Anda di halaman 1dari 15

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan aktivitas yang

paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

banyak tergantung pada bagaimana proses belajar dapat berlangsung efektif.

Pemahaman tentang pengertian belajar akan mempengaruhi cara guru itu

mengajar. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum belajar

merupakan proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil

interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.

” Belajar ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”: (Surya,

dkk : 2000 hal. 8.4)

Menurut Gagne (1984) belajar adalah suatu proses di mana suatu

organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Udin S. Winatapura,

dkk 2001. 2.3) Berdasarkan pengertian belajar seperti tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam belajar terdapat tiga ciri utama belajar, yaitu : proses,

perubahan perilaku, dan pengalaman.

a. Proses
2

Belajar adalah proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan

belajar apabila fikiran maupun perasaannya aktif. Namun demikian aktifitas

fikiran dan emosional hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan. Seorang

siswa yang diam ketika menyimak penjelasan guru belum tentu siswa tersebut

belajar, karena guru tidak tahu apa yang ada pada benaknya. Untuk mengetahui

bahwa siswa tersebut belajar, guru dapat melakukan pengamatan dari kegiatan

yang dilakukan siswa sebagai akibat adanya aktifitas fikiran dan perasaan.

b. Perubahan Perilaku

Para pakar psikologi berpendapat bahwa tidak semua perubahan tingkah

laku dihasilkan dari belajar, misalnya seorang anak dapat merangkak, duduk,

berjalan merupakan perubahan tingkah laku yang banyak disebabkan oleh

kematangan daripada belajar. Perubahan tingkah laku dalam belajar meliputi tiga

ranah, yaitu : pengetahuan (kognitif), nilai atau sikap (afektif), dan keterampilan

motorik (psikomotor).

c. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud adalah siswa mengalami sendiri.

Pengalaman tersebut diperoleh dari adanya interaksi antara siswa dengan

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik,

misalnya : alam sekitar, buku, alat peraga. Lingkungan sosial, misalnya : guru,

siswa, kepala sekolah, penjaga sekolah.

Agar siswa memperoleh pengalaman yang maksimal maka perlu

diciptakan lingkungan pembelajaran yang meransang dan menantang siswa untuk

belajar.
3

Bell-Gredler (1986 : 1) belajar adalah proses yang dilakukan oleh

manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies),

keterampilan (skills), dan sikap (attitude).

Ketiga kemampuan seperti yang dinyatakan Bell-Gredler diperoleh

secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui

rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan

dalam bentuk keterlibatannya dalam berbagai macam jalur pendidikan informal,

formal, dan/atau nonformal.

2.1.2 Landasan Pengertian Belajar

Landasan pengertian belajar (H.M. Surya, dkk : 2000) tediri dari :

a. Belajar adalah usaha memperoleh perubahan tingkah laku. Prinsip ini

mengandung makna bahwa ciri utama dari proses relajar adalah perubahan

tingkah laku dalam diri invidu. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

ciri-cirinya sebagai berikut :

- Belajar adalah usaha memperoleh perubahan tingkah laku. Prinsip

mempunyai makna bahwa ciri utama dari proses belajar.

- Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses

belajar menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah,

keterampilannya telah bertambah.

- Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), artinya

suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya

perubahan tingkah laku yang lain.

- Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah


4

diperoleh sebagai hasil belajar memberikan manfaat bagi individu

yang bersangkutan.

- Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi perubahan dalam

diri individu yang membedakan dengan keadaan sebelumnya.

- Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya akan tetapi melalui aktitivitas individu.

Perubahan yang terjadi akibat kematangan, bukan hasil belajar

karena kematangan tejadi dengan sendirinya sesuai dengan tahapan

perkembangannya.

- Perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan

sebagai hasil belajar akan secara kekal dalam diri individu, setidak-

tidaknya untuk masa tertentu.

- Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi

karena ada sesuatu yang hendak dicapai.

b. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan.

Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil

belajar meliputi semua aspek tingkah laku dan bukan satu atau dua aspek saja.

Perubahan tingkah laku itu meliputi aspek-aspek tingkah laku kognitif,

afektif , dan motorik (konatif). Belajar yang hanya menghasilkan satu atau dua

aspek saja disebut sebagai belajar sebgagian (partial learning) dan bukan

belajar lengkap (complete learning).

c. Belajar merupakan proses. Prinsip yang ketiga ini mengandung makna bahwa

belajar itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam


5

aktivitas itu terjadi tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.

d. Proses belajar terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu

tujuan akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas belajar itu

terjadi karena adanya yang mendorong dan sesuatu yang ingin dicapai.

e. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah

kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Belajar

merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga akan

memberikan pengalaman dari situasi nyata .

2.1.3 Jenis-Jenis Belajar

Bertitik tolak dari pengertian belajar dan prinsip-prinsip belajar yang

terjadi telah diuraikan di atas, Gagne (1985) mengelompokkan delapan jenis

belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

a. Belajar Isyarat (Signal Learning)

Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu

karena adanya tanda isyarat. Misalnya siswa akan masuk kelas bila tanda bel

dipukul 2 kali, atau berhenti di perempatan jalan raya saat lampu merah menyala.

b. Belajar Stimulus-Respon (Stimulus-Response Learning)

Belajar jenis ini akan terjadi bila adanya rangsangan dari luar individu.

c. Belajar Rangkaian (Chaining Learning)

Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan antara stimulus-respon

(S–R) yang dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan perilaku yang segera atau

spontan, misalnya, merah-putih, siang-malam, panas-dingin, dan lain-lain.

d. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)


6

Belajar asosiasi verbal terjadi apabila individu telah mengetahui sebutan

bentuk dan dapat menangkap makna yang bersifat verbal.

e. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)

Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda,

suasana, atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda-bedakan hal-hal yang

jumlahnya banyak itu.

f. Belajar Konsep (Concept Learning)

Belajar konsep terjadi apabila individu menghadapi beberapa fakta atau

data yang kemudian ditafsirkan ke dalam suatu pengertian atau makna yang

abstrak.

g. Belajar Hukum atau Aturan (Rule Learning)

Belajar aturan/hokum terjadi apabila individu menggunakan beberapa

rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau yang diberikan

sebelumnya dan menerapkan atau menarik kesimpulan dari data tersebut menjadi

suatu aturan.

h. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)

Belajar pemecahan masalah terjadi apabila individu menggunakan

berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan.

Kedelapan jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang

sifatnya hierarkis/bertahap, dalam arti jenis belajar pertama merupakan dasar dari

pada terjadinya jenis belajar berikutnya, misalnya, seorang individu tidak akan

dapat belajar konsep bila belum menguasai belajar membedakan, asosiasi verbal,

rangkaian, dan seterusnyaBelajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
7

berlansung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku, keterampilan, sikap, dan kemampuan

daya reaksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (1989:28) yaitu: Belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya suatu perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, keterampilan,

kecakapan, kemampuan daya reaksi, daya penerimaan dan aspek yang ada

dalam individu.

Dalam proses belajar dan pembelajaran diharapkan terjadi perubahan

tingkah laku dalam diri peserta didik berkat interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang mampu

mengantarkan seseorang yang belajar tersebut pada tingkah laku yang positif.

Menurut Slamet (1995:3) ciri-ciri perubahan tingkah laku orang yang telah belajar

adalah:

a. Perubahan terjadi secara sadar

b. Perubahan dalam belajar terjadi bersifat kontiniu dan fungsional

c. Perubahan dalam belajar bersifat tetap.

d. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek.

Orang yang memiliki ciri-ciri belajar berarti telah mengalami proses

pembelajaran ( pengajaran ). Untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut,

tidak terlepas dari fungsi guru dalam proses pembelajaran (pengajaran).


8

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran (pengajaran) dapat diartikan sebagai proses, cara,

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sependapat dengan pernyataan

tersebut Sutomo (119: 68) mengemukakan bahwa pengajaran adalah proses

pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilukukan sehingga

memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku

tertentu pula.

Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional

menyebutkan bahwa pengajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Jadi pembelajaran (pengajaran) adalah proses yang disengaja yang

menyebabkan peserta didik belajar pada suatu lingkungan untuk melakukan

kegiatan pada situasi tertentu.

Berkaitan dengan hal tersebut B.S. Bloom (W.S. Winkel : 2007 hal. 272

- 279) mengelompokkan/mengkalsifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu : (1) ranah

kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah psikomotorik. Tiga pengelompokkan

tersebut biasa dikenal dengan ”Taksonomi Bloom”. Lebih jelas klasifikasi atau

taksonomi Bloom adalah sebagai berikut :

b.1 Ranah kognitif, meliputi :

1. Pengetahuan (knowledge)

2. Pemahaman (comprehensip)

3. Penerapan (application)

4. Analisis (análisis)
9

5. Síntesis (síntesis)

6. Evaulasi (evaluation)

Kategori-kategori tersebut disusun secara hierarkis, sehingga menjadi

taraf yang menjadi semakin bersifat kompleks, mulai dari (1) ke atas. Taraf (6)

meliputi taraf (5), taraf (4), taraf (3), dan seterusnya.

b.2. Ranah afektif, meliputi :

1. Penerimaan (receiving)

2. Partisipasi (responding)

3. Penilaian (valuing)

4. Organisasi (organizing)

5. Pembentukan pola hidup (characterization by value or value

complex)

b.3. Ranah Psikomotorik, meliputi

1. Persepsi (perception)

2. Kesiapan (set)

3. Gerakan terbimbing (guided response)

4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

5. Gerakan yang komplek (complex response)

6. Penyesuaian pola gerakan (adjusment)

7. Kreativitas ( creative)

Adapun penjelasan pola masing-masing ranah sebagai berikut :

b.1.1. Ranah kognitif

(1) Pengetahuan : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
10

disimpan dalam ingatan, meliputi : fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang

diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali saat dibutuhkan

melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal (recognition)

(2) Pemahaman : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari bahan

yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok

dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk lain, seperti rumus

matematika ke dalam bentuk kata-kata.

(3) Penerapan : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau

metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru yang dinyatakan dalam

aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu

rumus pada persoalan yang baru.

(4) Analisis : mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami

dengan baik.

(5) Sintesis : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola

baru.

(6) Evaulasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai

sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu,

yang berdasarkan kriteria tertentu.

b.1.2. Ranah afektif

(1) Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan

kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu.

(2) Partisipasi : mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan


11

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

(3) Penilai : mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

(4) Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

(5) Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi).

b.1.3. Ranah psikomotorik

(1) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat

antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik

yang khas pada masing-masing rangsangan.

(2) Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam

keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

(3) Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan rangkaian

gerak-gerik, sesuai contoh.

(4) Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu

rangkaian gerakan dengan lancar.

(5) Gerakan komplek : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu

ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat, dan

efisien.

(6) Pernyesuaian pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan

perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau

menunjukkan suatu taraf kemahiran .


12

(7) Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik

yang baru, seluruhnya atas dasar parkarsa dan inisiatif sendiri.

3.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model

pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga

efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalarn membantu siswa memahami konsep

konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model

struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada

belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui

penggunaan pembelajaran kooperatif.

Menurut Faiq Dzaki, pembelajaran kooperatif adalah sekelompok

strategi mengajar di mana di dalamnya melibatkan siswa untuk bekerja secara

berkolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran

kooperatif tercipta saat para pakar pendidikan berusaha meningkatkan partisipasi

siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan

dalam kelompok, dan pengalaman membuat keputusan secara bersama, serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan saling belajar dalam

perbedaan latar belakang baik sosial, ekonomi, kultural, gender, maupun

kemampuan.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk


13

rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan

ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang

dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama

lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

3.3.1 Pembelajaran Model Think-Pair-Share

Model Think-Pair-Share tumbuh dari penelitian pembelajaran

kooperatif, model Think-Pair-Share dapat juga disebut sebagai model belajar-

mengajar berpasangan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman

dari Universitas Maryland pada tahun 1985 (Think-Pair-Share) sebagai struktur

kegiatan pembelajaran gotong royong. Model ini memberikan siswa kesempatan

untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Think-Pair-Share

memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik

waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama

lain. Model Think-Pair-Share sebagai ganti dari tanya jawab seluruh

kelas.Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-

langkah tertentu.

Menurut Muslimin (2001: 26) langkah-langkah Think-Pair-Share

ada tiga yaitu : Berpikir ( Thingking ), berpasangan ( Pair ), dan berbagi ( Share ).

Tahap 1 :

Berfikri (Thingking)

Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan

pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa

diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat.


14

Dalam tahap ini peserta didik dituntut lebih mandiri dalam mengolah

informasi yang dia dapat.

Tahap 2 :

Berpasangan (Pairing)

Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain

untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama.

Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan

pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 :

Berbagi (Share)

Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban

dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif

dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan

sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk

melaporkan.

Keunggulan dari Think-Pair-Share ini adalah optimalisasi partisipasi

siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan

membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model Think-Pair-Share ini

memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi

mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran

dan untuk semua tingkatan siswa.


15

Anda mungkin juga menyukai