Anda di halaman 1dari 27

1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses

belajar dapat diperlihatkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, serta perubahan

aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.

Hamalik (2008:27) menjelaskan pengertian belajar yaitu:

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui


pengalaman (Learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing). Menurut
pengertian ini belajar adalah hasil atas tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat saja akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan.

Suyono dan Hariyanto (2012:9) menjelaskan “belajar adalah

suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian”. Purwanto (2011:38) menjelaskan “belajar

merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”.

12
2

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses yang dialami oleh siswa akibat adanya latihan dan

pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya melalui

pengalaman tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap

dan keterampilan. Siswa diharapkan memiliki pengetahuan dari yang

tidak tahu menjadi tahu.

b. Pengertian pembelajaran

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 2003

(dalam Arikunto, 2013:19) menjelaskan “pembelajaran diartikan

sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suartu lingkungan belajar”. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu

dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta

pemebentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik. Suherman

(dalam Jihad dan Haris, 2012:11) menjelaskan “pembelajaran

merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan pendidik

serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap”.

Berdasarkan definisi pembelajaran yang dikemukakan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan

yang dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan dengan

memperhatikan materi dan metode yangdigunakan sesuai atau tidak

dengan karakteristik siswa. Pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung dalam


3

pembelajaran. Saat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran,

merekaakan sungguh-sungguh terhubunng dengan materi pelajaran

sehingga mereka akan mengingat konsep yang dipelajari untuk jangka

waktu yang lama.

c. Hasil Belajar

Sudjana (2016:3) menjelaskan “hakikat hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik”. Purwanto (2011:49) menjelaskan “hasil

belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku

yang dilakukan oleh usaha pendidikan”.

Suprijono (2010:5) menjelaskan “hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi

dan keterampilan”. Hasil belajar dalam proses pembelajaran

merupakan hal yang penting karena dapat menunjukan ketercapaian

tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar siswa dapat

diketahui melalui evaluasi untuk menilai dan mengukur apakah siswa

telah menguasai ilmu yang telah disampaikan

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar yang didapat di sekolah, dan

kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif

dan psikomotor yang diperoleh akibat belajar. Hasil belajar yang


4

diperoleh siswa bertujuan agar siswa dapat menerapkan dan

memahami kemampuan yang telah dipelajari.

d. Penilaian Hasil Belajar

Berdasarkan sistem pendidikan nasional rumusan tujuan

pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (Sudjana,

2016: 22-32) yang secara garis besar membaginya tiga ranah yakni

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. ketiga ranah

tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar dapat penulis simpulkan

sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan deangan hasil belajar intelektual

(berfikir), yang terdiri dari enam aspek yaitu:

a) Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan

dari kata Knowlage dalam Taksonomi Bloom yang termasuk

kedalam pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus,

batasan, defenisi, istilah, pasal dalam Undang-Undang, nama-

nama tokoh dan lain sebagaimana. Hafal menjadi prasarat bagi

pemahaman, hal ini berlaku bagi semua bidang studi baik

metematika, pengetahuan alam, ilmu sosial maupun bahasa.

b) Pemahaman
5

Tipe hasil belajar yang tinggi dari pada pengetahuan

adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan

kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya,

memberi contoh lain dari yang telah dicontohkannya atau

meggunakan petunujuk penerapan pada kasus lain.

Pengetahuan bukan berarti pengetahuan tidak ditanyakan,

sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu

mengetahui atau mengenal.

c) Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi

kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin

berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi

ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

d) Analisis

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau

susunannya. Analisis diharapkan seseorang mempunyai

pemahaman ang komperehensif dan dapat memilah integritas

menjadi bagian-bagaian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal

memahami cara bekerjanya, untuk hal lain memahami

sistematikanya.

e) Sintesis
6

Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-

bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berfikir sintesis

merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih

kreatif. Berfikir kreatif merupakan hasil yang hendak dicapai

dalam pendidikan.

f) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai

sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan cara

bekerja, pemecahaman masalah, metode, dan lain-lain. Dilihat

dari segi terrsebut maka dalam evaluasi perlu adanya sesuatu

kriteria atau standar tertentu.

2. Ranah Afektif

Ranah Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil

belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku

seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar,

menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan

hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai

hasil belajar yaitu:

a) Reciving/attending, yakni semacam pekaan dalam menerima

ransangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa

dalam bentuk masalah, situasi gejala dan lain-lain.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan

seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.


7

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan

terhadap gejala atau stimulus.

d) Organisasi yakni pengembangan dari nilai kedalam suatu

organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain

pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan

semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Ranah Psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk

keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam

tingkat keterampilan yaitu:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Kemampuan konseptual, termasuk didalamnya membedakan

visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

d) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana

sampai pada keterampilan yang kompleks.

e) Kemampuan yang berkenaan dengan komonikasi non-

decursive seperti gerak ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan ketiga domain ranah hasil


8

belajar tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana pengetahuan,

pemahaman dan penerapan siswa terhadap mata pelajaran IPA. Peneliti

dalam penelitian ini, akan menilai hasil belajar siswa hanya pada ranah

kognitif yang meliputi knowlage (pengetahuan, ingatan), comprehension

(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan).

2. Model Inkuiri

a. Pengertian Model Inkuiri

Taufina dan Muhammadi (2012:172) menjelaskan “Inkuiri

berasal dari kata To inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat dalam

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan

melakukan penyelidikan”. Hamdayama (2014:31) menjelaskan

“model Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan paada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan”.

Model inkuiri merupakan salah satu model yang dapat

mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Shoimin (2016:85)

menjelaskan “model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran

yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman

belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan masalah

yang diajukan”. Susanto (2014:173) menjelaskan “model Inkuiri

adalah proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan

mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relavan, mengevaluasi


9

buku dan sumber-sumber informasi lain secra kritis, merenacanakan

penyelidikan atau investigasi, me-riview apa yang telah diketahui,

melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat

untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasikan data,

serta membuat prediksi dan mengomunikasikan hasilnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model

inkuiri adalah model yang menekankan pada keaktifan siswa untuk

mencari jawaban atau memecahkan masalah sehingga menemukan

konsep-konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan sampai

dengan mengomunikasikan hasil temuannya.

b. Langkah-langkah Model Inkuiri

Model Inkuiri merupakan salah satu model yang mendorong

siswa untuk aktif dalm pembelajaran. Shoimin (2016:85-86)

menjelaskan langkah-langkah model Inkuiri sebagai berikut:

1) Membina suasana yang responsif diantara siswa, 2)


mengemukakan permasalahan untuk diinkuirikan
(ditemukan) melalui cerita, gambar, film 3) mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, 4) merumuskan
hipotesis/perkiraan yag merupakan jawaban dari peryataan
tersebut, 5) menguji hipotesis, guru mengajukan pertayaan
yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis, 6)
pengambilan kesimpulan yang dilakukan oleh guru dan
siswa.

Ibnu Badar (2014:147) menjelaskan langkah-langkah model

Inkuiri sebagai berikut: “1) merumuskan masalah, 2) mengamati atau


10

melakukan observasi, 3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam

tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, 4)

mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,

teman sekelas, guru, atau audiens yang lain”.

Taufina dan Muhammadi (2011:173-174) menjelaskan

langkah-langkah model inkuiri dalam enam langkah dapat penulis

simpulkan sebagai berikut:

1) Orientasi; pada tahap ini guru melakukan langkah untuk


membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. 2)
Merumuskan masalah; langkah membawa peserta didik pada
suatu persoalan yang menantang. 3) Merumuskan hipotesis;
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.
Sebagai Jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. 4) Mengumpulkan data; aktifitas menjaring
informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. 5) Menguji hipotesis; menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6) Merumuskan
kesimpulan; proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas,

maka peneliti akan menerapkan langkah-langkah yang dikemukan

oleh Taufina dan Muhammadi (2011:173-174) karena langkah-

langkah yang dikemukankan Taufina dan Muhammadi lebih

sederhana dan mudah dipahami serta diterapkan dalam kegiatan

pembelajaran IPA.
11

c. Kelebihan Model Inkuiri

Model pembelajaran ini digunakan guru menginginkan siswa

mendalami atau lebih memahami secara rinci dan detail dari apa

materi yang diajarkan kepadanya. Shoimin (2016:86) menjelaskan

kelebihan model Inkuiri sebagai berikut:

1) Pembelajaran yang menekankan kepada aspek kognitif,


afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga
pembelajaran lebih bermakna, 2) dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka, 3) pembelajaran yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologis belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman, 4) dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata.

Roestiyah (2012:76-78) menjelaskan kelebihan pembelajaran

model inkuiri adalah sebagai berikut:

1) Membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri


siswa sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan
ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.3)
Mendorong siswa untuk dapat berpikir dan bekerja keras atas
inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4)
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri. 5) Situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang. 6) Memberikan kebebasan siswa untuk belajar
sendiri. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan
individu. 8) Memberikan waktu pada siswa secukupnya
12

seingga mereka mengamisilasi dan mengakomodasi


informasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kelebihan model pembelajaran inkuiri adalah dapat

mengembangkan keterampilan dalam proses kognitif dan

memberikan kebebasan untuk menemukan sendiri sehingga

memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan

proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada

siswa.

3. Model Discovery Learning

a. Pengertian Model Discovery Learning

Model Discovery Learning merupakan proses mental dimana

mampu mengamisilasi sesuatu konsep atau prinsip. proses mental

dimaksud adalah menagamati, mencerna, menggolong-golongkan,

membuat dugaan, menjelaskan mengukur dan membuat simpulan.

Noerida dan Saraswati (2016:8) menjelaskan “model Discovery

Learning mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep, arti,

dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada

kesimpulan”. Faisal (2014:102) menjelaskan “model Discovery

Learning adalah proses mental dimana siswa mampu

mengamisilasikan suatu konsep atau prinsip”.

Hanafiah dan Suhana (dalam Faisal, 2014:102) menjelaskan

“Discovery Learning adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran


13

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga

mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan

keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku”. Roestiyah

(2012: 20) menjelaskan “Discovery Learning adalah proses mental

dimana siswa mampu mengamisilasi sesuatu konsep atau prinsip.

Maksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati,

mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

model Discovery Learning yaitu model pembelajaran penemuan

dimana melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, aktif, dan logis. Siswa mendapatkan

pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip

untuk diri mereka sendiri, serta pembelajran yang melibatkan siswa

untuk mandiri dan menemukan dari pengalamannya sehingga

pengetahuan akan lama teringat oleh siswa.

b. Langkah-Langkah Model Discovery Learning

Pembelajaran dengan menggunakan model Discovery

Learning dapat berjalan dengan efektif, harus dipahami dengan baik

beberapa langkah Discovery Learning. Noerida dan Saraswati

(2016:11) menjelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaan model

Discovery Learning adalah sebagai berikut: “1) pemberian rangsangan


14

(Stimulasi), 2) identifikasi masalah (Problem Statement), 3)

pengumpulan data (Data colection), 4) pengolahan data (Data

processing), 5) pembuktian (Verification), 6) menarik kesimpulan

(Generalization)”.

Syah (dalam Faisal, 2014:104-107) menjelaskan langkah-

langkah pelaksanaan model Discovery Learning dalam enam langkah

dapat penulis simpul sebagai berikut:

1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Guru dapat


memulai kegiatan proses pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2) Problem Statment (identifikasi masalah). Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah). 3) Data Colection (pengumpulan data).
eksplorasi berlangsung guru juga memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. 4) Data Procesing (pengolahan data).
Kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh
siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya
kemudian ditafsirkan. 5) Verification (pembuktian). Siswa
melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan da kemudian
dihubungkan dengan hasil data procesing (pengolahan data).
6) Generalization (menarik kesimpulan). proses menarik
sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
15

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,


dengan memperihatikan hasil verifikasi.

Faisal (2014:107-108) menjelaskan Discovery Learning

terdiri dari tujuh langkah, yaitu:

Tabel 3. Langkah Model Discovery Learning


Langkah Aktivitas Guru dan Siswa

Langkah 1 Guru menyajikan beberapa contoh dan


Menyediakan fakta bukan contoh dari suatu konsep sehingga
awal untuk diamati siswa merasa tertarik bertanya lebih jauh.
siswa
Langkah 2 Guru mendorong siswa untuk
Mengklasifikasikan menanyakan fakta tambahan dan guru
fakta yang diusul meresponnya dengan mengatakan
siswa “contoh” atau “bukan contoh” sehingga
siswa memperoleh lebih banyak contoh
dan bukan contoh.
Langkah 3 Guru menata contoh-contohnya saja, dan
menganalisis fakta mengajak siswa untuk menemukan
dan mencari polanya kesamaan dari contoh-contoh tersebut.

Langkah 4 Guru mengajak siswa untuk merumuskan


Menghasilkan dugaan mereka tentang konsep yang telah
dugaan tentang dipelajari dari contoh-contoh tersebut.
maksud dari fakta
yang diberikan
Langkah 5 Guru mengajak kelompok-kelompok
Memfasilitasi siswa untuk berbagi dugaannya dan
untuk berbagi hasil mendiskusikan sehingga diperoleh dugaan
16

penalaran (dugaan) bersama.


Langkah 6 Guru memberikan penegasan tentang
Mendorong siswa maksud dari konsep itu
untuk
menyimpulkan
Langkah 7 Guru memberikan latihan-latihan untuk
Membantu siswa memantapkan pemahaman siswa.
lebih mantap
memahami konsep

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti akan menerapkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh

Syah (dalam Faisal 2014:104-107) karena peneliti merasa langkah-

langkahnya lebih sederhana dan mudah untuk dipahami serta

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran IPA.

c. Kelebihan Model Discovery Learning

Model Discovery Learning dapat mengacu pada keingintahuan

siswa, memotivasi untuk melanjutkan pekerjaan sehingga mereka

menemukan jawabannya. Roestiyah (2012:20-21) menjelaskan

kelebihan dari model Discovery Learning adalah sebagai berikut:

1) Model ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,


memperbanyak kesiapan serta penggunaan keterampilan dalam
proses kognitif/pengenalan siswa, 2) siswa memperoleh
kemampuan pengetahuan yang bersifat sanat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa,
3) dapat membangkitkan kegairahan dalam belajar siswa, 4)
mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
17

berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannnya masing-


masing, 5) mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga
lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat, 6)
membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri,
berpusat pada siswa tidak pada guru.

Hanafiah dan Suhana (dalam Faisal, 2014:109) menjelaskan

kelebihan model Discovery Learning adalah:

1) Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuannya


sendiri melalui kegiatan yang dilakukan, 2) siswa memperoleh
pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan
menegendap dalam pikirannya karena siswa sendiri yang
menemukannya, 3) dapat membangkitkan motivasi dan gairah
belajar siswa untuk belajar lebih giat lagi melalui kegiatan
penemuan, 4) memberikan peluang untuk berkembang dan
maju sesuai dengan kemampuan dan minat siswa, 5)
memperkuat dan menembah kepercayaan pada diri sendiri
dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran
berpusat pada siswa sendiri dengan peran guru yang sangat
terbatas.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kelebihan model Discovery Learning adalah siswa mampu

menemukan dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Kegiatan-

kegiatan yang dilakukannya sendiri, memperkuat rasa percaya diri dan

motivasi belajar siswa, mengajak dan mengarahkan siswa untuk


18

memahami pengetahuannya melalui kegiatan serta membangkitkan

motivasi dalam belajar.

4. Hakikat IPA

a. Hakikat IPA

IPA merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, hal ini disebabkan karena kehidupan sangat bergantung pada

zat alam da segala jenis gejala yang terjadi di alam. Wisudawati dan

Sulistyowati (2014:22) menjelaskan pengertian IPA adalah:

IPA merupakan rumpun ilmu memiliki karakteristik khusus


yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa
kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya Ada
dua hal berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA
sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

Trianto (2010:137) menjelaskan bahwa “IPA dipandang pula

sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur”. Proses

diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan

tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Produk

diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetauan yang diajarkan

dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk

penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Prosedur dimaksudkan

adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengatahui riset pada

umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (Scientific Method).


19

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA

adalah suatu pengetahuan yang mempelajari alam dan gejala alam

yang dipandang sebagai produk, proses dan prosedural.

b. Pengertian Pembelajaran IPA

Wisudawati dan Sulistyowati (2014:26) menjelaskan

“pembelajaran IPA adalah interaksi antara komponen-komponen

pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai

tujuan yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan”.

Pembelajaran IPA merupakan suatu pembelajaran yang mempelajari

tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan sekitarnya.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di

permukan bumi, di dalam perut bumi dan luar angkasa yang dapat

diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera.

Trianto (2010:141) menjelaskan “pembelajaran IPA meliputi alam

semesta keseluruhan, benda-benda yang ada di permukaan bumi

maupun di luar angkasa baik yang dapat diamati indera maupun yang

tidak dapat diamati oleh indera”. Susanto (2014:167) menjelaskan

“pembelajaran IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam

semesta melalui penamatan yang tepat pada sasaran, serta

menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA adalah suatu proses pembelajaran yang


20

mempelajarai alam untuk mencapai tujuan berbentuk kompetensi yang

telah ditetapkan.

c. Tujuan IPA

IPA berupaya membangkitkan minat manusia untuk

meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya.

Trianto (2010:142) menjelaskan tujuan pembelajaran IPA sebagai

berikut: “1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia

tempat hidup dan bagaimana bersikap, 2) menanamkan sikap hidup

ilmiah, 3) memberikan keterampilan melakukan pengamatan, 4)

menggunakan dan menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan”.

Taksonomi Bloom (dalam Trianto 2010:142) menjelaskan

tujuan pembelajaran IPA secara umum adalah:

Memberikan pengetahuan (kogntif), yang merupakan tujuan


utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud
adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara
garis tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami
dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan
serta keteraturannya. Disamping hal itu, pembelajaran sains
diharpkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik),
kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan, dan
apresiasi. Didalam mencari jawaban terhadap suatu
permasalahan, karena ciri-ciri tersebut yang membedakan
dengan pembelajaran lainnya.
21

Depdiknas (2006:484) menjelaskan pembelajaran IPA di

SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang


Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keurunan
alam ciptaan-Nya, 2) mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan keadaran tentang adanya
hubungan yang saling memperngaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat, 4) mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, 5) meningkatkan
kesadaran untuk erperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam, 6) meningkatkan kesadaran
untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan, dan 7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

d. Ruang lingkup IPA

IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam

serta persoalanya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan

perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan

sifatnya. Depdiknas (2006:485) menjelaskan ruang lingkup IPA untuk

SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,


hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
22

kesehatan, 2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya


meliputi: cair, padat dan gas, 3) energi dan perubahannya
meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana, dan 4) bumi dan alam semesta
meliputi:tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang

lingkup IPA di SD adalah makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu

manusia, hewan tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta

kesehatan.

B. Kajian Penelitian Relevan

Penulisan mengenai model Inkuiri dan Discovery Learning ini tidak

penulisan yang pertama melainkan sudah pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Peneliti melakukan penulisan kembali mengenai model Inkuiri

dan Discovery Learning karena model pembelajaran tersebut terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada penulisan sebelumnya. Berikut

penulisan-penulisan yang mengkaji Inkuiri dan Discovery Learning:

1. Penulisan yang dilakukan Milatus Solikha (2017) yang berjudul

“Perbandingan Model Pembelajaran Inquiry Dan Model Pembelajaran

Discovery Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 10

Metro Timur”. Hasil dari penulisan tersebut menunjukkan bahwa model

inkuiri sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V”.

Dapat dilihat dari nilai rata-rata posttest kelas eksperimen 1 dengan

menggunakan model inkuiri 74,29 sedangkan nilai rata-rata posttest pada

kelas eksperimen 2 dengan menggunakan model Discovery 70,48.


23

2. Penulisan yang dilakukan Ratna Melati (2013) yang berjudul

“Peningkatan Proses pembelajaran Tematik Terpadu menggunakan

Model Discovery Learning pada Tema 8 Tempat Tinggalku di kelas IV

SDN 03 Alai Padang”. Penulisan ini merupakan penulisan tindakan kelas

yaitu empat tahap kegiatan, yaitu merencanakan, melakukan tindakan,

pengamatan dan refleksi. Hasil penulisan menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery

Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dari siklus 1 Pertemuan

1 dengan nilai rata-rata 72,2 meningkat pada siklus 1 pertemuan 2

dengan nilai rata-rata 77,7.

3. Penulisan yang dilakukan Damanta Mathovani (2013) yang berjudul

“Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Inkuiri dan

Discovery Learning Pada Materi Optik Kelas V SD Negeri 11

Kutowinangun Kota Salatiga”. Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimen. Hasil dari penulisan tersebut menunjukkan model inkuiri

dan Discovery Learning dapat perbedaan kualitas pembelajaran IPA.

Perbedaan tersebut diketahui dari adanya perbedaan nilai rata-rata hasil

belajar yang diperoleh antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan uraian di atas penulisan mengenai model Inkuiri dan

Discovery Learning yang telah dilakukan menunjukkan model pembelajaran

ini mampu meningkatkan pembelajaran. Peneliti melakukan penulisan

eksperimen untuk menguji Perbandingan Inkuiri dan Discovery Learning

terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 10 Lambung Bukit


24

Kecamatan Pauh Kota Padang pada pembelajaran IPA. Kesamaan penulisan

ini dengan penulisan sebelumnya terletak pada model pembelajaran yang

digunakan yaitu Inkuiri dan Discovery Learning, sedangkan perbedaan dalam

penulisan ini terletak pada materi dan sekolah yang digunakan. Sekolah yang

digunakan dalam penulisan ini yaitu SD Negeri 10 Lambung Bukit

Kecamatan Pauh Kota Padang.

C. Kerangka Berpikir

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk

mendapatkan suatu hasil dalam interaksi aktif dengan lingkungannya,

sehingga dengan interaksi aktif dan saling bertukar informasi dapat terjalin

perubahan-perubahan yang relatif dan berbekas. Model belajar yang dapat

menciptakan lingkungan agar siswa dapat saling membantu sehingga dapat

saling memenuhi kebutuhannya salah satunya adalah model pembelajaran

Inkuiri dengan Discovery Learning.

Penulisan ekperimen ini, penulisan dilaksanakan dengan

memberikan perlakuan pada mata pelajaran IPA antara kelas eksperimen 1

dengan kelas eksperimen 2. Pembelajaran pada kelas eksperimen 1

dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri dan pada

kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

Hasil belajar yang diperoleh setelah diberi perlakuan kemudian diuji hipotesis

untuk melihat signifikansi perbedaan antara kelas yang menerapkan model

pembelajaran Inkuiri dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning.
25

Penulisan ini juga terdapat dua yaitu varibel bebas (X) dan variabel

terikat (Y), yang mana variabel bebas akan mempengaruhi varibel terikat.

Variabel X yaitu model pembelajaran Inkuiri dan model pembelajaran

Discovery Learning dan variabel Y adalah hasil belajar IPA. Pada

pelaksanaannya variabel X dilaksanakan pada kelas eksperimen 1 yaitu model

pembelajaran Inkuiri dengan kelas eksperimen 2 yaitu model pembelajaran

Discovery Learning yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Variabel Y (hasil belajar IPA) diharapkan kelas eksperimen 1 yang

menggunakan model pembelajaran Inkuiri akan lebih tinggi dari pada kelas

eksperimen 2 yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.


26

Kerangka berpikir dapat digambarkan pada bagan 1 berikut:

Hasil belajar siswa


masih rendah

Kelas Kelas
Eksperimen 1 Eksperimen 2

Model yang digunakan adalah model pembelajaran


Model Inkuiriadalah model pembelajaran Discovery Learning
yang digunakan

Hasil belajar Hasil belajar

Dibandingkan

Bagan 1. Kerangka Berpikir


D. Hipotesis

Sugiyono (2015:96) menjelaskan “hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat yaitu apakah hasil belajar

siswa menggunakan model Inkuiri berbeda dibandingkan dengan model


27

Discovery Learning dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD. Sugiyono

(2015:103) menjelaskan hipotesis statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:

: =

Ha :

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

: = Hasil belajar siswa yang menerapkan model Inkuiri

sama dengan siswa yang menggunakan model Discovery

Learning.

Ha : ≠ Hasil belajar siswa yang menerapkan model Inkuiri

tidak sama dengan siswa yang menggunakan model

Discovery Learning.

Apabila hipotesis nol diterima maka hipotesis alternatif ditolak.

Demikian pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif diterima maka hipotesis

nol ditolak.

Anda mungkin juga menyukai