Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


Dalam kajian teoti ini penulis membahas tentang hasil belajar,
pembelajaran matematika dan metode demonstrasi.
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Untuk mengawali pemahaman tentang pengertian belajar beberapa ahli
dalam Suprijono (2011:2) mendefinisikan tentang “belajar”. Sering kali pula
rumusan dan tafsiran mereka itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian berikut ini
diperkenalkan beberapa rumusan tentang belajar guna melengkapi dan
memperluas pandangan.
a. Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
b. Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
c. Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of experience,
(belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).
d. Harold Spears
Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves,
to listen, to follow direction. Dengan kata lain, bahwa belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu.
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan Hamalik berpendapat bahwa belajar adalah modifikasi

5
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (2009: 36), yang berarti bahwa
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu tujuan.
Bukti bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
dari orang tersebut. Namun, tidak setiap perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Berikut ciri-ciri perubahan perilaku dalam pengertian belajar menurut
Slameto (2010):
1. Perubahan terjadi secara sadar
Seseorang yang telah belajar menyadariterjadinya suatu perubahan
itu atau paling tidak seseorang tersebut merasakan terjadinya suatu
perubahan dalam dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Artinya, perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar
selanjutnya. Perubahan akan berlangsung terus hingga menjadi lebih
baik dan sempurna.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan akan bertambah dan bertujuan untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Jadi, semakin banyak usaha
belajar, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
Perubahan bersifat aktif apabila perubahan itu tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara itu terjadi hanay beberapa saat
saja tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.
Perubahan yang dihasilkan karena proses belajar bersifat permanen.
Jadi, tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang
satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar

6
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan
sebagainya.
6. Perubahan mencakup aspek seluruh tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jadi, aspek yang
satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang belajar di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan
pengalaman maupun latihan yang dilakukan secara sadar baik langsung maupun
tidak langsung.
2.1.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Setelah individu mengalami proses belajar, maka akan memperoleh hasil
dari proses belajar. Hamalik menyatakan bahwa hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan (2009:36). Hasil belajar
merupakan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan seseorang. Sedangkan
menurut Sudjana (2011: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari
suatu kegiatan, yang dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar yang dapat
diukur dengan tes tertentu.
2.1.1.3 Pentingnya Hasil belajar
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011: 22). Horward
Kingsley dalam Sudjana (2011) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-

7
cita. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara gasir besar membaginya menjadi tiga ranah yakni :
a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektifn berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif
tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran , disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman
sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.
c. Ranah psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
bertindak individu.
Ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan diatas penting diketahui oleh
guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-alat
penilaian, baik melalui tes maupun bukan tes. Tujuan pengajaran tersebut adalah
perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 2011: 22)
Disini peneliti hanya menekankan pada ranah kognitif saja, karena tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika menggunakan evaluasi tes.

2.1.2 Pembelajaran Matematika


2.1.2.1 Pengertian Matematika
Dalam Ensiklopedia Indonesia (2005:251), istilah Matematika berasal dari
Bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti atau “Mathesis” yang berarti
ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik
berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari
kaidah – kaidah tertentu melalui diskusi. Pada hakikatnya Matematika merupakan
ilmu deduktif yang mana tidak menerima generalisasi yang berdasarkan pada
observasi, eksperimen, coba – coba sebagaimana ilmu pengetahuan yang lain.
Menurut Johnson dan Myklebust dalam Mulyono Abdurrahman
(2003:252). Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

8
mengekspresikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan
fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Matematika disamping
sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan
manusia memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen
dan kuantitas.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah
ilmu dedukatif dan universal yang mengkaji benda abstrak, disusun menggunakan
bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan kekurangan yang
mendasari perkembangan teknologi moderen dan memajukan daya pikirmanusia
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari – hari.
2.1.2.2 Teori Matematika
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2012) matematika adalah bahasa
symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu
tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang
tidak didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Dan ada
beberapa pendapat tentang definisi matematika yang berasal dari Johnson dan
Rising (1972), James (1976), Reys (1984), dan Kelompok Matematikawan.
(Ensiklopedia, 2011:2-6).
Pendapat Johnson dan Rising (1972) mereka berpendapat bahwa:
a. Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian yang logis.
b. Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola, atau ide.
c. Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada
keteraturan dan keharmonisannya.
d. Matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikandengan cermat, jelas dan akurat, diwujudkan dalam
simbol, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada
mengenai bunyi.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang bentuk yang terorganisasi.

9
Sehingga menurut Johnson dan Rising (1972) matematika mencakup pola
berpikir, ide, suatu seni, bahasa dan pengetahuan. Menurut James (1976) sendiri
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep yang saling berhubungan satu dengan lainnya.Sedangkan menurut Reys
(1984) matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau
pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan sebuah alat. Dan yang terakhir
menurut Kelompok Matematikawan matematika adalah ilmu tentang struktur
yang bersifat deduktif, abstrak, ketat dan akurat.
Jadi secara umum matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang
besaran, struktur, ruang, dan perubahan.
2.1.2.3 Nilai-nilai dalam Matematika
Dalam matematika terkandung beberapa nilai luhur yang dapat dilakukan
oleh siapapun, baik oleh para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya.
Nilai-nilai luhur ini tentu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berbagai nilai
luhur yang ada dalam matematika antara lain:
a. Nilai Praktis
Siapa saja yang tidak dapat menggunakan matematika, misalnya
menambah, mengurang, mengalikan, membilang, menimbang, dan
mengukur sulit untuk dapat hidup secara berkecukupan.
b. Nilai Disiplin
Karakter orang yang mempelajari matematika dengan sendirinya akan
ikut terbawa oleh ketepatan dan kepastian yang pada akhirnya sifat disiplin
akan melekat pada orang tersebut. penalaran dalam matematika memiliki
ciri yang sesuai untuk melatih kebiasaan cara berpikir. Ciri - ciri tersebut
antara lain kepastian, kesederhanaan, ketepatan, kemiripan dengan
penalaran, keaslian dan pengujian.
c. Nilai Budaya
Matematika merupakan hasil budaya manusia yang selalu berkembang
sesuai dengan keadaan zaman. Berkaitan dengan hal tersebut matematika
juga memiliki beberapa nilai penting seperti berikut ini:

10
1. Sifat ekonomis
2. Meningkatkan konsentrasi
3. Mengeluarkan ide
4. Kemauan untuk menemukan sesuatu
5. Bekerja keras dan ulet
6. Kemauan untuk terus belajar
2.1.2.4 Pembelajaran Matematika di SD
Dalam pembelajaran matematika proses “melatih” dan “mendidik”
merupakan dua hal yang seharusnya kita padukan. Seorang siswa tidak cukup
hanya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan suatu soal matematika.
Tuntutan yang terbatas pada penyelesaian soal matematika cenderung
mengarahkan siswa untuk berpikir procedural, menggunakan rumus tanpa
memahami makna suatu rumus. (Wijaya, 2012:8)
Dengan mempelajari matematika, siswa diharapkan menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan. Fungsi matematika tersebut sebagai alat, pola
pikir, dan ilmu pengetahuan. Adams dan Hamm dalam Wijaya (2012)
menyebutkan ada empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika,
yaitu :
a. Matematika sebagai cara untuk berpikir.
b. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan.
c. Matematika sebagai suatu alat.
d. Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi.
Pembelajaran matematika juga harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Pada teori Bruner dalam Slameto (2010) menggambarkan
perkembangan anak-anak melalui tiga tahap, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.
Tahap enactive adalah tahap saat anak belajar menggunakan objek secara
langsung, tahap iconic yaitu belajar dengaan menggunakan gambaran dari objek-
objek, dan tahap symbolic merupakan tahapan memanipulasi symbol secara
langsung dan tidak ada kaitannya dengan objek-objek. Piaget juga berpendapat
bahwa proses berpikir manusia berawal dari berpikir konkret ke abstrak.

11
Siswa sekolah dasar umumnya berumur sekitar 6 atau 7 tahun, sampai 12
atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir
untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan
objek yang bersifat konkret. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang
baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan
lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola piker dan pola
tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan pembelajaran melalui
perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,
karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. (Heruman, 2012:1-2)
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2012) membedakan antara belajar
menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat belajar
dengan menghafalkan apa yang sudah diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna
adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan
keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti.
Tujuan dari pembelajaran matematika tidak hanya untuk menguasai
materi, menghafal rumus dan menekankan pada perolehan hasil. Pembelajaran
yang mementingkan hal tersebut akan berakibat hasil yang dicapai tidak akan
bertahan lama dan siswa menjadi mudah lupa. Di dalam lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang
Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsepa atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.

12
4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidpuan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diridalam pemecahan
masalah.
Adapun standar kompetensi lulusan untuk setiap tingkatan mulai dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah, berbeda.Menurut dokumen KTSP dalam
Ibrahim dan Suparni (2012:37) mengenai standar kompetensi lulusan sekolah
dasar adalah sebagai berikut.
a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan
sifat-sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur
dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas,
volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengaplikasikannya
dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
d. Memahami konsepkoordinat untuk menentukan letak benda dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel,
gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata
hitung, modus serta menerapkannya dalam pemecahan masalah
kehidupan sehari-hari.
f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam
kehidupan.
g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil
dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-

13
langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini
adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep
matematika.
1. Penanaman Konsep Dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran
suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari
konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan
jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif
siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika.
3. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan
keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika.

2.1.3 Metode Demonstrasi


2.1.3.1 Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan
langsung objek atau bahan pembelajaran dengan mempertunjukkan langsung
objeknya atau cara mempertunjukkan proses tertentu sehingga dapat dimengerti
(Sri Anitah W, 2009:5.25).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:90), metode
demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan menggerakkan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari. Baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap
pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian
dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa
yang diperlihatkan selama pembelajaran berlangsung.

14
Secara umum dapat simpulkan bahwa metode demonstrasi merupakan
metode yang dilakukan untuk mempertunjukkan proses tertentu dengan cara
menyajikan langsung objek atau bahan pembelajaran. Metode demonstrasi baik
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses
bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya,komponen-
komponen yang berbentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain,
dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
2.1.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian juga dengan
metode demonstrasi. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode
demonstrasi.
Miftahul Huda (2013:233), menyatakan bahwa ada beberapa kelebihan
dalam metode demonstrasi yaitu:
1) Membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret
2) Memusatkan perhatian siswa
3) Lebih mengarahakan proses belajar siswa pada materi yang sedang dipelajari
4) Lebih melekatkan pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran dalam
diri siswa
5) Membuat siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari
6) Membuat proses pembelajaran lebih menarik
7) Merangsang siswa untuk aktif mengamati dan menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan
8) Membantu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja
suatu benda
9) Memudahkan berbagai jenis penjelasan
10) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah melalui
pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya.

15
Berikut ini adalah kelemahan metode demonstrasi (Miftahul Huda,
2013:233-234):
1) Mengharuskan keterampilan guru secara khusus
2) Tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung, seperti peralatan, tempat, dan
biaya yang memadai di setiap kelas
3) Memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping waktu yang
cukup panjang
4) Kesulitan siswa terkadang untuk melihat dengan jelas benda yang akan
dipertunjukkan
5) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
6) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai
materi atau barang yang didemonstrasikan
2.1.3.3 Tahap-tahap Metode Demonstrasi
Menurut Anitah W, Sri, dkk (2009:5.26) ada lima langkah metode
demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.
3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan
dari siswa.
4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan) terhadap hasil
demonstrasi.
5. Kesimpulan.

Musfiqon (2012:97) menyatkan bahwa langkah-langkah metode


demonstrasi adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan.
2. Guru menjelaskan kepada siswa apa yang direncanakan dan apa
yang akan dikerjakan.
3. Guru mendemonstrasikan kepada siswa secara perlahan-lahan serta
memberikan penjelasan yang cukup singkat.

16
4. Guru mengulang kembali selangkah demi selangkah dan
menjelaskan alasan-alasan setiap langkah.
5. Guru menugaskan kepada siswa agar melakukan demonstrasi sendiri
langkah demi langkah dan disertai penjelasan.

Berdasarkan langkah-langkah metode demonstrasi yang telah


dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan langkah-langkah metode
demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran Matematika yang dapat disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 2.1
Sintak Metode Demonstrasi

Langkah-langkah Keterangan
Kegiatan Awal Guru melakukan apersepsi,
menyiapakan alat dan bahan
pembelajaran, dan menyampaikan
tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti
1. Menunjukkan informasi Guru menyampaikan penjelasan
tentang topik yang akan dilakukan
dengan menunjukkan alat peraga.

2. Melakukan demonstrasi Guru mendemonstrasikan kepada


siswa secara perlahan dengan
perhatian dan peniruan dari siswa.

3. Penguatan demonstrasi Guru memberikan penguatan


terhadap hasil demonstrasi (tanya-
jawab dan latihan)

4. Mengevaluasi Guru menevaluasi hasil


demonstrasi yang dilakukan siswa.
Kegitan Akhir
1. Membuat kesimpulan Menarik Kesimpulan dari materi
yang baru saja dipelajari.

2.1.3.4 Persyaratan untuk Mengoptimalkan Pembelajaran Demonstrasi


Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjang
keberhasilan demonstrasi, diantaranya adalah (a) mampu secara proses dalam

17
melaksanakan demonstrasi materi atau topik yang dipraktikkan; (b) mampu
mengelola kelas dan menguasai siswa secara menyeluruh; (c) mampu
menggunakan alat bantu yang dipergunakan; (d) mampu melaksanakan penilaian
proses.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk
menunjang demonstrasi, diantaranya adalah (a) siswa memiliki motivasi,
perhatian, dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan; (b) memahami
maksud/tujuan yang akan didemonstrasikan; (c) mampu mengamati proses yang
akan didemonstrasikan; (d) mampu mengidentifikasi kondisi dan alat yang akan
digunakan dalam demonstrasi.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Sri Darmasto, 2012 dalam penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Tentang FPB dan KPK Melalui Penerapan Metode
Demonstrasi pada Siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri Tlogorejo Kecamatan
Tegowanu Kabupaten Grobogan Tahun 2011/2012.” Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada tahap pra siklus hasil belajar menunjukkan ketuntasan
dalam proses pembelajaran ada 9 anak yang tuntas dari jumlah 25 siswa atau
sekitar 36% dengan rata-rata 56,20. Pada siklus I setelah diterapakan metode
demonstrasi dari jumlah 25 siswa yang tuntas 19 siswa atau sekitar 76% dengan
rata-rata nilai 71,60. Sedangkan target ketuntasan diharapkan 80-100%.
Kemudian dilanjutkan pelaksanaan siklus II dan hasilnya dari 25 siswa tuntas 25
siswa atau 100% dengan rata-rata hasil belajar 86,40. Oleh karena itu hasil
penelitian ini menerima dan membuktikan kebenaran hipotesis yang menyatakan
diduga penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
matematika kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentikan FPB
dan KPK bagi siswa kels V SD Negeri Tlogorejo semester 1 tahun pelajaran
2011/2012.
Suwoto, 2012 dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil belajar
Matematika Melalui Pemanfaatan Medi Gambar dengan Metode Demonstrasi
Siswa Kelas III Semester 1/2011-2012 SDN Ngablak. Hasil analisis menunjukkan

18
peningkatan hasil belajar matematika tentang pecahan sederhana dari kondisi pra
siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2. Ini berarti dari skor rata-rata kelas
pada pra siklus tidak terjadi ketuntasan belajar, sedang pada siklus 1 dan siklus 2
terjadi ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan adanya tindakan di dalam proses
pembelajaran menggunakan media gamabar dengan metode demonstrasi. Dilihat
dari skor mininal dan skor maksimal mengalami kenaikan.

2.3 Kerangka Berpikir


Kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Bugel 01 lebih berpusat pada
guru, sedangkan siswa cenderung pasif. Siswa merasa bosan sehingga respon
siswa selama pembelajaran ada yang hanya diam, bermain sendiri, berbicara
dengan teman, dan mengantuk. Pembelajaran Matematika akan berjalan dengan
baik apabila guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang melibatkan siswa,
salah satunya dengan menggunakan metode demonstrasi. Metode demonstrasi
yaitu metode mengajar yang menyajikan bahan pembelajaran dengan
mempertunjukkan langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat
mempelajarinya secara proses. Dengan metode demonstrasi siswa dapat
memahami bahan pelajaran dengan objek sebenarnya. Sebab pada metode
demonstrasi siswa disajikan alat bantu secara langsung sehingga siswa lebih
mudah memahami tujuan dan maksud pembelajaran. Selain itu siswa dirangsang
untuk memiliki rasa ingin tahu yang lebih dengan objek-objek yang telah
disajikan. Sehingga siswa dapat melakukan tugas-tugas berdasarkan proses
demonstrasi.

2.4 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kajian teori dan kernagka berpikir yang telah diuraikan,
maka dapat diajukan sebuah hipotesis tindakan bahwa penerapan metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika kelas II SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.

19

Anda mungkin juga menyukai