Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN

PENELITIAN

A. LANDASAN TEORI

1. Prestasi belajar.

a. Definisi prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “prestasi dan

belajar” pada setiap kata tersebut memilki makna tersendiri. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang

telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi dapat diartikan sebagai

hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, Kemudian dalam

bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi

belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome).

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan,

sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan

baik secara individu atau kelompok (Zaiful Rosyid, 2020:3). Prestasi adalah

apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati

yang diperoleh dengan keuletan kerja (Djamarah, 1994:19). Menurut murray

dalam Lidia (2019:32) prestasi adalah kemampuan menyelesaikan hal sulit,

menguasai, mengungguli, menandingi, dan melampaui individu lain sekaligus

mengatasi hambatan dan mencapai standart yang tinggi. Prestasi bisa


didapatkan manusia melalui sebuah aktifitas, prestasi biasanya cenderung

dikaitkan dengan hasil yang telah didapat dari suatu aktivitas. Prestasi

merupakan kebanggan tersendiri untuk individu yang mendapatkannya,

karena prestasi adalah indikator bahwa seseorang telah berhasil melewati

batas standart yang telah ditentukan atau bahkan melewati hasil dari orang

lain.

Belajar adalah suatu proses aktivitas mental yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang bersifat positif dan

menetap relatif lama melalui latihan atau pengalaman yang menyangkut

aspek kepribadian baik scara fisik ataupun psikis (Setiawan, 2017:3). Definisi

belajar menurut Ahdar (2019:6) dapat diartikan sebagai segala aktivitas yang

dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara

sebelum dan sesudah belajar. Definisi belajar menurut Ahdar (2019:6) dapat

diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu

sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar.

Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan

linkungan, meskipun pada didirnya hanya ada perubahan kecenderungan

perilaku (Hergenhahn dan Olson 2008) dalam Lidia (2019:1). Menurut

Gredler (2011) dalam Lidia (2019:1).

Belajar identik dengan seseorang yang sedang berpikir tentang apa yang

ingin mereka ketahui, karena dengan rasa ingin tahu tersebut sesorang akan

melakukan aktivitas berpikir yang disebut belajar. Belajar merupakan suatu

aktivitas yang dilakukan melalui interaksi yang dilakukan oleh manusia, baik
sesama manusia atau dengan lingkungannya. Belajar juga dilakukan dengan

sengaja, artinya seseorang belajar dilakukan kapan saja dan dimana saja

sesuai dengan kebutuhan mereka dan ketentuan waktu yang jelas, sehingga

akan menghasilkan perubahan-perubahan yang dapat dirasakan oleh

pembelajar. Belajar sebagai proses yang komplek yang tidak mudah

didefinisikan, belajar hampir sama dengan proses perubahan perilaku yang

merupakan hasil pengalaman dan hal itu tidak dikaitkan dengan hal

sementara. Belajar menghasilkan perubahan dalam diri setiap individu, dan

perubahan tersebut mempunyai nilai positif bagi dirinya. Tetapi tidak semua

perubahan bisa dikatakan sebagai belajar, sebagai contoh seseorang anak

yang terjatuh dari pohon dan tangan nya patah. Kondisi tersebut tidak bisa

dikatakan sebagai proses belajar meskipun ada perubahan, karena perubahan

tersebut bukan sebagai perilaku aktif dan menuju kepada perbuahan yang

lebih baik.

Berdasarkan paparan dari para ahli diatas dapat disimpulkan belajar

merupakan suatu proses pemahaman seseorang agar bisa berubah menjadi

lebih baik dan bersifat positif, namun jika perubahan tersebut menjadi negatif

atau buruk maka itu bukan belajar melainkan kesalahan dari orang tersebut.

Belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih dalam dari pada itu, yakni

mengalami.

Menurut Abdul Wahid (2018:10) prestasi belajar peserta didik adalah

hasil yang telah dicapai oleh peserta didik setelah ia melakukan suatu
kegiatan pembelajaran. Menurut Thaib (2013:387) Prestasi belajar

merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa suatu

kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka

waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan

yang disebut rapor. Prestasi belajar merupakan penilaian dari hasil usaha

kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun

kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak

dalam periode tertentu (Sutratinah, 2001:43). Selain itu prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan siswa di indonesia dalam mempelajari materi pelajaran

di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

pada materi pelajaran tertentu (Feng, dkk, 2013: 50-58), Prestasi dalam

belajar adalah hasil pengukuran dari peserta didik yang meliputi faktor

kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran

yang diukur dengan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi

belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal

yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau keterampilan

yang dinyatakan sesudah hasil penelitian. Prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai siswa selama proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu.

Hasil pengukuran dari belajar tersebut diwujudkan dalam bentuk angka,

huruf, simbol, maupun kalimat yang menyatakan keberhasilan siswa selama

proses pembelajaran.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah bukti bahwa seseorang pernah melakukan proses belajar entah itu

secara mandiri atau melalui interaksi dengan orang lain.

b. Jenis-jenis Prestasi Belajar

Menurut Abdullah (2019 : 26-28) tipe tipe prestasi belajar terbagi atas:

1) Tipe prestasi belajar bidang kognitif

Tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup hafalan, pengetahuan,

pemahaman, ingatan, penerapan, analisis,sintesis, dan evaluasi. Prestasi

belajar peserta didik pada bidang ini hanya menitikberatkan pada masalah

atau intelektual, sehingga kemampuan akal selalu mendapatkan perhatian

yaitu kerja otak untuk dapat menguasai berbagai pengetahuan yang

diterimanya.

2) Tipe prestasi belajar bidang afektif

Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tingkatan bidang

afektif sebagai tujuan dan tipe prestasi belajar mencakup : Receiving atau

attending, responding atau jawaban, Valuing, organisasi, dan karakteristik

dan internalisasi. Pertama, Receiving atau attending Yakni kepekaan dalam

menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang ke siswa, baik dalam

bentuk masalah situasi, atau gejala. Kedua, responding atau jawaban, yaitu

reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

Ketiga, Valuing atau penilaian yakni berkenaan dengan penilaian dan

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Keempat, organisasi yakni

pengembangan nilai yang telah dimilikinya. Kelima, karakteristik dan


internalisasi, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki

seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian.

1. Prestasi belajar bidang psikomotor

Tipe prestasi belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatan

keterampilan itu terdiri dari: gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-

gerakan dasar, kemampuan perspektual, kemampuan dibidang fisik seperti

kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan, gerakan-gerakan yang berkaitan

dengan skill, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non diskursif

seperti gerakan ekspresif dan interpretative.

c. Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Prestasi belajar setiap individu berbeda beda, tergantung faktor yang

mempengaruhinya. Menurut Abdullah (2019:28-30) faktor faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1. Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari luar diri)

a. Faktor lingkunan

1) Lingkungan alami.

Lingkungan alami yaitu tempat anak didik tinggal dan berusaha

didalamnya, tidak boleh ada pencemaran lingkungan.

2) Lingkungan sosial budaya.

Lingkungan sosial budaya yaitu hubungan dengan manusia sebagai

mahluk social.

b. Faktor instrumental.
Factor instrumental yaitu seperangkat peralatan pelengkap pembelajaran

untuk mencapai tujuan, meliputi :

1) Kurikulum

2) Program

3) Sarana dan fasilitas

4) Guru

1. Faktor Internal

a. Kondisi Fisiologis

1) Kesehatan Jasmani

2) Gizi cukup tinggi

ketika gizi kurang maka lebih cepat mengantuk dan sukar menerima

pelajaran

3) Kondisi panca indra

Panca indra meliputi mata, hidung, telinga , pengecap dan tubuh

kondisi panca indra yang kurang baik akan mempengaruhi prestasi

belajar.

Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas,

pengajaran klasikal perlu memperhatikan : psotur tubuh anak dan jenis

kelamin anak (untuk menghindari letupan letupan emosional yang

cenderung tak terkendali).

b. Kondisi psikologis

1) Minat
Minat yaitu suatu rasa lebih suka dan ketertarikan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adanya hubungan

antara diri sendiri dan dari luar, makin kuat hubungan tersebut maka makin

besar minatnya.

2) Kecerdasan

Kecerdasan dan umur mempunyai hubungan yang sangat erat.

Sebaiknya didiklah anak sesuai dengan umurnya. Hal tersebut

mengungkapkan bahwa suatu perkembangan seseorang dari yang kongkrit

ke abstrak yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan intelegensinya.

Semakin meningkat umur seseorang, semakin abstrak cara berfikirnya.

3) Bakat

Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan

potensi yang masih perlu dikembangkan ata dilatih. Pembawaan dan bakat

adalah dua istilah yang sama maksudnya, hanya saja terdapat perbedaan

yang terletak pada luas pengertiaannya. Pembawaan adalah sesuatu yang

dimiliki seorang anak dapat berupa potensi-potensi yang aktif dan pasif

yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya. Sedangkan

bakat lebih dekat dengan kata Aptitude (kecakapan-kecakapan

pembawaan) yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi)

yang tidak aktual. Sehingga perlu akan adanya latihan, pengetahuan,

pengalaman dan dorongan agar bakat bisa terwujud dan memungkinkan

seseorang unutk mencapai perstasinya dalam bidang tertentu.

4) Motivasi
Motivasi yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Selaras dengan pengertian motivasi, pada

kenyataannya banyak bakat yang terkadang tidak berkembang karena tidak

diperolehnya motivasi yang tepat.

d. Penentuan prestasi belajar

Penentuan prestasi belajar yang paling sesuai adalah dengan melakukan

evaluasi. Menurut Abdullah (2019 : 33-34), Secara garis besar, teknik

evaluasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Teknik tes

Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

atau mengukur keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

2. Teknik non tes

Teknik non tes pada umumnya digunakan untuk menilai kemampuan

siswa yang berhubungan dengan kepribadian dan sikap sosialnya dalam

proses belajar mengajar disekolah (Abdullah, 2019:33).

Sedangkan menurut Abdullah (2019:34) Pengukuran prestasi belajar

dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

1) Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan

siswa sehingga dapat memberikan perlakuaan yang tepat

2) Tes formatif adalah unutk mengetahu sejauh mana siswa telah terbentuk

setelah mengikuti suatu program tertentu dan tes ini digunakan pada akhir

mata pelajaran.
3) Tes sumatif adalah suatu tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya

pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar dan

dilaksanakan setiap akhir semester.

2. Kompetensi Guru

A. Definisi Kompetensi guru

Pada zaman modern saat ini, guru bukan hanya sebagai pengajar yang

mengajarkan materi pelajar ke siswa lalu selesai begitu saja, namun guru juga

harus bisa sebagai mentor, pembimbing, dan pemberi perhatian kepada siswa,

seperti kita tahu, siswa adalah insan yang memiliki karakter dan kepribadian

berbeda beda, dana siswa juga memiliki latar belakang kehidupan yang

berbeda, maka dari itu guru perlu tahu bagaimana karakter dan latar belakang

siswa, agar guru tidak langsung memberikan penyeragaman terhadap seluruh

siswa perihal proses belajar mengajar dikelas. Guru perlu belajar banyak hal,

terutama belajar bagaimana cara menguasai kelas, menerapkan metode

belajar yang tepat, memberikan contoh yang baik, mau mendengarkan siswa,

paham terhadap apa yang diajarkan dan lain lain, ini semua ada dalam

kompetensi guru, jikalau semua guru dalam sebuah instansi sekolah sudah

memiliki kompetensi, maka kemungkinan besar sekolah tersebut akan

menjadi sekolah yang maju dan berhasil dalam pendidikan.

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasi oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya (Peraturan UU Nomor 14 tahun

2005). Kompetensi adalah seperangkat tingkatan cerdas, penuh tanggung


jawab, yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh

masyarakat dalam melaksanakan tugas tugas dibidang pekerjaan tertentu

(Mendiknas Nomor 045/U/2022). Menurut spenser (1992) dalam Nuriana

Thoha (2008:5). Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang ada

hubungan sebab akibat dengan prestasi kerja yang luar biasa atau efektifitas

kerja. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan

atau kemampuan individu yang diperagakan (Dave Ulrich, 1995) dalam

Nuriana Thoha (2008:5). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan

formal. (UU Nomer 14 Tahun 2005). Guru adalah seseorang yang memiliki

unsur dominan dan strategis dalam proses transfer ilmu (Imas Kurniasih

2017:5). Guru adalah orang yang bertanggung jawab mengajarkan,

menanamkan, dan membantu orang lain untuk belajar dan untuk bertindak

dengan jalan yang baru (Cooper 1990) dalam Tasrif (2021:154). Berdasarkan

paparan diatas dapat disimpulkan kompetensi guru adalah suatu keahlian

dalam pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pendidik yang

berguna untuk membimbing anak didiknya supaya bisa berhasil dalam

belajar.

B. Jenis Jenis Kompetensi Guru

Menurut Hatta (2018 : 17) ada empat kompetensi yang harus dimiliki

guru: yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi

profesional dan kompetensi pedagogik.


1. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan

perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai moral

yang luhur terpuji sehingga dalam sikapnya sehari-hari akan terpancar

keindahan apabila dalam sikap pergaulan, pertemanan, dan juga ketika

melaksanakan tugas dalam pembelajaran (Hatta 2018:18). Guru akan

bertambah berwibawa apabila pembelajaran disertai nilai-nilai luhur terpuji

dan mencerminkan guru yang digugu dan ditiru.

Ukuran nilai standar dalam kompetensi kepribadian di Indonesia adalah

secara umum pribadi yang dijiwai oleh falsafah Pancasila yang bersumber

dari nilai-nilai budaya bangsa kita yang sekian banyak dinamika dan

ragamnya. Zaman Ki Hajar Dewantoro dikemukakan bahwa Sistem Among,

yaitu guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri

handayani. Artinya kalau di muka harus memberi contoh dan teladan, kalau

sedang berada di tengah membangkitkan motivasi, tetapi bila berada di

belakang mendorong untuk belajar atau beraktivitas.

Guru dalam pendidikan memerlukan teori sistem Among seperti itu,

sekolah dijadikan “Taman Siswa”. Taman atau kebun yang menyenangkan,

sehingga proses pembelajaran dalam kelas atau di manapun terjadinya

pembelajaran memerlukan keceriaan.

Apa yang harus kita lakukan dalam aksentasi kepada siswa kita dalam

pelaksanaan kompetensi kepribadian ketika berada dalam proses

pembelajaran:
1. Guru harus mengetahui kepribadian dan emosi anak;

2. Memahami motivasi anak;

3. Perilaku anak dalam kelompok kerja;

4. Perilaku individu anak;

5. Kebiasaan sikap anak sehari-hari di sekolah terhadap pembelajaran

dan tugas-tugas yang diberikan guru,

6. Disiplin belajar anak.

2. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial dalam belajar mengajar berkaitan erat dengan

kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar

kehidupannya, sehingga peran dan cara pandang, cara berpikir, cara bertinda

selalu menjadi tolok ukur terhadap kehidupannya di masyarakat. Guru

menjadi contoh yang diperlakukan secara normatif karena kebiasaannya

dalam status sosialnya, oleh karena itu diperlukan sejumlah kompetensi sosial

yang perlu dimiliki guru dalam berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di

tempat dia tinggal dan berada.

Menurut hatta (2018:23) peran dan fungsi guru yang memiliki sebagai

kompetensi sosial perlu dipelajarai adalah sebaga berikut :

1) Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan.

2) Perintis kemerdekaan

3) Melakukan Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan

4) Pengabdian

3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional seorang guru dapat diartikan sebagai kompetensi

guru untuk menguasai pemahaman dasar guru dan keterampilan dasar guru.

Menurut Depdikbud (1980) ada sepuluh kemampuan dasar guru, yaitu :

1) penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuaannya.

2) pengelolaan program belajar mengajar

3) pengelolaan kelas

4) penggunaan media dan sumber pembelajaran

5) penguasaan landasan kependidikan

6) pengelolaan interaksi belajar mengajar.

7) penilaian prestasi siswa.

8) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.

9) pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah serta.

10) pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan

untuk kepentingan peningkatan mutu pendidikan.

Sedangkan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru adalah :

1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran

2) Keterampilan menjelaskan

3) Keterampilan bertanya

4) Keterampilan memberi penguatan

5) Keterampilan menggunakan variasi

6) Keterampilan membimbing diskusi

7) Keterampilan mengelola kelas

8) Keterampilan mengajar kelompok kecil


4. Kompetensi Pedagogik

Pedagogik berasal dari bahasa yunani yaitu paedagogia yang berarti

pergaulan dengan anak-anak. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld pedagogik

adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan

tertentu sehingga kelak mampu mandiri menyelesaikan tugas hidupnya (Imas

Kurniasih, 2017:9). Langeveld mengemukakan pedagogik adalah ilmu

mendidik yang lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang

pendidikan (Imas Kurniasih, 2017:9). Menurut Ana Maria Gonzales Soca

pedagogik adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan

kepribadian siswa agar mempersiapkan diri menjalani kehidupan (Imas

Kurniasih, 2017:9). Menurut penjelasan Undang Undang No 14 Tahun 2005

tentang guru dan dosen pasal 10 ayat (1) dalam Soif (2019:16) kompetensi

pedagogik guru adalah kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta

didik. Dalam peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 pasal 28 ayat (3) butir a

tentang standar Nasional Pendidikan menyatakan kompetensi pedagogik

adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilkinya.

Kompetensi pedagogik adalah salah satu jenis kompetensi yang harus

perlu dikuasai guru. Kompetensi ini pada dasarnya adalah gambaran

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yang memiliki ke khasan

yang dapat membedakan guru dengan profesi lainnya dan dapat menentukan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peseta didik dan sekaligus

menjadi kebanggaan guru dalam proses pembelajaran (Arik, 2023:23).

Menurut Soif (2019:17) Kompetensi pedagogik adalah suatu kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran dalam setiap kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Supaya dapat melaksanakan hal tersebut, guru harus memiliki

pemahaman yang baik terhadap peserta didiknya sehingga dapat mengelola

pembelajaran sesuai dengan karakter peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru

adalah suatu kemampuan atau skill dari guru untuk melakukan pembelajaran

optimal mulai dari perencanaan, proses, sampai evaluasi dengan

memperhatikan minat dan motivasi siswa dalam proses belajar.

A. Manfaat Kompetensi pedagogik

Menurut Imas Kurniasih (2017:20) manfaat dari kompetensi

pedagogik adalah sebagai berikut:

1. Memanusiakan manusia

Maksud dari memanusiakan manusia adalah bagaimana seorang yang

memiliki kompetensi pedagogik dapat memahami bagaimana

perasaan manusia, kondisi manusia, dan karakter manusia.

2. Menjadikan anak mandiri

Sesorang yang memiliki kompetensi pedagogik seharusnya mampu

membimbing peserta didiknya agar menjadi sosok yang mandiri

dalam kehidupannya dan dapat mengambil makna dalam kehidupan

sosial di masyarakat.
3. Membantu murid agar kritis

Guru yang baik adalah guru yang mampu membuat siswanya aktif

dalam pembelajaran dan juga berani dalam mengungkapkan apa yang

ada di dalam fikirannya, seorang guru harus mampu membangun

pengetahuan individual dalam diri peserta didik.

4. Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat

Semua orang memiliki kepribadian yang berbeda beda termasuk

peserta didik, kepribadian peserta didik bisa dipengaruhi oleh

beberpaa faktor, contohnya adalah faktor keluarga dan lingkungan,

maka dari itu seorang guru harus dapat jeli dalam melihat kepribadian

siswa dan faktor faktornya, agar guru mampu mengembangkan

kepribadian siswa yang sehat.

Sementara itu, kegunaan pedagogik sendiri adalah:

1. Untuk memahami fenomena pendidikan

Melalui pedagogik, guru diharapkan dapat beradaptasi dalam

perubahan situasi pendidikan, mulai dari teknologi, kurikulum, hingga

evaluasi pendidikan.

2. Memberikan petunjuk tentang apa yang seharunya dilaksanakan oleh

pendidik

Seorang pendidik juga perlu bimbingan dan arahan agar tidak terlalu

jauh dari tujuan pendidikan bangsa, maka dari itu hadirnya pedagogik

diharapkan mampu membimbing seorang guru agar tetap pada jalur

pendidikan yang baik


3. Menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam praktik mendidik

anak

Proses belajar mengajar tidak boleh sembarangan, karena kita sedang

mendidik masa depan bangsa, kalau proses kita salah, maka ini akan

berpengaruh kepada bangsa ini di masa yang akan datang.

4. Mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri

Seorang guru harus mampu dalam mengenal dirinya sendiri, agar dia

mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan pada diri sendiri,

karena dengan kelebihan seorang guru, diharapkan mampu untuk

memajukan pendidikan bangsa, dan dengan kekurangan seorang guru,

diharapkan guru mampu menghindari kesalahan atau meminimalisir

kesalahan dalam proses belajar mengajar.

Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2007 ada

sepuluh kompetensi pedagogik yang sangat layak untuk diketahui oleh guru

dan sekaligus untuk dikuasai, seperti :

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual

2) Menguasai teori belajar da prinsip prinsip pembelajaran

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun


8) Menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar

9) Memanfaatkan hasil penelitian untuk kepentingan pembelajaran

10) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kompetensi pedagogik guru bukan hanya perihal keberhasilan guru dalam

mengelola pembelajaran, namun juga keberhasilan guru dalam memahami

siswa terutama dalam hal psikologi siswa, pasalnya kita semua tahu bahwa

setiap siswa memiliki kondisi keluarga yang berbeda dan keluarga merupakan

hal yang berpengaruh terhadap psikologis siswa. Maka dari itu sebelum mulai

pembelajaran, alangkah baiknya guru menanyakan kondisi siswa dan

keluarga, dan mencoba memahami kondisi psikologi siswa agar guru mampu

memetakan proses pembelajaran mana yang cocok untuk siswa tersebut.

3. Media pembelajaran

A. Definisi Media pembelajaran

Menurut Heinich (2002) dalam Daryanto (2016:4) Media merupakan

perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju

penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai

pembawa pesan dari komunikatir menuju komunikan (Criticos, 1996). Media

adalah sesuatu yang dapat menghubungkan informasi antara sumber dan

penerima informasi (Smaldino, Lowther, dan Russel, 2008:6). Media adalah

saluran informasi (channels of communication) (Newby dkk, 2011:120).

Adapun saluran informasi adalah alat yang membawa pesan dari seorang

individu ke individu lainnya (Rogers, 2003). Media juga dipandang sebagai

bentuk-bentuk komunikasi massa yang melibatkan sistem simbol dan


peralatan produksi dan distribusi (palazon, 2000). Berdasarkan beberapa

paparan tentang media dari para ahli dapat disimpulkan media adalah tempat

komunikasi yang berfungsi sebagai penyalur informasi dari satu subjek ke

subjek lainnya. Terdapat beberapa batasan yang dipaparkan oleh para

tokoh mengenai media dalam Maryono (2022:107) : Association of

Education and Communication Technology (AECT) di Amerika

merumuskan batasan media berupa channel apa saja yang

menginformasikan pesan atau informasi, Gagne menyebutkan media

merupakan macam-macam benda pada lingkungan siswa yang bisa

meningkatkan motivasi belajar, Briggs menyebutkan media adalah alat

yang dapat mengantarkan informasi dan menstimulus peserta didik agar

belajar, dan Heinich memaparkan media berperan menjadi penyalur informasi

dari sumber informasi ke penerima.

Pembelajaran adalah kombinasi antara construction dan instruction

(Yaumi, 2018:6). Pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dilakukan

dengan maksud untuk memfasilitasi belajar (Reigeluth dan Carr-Chellman,

2009:6). Pembelajaran juga diartikan sebagai upaya yang disengaja untuk

mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi peserta didik

sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari (Driscoll, 2000) dalam Yaumi

(2018:6). Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah semua bentuk fisik yang digunakan pendidik untuk

penyajian pesan dan memfasilitasi peserta didik mencapai tujuan


pembelajaran. Bentuk fisik yang dimaksud bisa berupa benda asli, bahan

cetak, visual, audio-visual,multimedia, dan web.

Bret dalam Maryono (2022:108) mengelompokkan media dalam beberapa

macam:

1) Media audio visual gerak

Media audio visual gerak ialah alat yang memiliki fitur unsur suara,

gerak, gambar, garis, simbol. Contohnya: TV dan film

2) Media audio diam

Media audio diam adalah media yang fiturnya hanya suara,

gambar,garis dan simbol. Contohnya: film rangkai bersuara, film bingkai

bersuara, dan buku beraudio

3) Media audio semi gerak

Media audio semi gerak ialah media media yang mengandung unsur

suara, simbol, garis dan gerak.Contohnya: audio pointer

4) Media visual gerak

Media visual gerak merupakan media yang memiliki unsur

gambar,garis, simbol, dan gerak. Contohnya: film bisu

5) Media visual diam

Media visual diam adalah media yang mempunyai ciri garis, gambar

dan lambang. Seperti: surat, foto, lukisan serta micro film.

Berdasarkan pemaparan pengertian media menurut pakar diatas dapat

disimpulkan rekaman audio, gambar, film yang diproyeksikan melalui

Liquid Crystal Display (LCD) proyektor merupakan jenis media.


Berdasarkan buah pikiran para tokoh di atas media befungsi mengirim

informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi sehingga bisa

merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa. Oleh sebab

itu, dapat terlaksana proses pembelajaran yang efektif dan inovatif.

Media Pembelajaran yang beragam memiliki manfaat masing-masing.

Tidak terkecuali LCD proyektor yang memiliki manfaat sebagai sarana

pembelajaran ialah memudahkan pendidik menyampaikan materi pada

kegiatan mengajar yang efektif dan efisien sehingga bisa mencapai

tujuan pembelajaran.

Penggunaan media belajar LCD proyektor bisa berdampak positif

berupa menaikkan minat, motivasi, dan gairah serta mampu memberi

pegaruh psikologis pada peserta didik. Menggunakan alat bantu

pembelajaran berupa media pembelajaran bisa meningkatkan efektifitas

penyampaian informasi pada proses belajar, Sehingga meningatkan siswa

dalam memahami informasi. Manfaat dari LCD proyektor adalah

menghemat waktu, jarak, tempat dan daya indera contohnya visualisasi

objek yang terlalu luas, lama dan besar serta berupa film, dan image.

B. LCD Proyektor

LCD proyektor ialah benda yang dimanfaatkan sebagai media pembantu

penyampaian materi di lingkungan lembaga pendidikan, kantor, maupun

kegiatan lain. LCD proyektor memberikan manfaat dalam proses

pembelajaran yaitu untuk membantu guru dalam penyampaian materi yang

sistematik, lengkap, dan detail. Implikasinya yaitu penerima atau peserta


didik dapat memahami dengan baik materi yang disampaikan oleh guru,

(Maryono, Happy Susanto, & Aldo Rhedho, 2022) dalam Akuba, M dan Uno,

A,W (2023:946). LCD poyektor adalah perangkat yang memiliki sumber

cahaya, sistem optik,elektronik, dan tampilan untuk memproyeksikan

gambar,video, atau data dari komputer ke layar, dinding atau benda lain

dengan permukaan datar (Yaumi, 2018:144). LCD proyektor adalah alat yang

digunakan untuk memproyeksikan tampilan dari komputer atau alat lain agar

diperoleh gambar yang lebih besar (Duwi, 2012:16).

LCD proyektor memberikan manfaat dalam proses pembelajaran yaitu

untuk membantu guru dalam penyampaian materi yang sistematik, lengkap,

dan detail. Implikasinya yaitu penerima atau peserta didik dapat memahami

dengan baik materi yang disampaikan oleh guru. LCD Proyektor dapat

berfungsi jika digunakan dengan peralatan pendukung berupa: 1) Kabel data

berfungsi sebagai penghubung antara laptop dengan proyektor. Dalam

penggunaanya terdapat dua macam kabel yang biasa di pakai yaitu

kabel USB dan kabel parallel; 2) Power supply digunakan sebagai

penghubung sumber listrik dengan LCD proyektor. Berupa kabel hubung

tegangan listrik dengan LCD proyektor dan adabtor.

Menurut Daryanto (2016:217) kelebihan penggunaan LCD proyektor

adalah: Menghasilkan variasi warna yang sangat baik, Intensitas cahaya

tinggi, Tipe proyektor paling kuat, Pantulan proyeksi terlihat jelas, Dapat

menjangkau kelompok besar, Dapat disimpan dan dipergunakan berulang

kali, Tembok bisa dijadikan bidang proyeksi, Mampu menampilkan unsur


unsur media seperti gambar, teks, video, animasi, film dan lain lain.

Sedangkan kekurangan LCD Proyektor adalah: Penggantian light bulb yang

cukup mahal, Listrik pada ruangan harus ada, Lebih mudah panas, Warna

menjadi kekuningan setelah 1000 jam pemakaian, Perlu keterampilan khusus

dalam penggunaannya, Membutuhkan perawatan khusus, Membutuhkan

media lain (komputer/TV) dalam pengoperasiannya.

Menurut Ermi (2017:26) ada beberapa manfaat dari penggunaan LCD

proyektor:

1. Sebagai pembantu visual

LCD proyektor memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman

belajar visual dan berwarna warni. Hal ini bisa sempurna untuk karakter

siswa di indonesia yang menyukai pembelajaran secara visual dibanding

papan tulis.

2. Sebagai alternatif mengajar

Penggunaan LCD proyektor memungkinkan guru untuk tidak hanya

terpaku dengan buku. LCD proyektor membuat informasi pembelajaran

lebih tersedia.

3. Membuat mengajar lebih mudah dan lebih baik

Siswa dapat lebih fokus belajar karena melihat satu layar besar tanpa

kesulitan. LCD proyektor telah membuat proses belajar yang

berhubungan dengan internet dan demonstrasi perangkat lunak yang baru

lebih mudah dan dapat menarik perhatian siswa.

4. Lebih efektif dan efisien


LCD proyektor membuat waktu lebih efektif karena tidak banyak

yang terbuang untuk menulis di papan tulis dan membuat suasana

pembelajaran lebih efisien, dimana guru tidak harus selalu ceramah di

kelas.

5. Ramah lingkungan

LCD proyektor hanya menggunakan tenaga listrik, ini sangat ramah

lingkungan dibandung harus menggunakan spidol ataupun kapur.

6. Membiasakan peserta didik dengan teknologi

Secara tidak langsung penggunaan LCD proyektor membuat siswa

lebih mengeluarkan ide ide kreatifnya dalam teknologi yang dapat

berguna bagi dirinya di era moderenisasi.

7. Mengikuti perubahan zaman

Hampir setiap sekolah dalam pembelajaran di kelas menggunakan

LCD proyektor. Lambat laun LCD proyektor akan semakin berkembang

bahkan sampai ke desa desa.

B. KERANGKA BERFIKIR

1. Pengaruh kompetensi pedagogik guru dan media pembelajaran LCD

proyektor terhadap prestasi belajar siswa

Telah diuaraikan diatas bahwa prestasi belajar siswa banyak faktor yang

mempengaruhinya salah satunya dari faktor external yaitu faktor guru dan

media pembelajarannya, guru dan media pembelajaran adalah sebuah

perantara untuk mentransfer ilmu dari bahan ajar ke siswa, jikalau perantara

nya kurang baik, maka sudah dapat dipastikan informasi yang akan sampai ke
siswa pun kurang baik juga. berdasarkan observasi awal, kombinasi antara

skill mengajar guru atau kompetensi guru dan penggunaan LCD proyektor

yang baik akan menumbuhkan minat belajar siswa yang tinggi dan akan

menghasilkan prestasi belajar siswa yang tinggi, dari kesimpulan ini, maka

diduga kompetensi pedagogik guru dan penggunaan media pembelajaran

LCD proyektor mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar siswa

Menurut beberapa responden dari siswa pada saat peneliti melakukan

observasi awal, mereka mengatakan bahwa mereka akan antusias terhadap

guru yang memiliki pembawaan yang menarik, yang dapat menguasai kelas,

dan dapat mencairkan suasana, siswa berharap belajar dikelas bukan lagi hal

yang membosankan, dari beberapa penilitian yang dibaca oleh peneliti,

kompetensi pedagogik guru akan berpengaruh besar terhadap prestasi belajar

siswa, ini di akibatkan karena antusiasme siswa yang tinggi terhadap guru

tersebut. Dari beberapa uraian diatas maka diduga terdapat pengaruh positif

kompetensi pedagogik guru terhadap prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh media pembelajaran LCD proyektor terhadap prestasi belajar

siswa

Berdasarkan observasi awal terhadap beberapa siswa tentang penggunaan

LCD proyektor, mereka mengatakan lebih mudah paham apabila belajar

menggunakan LCD proyektor dibanding guru yang hanya menulis di papan

tulis, mereka mengatakan bahwa mereka lebih suka melihat langsung dari

pada harus membayangkan, ini juga berbanding lurus dengan beberapa


penilitian yang peneliti baca, dimana penggunaan LCD proyektor ini

mempunyai andil besar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh media

pembelajaran LCD proyektor terhadap prestasi belajar siswa.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN

1. Jurnal ummu syaidah dkk tahun 2018 dengan judul “pengaruh kompetensi

guru terhadap hasil belajar ekonomi di sma negeri rambipuji tahun ajaran

2017/2018hasil”. penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan

kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi di SMA Negeri Rambipuji

dengan persentase 80,2 % sedangkan 19,8 % dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Jurnal Hartaji tahun 2018 dengan judul “pengaruh persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional guru dan fasilitas belajar

terhadap motivasi belajar ekonomi siswa di sma negeri 1 ngemplak sleman”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi siswa tentang

kompetensi pedagogik guru, persepsi siswa tentang kompetensi profesional

guru dan fasilitas belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi

belajar. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,603 atau 60,3% menunjukkan

bahwa motivasi belajar dipengaruhi persepsi siswa tentang kompetensi

pedagogik guru, persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru dan

fasilitas belajar sedangkan sisanya sebesar 39,7 % dipengaruhi oleh variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Jurnal penelitian Maryono dkk. Tahun 2022 dengan judul “pengaruh media

pembelajaran LCD proyektor terhadap prestasi belajar aqidah ahlak di


sekolah”. menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang kuat LCD proyektor

terhadap hasil belajar aqidah akhlak siswa di SMP IT Darut Taqwa sebesar

76,3 % sisanya 23,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

4. Jurnal Sarminto J, dkk. Tahun 2016. Kesimpulan hasil penelitian sebagai

berikut: 1) Penggunaan media pembelajaran LCD Proyektor di Negeri 9

Pontianak termasuk dalam kategori baik. 2) Hasil belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi kelas X di SMA Negeri 9 Pontianak termasuk kategori

sudah baik. 3) Terdapat pengaruh penggunaan media pembelajaran LCD

Proyektor terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X

di SMA Negeri 9 Pontianak. Besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel

Y (Koefisien Determinasi) adalah adalah 0,100%, artinya presentase

penggunaan media LCD Proyektor terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran ekonomi sebesar 10,0% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, selanjutnya penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi pedagogik guru dan media

LCD proyektor secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa

2. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi pedagogik terhadap prestasi

belajar siswa

3. Terdapat pengaruh yang signifikan media LCD proyektor terhadap prestasi

belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai