Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa
tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi.
Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-
kebudayaan yang asing yang masuk, sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai
contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan
bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkuatirkan. Para remaja dengan bebas dapat
bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para
remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah
mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu
bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi
persaingan untuk mendapatkan pacar.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan
generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan
budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-
perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex
bebas, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit, misalnya
HIV/AIDS.
B. Rumusan masalah
1. Apakah etika dan moral bisa memberikan prilaku yang baik?
2. Bagaman cara mengatasi pergaulan bebas dalam kehidupan anak remaja?
3. Apa itu pergaulan bebas?
4. Apa penyebab dampak dari pergaulan bebas?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari, etika dan moral.
2. Mengetahui prilaku etik dan moral dalam kehidupan anak remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos
yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat
disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada
dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi
seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai
tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini
tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah
tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah
laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari
sudut baik dan buruk .
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika
normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika).

Adapun Jenis-jenis Etika adalah sebagai berikut:


1. Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari
kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya
adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.
2. Etika Teologis
Terdapat dua hal-hal yang berkait dengan etika teologis. Pertama, etika teologis
bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya
masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu
banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat
dimengerti setelah memahami etika secara umum.
Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak
dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika
filosofis dan etika teologis.

B. Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti
adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral
adalah hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,
mana yang baik dan mana yang wajar.
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia
atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak
memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di
mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral adalah nilai ke-absolutan
dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari
kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang
dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga
sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama.
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap

a. Lingkungan keluarga.
Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai,
moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran
orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan
orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu
mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan
pelanggaran norma.
b. Lingkungan Sekolah.
Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat
sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh
dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak -anak cenderung menjadikan guru
sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki
moral yang baik.
c. Lingkungan Pergaulan.
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut
mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang
selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila
menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan
panutan baginya.
d. Lingkungan Masyarakat.
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral.
Tingkah lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri
yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
2. Upaya Pengembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja

Perwujudan nilai, moral dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Dan tidak semua
individu tidak mencapai tingkat perkembangan moral s eperti apayangdiharapkan.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan nilai, moral dan
sikap, antara lain:
a. Penciptaan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan
moral. Anak tidak hanya harus mendengarkan tetapi juga harus dirangsang agar lebih
aktif. Misalnya mengikutsertakan ia dalam pengambilan keputusan dikeluarga dan
pemberian tanggung jawab dalam kelompok sebayanya. Karena nilai-nilai kehidupan
yang dipelajari barulah betul-betul berkembang apabila telah dikaitkan dalam konteks
kehidupan besama.Selain itu, pengembangan juga bisa dilakukan melalui proses pendidikan,
pengasuhan, perintah, larangan, pemberian hadiah, pemberian hukuman dan interfensi
edukatif dengan dibantu oleh para guru dan para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai
luhur, moral dan sikapyang baik bagi anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi
generasi penerus yang diharapkan.
b. Penciptaan Iklim Lingkungan Yang Serasi
Seseorang yang sikapnya berhasil seperti apa yang diharapkan, umumnya adalah
seseorang yang hidup dalam lingkungan yang positif, jujur dan konsekuen senantiasa
mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan dari nilai-nilai hidup.
Ini berarti bahwa pengembangan tid ak hanya dilakukan melalui pendekatan
intelektual tetapi juga mengutamakan adan ya lingkungan yang kondusif, dimana
faktor-faktor lingkungan itusendiri merupakan penjelmaan yang konkret dari nilai-
nilai hidup.Para remaja sering kali menentang nilai-nilai dan dasar-dasar hidup orangtua
dan orang dewasa lainnya. Ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka
akansuatusystem nilaiyang tetap. Mereka tetap menginginkansuatusystemnilaiyang akan
menjadi pegangan dan petunjukbagi perilaku mereka. Karena itu,orang tua ,guru
dan orang dewasa lainnya patut memberikan contoh perilaku yang merupakan perwujudan
nilai-nilai yang diperjuangkan.

C. Perbedaan Antara Etika dan Moral


Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada.
Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan
qalb, fu'a d. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu:
1. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
2. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang
secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat
diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat
bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis.
3. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan.
Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral
lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan
oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang
berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai
tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran
moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu
perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar

D. Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab, yaitu isim mashdar (bentuk
infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid
af'ala, yuf'ilu if'alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi'ah (kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru'ah (peradaban yang baik) dan al-din
(agama).
Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagai mana tersebut diatas tampaknya kurang
pas, sebab isim masdar dari kata akhlaqa bukan akhlak, tetapi ikhlak. Berkenaan dengan ini,
maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistic, akhlak merupakan isim
jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata
tersebut memang sudah demikian adanya.
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibnu Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang
selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara
singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai
hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai
paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:


1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap
perintah Allah.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi,baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan
dan ketentraman hati.
c.Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil daripengendalian nafsu
dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan
perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan
adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat
iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah
berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak
dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
a) Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata
sopan dan lemah lembut
b) Mentaati perintah
c) Meringankan beban, serta
d) Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
4. Akhlak kepada sesama manusia
a. Akhlak terpuji (Mahmudah)
1) Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk
terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah
dan Rasul-Nya antara lain:
 Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk
kebaikan manusia.
 Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
 Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada
sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan.
Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang
lain.
2) Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri
dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
3) Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.
4) Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.
b. Akhlak tercela (Mazmumah)
1. Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung..
2. Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.
3. Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya.
Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah.
Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu
disebut fitnah.
4. Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum
tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.

BAB III
PENUTUP
kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Perbedaaan antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan
untuk menentukan baik dan buruk.
2. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik buruk.
3. Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya dengan
menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan (tarji).
4. Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan
dampak negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
5. Pergaulan bebas dapat dikurangi apabila orang tua dan anggota masyarakat ikut berperan
aktif dalam memberikan motivasi dan dorongan kepada para remaja dan memberikan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan remaja dalam proses keremajaannya. Sehingga segala sesuatu
yang dilakukannya dapat bermanfaat dalam kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

http://wizanies.blogspot.com/2007/08/akhlak-etika-moral.html
http://grms.multiply.com/journal/item/26.
http://dewon.wordpress.com/2007/11/03/kategori-19/
http://marlinara.blogspot.com/2013/04/pergaulan-bebas-di-kalangan remaja.html
Bertens K, Etika, Tilburg, Nederland,PT Gramedia Pustaka Utama (cetakan XI, Oktober
2011)
Bertens K, Tilburg, Nederland, Pengembangan Diri, Inspirasional, Etika, Moral,
Filsafat, PT Gramedia Pustaka Utama (cetakan XI, Oktober 2011)
Yaqub, Hamzah. Etika Islam. Bandung : CV Diponegoro, 1988.
http://grms.multiply.com/journal/item/262
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2262832-pengertian-era-
globalisasi/#ixzz3q3ad4J00

Anda mungkin juga menyukai