kegiatan pengayaan
merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan seseorang atau beberapa siswa

c)

yang sangat cepat dalam belajar.


Peningkatan motivasi belajar
Disekolah sebagian siswa mungkin, telah meimiiki motif yang kuat untuk belajar
teapi sebagian lain mungkin belum, disisi lain mungkin juga ada siswa yang semula

motifnya amat kuat tetapi menjadi pudar.


d) Pengembangan sikap dan kebiasan beajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efeaktif
tetapi masih ada siswa yang mengamalkan sikap dan kebiasan belajar yang tidak
e)

diharapkan dan tidak efektif.


Layanan konseling individual

16

Konseling merupakan pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antra
konselor dan klien.

D. Mencontek
1. Pengertian Mencontek
Menurut Purwadarminta (dalam blog Wangsajaya's, 2012) menyontek atau menjiplak
atau ngepek adalah suatu kegiatan mencontoh/ meniru/ mengutip tulisan, pekerjaan orang lain
sebagaimana aslinya. Cheating (menyontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai suatu
tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan keuntungan yang
mengabaikan prinsip keadilan. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan
main yang ada.
Sedangkan menurut Bower (dalam blog Wangsajaya's, 2012) yang mendefinisikan
cheating is manifestation of using illigitimate means to achieve a legitimate end (achieve
academic success or avoid academic failure), maksudnya menyontek adalah perbuatan
yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk tujuan yang sah/terhormat yaitu
mendapatkan keberhasilan akademis atau menghindari kegagalan akademis. Pendapat Bower
ini juga senada dengan Deighton (dalam blog Wangsajaya's, 2012) yang menyatakan
Cheating is attempt an individuas makes to attain success by unfair methods. Maksudnya,
cheating adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan
cara-cara yang tidak jujur.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menyontek adalah yang
tidak jujur dan berupa perilaku tidak terpuji dengan melakukan kecurangan yang dilakukan
oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik
terutama yang berhubungan dengan evaluasi atau hasil ujian.

2. Dampak Mencontek
a) Dampak untuk individu
Dampak negatif bagi individu akan terjadi apabila praktek menyontek
dilakukan secara kontinyu sehingga menjurus menjadi bagian kepribadian seseorang.

17

b) Dampak untuk masyarakat


Dampak negatif bagi masyarakat akan terjadi apabila masyarakat telah
menjadi terlalu permisif terhadap praktek menyontek sehingga akan menjadi bagian
dari kebudayaan, dimana nilai-nilai moral akan terkaburkan dalam setiap aspek
kehidupan dan pranata sosial.
3. Faktor penyebab siswa mencontek
Menurut Nugroho (dalam blog Wangsajaya's, 2012), yang menjadi penyebab
munculnya tindakan menyontek bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya
berasal dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari
guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
1. Faktor dari dalam diri sendiri
a)

Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal. Biasanya


disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas dan kurangnya waktu
belajar.

b) Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.


c) Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk bertahan.
d) Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan. Hal ini
disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami atau tidak mengerti
dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari guru/dosen.
e)

Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat, yakni
merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga mempengaruhi
keseriusan belajar.

f) Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga pelajar selalu


mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi suatu
persoalan termasuk test/ujian.
g) Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
2. Faktor dari Guru
18

a) Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik sehingga


yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada akhirnya murid
menjadi malas belajar.
b) Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak ada
kesempatan untuk membuat soal-soal yang variatif. Akibatnya soal yang
diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau bahkan dari
tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
c) Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
d) Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan
mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan sejumlah uang.
3. Faktor dari Orang Tua
a) Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
b) Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan masing-masing
dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan kehendak
4. Faktor dari Sistem Pendidikan
a) Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang ada, akan
tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah, misalnya tetap terjadi one
way yakni dari guru untuk siswa.
b) Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang tindih dari satu
jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya menyebabkan pelajar/siswa
menganggap rendah dan mudah setiap materi. Sehingga yang terjadi bukan
semakin bisa melainkan pembodohan karena kebosanan.
4. Penanggulangan menyontek
Menurut (Wangsajaya, 2012) Berikut ini beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir kegiatan mencontek yang biasa dilakukan siswa.
1) Faktor pribadi dari penyontek
19

(a) Bangkitkan rasa percaya diri


(b) Arahkan self consept mereka ke arah yang lebih proporsional
(c) Biasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius
2) Faktor Lingkungan dan Kelompok
Ciptakan kesadaran disiplin dan kode etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan
moral.
3) Faktor Sistem Evaluasi
(a) Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan tetap)
(b) Terapkan cara pemberian skor yang benar-benar objektif
(c) Lakukan pengawasan yang ketat
(d) Bentuk soal disesuaikan dengan perkembangan kematangan peserta didik dan
dengan mempertimbangkan prinsip paedagogy serta prinsip andragogy.
4) Faktor Guru/ Dosen
(a) Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.
(b) Bersikap rasional dan tidak menyontek dalam memberikan tugas ujian/tes.
(c) Tunjukkan keteladanan dalam perilaku moral.
(d) Berikan umpan balik atas setiap penugasan.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Masalah belajar adalah kesulitan yang dialami seseorang untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan atau pun perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Ada beberapa bentuk
masalah belajar yang biasa ditemui seperti phobia, motivasi rendah, dan mencontek.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa phobia adalah ketakutan
atau kecemasan yang berlebihan yang dialami seseorang biasanya ditandai dengan
gemetar, jantung berdebar-debar, dan kadang disertai nafas yang tersengal-sengal.
20

Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang berupa energy penggerak,
pengarah dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun
apabila motivasi belajar rendah dapat menjadi masalah dalam belajar yang mengakibatkan
hasil nilai yang dicapai siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Menyontek adalah yang tidak jujur dan berupa perilaku tidak terpuji dengan
melakukan kecurangan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik terutama yang berhubungan dengan evaluasi atau
hasil ujian.

B.

Saran
Diharapkan untuk penulis selanjutnya lebih menambah konteks masalah-masalah belajar
yang biasa ditemukan serta solusi untuk penanggulangannya.

Daftar Pustaka
Burhan, M. (2014, januari senin). KIAT-KIAT MENGATASI PHOBIA DALAM BELAJAR
MATEMATIKA. Retrieved maret rabu, 2016, from Mathematic Education, Spiritual
Of
Islam,
And
Knowledge:
http://muhmasruri-burhanunnes.blogspot.co.id/2014/01/kiat-kiat-mengatasi-phobia-dalam.html
Handayani, P. Q. (2013, November kamis). Makalah Phobia. Retrieved Maret Rabu, 2016,
from Lirary Jhee: http://jhe-handayani.blogspot.co.id/2013/11/makalah-phobia.html
Restika, Y. (2014, Maret 13). "Lemahnya Motivasi Siswa Dalam Belajar". Retrieved from
Yhati restika: http://restikayhati.blogspot.co.id/2014/03/lemahnya-motivasi-siswadalam-belajar.html. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

21

Reynaldo, A. S. (2014, April 22). Motivasi Belajar Rendah. Retrieved from Catatan BK
Khusnadi
(Risa
Asmaul
Husna):
http://risaasmaulhusna.blogspot.com/2014/04/motivasi-belajar-rendah.html. Diakses
tanggal 10 Maret 2016.
Satriyo. (2011, Januari 02). MOTIVASI BELAJAR RENDAH DAN TIDAK SIAP BELAJAR DI
RUMAH . Retrieved from http://satriyo9.blogspot.co.id/2011/01/motivasi-belajarrendah-dan-tidak-siap.html. Diakses tanggal 10 Maret 2016.
Wangsajaya. (2012, Juni 21). Menyontek Penyebab dan Penanggulangannya. Retrieved from
Wangsajaya's Weblog: https://wangsajaya.wordpress.com/2012/06/21/menyontekpenyebab-dan-penanggulangannya/. Diakses tanggal 10 Maret 2016.

22

Anda mungkin juga menyukai