PENDAHULUAN
Istilah belajar sebenamya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era
sekarang ini, hampir semua orang mengenal istilah belajar. Namun apa sebenamya
belajar itu, rasanya masing-masing orang mempunyai tanggapan yang tidak sama.
Sejak manusia ada, sebenamya ia telah melaksanan aktivitas belajar. Oleh sebab itu,
kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa aktivitas itu telah ada sejak adanya
manusia. Mengapa manusia melaksanakan aktivitas belajar? Jawabannya adalah
karena belajar itu salah satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar,
maka sebenamya di dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar.
Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan
dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak
melaksanakan ritual-ritual belajar. Apa sebenamya belajar itu, banyak ahli yang
memberikan batasan. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang tak dapat dibedakan
dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh karena itu, tidak semua
kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut dengan belajar. Dalam proses
pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting/vital. Mengajar
adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermaksan
bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap
guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat
memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi
bagi siswa.
1. PENGERTIAN BELAJAR
1.1. Pengertian Belajar Secara Umum
Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan
sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu
atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Dalam belajar, pengetahuan tersebut
dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang
banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara
orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar,
dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.
Belajar dalam pengertian mengumpulkan sejumlah pengetahuan demikian, tampaknya
masih diikuti juga sampai sekarang. Orang baru dikatakan belajar manakala sedang
membaca bacaan, membaca sejumlah tugas mata kuliah atau mata pelajaran, membaca
buku pelajaran. Seorang murid yang sedang mengerjakan tugas-tugas matematika
biasa disebut sedang belajar. Orang yang sedang menimba pengetahuan pada bangku
sekolah lazim juga dikenal sebagai pelajar. Bahkan orang yang banyak menguasai
ilmu pengetahuan lazim dikenal dengan kaum terpelajar. Singkat perkataan, belajar
dalam pengertian umum atau populer adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk
menguasai sejumlah pengetahuan. Pengetahuan belajar demikian, secara konseptual
tampakanya sudah mulai ditinggalkan orang, meskipun secara praktikal masih banyak
yang menganut. Ini karena berkembang pesatnya teknologi informasi seperti sekarang
ini. Guru tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi yang dapat
memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar. Pengertian ini sangat berbeda
dengan pengertian lain tentang belajar, yang mengatakan bahwa belajar adalah
memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan
secara otomatis, dan seterusnya.
Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungan. Berikut ini beberapa pengertian belajar menurut
para ahli:
1. James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
5. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
di dalam interaksi dengan lingkungannya.
6. Djamarah, Syaiful Bahri, (Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999),
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor.
7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta;
1999), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan
pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan
melalui hafalan.
9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition
or capacity, wich persists over a period time, and which is not
simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan
yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses
pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan
keduanya saling berinteraksi.
10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah
acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah
upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi
sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
12. Moh. Surya (1997) : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan
perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
13. Witherington (1952) : belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan.
14. Crow & Crow dan (1958) : belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
15. Hilgard (1962) : belajar adalah proses dimana suatu perilaku
muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons
terhadap sesuatu situasi
16. Di Vesta dan Thompson (1970) : belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh
masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari belajar.
b. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.
c. Di dalam mencapai tujuan itu, siswa senantiasa akan menemui kesulitan,
rintangan-rintangan dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
d. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat.
e. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenamya. Belajar apa yang
diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
f. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belar dipersatukan dan dihubungkan dengan
tujuan dalam situasi belajar.
g. Siswa memberikan reaksi secara keseluruhan.
h. Siswa mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.
i. Siswa diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan itu.
j. Siswa diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berkaitan maupun yang tidak
berkaitan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.
Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar tertentu.
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka berbarengan dengan itu
bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Justru dapat dikatakan, bahwa dengan
tumbuhnya pengetahuan tentang belajar, maka psikologi dalam pendidikan menjadi
berkembang secara pesat. Di dalam masa perkembangan psikologi pendidikan di jaman
mutakhir ini muncullah secara beruntun aliran psikologi pendidikan masing-masing
yaitu :
Psikologi behavioristik
Psikologi kognitif
Psikologi humanistik
Ketiga aliran psikologi pendidikan di atas tumbuh dan berkembang secara
beruntun, dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan
aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar. Bertolak dari
kenyataan itu, maka berbagai teori belajar yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok teori belajar, masing-masing yaitu :
Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik.
Teori-teori belajar dari psikologi kognitif
Teori-teori belajar dari psikologi humanistik.
Para penulis buku psikologi belajar, umumnya mendefinisikan belajar sebagai suatu
perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang relatif menetap sebagai hasil dari
sebuah pengalaman. Selain itu, ahli-ahli psikologi mempunyai pandangan yang berada
mengenai apa belajar itu. Dalam pandangan psikologis, setidak-tidaknya ada empat
pandangan mengenai belajar.
Pertama, pandangan yang berasal dari aliran psikologi behavioristik.
Menurut pandangan ini, belajar dilaksanakan dengan kontrol instrumental dari
lingkungan. Guru mengkondisikan sedemikian sehingga pembelajar atau siswa mau
belajar. Mengajar dengan demikian dilaksanakan dengan kondisioning, pembiasaan,
peniruan. Hadiah dan hukuman sering ditawarkan dalam mengajar dan belajar
demikian. Kedaulatan guru dalam belajar demikian relatif tinggi, sementara
kedaulatan siswa sebalikya, relatif rendah.
Kedua, pandangan yang berasal dari psikologi humanistik. Pandangan
humanistik ini merupakan anti tesa pandangan behavioristik. Dalam pandangan
demikian, belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa. Dalam belajar demikian siswa
senantiasa menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari
guru. Peranan guru dalam mengajar dan belajar demikian relatif rendah, sementara
kedaulatan guru relatif rendah.
Ketiga, pandangan yang berasal dari psikologi kognitif. Pandangan ini
merupakan konvergensi dari pandangan behavioristik dan humanistik. Menurut
pandangan demikian belajar merupakan perpaduan dari usaha pribadi dengan kontrol
instrumental yang berasal dari lingkungan. Oleh karena itu, metode belajar yang cocok
dalam pandangan ini adalah eksperimentasi.
Selain ketiga pandangan tersebut, ada pandangan keempat dari psikologi
gestalt. Menurut pandangan psikologi gestalt, belajar adalah usaha yang bersifat
totalitas dari individu, oleh karena totalitas lebih bermakna dibandingkan dengan
sebagian-sebagian.
2) Abraham Maslow
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal yaitu suatu
usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak
perkembangan itu, (maslow, 1968). Pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju ke arah keutuhan, keunikan diri,
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendifi (self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia dalam bentuk hirarki
kebutuhan. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus
diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa
perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si
siswa belum terpenuhi.
3) Carl Rogers
Salah seorang tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, seorang ahli
psikoterapi. la mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak
dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas. Tidak itu saja, siswa juga diharapkan
dapat membebaskan dirinya hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih. Dalam belajar
demikian, anak tidak dketak menjadi oran lain melainkan dibiarkan dan dipupuk untuk
menjadi dirinya sendiri. la tidak direkayasa agar terikat kepada orang lain, bergantung
kepada pihak lain dan memenuhi harapan orang lain. la dibiarkan agar tetap bisa
menjadi arsitek buat dirinya sendiri. Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar
humanistik sebagai berikut :
a. Hasrat Untuk Belajar
Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal yang bersifat alamiah bagi manusia. Ini
disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap dunia
dengan segala isinya. Hasrat ingin tahu yang demikian terhadap dunia
sekelilingnya, menjadikan penyebab seseorang senantiasa berusaha mencari
jawabannya. Dalam proses mencari jawaban inilah, seseorang mengalami
aktivitas-aktivitas belajar.
b. Belajar Bermakna.
Dalam pandangan psikologi humanistik makna sangat penting dalam belajar.
Seorang beraktivitas atau tidak senantiasa akan menimbang-nimbang apakah
aktivitas tersebut menipunyai makna buat dirinya. Sebab, sesuatu yang tak
bermakna bagi dirinya, tentu tidak akan ia lakukan.
c. Belajar Tanpa Hukuman.
Hukuman memang dapat saja membuat seseorang untuk belajar. Tetapi, hasil
belajar demikian tidak akan bertahan lama. la melakukan aktivitas sekedar
menghindari ancaman hukuman. Pada hal, manakala hukuman tak ada,
aktivitaspun tidak akan dilakukan. Oleh karena itu, agar anak belajar justru harus
dibebaskan dari ancaman hukuman. Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman
demikian im menjadikan penyebab anak bebas melakukan apa saja, mencoba-
coba sesuatu yang bermanfaat buat dirinya. mengadakan eksperimentasi-
eksperimentasi hingga anak dapat menemukan sendiri mengenai sesuatu yang
baru. Kreativitas anak dalam belajar yang bebas dari ancaman hukuman dengan
sendirinya juga akan meningkat.
d. Belajar Dengan Inisiatif Sendiri.
Belajar dengan inisiatif sendiri pada diri pembelajar sebenamya menyiratkan
betapa tingginya motivasi internal yang dipunyai. Pembelajar yang banyak
berinisiatif tatkala belajar, senantiasa mencari cara-cara hingga dia berhasil dalam
belajarnya. Inisialif yang lahir dari diri sendiri im juga menunjukkan rendalmya
dependensi pembelajar terhadap orang lain. la akan bebas melakukan apa saja
dalam belajarnya. dan tidak terikat oleh rekayasa-rekayasa yang berasal dari
lingkungannya. Pada diri pembelajar yang kaya inisiatif, terdapat kemampuan
untuk mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya sendiri serta berusaha
menimbang-nimbang sendiri mana hal yang baik bagi dirinya. la akan berusaha
dengan totalitas pribadinya untuk mencapai sesuatu yang ia cita-citakan.
e. Belajar dan Perubahan.
Dunia terus berubah, dan siapapun di dunia ini tak ada yang dapat menangkal
perobahan. Oleh karena itu, pembelajar haruslah dapat belajar dalam segala
kondisi dan situasi yang serba berubah. Kalau tidak, ia akan terlindas oleh
perubahan. Dengan demikian, belajar yang sekedar mengingat fakta, menghafal
sesuatu, dipandang tidak cukup. Orang harus dapat menyesuaikan dalam sebuah
dunia yang senantiasa berubah.
Dalam bukunya freedom to learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip
belajar humanistik yang penting, di antaranya adalah :
(1) Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
(2) Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter di rasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
(3) Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
(4) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebilh mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu semakin kecil
(5) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar
(6) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
(7) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung-jawab terhadap proses belajar itu.
(8) Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi
siswa seutuhnya baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat
memberikan basil yang mendalam dan lestari.
(9) Kepercayaan tehadap diri sendiri, kemerdekaan. kreativitas lebih mudah dicapai
terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan
penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
(10) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar. suatu keterbukaan yang terus-menerus terhadap
pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses
perubahan itu.
ab cd ef gh
d. Hukum ketutupan (law of closure ). Menurut hukum ini, hal-hal yang tertutup
membentuk suatu kesatuan. Perhatikan gambar berikut:
a b c d e f
e. Hukum-hukum kontinyutas ( law of goof continuation )
Menurut hukum ini, hal-hal yang merupakan kontinuitas membentuk suatu
kesatuan. Menurut psikologi gestalt, wawasan atau yang lazim disebut sebagai
insight dipandang sebagai inti belajar. Oleh karena itu, dalam belajar yang
mestinya ditanamkan adalah pengertian siswa mengenai sesuatu yang harus
dipelajari.
PENDAHULUAN
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip
belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yamg relatif berlaku umum yang dapat kita
pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam apaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan
serta perbedaan individual.
2.3.2. Keaktifan
Sebagai "primus motor" dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan
belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif,
perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis
hasil percobaan, ingin tahu hasil dan kimia, membuat karya tulis, membuat kliping,
dan prilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut
menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
2.3.4. Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32 ). Dari pemyataan inilah pengulangan
masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk
perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya
menghafal unsur-unsur kimia setidp valensi, mengerjakan soal-soal lingkungan,
Jachan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya
peristiwa sejarah.
2.3.5. Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pemyataan bahwa apabila siswa
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk
belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987: 32). Hal ini
berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh. memproses, dan
mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip
tantangan bagi siswa adatah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain
itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan
yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari
prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas
terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
PENDAHULUAN
Kurikulum dan pendidikan adalah dua hal yang erat berkaitan, tak dapat
dipisahkan sama dengan yang lain. Sistem pendidikan yang dijalankan pada zaman
modern ini tak mungkin tanpa melibatkan keikutsertaan kurikulum. Tak mungkin ada
Kegiatan pendidikan tanpa kurikulum. Kebutuhan akan adanya aktivitas pendidikan
selalu berarti kebutuhan adanya kurikulum. Dalam kurikulum itulah tersimpul segala
sesuatu yang harus lijadikan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan. Pemikiran
tentang adanya kurikulum adalah setua dengan adanya sistem pendidikan itu sendiri.
Hubungan antara pendidikan dan kurikulum adalah hubungan antara tujuan dan isi
pendidikan. Suatu tujuan, tegasnya tujuan pendidikan yang ingin dicapai, akan dapat
terlaksana jika alat sarana, isi, atau tegasnya kurikulum yang dijadikan dasar acuan ini
relevan. Artinya sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut. Hal itu dapat diartikan
bahwa kurikulum dapat membawa kita ke arah tercapainya tujuan pendidikan. karena
kurikulum merupakan isi dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
kurikulum berisi nilai-nilai atau cita-cita yang sesuai dengan pandangan hidup bangsa.
Pada hakekatnya, proses pendidikan yang dijalankan adalah usaha untuk
merealisasikan nilai-nilai dan ide-ide tersebut.
Pada dasamya tujuan pendidikan yang pokok (atau hakiki, esensial, prinsipil
ini tetap karena ia berhubungan dengan sistem nilai atau pandangan hidup suatu
bangsa. Akan tetapi. hal itu tidak berarti kurikulum pun harus statis, tak pernah
mengalami perubahan. Kurikulum pun harus selalu dikembangkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat.. masyarakat yang dinamis akan selalu
mengalami perkembangan, selalu menuntut adanya perubahan sesuai dengan
perubahan zaman. Pada hakekamya, hal itupun dapat dipandang sebagai akibat sistem
pendidikan yang dijalankan yang sudah diperhitungkan. Dengan kata lain adanya
keadaan masyarakat yang dinamis dan terbukti terhadap adanya usaha-usaha
pembaharuan sesuai dengan perkembangan zaman tersebut, merupakan keberhasilan
sistem pendidikan, tanpa mengakibatkan berbagai faktor lain yang juga berperan.
Dalam banyak hal, kurikulum dapat dijadikan ukuran kualitas proses dan keluaran
pendidikan yang dijalankan. Dalam suatu kurikulum sekolah telah tergambar tentang
berbaga pengetahuan, keterampilan, sikap serta nilai-nilai yang diharapkan dimiliki
oleh setiap lulusan suatu sekolah. Akan tetapi kurikulum bukanlah merupakan satu-
satunya faktor penentu "kualitas seperti yang disarankan didalamnya. Masih terdapat
berbagai faktor lain yang turut menunjang kualitas atau keberhasilan kegiatan
pendidikan yang dijalankan. Misalnya saja masalah sarana dan prasarana, situasi dan
kondisi lingkungan, kualitas guru sebagai pelaksana pendidikan dan sebagainya.
Penting bagi guru adalah ia harus benar-benar menyadari peranannya sebagai
pelaksana pendidikan yang amat menentukan. Hal itu menuntut kepadanya untuk
memahami dan menguasai berbagai masalah pendidikan, antara lain masalah
kurikulum.
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah
tersebut adalah: (1) Pendekatan Pembelajaran, (2) Strategi Pembelajaran, (3) Metode
Pembelajaran, (4) Teknik Pembelajaran, (5) Taktik Pembelajaran, dan (6) Model
Pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah istilah tersebut, dengan
harapan dapat memberikan kejelasan tentang penggunaan istilah tersebut.
4. Metode Proyek
Metode proyek merupakan suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengamati, membaca, meneliti, menghubungkan dan mengembangkan sebanyak
mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari berbagai mata pelajaran. Metode
proyek membahas suatu tema atau unit pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk
membuat lapran dari tugas yang diberikan kepadanya dalam bentuk makalah.
Melalui metode ini diharapkan siswa dapat dilatih baik secara individual maupun
kelompok untuk menelaah suatu materi pelajaran dengan wawasan yang lebih luas
memantapkan pengetahuan yang telah diperoleh, meningkatkan penghargaan
terhadap lingkungan, memahami dan berupaya memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, serta menyalurkan minat yang
memungkinkan baik dilihat dari segi waktu atau bahan pelajaran dari berbagai mata
pelajaran.
5. Metode Diskusi
Metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar
pendapat dan informasi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
diperoleh guna memecahkan suatu masalah, memperjelas sesuatu bahan serta
pelajaran dan mencapai kesepakatan. Melalui metode ini berbagai keterampilan
seperti beratnya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan dapat
dikembangkan. Demikian pula keberanian mengemukakan pendapat, sikap-sikap
kritis, skeptis, toleran, kemampuan mengendalikan emosi, dan sebagainya dapat
dibina melalui penggunaan metode ini. Metode ini dilaksanakan oleh pengajar bila :
a. Menyediakan bahan, topik, atau masalah yang akan didiskusikan
b. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, atau memberikan studi
khusus kepada siswa sebelum mengadakan diskusi.
c. Menugaskan siswa untuk menjelasakan, menganalisis, dan meringkas.
d. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.
e. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam berdiskusi.
f. Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan
tidak menentu.
g. Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.
Metode ini tepat digunakan bila :
a. Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar,
b. Pelajaran formal atau magang
c. Perluasan pengetahuan yang telah dikuasai siswa,
d. Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan.
e. Membiasakan siswa berhadapan dengan berbagai pendekatan, interpretasi, dan
kepribadian.
f. Menghadapi masalah secara berkelompok
g. Membiasakan siswa untuk beragumentasi dan berfikir rasional.
Keterbatasan :
a. Menyita waktu lama dan jumlah siswa harus sedikit.
b. Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau
masalah yang didiskusikan.
c. Tidak tepat bila digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru
diperkenalkan kepada bahan pelajaran baru.
d. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa berbicara dalam forum.
6. Metode Widyawisata
Metode Widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajran dengan membawa
siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari yang terdapat di luar kelas atau
di lingkungan kehidupan nyata. Metode widyawisata antara lain diterpakan karena
obyek yang akan dipelajari hanya terdapat di tempat tertentu. Selain itu,
pengalaman langsung dapat membuat siswa lebih tertarik kepada pelajaran yang
disajikan sehinggga lebih ingin mendalami hal yang diminatinya dengan mencari
informasi dari buku-buku sumber lainnya serla menumbuhkan rasa cinta kepada
Iingkungan alam dan lingkungan budaya. Metode widyawisata berfungsi pula
memberikan variasi belajar kepada siswa. Agar widyawisata ini dapat mencapai
hasil yang optimal, maka diperlukan adanya perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang efektif dan efisien, serta adanya kegiatan tindak lanjut seperti
evaluasi, pelaporan, diskusi, deklamasi, pameran sederhana, pemuatan karangan
siswa pada koran sekolah, majalah dinding atau media lainnya, dan sebagainya.
7. Metode Bermain peran
Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinatif, daya ekspresi, dan penghayatan ini dilakukan dengan
memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dan lain-lain, atau peran
lainnya dari dunia hewan dan tumbuhan. Kegiatan memerankan seseorang atau
sesuatu akan membuat siswa mudah memahami dan seringkali menghayati hal-hal
yang dipelajarinya.
8. Metode Tanya Jawab
Merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk
pertanyaan yang dijawab oleh siswa. Metode ini sering digunakan dalam proses
belajar mengajar bersama-sama dengan metode lain. Tanya jawab ini dapat
dilakukan pada awal, di tengah-tengah, atau pada akhir kegiatan belajar mengajar.
Tanya jawab ini sering dilakukan pada untuk mengetahui sejauh mana bahan
pelajaran yang sedang atau telah dibahas itu dipahami siswa. Dari hasil tanya-
jawab, guru dapat memperjelas atau meluruskan pemahaman siswa mengenai suatu
bahan pelajaran tertentu. Dalam metode ini, dapat dikembangkan kemampuan
seperti mengajukan dan merumuskan pertanyaan serta mengkomunikasikan.
Metode ini sangat tepat bila pelaksanaannya bertujuan untuk:
a. Meninjau ulang pelajaran atau ceramah yang lalu, agar siswa memusatkan lagi
perhatian pada jenis dan jumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga mereka
dapat melanjutkan pelajarannya.
b. Menyelingi pembicaraan agar tetap mendapatkan perhatian siswa, atau dengan
perkataan lain untuk mengikut sertakan mereka.
c. Mengarahkan pengamatan dan pemikiran mereka.
Metode ini tidak wajar digunakan untuk :
a. Menilai kemajuan peserta didik.
b. Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima.
c. Memberi giliran pada siswa tertentu.
Kebaikan metode tanya jawab adalah :
a. Tanya jawab dapat memperolah sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan
dengan metode ceramah yang bersifat menolong.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat sehingga
nampak mana yang belum jelas atau belum dimengerti.
c. Mengetahui perbedaan-perbedaan pendapat yang ada, yang dapat dibawa ke arah
suatu diskusi.
Kelemahannya adalah bahwa tanya jawab bis menimbulkan penyimpangan dari
pokok persoalan. Lebih-lebih jika kelompok siswa yang memberi jawaban atau
mengajukan pertannyaan yang dapat menimbulkan masalah baru dan menyimpang
dari pokok persoalan.
9. Metode Latihan
Metode latihan merupakan suatu metode yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampilan tertentu berdasarkan penjelasan
atau petunjuk guru. Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan melalui
pembiasaan.
10. Metode Pameran (penampilan)
Metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyajikan dan menjelaskan apa yang dipelajarinya. Pameran yang dimaksud dapat
berupa pameran kelas atau pameran sekolah dengan memamerkan grafik, model,
alat, gambar ukiran, patung, tanaman, dan hasil karya lainnya yang dibuat oleh
siswanya. Metode pameran dapat merupaan kegiatan puncak dari serangkaian
kegiatan lain yang menggunakan widyawisata atau metode proyek. Pameran dapat
digunakan sebagai sarana penilaian keberhasilan suatu kegiatan belajar.
11. Metode permainan
Metode permainan adalah suatu permainan adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran melalui berbagai bentuk permainan. Permainan dimaksud dapat berupa
teka-teki, papan bergambar (sejenis ular tangga), kotak rahasia, atau kartu gambar
yang dibuat oleh siswa atau oleh guru. Metode ini dapat digunakan untuk
memberikan pengalaman menarik bagi siswa dalam memahami suatu konsep,
menguatkan konsep yang telah dipahami, atau memecahkan masalah. Metode ini
bermanfaat karena dapat mengembangkan motivasi instrinsik, memberikan
kesempatan untuk berlatih mengambil keputusan, dan mengembang pengendalian
emosi bila menang atau kalah, serta lebih menarik dan menyenangkan sehingga
memudahkan siswa untuk memahami bahan pelajaran yang disajikan. Dengan
demikian, tujuan pembelajaran akan tercapai secara tidak Iangsung. Metode ini
sering digunakan dalam mata pelajaran Matematika, IPA, PPKN, Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, dan sebagainya.
12. Metode Cerita
Metode cerita adalah suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa dengan
mengungkapkan kepribadian tokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda,
dongeng, dan sejarah lokal. Metode ini dapat digunakan untuk membantu
penghayatan nilai dan moral serta pembentukan sikap. Hal ini terjadi karena metode
ini lebih mudah untuk membawa emosi siswa ke suasana cerita sehingga siswa
menjadi tertarik dan mungkin terharu sehingga akan mempermudah pembentukan
sikap.
13. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan
praktik langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai, penerapan pengetahuan dan
keterampilan yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
menampilkan simbol-simbol, protipe, atau peralatan yang menggantikan suatu
proses, kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini dapat mengembangkan
pemahaman pengetahuan dan penghayatan siswa terhadap sikap dan nilai yang
berlaku di masyarakat. Yang perlu diperhatikan :
a. Pada tahap permulaan, diperlukan tingkat di bawah realitas. Siswa diharapkan
mengidentifikasi lokasi tujuan, sifat-sifat benda, tindakan yang sesuai dengan
kondisi tertentu, dan lain sebagainya.
b. Pada tahap pertengahan, diperlukan tingkat realitas yang memadai. Siswa
diharapkan dapat mempelajari sesuatu dalam kaitan dengan pengetahuan yang
lebih luas dan memulai mengkoordinasikan keterampilan-keterampilan.
c. Pada tahap akhir, diperlukan tingkat realitas yang lebih tinggi.
d. Siswa diharapkan dapat melakukan pekerjaan seperti seharusnya dalam kondisi
nyata.
Penerima Informasi
Sumber Informasi Media Informasi
BAGIAN 6
KEMAMPUAN KEMAMPUAN DASAR MENGAJAR
PENDAHULUAN
Mengajar merupakan perbuatan yang kompleks yaitu penggunaan secara
integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pengintegrasian keterampilan dimaksud dilandasi seperangkat teori dan diarahkan
untuk suatu wawasan, sedangkan aplikasinya terjadi secara unik, dalam arti secara
simultan dipengaruhi berbagai komponen belajar mengajar seperti tujuan
pembelajaran, subjek didik, fasilitas lingkungan belajar dan tidak kalah pentingnya
adalah guru itu sendiri, dalam arti keterampilan-keterampilan, kebiasaan, serta
wawasannya tentang diri peserta didik dan misinya sebagai pendidik. Keterampilan-
keterampilan yang dimiliki guru tersebut berupa : keterampilan bertanya dasar dan
lanjut, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan
keterampilan mengajar kelompok kecil/perorangan, dapat membantu proses
penyampaian atau penerusan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Berikut ini
merupakan penjelasan dari masing-masing keterampilan mengajar yang seyogianya
dimiliki oleh setiap guru dalam suatu peristiwa pembelajaran.
Prinsip-prinsip penggunaannya :
1) Variasi harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
2) Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan.
3) Variasi harus disusun dan direncanakan dengan baik dalam persiapan atau
perencanaan pembelajaran.
6.4.Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan diartikan sebagai keterampilan guru
mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana sehingga dengan
mudah dapat dipahami siswa. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik
dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Dengan penjelasan akan menunjukkan hubungan, misalnya antara sebab dan akibat,
antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil, defenisi)
yang berlaku umum dengan bukti/contoh sehari-hari. Perlu diketahui, menjelaskan
bebeda dengan menceritakan. Menceritakan adalah membuat suatu gambaran tentang
suatu keadaan/peristiwa. Misalnya seseorang siswa menceritakan tamasya ke pulau
bali, bagaimana keindahan alamnya, keramah-tamahan penduduknya, tari-tarian yang
terkenal. Sementara contoh dari menjelaskan misalnya : Guru menjelaskan kepada
siswa mengapa pesawat terbang yang beratnya berton-ton itu dapat terbang ke
angkasa.
Tujuan keterampilan menjelaskan :
1) Membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban tentang mengapa
2) Membantu siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil, prinsip-prinsip
umum secara objektif dan bernalar.
3) Melibatkan siswa untuk berpikir dengan memecahkan masalah atau pertanyaan.
4) Mendapat balikan dari siswa mengenai kadar pemahamannya dan untuk
mengatasi kesalahan pengertian mereka.
5) Mendorong siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan
penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan/situasi yang meragukan/belum
pasti
Kemampuan Pembelajaran
Motivasi Belajar Pembelajaran
Perolehan Belajar Pembelajaran
c. Kondisi pembelajar
Kondisi pembelajar dapsat dibedakan atas kondisi fisiknya dan kondisi
psikologisnya. Dua macam kondisi ini, fisik dan psikologis, umumnya saling
mempengamhi satu sama lain. Jiwa yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat.
Dalam realitasnya juga berlaku kebalikannya. Bila seseorang kondisi psikologisnya
tidak sehat, bisa berpengaruh juga terhadap ketahanan dan kesehatan fisiknya.
Sangatlah jelas dan sering dirasakan oleh siapapun jika kondisi fisik dalam
keadaan lelah, umumnya motivasi belajar seseorang akan menurun. Sebaliknya jika
kondisi fisik berada dalam keadaan bugar dan segar, motivasi belajar bisa
meningkat. Berarti, kondisi fisik seseorang mempengaruhi motivasi belajarnya.
Orang yang sudah sangat lelah tidak baik kalau belajar. Demikian juga kalau sedang
sakit, tidak bails untuk dipaksa belajar.
Dalam kondisi psikologis terganggu, sebutlah misalnya stress, juga tidak
bisa mengkonsentrasikan diri terhadap hal-hal yang dipelajari. Kmena tidak bisa
konsentrasi, mka gairah belajarnya menurun. Keadaan demikian ini, bisa
menjadikan seseorang belajar merasa terpaksa dan tidak banyak bemotivasi.
Jelaslah bahwa kondisi pembelajar, baik yang bersifat fisik maupun psikis,
sama-sama berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Ada kalanya seseorang yang
pada masa-masa sebelumnya bemotivasi belajar tinggi, tiba-tiba menjadi rendah
hanya karena kondisi fisik dan psikologisnya terganggu atau sakit. Tidak jarang,
seseorang yang motivasi belajarnya biasa-biasa saja, tiba-tiba berubah karena
kondisi fisik dan psikologisnya dalam keadaan prima.
Jika diskemakan, kondisi pembelajar dalam kaitannya dengan motivasi dan
perolehan belajar adalah sebagai berikut:
Kemampuan Pembelajaran
Motivasi Belajar Pembelajaran
Perolehan Belajar Pembelajaran
Kemampuan Pembelajaran
Motivasi Belajar Pembelajaran
Perolehan Belajar Pembelajaran
2. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan
motivasi primer. Sebagai ilusirasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan
tanpa berpikir. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih
dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. Bekerja
dengan haik merupakan motivasi sekunder, bila orang bekerja dengan baik, maka ia
memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut berupa penguat motivasi sekunder,
Uang merupakan penguat unnum. Setelah in bekerja dengan baik maka ia dapat
membeli makanan untuk menghilangkan rasa lapar.
Menurut beberapa ahli, manusia adalah makluk sosial. Perilakunya tidak
hanya terpengaruh oleh faktor biologis saja. Tetapi juga faktor-faktor sosial.
Perilaku manusia terpengaruh oleh tiga komponen penting seperti afektif, koqnitif,
dan konatif. Komponen afektif adalah aspek emosional. komponen ini terdiri dari
motif sosial, sikap dan emosi. Komponen koqnitif adalah aspek intelektual yang
terkait dengan pengetahuan. Komponan konatif adalah terkait dengan kemauan dan
kebiasaan bertindak. Perilaku motivasi sekunder juga terpengaruh oleh adanya
sikap. Sikap adalah suatu motif yang dipelajari. Ciri-ciri sikap, yakni :
- merupakan kecenderungan berpikir, merasa, kemudian bertindak
- memiliki daya dorong bertindak
- relatif bersikap tetap
- kecenderungan melakukan penilaian
- dapat timbul dari dari pengalaman, dapat dipelajari atau berubah.
Perilaku juga terpengaruh oleh emosi. Emosi menunjukkan adanya sejenis
kegoncangan seseorang. Kegoncangan tersebut disertai proses jasmani, perilaku dan
kesadaran. Emosi memiliki fungsi sebagai pembangkit tenaga, pemberi informasi
pada oranglain, pembawa pesan dalam hubungan dengan orang lain, sumber
informasi tentang diri seseorang.
Perilaku juga terpengaruh oleh adanya pengetahuan yang dipercaya.
Pengetahuan yang dipercaya tersebut adakalanya berdasarkan akal, ataupun tak
berdasar akal sehat pengetahuan tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku.
BAGIAN 8
PENDEKATAN CBSA DALAM PEMBELAJARAN
8.1. KONSEP CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Cara belajar siswa aktif merupakan suatu upaya dalam pembaruan
pendidikan dan pembelajaran. Kendatipun cara ini tergolong baru, namun
sesungguhnya konsep ini telah lama dikembangkan, hanya perwujudannya yang
masih baru dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita. Karena itu, ada
baiknya guru-guru mengenal dan memahaminya lebih seksama agar mampu
menerapkan secara efektif.
Pembelajaran Individual
Pembelajaran individual adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan
karakteristik perbedaan individu tiap siswa, seperti: minat abilitet, bakat,
kecerdasan, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan / merencanakan tugas-
tugas belajar bagi para siswa, sedang pilihan dilakukan oleh siswa masing-masing,
dan selanjutnya tiap siswa aktif belajar secara perseorangan. Teknik lain, kegiatan
belajar dilakukan dalam bentuk kelompok, yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan, minat bakat yang sama.
Belajar kelompok
Belajar kelompok memiliki kadar CBSA yang cukup tinggi. teknik
pelaksanaannya dapat dalam bentuk kerja kelompok, diskusi kelompok, diskusi
kelas, diskusi terbimbing, dan diskusi ceramah. Dalam situasi belajar kelompok,
masing-msing anggota dapat mengajukan gagasan, pendapat, pertanyaan, jawaban,
keritik dan sebagainya. Siswa aktif berpartisipasi, berelasi dan berinteraksi satu
dengan yang lainya.
Bertanya jawab
Kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, dan
antara kelompok siswa dengan kelompok lainnya memberikan peluang cukup
banyak bagi setiap siswa belajar aktif. Kadar CBSA-nya akan lebih besar jika
pertanyaan-pertanyaan timbul dan diajukan oleh pihak siswa dan dijawab oleh
siswa lainnya. Guru bertindak sebagai pengatur lalulintas atau distributor, dan
dianggap perlu guru melakukan koreksi dan perbaikan terhadap pertanyaan dan
jawaban-jawaban tersebut.
Pengajaran unit
Strategi pengajaran ini berpusat pada suatu masalah atau suatu proyek. Pada
tahap-tahap kegiatan belajar ditempuh tahap-tahap kegiatan utama, yakni: tahap
pendahuluan dimana siswa melakukan orientasi dan perencanaan awal; tahap
pengembangan dimana siswa melakukan kegiatan mencari sendin informasi
selanjumya menggunakan informasi itu dalam kegiatan praktik, tahap kegiatan
kulminasi, dimana siswa mengalami kegiatan penilaian, pembuatan laporan dan
tiddak lanjut.
Berdasarkan beberapa contoh strategi pembelajaran tersebut di atas, maka
semakin jelas tentang bagai mana penerapan pendekatan CBSA tersebut dalam
proses pembelajaran. kendatipun dengan kadar yang berbeda-beda.
Prof, Dr Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi aksara 2001 Jakarta
Dr. Dimyati , Drs, Mudjiono, Belajar dan Pembelanjran, Rineka Cipta 2006 Jakarta
Arikunto, Sraihimi (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : PT Bumi
Aksara
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja.Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar
Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
(http://smacepiring.wordpress.com/
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. 2010. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta : UNJ
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum
http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-
kepentingan-dan-masalah-yang-
dihadapi/http://destalyana.blogspot.com/2007/09/beberapa-pengertian-
kurikulum.html
Daeng Sudirwo. 2002 Otonomi Perguruan Tinggi Hubungannya dengan Otonomi
Daerah. Manajerial. Vol .01. No1:72-79
Deddiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan
Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas
Ilmu Pendidikan UPI.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek
Abraham Maslow, 2004, Psikologi Sains. Teraju. Jakarta.
Abudin Nata, 2008, Manajemen Pendidikan-Mengatasi Pendidikan Islam di
Indonesia. Media Grafika. Jakarta.
_____________, 2005, Filsafat Pendidikan Islam. Gaya Media Pratama. Jakarta.
Assegaf Abdurrachman & Suyadi, 2008, Pendidikan Islam Madzhab Kritis-
Perbandingan Teori Pendidikan Timur dan Barat. Gama Media. Yogyakarta.
Beane, James A., et. all, 1986, Curriculum Planning and Development. Boston. Allyn
and Bacon, Inc.
Fudyartanto, Ki RBS., 2002, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Global
Pustaka Utama. Jogjakarta.
Oemar Hamalik, 2008, Manajemen Pengembangan Kurikulum. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
_____________, 2008, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Purwanto, M. Ngalim, 2007, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Schubert, William H., 1986, Curriculum: Perspective, Paradigm and Possibility. New
York: McMillan Publishing Co.
Sukmadinata, Nana Saodih, 2008, Pengembangan Kurikulum-Teori dan Praktek. PT.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Syaiful Sagala, 2007, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Alfabeta. Bandung.
Tim Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), 2009, Manajemen Pendidikan.
Alfabeta. Bandung.
Uyoh Sadulloh, 2007, Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
M. Ihsan Dacholfany dan Ayi Sofyan. 2009 KURIKULUM BERDASARKAN
FILSAFAT BEHAVIORISME. Tugas Makalah Bidang Studi Manajemen Kurikulum
Program S3 PPS Universitas Islam Nusantara Dari Dosen: Prof. Dr. Harry Soedrajat
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Bahan Kajian; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang
________. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi; Pelayanan Profesional
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Model Pelatihan dan Pengembangan Silabus; Pelayanan
Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Pengelolaan Kurikulum di Tingkat Sekolah; Pelayanan
Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
________. 2003. Penilaian Kelas; Pelayanan Profesional Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Puskur Balitbang.
E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi; Panduan
Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
_________. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung : P.T. Remaja
Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Permendiknas No. 22, 23 dan 24 Tahun 2007
Tim Pengembang MKDK. 2002.. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung :
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
UPI.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikum; Teori dan Praktek.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. 2002. Kurikulum dan
Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas
Ilmu Pendidikan UPI.
Calvin S. Hall & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis);
Psikologi Kepribadian 1. (terj. A. Supratiknya). Yogyakarta : Kanisius.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tentang tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,.
Jakarta : Depdiknas.
____. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan, Jakarta : Depdiknas.
____, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Jakarta : Depdiknas.
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep,Karakteristik dan
Implementasi.Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Pietrefosa, J.F. 1971. The Authentic Counselor. Chicago : Rand McNally College
Pub. Co.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta :
Depdiknas.
-, dkk. 2004. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling,
Jakarta : Rineka Cipta.
Roger Combie White. 1997. Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom
Practice (Terj. Aprilia B. Hendrijani. Buckingham : Open University Press
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung :
Alfabeta.
Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Meningkatkan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia
Memasuki Millenium III. Yogyakarta : Adi Cita.
*)) Akhmad Sudrajat, M.Pd. adalah Pengawas Bimbingan dan Konseling
Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan dan Dosen Pengajar di FKIP
UNIKU
Mudhoffir. 1986. Teknologi Instruksional, Bandung : CV. Remadja Karya.
Harjanto, 2010,Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
http://hadzuka.blogspot.com/2010/11/model-pengembangan-
instruksional.html
http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/10/model-pengembangan-sistem-
instruksional.html
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi.(2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Herliani, Elly. 2009. Penilaian Hasil Belajar. PPPPTKIPA: Jakarta
Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Amirin, Tatang M. 2011. Pengertian sarana dan prasarana pendidikan.
tatangmanguny.wordpress.com
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press
Handout Makul Manajemen Pendidikan, Pengampu : Dr. H. Samino, M.M
(http://askarinote.tk/?p=92)
KBK. (2002). Penilaian berbasis kelas.Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbangepdiknas
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2192862-penilaian-proses-belajar
mengajar/#ixzz1aLSIBH4udiakses pada Senin, 10 Oktober 2011
http://blog.tp.ac.id/penilaian-hasil-pembelajarangentur1971.blogspot.com/
/penilaian-proses-belajar-mengajar.html
www.docstoc.com//PEDOMAN-PENILAIAN-PROSES-PEMBELA
file.upi.edu/Direktori//asesmen_proses_dan_hasil_belajar.pdf
http://karim71.blogspot.com/2009/12/pengertian-peserta-didik.html
Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2011/12/penilaian-proses-dan-hasil-
belajar.html#ixzz2dCBvbfHB
Follow us: @aby_farhan on Twitter