Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi belajar sangatlah penting utamanya di dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian
peserta didik dalam menempuh mata pelajaran yang telah disajikan. Sehingga untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai, apakah
aktivitas yang dilakukan telah berhasil mencapai sasaran, apakah prosedur kerja yang
dilakukan sudah tepat, apakah sumber daya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara
optimal untuk mencapai tujuan, dan apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah
berfungsi dengan baik, digunakan suatu evaluasi untuk semua hal tersebut. Peran evaluasi
merupakan hal yang sangat penting dan keberadaannya tidak dapat tergantikan. Dengan
adanya evaluasi seorang pengajar akan mampu melihat perkembangan dari setiap peserta
didiknya dan dapat melakukan tindakan lebih lanjut manakala peserta didiknya
mengalami kemunduran dalam pencapaian hasil belajar atau peserta didik belum mampu
mencapai prestasi yang optimal.

Prestasi belajar menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk kualitas
seseorang dalam memahami ilmu pengetahuan. Prestasi belajar juga dapat menjadi ciri
keseriusan yang ditunjukan oleh peserta didik dan sebagai kriteria penilaian institusi
pendidikan. Maka prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran, ketika kita mengerti
dan paham dalam proses pembelajaran, maka kita dapat mencari prestasi-prestasi
nantinya. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak
dalam pendidikannya. Prestasi belajar tidak jauh dari kegiatan belajar. Bagi seorang anak
belajar merupakan suatu kewajiban, sehingga berhasil atau tidaknya seorang anak dalam
pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh anak tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang di ambil
adalah sebagai berikut :

1. Apa yang Hakikat Prestasi Belajar?


2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar?

3. Apa Hakikat dari Evaluasi Belajar?

4. Apa saja tujuan dan macam-macam Evaluasi Belajar?

5. Apa saja kelebihan dan kelemahan tes subjektif?

6. Bagaimana isi dari kitab Ta’lim Muta’allim pasal 13?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengertian Prestasi Belajar

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

3. Untuk mengetahui pengertian Evaluasi Belajar

4. Untuk mengetahui tujuan dan macam – macam Evaluasi Belajar

5. Untuk mengetahui kelebihan & kelemahan tes subjektif dan tes objektif

6. Untuk mengetahui isi dari Talim Muta’alim pasal 13


BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam
proses internal adalah yang meliputi unsur afektif, dalam matra afektif berkaitan
dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. (Dimyati
dan Mudjiono, 2002). Beberapa prinsip dalam belajar yaitu: Pertama, belajar berarti
mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan dan alami. Kedua, kontruksi makna adalah proses yang terus menerus.
Ketiga, belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah
hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri. Keempat, hasil belajar
dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
Kelima, hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, siswa
belajar, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang
sedang dipelajari. (Sardiman, 2011).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. (Slameto, 2010).
Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan suatu perubahan
tingkah laku yang baru sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Kata kunci dari
pengertian belajar adalah “perubahan” dalam diri individu yang belajar. Perubahan
yang dikehendaki oleh pengertian belajar. Karena belajar merupakan suatu proses
usaha, maka di dalamnya terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk sampai
kepada hasil belajar itu sendiri yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Prestasi belajar merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata prestasi dan
belajar. Prestasi belajar ini merupakan salah satu alat ukur tingkat keberhasilan
seorang siswa di dalam kegiatan proses belajar mengajar yang diikutinya di sekolah.
Dengan demikian, seorang siswa mendapat prestasi belajar minimal dalam batas
rangking tertentu, sering dikatakan siswa tersebut berhasil. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata prestasi diartikan sebagai, “hasil yang telah dicapai”, prestasi
sebagai hasil suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual
maupun kelompok. (Kamisa, 1997).

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


(Slameto, 2008) menyatakan bahwa secara singkat, terdapat dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kematangan fisik


dan mental, kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan, minat dan motivasi serta
faktor karakteristik pribadi. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor Intern

a. Kematangan fisik dan mental

Pendidikan akan diterima dengan baik jika muatan pendidikan yang


diberikan tersebut sesuai dengan tingkat kematangan fisik dan mental
seseorang. Jika suatu pendidikan diberikan secara paksa dengan tidak
memperhatikan faktor kematangan fisik dan psikis, maka pendidikan tersebut
dipastikan tidak akan memperoleh keberhasilan, bahkan mungkin akan
memberikan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kematangan psikis ini juga termasuk kondisi kejiwaan ketika itu, misalnya
gelisah, cemas, depresi, stres dan sebagainya. Seorang siswa yang sedang
mengalami gangguan kondisi kejiwaan cenderung akan terganggu proses
belajarnya dan secara langsung akan berpengaruh negatif pada prestasi belajar
yang diperoleh.

b. Kecerdasan atau intelegensi

Kecerdasan atau intelegensi adalah kapasitas umum dari seseorang


individu yang dapat dilihat pada kesanggupan pikirannya dalam mengatasi
tuntutan kebutuhan yang baru, atau keadaan rohaniah secara umum yang dapat
disesuaikan dengan problem-problem dan kondisi-kondisi yang baru di dalam
kehidupan (Ngalim Purwanto,1990). Setiap manusia mempunyai tingkat
intelegensi yang berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi
yang tinggi, tentunya akan lebih mudah memahami suatu materi pelajaran
dibanding dengan seseorang yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

c. Pengetahuan dan keterampilan

Menurut (Ngalim Purwanto, 1990), pengetahuan yang dimiliki


seseorang akan sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya sehari-hari,
tingkat kecakapan dan keterampilan yang dimiliki seseorang juga akan
mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh dari sesuatu yang telah
dikerjakannya. Berkaitan dengan hal ini, maka tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh seorang siswa akan sangat mempengaruhi
tingkat prestasi belajar siswa tersebut.

d. Minat dan motivasi

Motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga yang


memberikan dorongan kepada kegiatan murid (Indra Kusuma, 1973). Minat
adalah ketertarikan pada sesuatu yang mampu melahirkan dan mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu guna mendapatkannya. Minat dan
motivasi merupakan dua hal yang sangat penting dalam perolehan prestasi
belajar, karena dua hal ini merupakan sumber kekuatan yang akan mendorong
siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna meningkatkan prestasi
belajarnya.

e. Karakteristik pribadi

Manusia merupakan makhluk yang memiliki perbedaan karakteristik


satu sama lain. Terdapat manusia yang mempunyai karakteristik yang baik,
misalnya bersifat rajin, suka bekerja keras, ulet, disiplin dan sebagainya, di sisi
lain, terdapat juga manusia yang memliki karakteristik yang tidak baik,
misalnya bersifat malas, lebih suka mengharapkan bantuan orang lain, tidak
disiplin, pemarah dan sebagainya. Berkaitan dengan prestasi belajar, maka
seorang siswa dengan karakteristik yang rajin, disiplin, ulet dan suka bekerja
keras, mereka cenderung akan mempunyai prestasi belajar yang bagus.
Sebaliknya jika seorang siswa mempunyai karakteristik yang malas, lebih suka
mengharapkan bantuan orang lain dan tidak disiplin, maka prestasi belajar
mereka tentunya akan rendah.

2. Faktor Ekstern

Beberapa hal yang termasuk faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi


belajar yaitu keluarga, guru, sarana dan prasarana pendidikan serta lingkungan sekitar.
Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Keluarga

Keluarga merupakan unit kelompok sosial yang relatif kecil, bersifat


permanen dan merupakan penyusun utama terbentuknya masyarakat luas.
Keluarga merupakan akar pembentukkan pribadi seseorang, karena
pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia di awali dari lingkungan
keluarga. Jika dalam sebuah keluarga mempunyai hubungan yang harmonis,
maka akan terbentuk anggota keluarga yang mempunyai karakteristik pribadi
yang baik. Namun jika sebuah keluarga berjalan secara tidak harmonis, maka
karakteristik pribadi anggotanya tidak akan terbentuk secara baik. Sering
dijumpai, anak didik yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken
home) mempunyai prestasi belajar yang jelek. Sebaliknya sering dijumpai pula
anak didik yang berasal dari keluarga yang harmonis, yang dicirikan dengan
adanya ketauladanan dari orang tua, aplikasi kehidupan beragama yang bagus
dan sebagainya, mereka cenderung mempunyai prestasi belajar yang baik.

Selain faktor keharmonisan tersebut, faktor ekonomi keluarga juga


sering mempunyai keterkaitan dengan perolehan prestasi belajar. Sering kita
jumpai siswa yang berasal dari keluarga mampu yang mempunyai prestasi
belajar yang bagus, hal ini karena sarana dan prasarana pendidikan bisa
disediakan orang tuanya secara memadai. Sebaliknya sering kita jumpai juga
siswa yang berasal dari keluarga yang tidak mampu yang mempunyai prestasi
belajar yang jelek, karena kurangnya sarana dan prasarana belajar yang
disediakan oleh orang tuanya, bahkan tidak sedikit siswa tersebut yang harus
membantu orang tuanya mencari penghasilan ekonomi sehingga waktu belajar
mereka terkurangi.

b. Guru
Guru merupakan salah satu komponen utama dalam proses belajar
mengajar. Guru bertindak sebagai subyek pembelajaran, yang bertugas
menjelaskan dan mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
Mengingat tugas ini, maka apapun yang berkaitan dengan guru bisa
mempengaruhi tingkat prestasi dan tumbuh kembang anak. Terdapat dua hal
utama terkait dengan faktor guru yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi
belajar siswa, yaitu :

1) Metode pembelajaran yang diterapkan

Metode pembelajaran yang diterapkan seorang guru dalam


menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik merupakan hal yang
sangat harus diperhatikan karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perolehan tingkat prestasi belajar siswa. Jika metode pembelajarannya kurang
sesuai, maka tingkat prestasi belajar siswa juga cenderung kurang baik, dan
sebaliknya jika metode pembelajarannya sesuai, maka tingkat prestasi belajar
siswa juga akan menjadi baik.

2) Aspek ketauladanan

Para pendidik terdahulu menyebutkan bahwa guru itu kependekan kata


dari “digugu dan ditiru”. Artinya guru merupakan seseorang yang
berkedudukan sebagai figur utama bagi para siswa yang akan senantiasa
diperhatikan dan ditiru seluruh aspek yang berkaitan dengannya. Mengingat
hal ini maka dalam kesehariannya seorang guru hendaknya bisa menjadi suri
tauladan bagi yang lain sehingga harus benar-benar menjaga sikapnya secara
totalitas baik ketika di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah
atau di rumah. Perangai apapun yang dilakukan guru mungkin akan dicontoh
dan perhatikan para siswa, hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
tingkat prestasi belajar siswa.

c. Sarana dan prasarana pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen penting yang


dibutuhkan bagi keberlangsungan proses balajar mengajar. Contoh sarana dan
prasarana pendidikan adalah ruang kelas, papan tulis, kursi dan meja siswa
serta guru, perpustakaan, peralatan administrasi kantor dan sebagainya. Proses
belajar mengajar tentu tidak akan berjalan atau setidaknya akan mengalami
gangguan dan hambatan jika sarana dan prasarana itu tidak terpenuhi.
Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan ini, terdapat dua hal yang

harus diperhatikan, yaitu :

1) Aspek kualitas

Sarana dan prasarana pendidikan harus diadakan atau dibuat dengan


mutu atau kulaitas yang bagus, sehingga lebih menunjang pencapaian prestasi
belajar siswa. Sarana dan prasarana pendidikan yang tidak berkualitas sering
kali menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, bahkan seringkali
menjadi sumber bencana bagi peserta didik, seperti kejadian sarana kelas yang
roboh dan menimpa peserta didik dan guru yang sedang berada didalamnya.
Hal ini terjadi karena sarana kelas ini dibuat dengan kualitas yang rendah.

2) Aspek kuantitas

Selain mutu atau kualitas, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan


juga harus memperhatikan aspek kuantitas yaitu pemenuhan jumlah dan
keberagaman yang sesuai dengan kebutuhan. Terhadap aspek kuantitas, setiap
sekolah mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan
situasi sekolah yang bersangkutan. Jika suatu sekolah mempunyai jumlah
siswa yang banyak, maka kebutuhan sarana dan prasarananya tentu akan lebih
banyak dan beragam dibanding dengan sekolah lain yang jumlah siswanya
lebih sedikit. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dengan jumlah
yang sesuai akan berakibat positif pada perolehan prestasi belajar siswa.
Masalah yang sering dihadapi terhadap faktor sarana dan prasarana pendidikan
adalah masalah kurangnya ketersediaan pendanaan yang cukup atau memadai,
sehingga aspek kualitas dan kuantitas sering diabaikan. Demi memenuhi aspek
kuantitas, terkadang harus mengorbankan aspek kualitas, dan sebaliknya aspek
kuantitas juga sering diabaikan karena harus memenuhi aspek kualitas.

3) Lingkungan sekitar

Disadari ataupun tidak, lingkungan sekitar merupakan faktor yang juga


ikut berpengaruh terhadap tingkat perolehan prestasi belajar siswa, karena
lingkungan sekitar merupakan faktor yang ikut membentuk karakter dan
pribadi siswa. Jika seorang siswa tinggal di lingkungan yang buruk dengan
masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kesopanan atau etika,
keagamaan, dan tidak berpendidikan, maka siswa tersebut juga akan terdorong
memiliki sifat yang sama, dan tentunya hal ini akan berpengaruh negatif pada
tingkat prestasi belajarnya. Sebaliknya jika seorang siswa hidup di lingkungan
yang baik dengan masyarakat yang agamis, sopan santun dan berpendidikan,
maka siswa tersebut cenderung akan terdorong memiliki sifat yang sama dan
hal ini akan berpengaruh positif pada tingkat prestasi belajarnya.

(Sumadi Suryabrata, 1990) menyatakan bahwa belajar sebagai proses


atau aktivitas dipengaruhi oleh banyak sekali hal dan faktor. Faktor-faktor
tersebut meliputi :

a) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang terbagi lagi menjadi
faktor nonsosial dan faktor sosial.

Faktor nonsosial contohnya kebisingan dan keramaian, keadaan udara,


suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, ataupun malam), tempat (letaknya,
gedungnya), alat-alat yang dipakai untuk belajar atau sarana pendidikan, dan
sebagainya. Mengingat faktor nonsosial ini, maka sarana pendidikan
diusahakan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu
kesehatan sekolah. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi prestasi
belajar contohnya kehadiran orang lain ketika sedang berlangsung ujian,
percakapan anak lain di samping kelas, dan sebagainya. Faktor sosial ini
umumnya mengganggu proses belajar karena menurunkan daya konsentrasi.

b) Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, digolongkan menjadi


faktor fisiologis dan psikologis.

Faktor fisiologis meliputi kecukupan nutrisi atau makanan, kondisi


kesehatan tubuh, dan fungsi panca indera. Sedangkan faktor psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar meliputi perhatian / konsentrasi, pengamatan,
tanggapan, ingatan, perasaan dan motivasi.
C. Hakikat Evaluasi Belajar
Secara etimologi "evaluasi" berasal dan bahasa Inggris yaitu evaluation dari
akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut
alqiamah atau al-taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara
harpiah, evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdir
altarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Secara terminologi,
beberapa ahli memberikan pendapat tentang pengertian evaluasi diantaranya: Edwind
dalam Ramayulis mengatakan bahwa evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan
atau proses dalam menentukan nilai sesuatu (Ramayulis, 2002). M. Chabib Thoha,
mendefinisikan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk rnengetahui
keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan (Thoha, 1990).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian (KBBI,


1996:272). Nurgiyantoro (1988:5) menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk
mengukur kadar pencapaian tujuan. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang
bersinonim dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes
meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan
dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif dan
kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya
merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini
merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan.

Pada hakikatnya evaluasi pembelajaran adalah proses pengukuran dan


penilaian terhadap suatu pembelajaran dimana seorang pendidik mengukur atau
menilai peserta didik dengan menggunakan alat tes. Pengukuran alat tes ini bersifat
kuantitatif dengan menggunakan perhitungan angka dalam mengukur hasil belajar
peserta didik. (Magdalena, 2020).

D. Tujuan Evaluasi Belajar


Tujuan utama melakukan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai pencapaian tujuan instruksional oleh
siswa, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya yang merupakan fungsi dari
evaluasi. Selain itu juga ada beberapa tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut :

1. Menilai ketercapaian tujuan

Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi dan cara belajar siswa. Cara
evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan akan
menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.

2. Mengukur macam-macam aspek pelajaran yang bervariasi

Belajar dikategorikan sebagai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Batasan tersebut


umumnya dikaitak sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar
sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi sama
maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru
dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru
memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini
menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan
merencanakan evaluasi secara berkaitan.

3. Memotivasi belajar siswa

Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai
bermacam-macam teknik memotivasi, tetapi masih sedikit di antara guru-guru yang
mengetahui teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian
menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang betul, tetapi
untuk jangka panjang masih diragukan, Hasil evaluasi menstimulasi tindakan siswa.
Rating hasil evaluasi yang baik dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk
meningkatkan atau mempertahankannya yang akhirnya memotivasi belajar siswa
secara kontinu.

4. Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum


Keterkaitan evaluasi dengan instruksional adalah sangat erat. Hal ini karena evaluasi
merupakan bagian dari instruksional. Di samping itu, antara instruksional dengan
kurikulum saling berkaitan. Beberapa guru seringkali mengubah prosedur evaluasi
dan metode mengajar yang menurut mereka penting dan cocok, perubahan itu akan
tepat jika memang didasarkan pada hasil evaluasi secara luas. (Hamalik, 2008)

5. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian

Yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar
yang dicapainya hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa
semata-mata, tetapi juga bias disebabkan oleh kesalahan strategi dalam melaksanakan
program pengajaran. Misalnya kekurangtepatan dalam memilih metode dan alat bantu
mengajar. (Suarga, 2019)

E. Macam-Macam Evaluasi Belajar


1. Evaluasi berdasarkan tujuan

1) Evaluasi diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah


kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

2) Evaluasi selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang
paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

3) Evaluasi penempatan

Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan


siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik
siswa.

4) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar.

5) Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan belajar siswa.

2. Evaluasi berdasarkan sasaran

1) Evaluasi konteks

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai


rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang
muncul dalam perencanaan.

2) Evaluasi input

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

3) Evaluasi proses

Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai


kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor
hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

4) Evaluasi hasil atau produk

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai
dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.

5) Evaluasi outcome atau kelulusan

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

3. Evaluasi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran


1) Evaluasi program pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program


pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran
yang lain.

2) Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses pembelajaran dengan garis-


garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.

3) Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan


pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam
aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

4. Evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi

1) Berdasarkan objek

1. Evaluasi input

Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap,


keyakinan.

2. Evaluasi transformasi

Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran antara


lain materi, media, metode dan lain-lain.

3. Evaluasi output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil


pembelajaran.

2) Berdasarkan subjek
1. Evaluasi internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,


misalnya guru.

2. Evaluasi eksternal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,


misalnya orang tua, masyarakat. (Prayitno, 2013)

F. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif dan Subyektif


1. Tes Subyektif

Tes subjektif pada umumnya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat
pembahasan atau uraian kata-kata (Zaenul dan Nasution: 2001).

Menurut Sukardi (2008) tes subyektif adalah salah satu bentuk tes tertulis,
yang susunanya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang
merefleksikan kemampuan berfikir siswa.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes subyektif adalah


salah satu bentuk tes tertulis, yang mengutamakan kemampuan berfikir peserta didik
dalam merangkai jawaban.

1. Kelebihan

1) Mudah disiapkan dan disusun

2) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-


untungan.

3) Mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat serta


menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus

4) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan


pendapat dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
2. Kelemahan

1) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi


mana dari pengatahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai

2) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif

3) Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan


individual lebih banyak dari penilaian.

4) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak bisa diwakilkan kepada orang
lain. (Labudasari, 2018)

2. Tes Objektif

Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir
soal yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara
beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item
atau dengan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol tertentu yang telah
disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. (Sudjiono, 1995)

Menurut Suke Silverius (1991) yang dimaksud dengan tes objektif atau tes
pilihan adalah tes yang jawaban dan pertanyaannya dipilih dari kemungkinan-
kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa tes objektif adalah salah satu
jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab oleh
testee dengan jalan memilih salah satu jawaban (atau lebih) diantara beberapa
kemungkinan jawaban yang dipasangkan pada masing-masing item atau dengan cara
mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada
tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang
bersangkutan . Tes objektif akan memberikan hasil yang sama bila dinilai oleh tester (
skorer) yang berbeda.

1. Kelebihan

1) Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir rendah


sampai dengan sedang (ingatan, pemahaman, dan penerapan).
2) Dengan menggunakan tes objektif, maka semua atau sebagian besar
materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian.

3) Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap


siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena
jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Kita
juga dapat menggunakan fasilitas komputer untuk memproses hasil
ujian sehingga kecepatan, ketepatan dan kekonsistenannya dapat lebih
terjamin.

4) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan


menggunakan tes objektif khususnya pilihan ganda maka kita dapat
mengendalikan tingkat kesukaran butir soal hanya dengan mengubah
homogenitas alternatif jawaban.

5) Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan


untuk dilakukan analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka
akan dapat diperoleh informasi tentang karakteristik setiap butir soal
seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta
reliabilitasnya.

6) Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih banyak. Jika tes
objektif di konstruksi dengan baik maka kita akan memperoleh
informasi yang banyak dari respon yang diberikan oleh siswa. Setiap
respon siswa terhadap setiap alternatif jawaban akan memberikan
informasi kepada kita tentang penguasaan kognitif siswa terhadap
materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui
kemampuan dan kelemahan siswa.

2. Kelemahan

1) Kebanyakan tes objektif hanya bisa mengukur proses berpikir rendah.


Walaupun tujuan pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih
tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman. Hal ini semata-mata
bukan karena tes objektif tidak dapat digunakan untuk mengukur
proses berpikir yang lebih tinggi dari sekedar ingatan atau pemahaman
Tetapi lebih disebabkan oleh penulis soal yang belum dapat menulis
tes objektif yang mengukur proses berpikir tinggi.

2) Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada


membuat pertanyaan tes uraian. Kesulitan dalam membuat tes objektif
biasanya muncul di saat menulis soal harus membuat alternatif
jawaban yang memenuhi syarat sebagai tes objektif yang baik,
misalnya semua alternatif jawaban harus homogen dan pengecoh
menarik untuk dipilih. Oleh karena itu membuat tes obyektif yang baik
memerlukan waktu yang lama.

3) Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam


membaca dan menerka. Jika tes objektif dibuat dengan kurang baik
Misalnya susunan bahasanya kurang mudah dimengerti oleh anak,
maka maksud butir soal tersebut akan sulit dipahami oleh siswa. Jika
hal ini terjadi maka kesalahan siswa dalam menjawab butir soal dapat
terjadi bukan karena siswa tidak memahami materi yang ditanyakan
tetapi karena siswa mengalami kesukaran dalam memahami kalimat
dalam butir soal. Disamping itu kemampuan siswa juga dapat
dipengaruhi karena adanya unsur tebakan. Hal ini akan terjadi apabila
siswa merasa ragu atau kehabisan waktu untuk mengerjakan soal.

4) Siswa tidak dapat mengorganisasikan idenya sendiri karena semua


alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh
penulis soal. (Arikunto, 2018)

G. Talim Muta’alim Pasal 13


Dalam pasal 13 ini menjelaskan hal-hal yang mendatangkan rezeki dan yang
menghalanginya, dan yang menambah umur dan yang menguranginya.

َ‫ب ْال ِع ْل ِم َوفِى ُك ِّل ٰذلِك‬


ِ َ‫ْر فَ ِة َما يَ ِز ْي ُد فِ ْي ِه َو َما يَ ِز ْي ُد فِى ال ُع ْم ِر َوالصِّ َّح ِة لِيَتَفَّ َر َغ لِطَل‬ ِ ْ‫ب ْال ِع ْل ِم ِمنَ ْالقُو‬
ِ ‫ت َو َمع‬ ِ ِ‫ثُ َّم اَل بُ َّد لِطَا ل‬
‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ِ‫ضهَا هُنَا ع َٰلى َسبِ ْي ِل ْا ِال جْ ت‬ ُ ‫صنَّفُوْ ا ُكتُبًا فَاَوْ َر ْد‬
َ ‫ت بَ ْع‬ َ

Setiap manusia membutuhkan makanan, maka para santri harus mengetahui


hal-hal yang dapat mendatangkan rezeki. Juga harus mengetahui apa yang dapat
menambah dan mengurangi umur serta hal-hal yang menyehatkan badan agar leluasa
dalam menuntut ilmu.

Para ulama telah menyusun beberapa kitab yang berkaitan dengan masalah-masalah
tersebut. Oleh karena itu kami akan membahas secara ringkas.

1. Hal-hal yang mendatangkan rezeki dan hal yang menghambat rezeki

‫ب‬ َ ‫ فَِإ َّن ال َّر ُج َل لَيُحْ َر ُم ال ِّر ْز‬،َّ‫ اَل يَ ُر ُّد ْالقَ ْد َر ِإاَّل ال ُّدعَا ُء َواَل يَ ِزي ُد فِي ْال ُع ْم ِر ِإاَّل ْالبِر‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ‫ق بِال َّذ ْن‬ َ ِ ‫ال َرسُوْ ُل هَّللا‬ َ َ‫ق‬
ٌ‫يث خَ اص‬ ُ ‫ث ْالفَ ْق َر َوقَ ْد َو َر َد فِي ِه َح ِد‬ ُ ‫ق ُخصُوصًا ْال َك ِذبُ يُوْ ِر‬ ِ ‫ب َسبَبُ ِحرْ َما ِن الر ِّْز‬ َ ‫ث َأ َّن ارْ تِ َك‬
ِ ‫اب ال َّذ ْن‬ ِ ‫ ثُبَتَ بِهَ َذا ْال َح ِدي‬،ُ‫صيبُه‬ ِ ُ‫ي‬
:ُ‫ث ْالفَ ْق َر َوفَ ْق َر ْال ِع ْل ِم َأ ْيضًا َوقَا َل ْالقَاِئل‬ ِ ُ‫ق َو َك ْف َرةُ النَّوْ ِم ت‬
ُ ‫ور‬ َ ‫َو َك َذا نَوْ ُم الصُّ ب َْح ِة يَ ْمنَ ُع ال ِّر ْز‬

ِ ْ‫اس • َو َج ْم ُع ْال ِع ْل ِم فِي تَر‬


ِ ‫ك النَّ َع‬
‫اس‬ ِ َ‫ْس اللَّب‬
ِ ‫اس فِي لُب‬
ِ َّ‫ُسرُو ُر الن‬

:‫َوقَا َل‬

‫ان َأ ْن لَيَالِيَا • تَ ُمرُّ بِال نَ ْف ٍع َوتُحْ َسبُ ِمنَ ْال ُع ْم ِر‬


ِ ‫ْس ِمنَ ْال ُع ْس َر‬
َ ‫َألَي‬

Rasulullah bersabda, "Tidak dapat menolak takdir kecuali berdoa. Dan tidak
dapat menambah usia kecuali berbuat baik. Maka sesungguhnya orang laki-laki bisa
terhalang rezekinya karena dosa yang dikerjakannya". Hadis ini menunjukkan bahwa
melakukan dosa itu dapat menyebabkan terhambatnya rezeki khususnya dosa akibat
berdusta. Karena dusta itu dapat menyebabkan kefakiran
Tidur pagi dapat menyebabkan miskin harta juga miskin ilmu Ada orang yang
berkata, "Bahayanya orang itu jika mengenakan pakaian. Adapun cara mengumpulkan
ilmu adalah meninggalkan tidur." Penyair berkata, "Bukankah termasuk kerugian bila
malam-malam dibiarkan berlalu tanpa guna, padahal malam itu dihitung termasuk
jatah umur". Penyair lain mengatakan, "Bengunlah di waktu malam agar kamu
mendapat petunjuk yang benar. Betapa lamanya kamar tidur, sementara itu umurmu
semakin habis."
Termasuk yang dapat menghambat rezeki ialah, tidur dengan telanjang,
kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub, dan makan sambil bersandar
di atas lambung membiarkan makanan yang terjatuh, membakar kulit bawang merah
dan putih, menyapu rumah dengan sapu tangan, menyapu rumah pada malam hari,
membiarkan sampah di dalam rumah, berjalan di muka orang tua, memanggil kedua
orang tua dengan namanya, membersihkan makanan yang tersisa di celah-celah gigi
dengan sembarang kayu, membersihkan tangan dengan debu, duduk di muka pintu,
bersandar pada salah satu daun pintu, wudhu di tempat buang kotoran, menambal baju
yang sedang dikenakan (dipakai), mengeringkan wajah dengan baju, membiarkan
rumah laba-laba di dalam rumah, menyepelekan salat.
ِ ‫ُوع ِم ْنهُ َو ِش َرا ُء ُك َسي َْرا‬
‫ت‬ ِ ‫ق َواِإل ْبطَا ُء فِى الرُّ ج‬ ِ ‫صاَل ِة ْالفَجْ ِر َواال ْبتِ َكا ُر فِي ال َّذهَا‬
ِ ْ‫ب ِإلَى السُّو‬ َ ‫ْج ِد بَ ْع َد‬ِ ‫ُوج ِمنَ ْال َمس‬
ِ ‫ع ْال ُخر‬ ُ ‫وَِإ ْس َرا‬
‫ْال ُعب ِْر ِمنَ ْالفُقَ َرا ِء السُّوا ِل َو ُدعَا ُء ال َّش ِّر َعلَى ْال َولَ ِد‬
ُ‫ار َو َك َذا ْال ِكتَابَهُ بِقَلَم َم ْعقُو ِد َواال ْمتِ َشاط‬
ِ َ‫ُرفَ َذلِكَ بِاَألث‬ ِ ‫ ع‬.‫ث ْالفَ ْق َر‬
ُ ‫ك يُوْ ِر‬
َ ِ‫اطفَا ُء ال ّس َراج بالنفس ُكلُّ ذل‬ ْ ‫ير اَأْل َوانِي َو‬ ِ ‫ك تَحْ ِم‬ ُ ْ‫َوتَر‬
‫ك ال ُّدعَا ِء بِ ْال َخي ِْر لِ ْل َوالِ َدي ِْن َوالتَّ َع ُّم ُم فَا ِعدًا والت َسرْ و ُل قَاِئ ًما َو ْالب ُْخ ُل َوالتَّ ْفتِي ُر َواِإل س َْرافُ َو ْال َك َس ُل َوالتَّ َوانِي‬
ُ ْ‫بِ ُم ْش ِط ُمن َك ِس ٍر َوتَر‬
.‫ث ْالفَ ْق َر‬
ُ ‫ك يُوْ ِر‬
َ ِ‫ ُك ّل ذل‬.‫َوالنَّهَا ُونُ فِي األمور‬

Tergesa-gesa keluar dari masjid setelah salat subuh juga dapat menghambat rezeki, terlalu
pagi pergi ke pasar, terlambat pulang dari pasar, membeli roti dari pengemis, mendoakan
buruk pada anak, tidak menutupi wadah, memadamkan lampu dengan ditiup, semua itu juga
dapat menyehabkan kefakiran Begitu menurut hadis para sahabat

Menulis dengan pulpen yang diikat, menyisir rambut dengan sisir yang retak tidak mau
mendoakan kedua orang tua, mengenakan surban sambil duduk, mengenakan celana sambil
berdiri, kikir, terlalu hemat terlalu berlebihan, menunda atau meremehkan segala urusan
semua itu juga dapat menyebabkan kefakiran

ِ ‫يع النَّ َع ِم ُخصُوصًا فِي الرِّ ْز‬


،‫ق‬ ٌ ‫ َو ْالبُ ُكوْ ُر ُمبَا َر‬.‫ص َدقَ ِة‬
ِ ‫ك يَ ِزي ُد فِي َج ِم‬ َّ ‫ق بال‬ ْ
َ ‫الرِّز‬ ‫ ا ْستَ ْن ِزلُوا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ق‬
ِ ‫ق َوبَ ْسطُ ْال َوحْ ِم َو ِطيْبُ ْالكَاَل م يَ ِزي ُد فِى الر ّْز‬ ّ
:‫ض َي هللاُ تَ َعالَى َع ْنهُ َما‬ِ ‫ َوع َْن َح َس ِن ْب ِن َعلِ ٍّي َر‬.‫ق‬ ِ ‫ْح الر ِّْز‬ ِ ‫َو ُحسْنُ ْالخَ ط ِم ْن َمفَاتِي‬
‫ْظ ِيم َو ْال ُح ُشوع َوتَ ْع ِدي ِ¶ْل‬ ِ ‫ب ْال َحالِبَ ِة ْال ُم َحصِّ لَ ِة الر ِّْز‬
َّ ‫ق ِإقَا َمةُ ال‬
ِ ‫صاَل ِة بِالتَّع‬ ِ ‫ َوا ْق َوى اَأل ْسبَا‬.‫َك ْنسُ ْالفِنَا ِء َو َغ ْس ُل اِإل نَا ِء ُمحْ لِبَةٌ لِ ْل ِعنى‬
‫ُورةٌ َوقِ َرا َءةُ سُوْ َر ِة ْال َواقِ َع ِة ُخصُوصًا بِاللَّي ِْل‬ َ ‫ك َم ْعرُوفَةٌ َم ْشه‬َ ِ‫صاَل ةُ الضُّ َحى فِي ذل‬ َ ‫ َو‬،‫اَأْلرْ َكا ِن َو َساِئ ِر َوا ِحبَاتِهَا َو ُسنَنِهَا وآدَابِهَا‬
َ ‫ك َو ُحضُو ُر ْال َم ْس ِج ِد قَب َْل اآْل َذا ِن َو ْال ُمد‬
‫َاو َمةُ َعلَى‬ َ َ‫ك َو ْال ُمْؤ ِم ِل َواللَّ ْي ِل ِإ َذا يَ ْغ َشى َوَألَ ْم نَ ْش َرحْ ل‬
ِ ‫َوقتَ النَّوْ م َوقِ َرا َءةُ سُوْ َر ِة ْال ُم ْل‬
.‫الطَّهَا َر ِة َوادَا ُء ُس ْن ِد ْالفَجْ ِر َو ْال ِو ْت ِر في البيت‬

"Rasulullah bersabda, "Memohonlah kalian akan turunnya rezeki dengan bersedekah

Bangun pagi-pagi itu diberkahi, dan bisa menambah nikmat terutama rezeki. Tulisan yang
indah, bermuka ceria dan berbicara yang baik juga dapat mendatangkan rezeki

Hasan bin Alira berkata, "Menyapu halaman dan mencuci pakaian bisa mendatangkan rezeki.
Dan sebab paling kuat untuk mnendatangkan rezeki adalah salat dengan khusyu', dan
memenuhi rukun-rukumnya, syarat-syaratnya, dan adabnya salat Dhuha juga dapat
mendatangkan rezeki. Membaca surat Waqi'ah pada waktu malan, membaca surat Al-Mulk,
surat Muzammil, surat Wallaili IdzaYaghsya, surat Alam Nashrah juga dapat mempermudah
datangnya rezeki. Datang dimasjid sebelum azan, terus menerus dalam keadaan suci,
".melakukan salat sunnah fajar dan witir di rumah juga dapat melapangan rezeki

Di antara yang dapat menambah rezeki ialah, setiap hari setelah terbit fajar hingga datang
: waktu salat membaca doa berikut

‫ُس ْب َحانَ هَّللا ِ ْال َع ِظ ِيم ُسب َْحانَ هَّللا ِ َوبِ َح ْم ِد ِه َأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ َواتُوبُ اليه‬

2. Hal yang dapat menambah usia

‫ وأن يقول حين يصبح ويمسى كل يوم ثالث‬,‫ وصلة الرحم‬,‫ وتوقير الشيوح‬,‫ وترك األذى‬,‫ البر‬:‫وأما ما يزيد في العمر‬
‫ ومنتهى العلم‬,‫ وال إله إال هللا ملء الميزان‬.‫ وزنة العرش‬,‫ ومبلغ الرضا‬,‫ ومنتهى العلم‬,‫ سبحان هللا ملء الميزان‬: ‫مرات‬
‫ وزنة العرش‬,‫ ومبلغ الرضا‬,‫ ومنتهى العلم‬,‫ ملء الميزان‬,‫ وهللا أكبر‬.‫وزنة العرش‬

Diantara sebab usia menjadi panjang, ialah berbuat bakti, menyingkiri perbuatan yang
menyakitkan orang lain, menghormati sesepuh dan bersilatu rahmi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prestasi belajar merupakan salah satu alat ukur tingkat keberhasilan seorang
siswa di dalam kegiatan proses belajar mengajar yang diikutinya di sekolah. Ada 2
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor intern dan faktor eksternal,
faktor intern yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kematangan fisik dan mental,
kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan, minat dan motivasi serta faktor
karakteristik pribadi dan faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu
keluarga, guru, sarana dan prasarana pendidikan serta lingkungan sekitar.

Evaluasi belajar adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap suatu


pembelajaran dimana seorang pendidik mengukur atau menilai peserta didik. Tujuan
utama melakukan evaluasi dalam pendidikan adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai pencapaian tujuan instruksional oleh siswa. Macam-macam
evaluasi belajar terbagi menjadi 3 macam yaitu evaluasi belajar berdasarkan tujuan,
evaluasi belajar berdasarkan sasaran, dan evaluasi belajar berdasarkan lingkup
kegiatan pembelajaran.

Tes subyektif dan tes objektif adalah tes untuk mengukur kemampuan hasil
belajar siswa. Tes subyektif dan tes objektif masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahannya. Penyebab terkuat untuk memperoleh rizki adalah melakukan shalat
dengan rasa ta’dzim, khusu, dengan menyempurnakan segala rukun, wajib, sunah dan
adabnya. Dan sebab usia menjadi panjang, ialah berbuat bakti, menyingkiri perbuatan
yang menyakitkan orang lain, menghormati sesepuh dan bersilaturahmi.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2018). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 3. Jakarta:


Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjiono.(2002). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Indra Kusuma dan Amir. (1973). Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang : Usaha

Nasional

Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Labudasari, Erna., & Eliya, Rochmah. (2018). Pengantar Evaluasi Pembelajaran.

Cirebon: FKIP-UM Cirebon

Magdalena, Ina. dkk. (2020). Pentingnya Evaluasi Dalam Pembelajaran Dan Akibat

Memanipulasinya. Jurnal Pendidikan dan Sains, 2 (2) : 245-257

Nurgiyantoro, Burhan. (1998). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajahmada

University Press.

Prayitno, Wendhie. (2013). Evaluasi Pembelajaran Berbasis TIK. Yogyakarta: LPMP

D.I.Y

Purwanto Ngalim. (1990). Belajar Berhubungan Dengan Perubahan Tingkah Laku.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Persada Zainul & Noehi Nasution. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Dirjen. Dikti.

Ramayulis. (2002) . Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia

Sardiman A.M, (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Pers.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.
Suarga. (2019). Hakikat, Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Dalam Pengembangan

Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Sains, 8 (2): 327-338.

Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Silverius, Suke. (1991). Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT
Grasindo

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasional.


Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sumadi Suryabrata. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali.

Thoha, Chabib. M. (1990). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Anda mungkin juga menyukai