Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari interaksi tindak belajar murid dan

tindak mengajar yang dilakukan oleh Guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi, sedang tindak belajar merupakan puncak dari

proses belajar dengan meningkatnya kemampuan.1 Sedangkan menurut

Sudjana, “bahwa hasil belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil

belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik.2 Pernyataan tersebut, menekankan bahwa hasil belajar

sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Menurut Nasution hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi

tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan guru.3 Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar

adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan

biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.4

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan

peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang

1
Dimyati Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet.
III, h. 3.
2
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 22.
3
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2004), h. 44
4
Ibid., h. 52
13

penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas

peserta didik dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya

situasi belajar aktif. Yang merupakan hasil yang diperoleh peserta didik

setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes

yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada

satu pokok bahasan.

2. Ciri-ciri Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta

didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut

Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil

belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan

pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita

Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman. Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku


bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun
nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau
dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
obatan. 5.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki

keinginan untuk belajar:

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.


Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
5 ?

Algensido Offset, 2004), h. 22


14

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas
manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan
biologis sampai aktualisasi diri.
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
8. Untuk mengisi waktu luang.6

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat

ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan

kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh 

kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa

kualitas pembelajaran (Sudjana, 2004: 39).

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa berupa kemampuan

personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan.

Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh

siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan

dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat

dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri indivdu

penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar

6
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rinneka Cipta.1999), h. 21
15

yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri

individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

3. Tipe-tipe Hasil Belajar

Sudah menjadi ketentuan, bahwa setiap pembelajaran selalu

memberikan suatu hasil, hasil itulah yang disebut sebagai hasil belajar.

Hasil belajar yang dimiliki siswa tidaklah selalu berupa skor atau nilai-

nilai dari hasil tes yang dikerjakannya. Ada beberapa tipe-tipe hasil belajar

yang dihasilkan oleh siswa. Sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

untuk menentukan tipe hasil belajar, yaitu :

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri


dari enam tipe hasil belajar, yaitu :
1) Pengetahuan atau ingatan
Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat
rendah yang paling rendah. Nanmun tipe hasil belajar ini menjadi
syarat tipe hasil belajar selanjutnya, misalnya hafalan menjadi
syarat siswa untuk bisa paham.
2) Pemahaman
Pemahaman dibagi menjadi tiga kategori, yang pertama
tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya. Tingkat yang kedua
adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-
bagian terdahlu dengan yang diketahui berikutnya. Pemahaman
tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi, yang diharapkan
siswa mampu melihat dibalik yang tertulis, membuat ramalan
tentang konsekuensi.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret
atau situasi khusus. Abstraksi dapat berupa ide-ide, teori, atau
petunjuk tekhnis.
4) Analisis
Adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirearkinya atau
susunannya.

5) Sintesis
16

Adalah penyatuan unsur-unsur atau bagan-bagan ke dalam


bentuk menyeluruh.
6) Evaluasi
Adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, pembelajaran, materil, dan lain-lain.
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap atau nilai. Tipe hasil belajar
ranah afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti
perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan
sosial.
c. Ranah psikomotor, tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.7

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru

dengan pengetahuan yang kita miliki. Disini terjadi penyesuaian dari

pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan

kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah

pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui

pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.

Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor

yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari luar diri peserta

didik8. Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri

peserta didik perubahan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga

faktor dari luar diri peserta didik yakni lingkungan yang paling dominan

berupa kualitas pembelajaran.

"Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan


lingkungannya". Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat

7
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 23 – 31
8
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensido Offset, 2004), h. 28
17

dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara


sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.9
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar peserta didik

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu peserta didik berupa

kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri peserta didik yakni

lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai

atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau fikiran yang mana

hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga

nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap,

pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek

kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku

secara kuantitatif.

Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar dalam

penelitian ini adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah terjadinya

proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok

bahasan.

5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam


9
Ibid., h. 31
18

a. Pengertian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Ahmad D Marimba mengemukakan pendidikan agama islam

adalah ”bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil)”.10

Pendapat yang lain mengatakan bahwa ”pendidikan agama

islam secara sempit dapat di artikan bimbingan yang kepada anak-

anak sampai ia dewasa, sedangkan secara luas segala sesuatu yang

mengakut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu

upaya menanamkan dan mengengbangkan nilai-nilai bagi anak

didik”.11

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa

pendidikan agama islam merupakan proses bimbingan atau pimpinan

yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dengan tujuan

untuk membentuk kepribadian yang utama (insan kamil).

b. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII

Tujuan pendidikan agama Islam adalah perwujudan dan

pengabdian yang optimal kepada Allah SWT, untuk dapat

melaksanakan pengabdian tersebut harus dibina seluruh potensi yang

dimilikinya yaitu potensi spiritual, intelektual, perasaan, kepekaan dan

sebagainya.12

10
Syamsu Nizar, Filsafat Pendidikan Agama Islam Hispoteris, Teoritis Dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 32
11
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, cet.2 (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 10
12
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, cet.2 (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 51
19

Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ad-Dzariat ayat 56

sebagai berikut :

      


Artinya : “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.13

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan

agama Islam bertujuan menciptakan manusia yang berkepribadian

muslim dalam segala tindakan dan senantiasa berlandaskan pada

ajaran-ajaran Islam dengan penuh keyakinan, keikhlasan sebagai

wujud pengabdian dan penyerahan dirinya yang tulus kepada Allah.

c. Materi yang akan Digunakan

Dalam penelitian ini Standar Kometensi yang akan digunakan

adalah :

1. Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah, dan Istiqamah dengan

Kompetensi Dasar :

a. Memahami makna tentang perilaku amanah sebagai

implementasi dari Q.S. al-Anfal/8: 27 dan hadis terkait.

b. Memahami makna tentang perilaku istiqamah sebagai

implementasi dari pemahaman Q.S.al- Ahqaf/46: 13 dan hadis

terkait.

c. Mencontohkan perilaku amanah sebagai implementasi dari

Q.S. al-Anfal/8: 27 dan hadis terkait dan mencontohkan

13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 2006), h. 523
20

perilaku Istiqamah sesuai kandungan Q.S.al- Ahqaf/46: 13 dan

hadis terkait.

2. Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman dengan Kometensi Dasar :

a. Memahami ketentuan bersuci dari hadas kecil dan hadas besar.

b. Mempraktikkan tata cara bersuci dari hadas kecil.

c. Mempraktikkan tata cara bersuci dari hadas besar.14

d. Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII

1) Pengertian kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “

Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.

Dan dalam dunia pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan belajar

mengajar.

Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan

pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan

pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian

tujuan pendidikan nasional.15

Materi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII

SMP Negeri 1 Bumi Agung meliputi :

Semester 1 :
BAB I Lebih Dekat dengan Allah Swt. yang Sangat Indah Nama-
Nya.
BAB II Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah, dan Istiqamah
14
Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Bumi Agung
15
Oemar Hamalik, Prooses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.18
21

BAB III Semua Bersih Hidup Jadi Nyaman


BAB IV Indahnya Kebersaman dengan Berjamaah
BAB V Selamat Datang Nabi Muhammad saw. Kekasihku.
BAB VI Dengan Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih
Mudah.16

B. Metode Snowball Throwing

1. Pengertian Metode Snowball Throwing

Model snowball throwing (melempar bola) merupakan jenis

pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar

bola. Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat

soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua

kelompok. Karena berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam

keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat

onar.17

Teknik Metode Snowball Throwing juga mendorong peserta didik

untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.18 Dari pendapat di atas

dapat diketahui bahwa pengertian Metode Snowball Throwing adalah

suatu model yang dapat merangsang peserta didik untuk berinteraksi dan

bekerja sama dengan peserta didik yang lain sehingga peserta didik akan

lebih aktif dan dapat memahami pembelajaran dengan lebih mudah.

Metode Snowball Throwing ini cocok untuk diterapkan bagi

sekolah-sekolah yang masih menggunakan model pembelajaran secara

langsung karena sangat mudah diterapkan dan paling sederhana dalam

16
Silabus Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Bumi Agung
17
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2005), h. 144
18
Ibid., h. 154
22

penerapannya. Peserta didik akan lebih mudah dalam menemukan dan

menanggani konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan

masalah tersebut dengan temannya. Peserta didik yang berkemampuan

rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing oleh temannya yang

memiliki wawasan yang lebih tinggi, sedangkan peserta didik yang lebih

tinggi kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi tutor

sehingga pemahamannya menjadi lebih baik lagi.

Kerja kelompok diharapkan dapat membuat peserta didik lebih

mendiskusikan konsep dan prinsip tentang pelajaran mereka. Kegiatan

saling membantu yang menguntungkan semua pihak tentu akan

meningkatkan hasil belajar peserta didik sehingga aktivitasnya pun akan

meningkat.

2. Kelebihan dari Metode Snowball Throwing

Kelebihan dari Metode Snowball Throwing yaitu (1) dapat

meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, (2) dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik, (3) dapat meningkatkan

kreativitas peserta didik, (4) dapat mendengar, menghormati, serta

menerima pendapat peserta didik lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan

dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan

peserta didik lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain

dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling

memahami dan saling mengerti.19 Peningkatkan hasil belajar peserta


19
Perbandinganpenerapanpembelajaran,http//hendygoblog.blogspot.com/2009/07/.html.
, diakses tanggal 28 Oktober 2015. Pukul 17.00 WIB
23

didik dapat dilakukan melalui penggunaan metode pembelajaran yang

tepat. Penggunaan yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

akan membuat peserta didik merasa tidak nyaman dalam belajar dan

akhirnya proses belajar mengajar menjadi membosankan dan akhirnya

akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini

penggunaan Metode Snowball Throwing ini adalah suatu metode

pembelajaran dimana peserta didik dikelompokkan dalam suatu

kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, yang mana

pengelompokan ini untuk mengajarkan peserta didik bekerja dalam

kelompok, cara mengajarkan peserta didik untuk berbagi tugas dan cara

untuk mengajarkan peserta didik belajar dari temannya serta cara

mengajarkan peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain. Untuk

menyelesaikan suatu tugas, untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga

setiap anggota kelompok mendapat hasil belajar yang tinggi.

Arta Januardana, dkk, mengemukakan bahwa “kelebihan dari

metode Snowball Throwing adalah sebagai berikut: (1) untuk melatih

kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, (2) agar dapat saling

memberikan pengetahuan antara siswa yang satu dengan yang lainnya,

(3) pada metode ini ada unsur permainan, yaitu saling lempar-melempar

pertanyaan antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. (4) menarik

perhatian siswa mengenai materi yang dipelajari”.20

20
Arta Januardana,dkk, “Pengaruh Metode Snowball Throwing Berbantu Media
Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus 1 Kuta Bandung”, Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 2, 2014, h. 4
24

Slamet Widodo memaparkan bahwa, “metode Snowball Throwing

mempunyai kelebihan di antaranya melatih kesiapan siswa dalam

merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan

saling memberikan pengetahuan”.21

Hasil belajar peserta didik yang mencerminkan tingkat

keberhasilan proses belajar mengajar banyak dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik internal maupun eksternal. Pemilihan model yang tepat

dalam menyampaikan materi pelajaran merupakan strategi guru dalam

upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

Kekurangan dari Metode Snowball Throwing yaitu (1) setiap

peserta didik harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-

temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam Metode

Snowball Throwing ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu22.

Berdasarkan pengertian di atas kelebihan dari metode snowball

throwing sangat banyak khususnya bagi pesera didik, yaitu : siswa lebih

percaya diri untuk mengungkapkan pendapat di depan orang banyak,

siswa mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan,

tidak malu, dan yang terpenting pembelajaran lebih menyenangkan.

3. Langkah-langkah Metode Snowball Throwing

Secara spesifik, yatim Riyanto menjelaskan tahapan penerapan

metode snowball throwing di kelas adalah sebagai berikut:

Slamet, Widodo, “Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya Melalui Metode Snowball


21

Throwing Dalam Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”, Jurnal Pendidikan Penabur, 2009, h.


44-45
22
hendy, http//hendygoblog.blogspot.com., diakses tanggal 27 Oktober 2015 Pukul 21.00
WIB
25

a) Guru menyampaikan materi yang akan diberikan kepada siswa, b)


guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing
ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi tersebut.
Ketua kelompok sudah dibentuntuk sebelumnya, c) setelah dijelaskan
masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman-
temannya. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar
kertas untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut
materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, d) kemudian siswa
menentukan kelompok mana yang dapat melempar terlebih dahulu,
lalu kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa lain secara bersamaan, e) setelah
siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian, f) evaluasi, g) penutup.23

Langkah-langkah snowball throwing yang dikemukakan oleh

Yatim Riyanto merupakan langkah-langkah yang menggambarkan

pembelajaran kooperatif yang dikemas dalam suatu permainan lempar

bola.

Menurut buku karya Hisyam Zaini, dkk, langkah-langkah metode


snowball throwing yaitu, a) sampaikan topik yang akan diajarkan, b)
minta peserta didik untuk menjawab secara berpasangan, c) setelah
peserta didik yang bekerja berpasangantadi mendapatkan jawaban, d)
kelompok berepat ini mengerjakan tugas yang sama seperti dalam
kelompok dua orang, e) setelah kelompok berepat ini selesai
mengerjakan tugasm setiap kelompok digambungkan dengan satu
kelompok lain, dengan ini muncul kelompok baru yang anggotanya
delapan orang, f) yang dikerjakan kelompok baru ini sama dengan
tugas pada langkah keempat di atas, langkah ini dapat dilanjutkan
sesuai dengan jumlah peserta didik atau waktu yang tersedia, g)
masing-masing kelompok dimintai menyampaikan hasilnya kepada
kelas, h) pengajar akan membandingkan jawaban dari masing-masing
kelompok kemudian memberikan alasan-alasan dan penjelasan
secukupnya sebagai klarifikasi dari jawaban peserta didik.24
Dari dua pendapat di atas penulis memakai langkah-langkah

metode snowball throwing, antara lain:

23
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana 2012), h. 276
24
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h.
58
26

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin

dicapai.

2. Guru membentuk siswa kelompok-kelompok.

3. Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan dan membuat

pertanyaan untuk tiap-tiap siswa.

4. Guru memberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan

pertanyaan.

5. Guru membantu siswa untuk membuat bola dari kertas tersebut dan

dilempar kepada kelompok lain.

6. Setelah membuat bola, guru mengarahkan kelompok yang

mendapatkan bola untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam

kertas.

7. Kelompok yang telah menjawab pertanyaan, melemparkan pertanyaan

yang telah dibuat pada kelompok lain.

8. Memberikan kesimpulan.

C. Penerapan Metode Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar

Secara umum guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah

Pertama jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh

peserta didik dan membosankan. Untuk itu guru perlu mempertimbangkan

model pembelajaran lain yang efektif dan tepat sehingga dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dianggap

mampu memenuhi tuntutan di atas adalah Metode SnowballTthrowing.


27

Slamet Widodo memaparkan bahwa, “metode Snowball Throwing

merupakan salah satu modifikasi teknik bertanya menitikberatkan pada

kemampuan membuat pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan

menarik yaitu saling melempar bola salju yang berisi pertanyaan kepada

sesama teman.”25 engan memperhatikan prosedur atau langkah-langkah

penerapan metode Snowball Throwing di dalam kelas maka tujuan dari

metode Snowball Throwing dapat tercapai dengan baik, karena metode

Snowball Throwing merupakan salah satu metode yang dapat

mengembangkan aktivitas siswa secara optimal.

Metode Snowball Throwing merupakan salah satu metode yang yang

digunakan dalam kegiatan di kelas, dimana antara siswa diajak untuk adu

argumen serta saling tukar pikiran melalui tugas yang dibagi perkelompok

oleh guru, dengan demikian siswa benar-benar siap untuk menguji soal-soal

yang diberikan guru pada masing-masing kelompok, oleh karena itu metode

ini sangat memungkinkan siswa lain mengeluarkan argumen berdasarkan

kajian buku yang telah ia baca. Dalam proses pembelajaran menggunakan

Metode Snowball Throwing yang disatukan dengan unsur belajar sambil

bermain dalam pelaksanaan di kelas sangat membantu. Untuk merangsang

semangat dalam membuat inovasi baru baik dalam individu maupun

kelompok, sehingga bagi siswa yang kurang terinovasi untuk maju dan

berkembang, secara bertahap pasti akan berusaha mengikuti alur

kelompoknya.

25
Slamet, Widodo, Meningkatkan Motivasi., h. 44-45
28

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan penggunaan metode

Snowball Throwing dapat merangsang peserta didik untuk berinteraksi dan

bekerja sama dengan peserta didik akan lebih aktif dan dapat memahami

pelajaran yang lebih mudah, karena dalam pengelompokan ini mengajarkan

peserta didik belajar dari temannya serta cara untuk menghargai pendapat

orang lain. Selain itu, dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan dalam

belajar di kelas. Sehingga hal ini dapat meningkatkan motivasi serta

kreativitas peserta didik dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan oleh peneliti sebagai berikut: “Penerapan Metode Snowball

Throwing dapat meningkatkan hasil belajar PAI peserta didik Kelas VII SMP

Negeri 1 Bumi Agung Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur

Tahun Pelajaran 2015/2016.

Anda mungkin juga menyukai