Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2022/2023

PENULIS: AKROMA HADI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan manusia untuk merubah dirinya dari ketidak
tahuan menjadi tahu, dari ke samaran menjadi jelas, dan tentunya dalam
proses pelaksanaan belajar tidak akan terlepas dari pengaruh – pengaruh yang
datang sebagai stimulus yang dapat merangsang cepat atau lambatnya bahkan
berhasil atau tidaknya sebuah proses belajar. Maka dalam makalah ini kami
menyajikan faktor – faktor yang mempengaruhi dalam belajar.
Menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar
adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai
akibat/hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman siswa mengalami
suatu proses belajar.1 Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya
“Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif,
afektif dan psikomotorik.2
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar. Tugas utama seorang Guru adalah
membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila Guru bertindak mengajar, maka

1 http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengertian- belajar.html. diakses 20 Mei 2014


2 Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta. hal. 13

1
diharapkan siswa untuk mampu belajar. Hal-hal seperti berikut, diantaranya
Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa yang belajar dengan giat, siswa
yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar dengan setengah hati, bahkan
adapula siswa yang sesungguhnya tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru
yang professional harus berusaha mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Ada beberapa aspek yang menentukan keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar, menurut Lukmanul Hakim “Tiga aspek yang mempengaruhi
keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar yaitu: kepribadian,
pandangan terhadap anak didik dan latar belakang guru”.3
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar
seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan,
maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan
perhatian ketika Guru mengajarkan topic tertentu adapula siswa yang giat
belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli.
Tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti
bahwa bila Guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu
belajar. Hal-hal seperti berikut, diantaranya Guru telah mengajar dengan baik,
ada siswa yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa
yang belajar dengan setengah hati, bahkan adapula siswa yang sesungguhnya
tidak belajar. Maka dari itu, sebagai Guru yang professional harus berusaha
mendorong siswa agar belajar dengan baik.
Terdapat bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar
seperti siswa yang enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan,
maupun situasi dan kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan
perhatian ketika Guru mengajarkan topik tertentu adapula siswa yang giat
belajar karena dia bercita-cita menjadi seorang ahli. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar dalam
faktor-faktor belajar merupakan hal yang sangat penting diketahui bagi
seorang Guru dan calon Guru.

B. Rumusan Makalah
3 Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima.hal. 91

2
Dari penjelasan di atas, maka dalam penyusunan makalah ini
permasalahannya dirumuskan pada faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi belajar?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi belajar
2. Agar para mahasiswa calon guru dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sehingga dapat diimplemetasikan pada kegiatan
mengajar nantinya.
3. Sebagai salah satu tugas dari mata kuliah psikologi pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi


antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam
rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal
ini meliputi factor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek
yaitu aspek pisiologis dan aspek psikologis. Aspek pisiologis merupakan
kondisi umum jasmnai dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendinya, dapat mempengaruhi semangat
dan intesitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Sedangkan aspek psikologis
merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa, faktor yang lebih esensial diantaranya tingkat kecerdasan,
sikap, bakat, minat dan motivasi.4
1. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.

4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2000 h. 132-133.

4
a. Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat
dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
b. Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan
baik pula.
2. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi,
minat, sikap dan bakat.
a. Kecerdasan/intelegensi siswa
Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini berarti, semakin tinggi kemampuan
intelijensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses,
sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelijensi siswa maka
semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari
bahwa keluarbiasaan intelijensi siswa , baik yang positif seperti
superior maupun yang negatif seperti borderline, lajimnya
menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Disatu sisi
siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang
memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau
mudah baginya. Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan
kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain,
siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran
karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan

5
akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang
luar biasa positif.5
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-
Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:
1) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang
antara IQ 140–169
2) Kelompok kecerdasan superior merentang antara IQ 120 – 139
3) Kelompok rata-rata tinggi (high average) merentang antara IQ 110
– 119
4) Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90 – 109
5) Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80 –
89
6) Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada
IQ 70 – 79
7) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada
pada IQ 20 - 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara
lain debil, imbisil, dan idiot.
b. Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme,
baik manusia ataupun hewan, yang mendorongnya untuk berbuat
sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok saja
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi terbagi dua
macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perasaan
menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut
termasuk motivasi instrinsik. Termasuk motivasi ekstrinsi adalah
pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang
tua dan guru.
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat
dalal diri seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas

5 Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada. Hal 147-148

6
tertentu guna mencapai suat tujuan (kebutuhan). 6 Sedangkan motivasi
dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk
mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.7
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca karena
membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah
mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik
memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih
lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992) yang
termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju
3)  Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat
dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara,
guru, dan teman-teman.
4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang
berguna baginya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri
individu tetapi memberikan pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.
Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain
sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan
mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
c. Ingatan

6 Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. Halalaman 101


7 Nashar,2004. iPeranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta.
Delia press. Hall 42

7
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan
berfungsinya ingatan, yakni : (1) Menerima kesan, (II) Menyimpan
kesan, dan (III) Memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi
inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk
menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima
kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan
inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan
pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga
kesannya akan lebih dalam pada siwa.
d. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Jadi berbeda
dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu
diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan rasa
senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.8
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas
belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh
karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara
yang bisa digunakan. Antara lain:

8 Slameto, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta. PT  Rineka Cipta.
Halalaman 57

8
1) Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin
dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar.
2) Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah
baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
e. Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency)
dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif,
terutama kepada guru dan mata pelajaran tertentu merupakan pertanda
awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap
negataf siswa terhadap guru dan mata pelajaran tertentu, apalagi jika
diiringi kebencian kepada guru atau kepada mata pelajaran tertentu,
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang
mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif .9
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian
tentang sesuatu yang membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya
penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya sikap menerima,
menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar.
Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut.

9 Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada. Hal 151

9
f. Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat
tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global
bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very
superior) disebut talented child, yaitu anak berbakat.
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar
adalah bakat. Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang
bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan
tertentu.10
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap
orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang
telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi
yang berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa
yang lain selain bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi
oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang
dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan
mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk
memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
g. Konsentrasi Belajar

10 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosdakarya, 1999, h. 21-
23.

10
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi
bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat
perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam
strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar serta
selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker,
kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia
menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
h. Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri
bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri
dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses
belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian
“perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya.
Semakin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar
pula memperoleh pengakuan dari umum dan selanjutnya rasa percaya
diri semakin kuat. Dan hal yang sebaliknya pun dapat terjadi.
Kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya
diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan
menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut terjalin secara
komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya
mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan
bermacam-macam penguat dan memberikan pengakuan dan
kepercayaan bagi siswa.11

i. Kebiasaan Belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar
yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
1) Belajar pada akhir semester

11 H. Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, h. 15.

11
2) Belajar tidak teratur
3) Menyia - nyiakan kesempatan belajar
4) Bersekolah hanya untuk bergengsi
5) Dating terlambat bergaya seperti pemimpin
6) Bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain,
7) Bergaya minta “belas kasihan” tanpa belajar.
Kebiasaa-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah
yang ada di kota besar, kota kecil, pedesaan dan sekolah-sekolah lain.
Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar tersebut disebabkan oleh
ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri sendiri. Hal seperti
ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri.
j. Cita-cita Siswa
      Pada umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam
hidup. Cita-cita itu merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya
“gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada.
Akibatnya, siswa hanya berprilaku ikut-ikutan. Cita-cita sebagai
motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –cita
harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan
pemilikan dan pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita
merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman
pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah sebaiknya berpangkal dari
kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang
semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan
kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani bereksplorasi
sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

B. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-
faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua

12
golongan, yaitu factor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
Faktor eksternal dalam prstasi belajar siswa terbagi menjadi dua macam,
yaitu : lingkungan sosial (teman-teman sepermainan siswa, masyarakat dan
tetangga) dan lingkungan nonsosial (gedung sekolah, rumah tempat tinggal,
alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu belajar yang digunakan). Kedua faktor
tersebut yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.12
1. Lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan
orang lain disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan
sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua,
peraktk pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegitan belajar dan hasil
yang dicapai oleh siswa.
Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa adalah
guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga,
teman-teman sepermainan, orang tua, dan keluarga. Para guru yang selalu
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri
teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar menjadi
pendorong siswa. Begitu juga kondisi masyarakat di lingkungan yang
bersih dan rapi, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketenangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya
dapat menjadi pendorong dalam kegiatan belajar siswa.

a. Lingkungan sosial sekolah


seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih
baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan

12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 137-138

13
seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa
untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilkinya.
c. Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2. Lingkungan non sosial
 Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a. Lingkungan alamiah adalah lingkungan tempat tinggal anak didik,
hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan
kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak didik. Anak
didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari
kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika
pagi hari, selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di
lingkungan kelas. Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil
belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak
akan maksimal.13
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan
dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat

13 Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Hal 101

14
belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan
sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga
dengan metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
3. Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk
menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional
yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
mencapai tujuan belajar tertentu.14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar terdiri atas faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-

14 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet.
Ke-8, hal. 140

15
faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan
faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang meliputi lingkungan social diantaranya
faktor sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor eksternal
lingkungan non-sosial diantaranya lingkungan alamiah, instrumental, dan
mata pelajaran.
B. Saran
Kita sebagai calon guru professional harus mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi proses belajar anak. Hal tersebut dimaksudkan
agar kita bias memahami masalah belajar yang dimiliki anak, dan bias
memberikan solusi pemecahannya.
Selain itu dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar anak guru akan dapat memilih metode atau pendekatan yang dalam
pelaksanaan pembelajaraan.

DAFTAR PUSTAKA

Djali, 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara

Drs. Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta.

Lukmanul Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana


Prima

16
Muhibbin syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada

Nana Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja


Rosdakarya.

Nashar, 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan


Pembelajaran.Jakarta. Delia Press

Slameto, 2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.  Jakarta.


Rineka Cipta

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


1998), Cet. Ke-8

17

Anda mungkin juga menyukai