Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR PSIKOLOGI BELAJAR

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar

Disusun oleh :
Nur Isna Lailatus Sholikhah

Dosen Pengampu:
Irfan Jauhari, M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM RIYADLOTUL MUJAHIDIN PONOROGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu kebutuhan bagi setiap manusia. Dengan pendidikan maka
manusia tersebut dapat dikatakan berilmu dan dapat berpikir cerdas serta mampu atau
pandai dalam menyikapi segala sesuatu. Pendidikan dapat ditempuh dimana saja dan
kapan saja, hal itu dapat dilakukan dengan belajar. Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan
jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia
berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas
dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di
dalam suatu kelompok tertentu, di pahami ataupun tidak di pahami, sesungguhnya
sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari- hari kita merupakan kegiatan belajar.
Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat
melaksanakan, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak dibatasi usia, tempat maupun
waktu sebab perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah
berhenti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, kami menemukan suatu
rumusan masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian dan tujuan belajar?
2. Apa pengertian pembelajaran?
3. Apa prinsip-prinsip dalam pembelajaran?
C. Tujuan Pembahasan
Dengan rumusan-rumusan masalah yang telah disusun, maka kami dapat
memberikan alasan mengenai tujuan pembahasan dalam makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan belaja;
2. Untuk mengetahui pengertian pembelajaran;
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Belajar


Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam hal
ilmu pengetahuan maupun dalam bidang keterampilan.  Defenisi belajar menurut
(Salameto, 1998: 2), belajar adalah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh satu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.1
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah suatu usaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris terdapat empat macam
arti belajar, yaitu memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, dan mendapat informasi atau
menemukan.2
Ciri-ciri kematangan belajar adalah :
1. Aktivitas yang menghasilkan perubahan pada dri individu yang belajar, baik atual,
maupun potensial.
2. Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru yang dapat berlaku dalam
waktu yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena usaha. ( Nuhi Nst, 1993 : 2)
Ada beberapa pendapat yang dinyatakan oleh ara ahli, yaitu sebagai berikut:
1. Arthur J. Gates
Menurut Arthur, yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku melalui
pengalaman dan latihan (learnig is the modification of behavior through experience
and training).
2. L.D. Crow and A. Crow
Ahli ini berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu
dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan).
Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap
(learning is an active process that need to be simulated and guided toward desirable
outcome. Learning is the acquisition of habits, knowledge, and attitudes).
1
Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 45
2
PurwaAtmajaPrawira,Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,Jojakarta,Ar-Ruzz
Media,2013:hlm.224.

3
3. Gregory A. Kimble
Belajar menurut Gregory A. Kimble adalah suatu perubahan yang relatif
permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau individu
sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang diperkuat dengan pemberian hadiah.
(learning as a relatively permanent change in behavioral potentiality that occurs as a
result of reinforced practice).3
4. Morgan
Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.4
5. Whiterington
Whiterington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian,
atau suatu pengertian.

Dari defenisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha
yang dilakukan secara sadar, sistematis, dengan menggunakan segala potensi  yang
dimiliki, baik fisik maupun mental. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan
diri  seperti perubahan tingkah laku yang diharapkan ke arah yang lebih positif. Belajar
juga bertujuan untuk mengubah sikap, dari sikap negatif menjadi positif, dari sikap tidak
hormat menjadi terhormat. Belajar juga berujuan mengubah kebiasaan, dari kebiasaan
buruk menjadi kebiasaan yang baik. Belajar juga bertujuan untuk mengubah pengetahuan
tentang berbagai bidang ilmu, seperti dari yang tidak bisa membaca, tidak dapat menulis,
berhitung dan berbahasa, dengan belajar semua akan bisa dilakukan oleh seseorang yang
telah belajar. Belajar juga dapat mengubah segala sesuatu, seperti dalam bidang
keterampilan misalnya: bidang olaraga, kesenian, teknik, dan bidang ilmu lainnya.
B. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.
Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa
guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain, sedangkan mengajar

3
PurwaAtmajaPrawira,Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,Jojakarta,Ar-Ruzz
Media,2013:hlm.225-227.
4
M.NgalimPurwanto,Psikologi Pendidikan,Bandung,PT Remaja Rosdakarya,1990:hlm.84.
4
meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Sementara itu pembelajaran adalah
suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas
yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk
tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum.5
Dalam buku pedoman melaksanakan kurikulum SMU menegaskan bahwa proses
perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan
buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami
(kenyataan). Oleh karena itu lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar
proses belajar ini dapat berlangsung optimal. Dikatakan pula bahwa proses menciptakan
lingkungan belajar sedemikian rupa disebut dengan pembelajaran.6
Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu
pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah
diamati. Mengajar diartikan dengan suatu keadaan untuk menciptakan situasi yang
mampu merangsang siswa untuk belajar. Situasi ini tidak harus berupa transformasi
pengetahuan dari guru kepada siswa saja tetapi dapat dengan cara lain misalnya belajar
melalui media pembelajaran yang sudah disiapkan. Gagne dan Briggs mengartikan
instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal.
Sistem pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem masyarakat yang
memberinya masukan maupun menerima keluaran tersebut. Pembelajaran mengubah
masukan yang berupa siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik. Fungsi
sistem pembelajaran ada tiga yaitu fungsi belajar, fungsi pembelajaran dan fungsi
penilaian. Fungsi belajar dilakukan oleh komponen siswa, fungsi pembelajaran dan
penilaian (yang terbagi dalam pengelolaan belajar dan sumber-sumber belajar) dilakukan
oleh sesuatu di luar diri siswa.7
C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses mengajar dan belajar. Pembelajaran
5
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajarn, Bandung: Alfabeta, 2009.
6
Mardapi, Djemari, Pedoman Umum Belajar Mengajar SMU, Yogyakarta: Univ. Jogja, 2001.
7
Khozim, M, Teoir-teori Pembelajaran; Konsepsi, Komparasi dan Signifikansi, Bandung: NusaMedia,
2011.

5
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar yang dilakukan oleh pihak guru dan
belajar dilakukan oleh peserta didik. Agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
maksimal dan baik maka perlu mengacu pada prinsip-prinsip pembelajaran. Prinsip-
prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan harapan tujuan
pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang dinamis dan terarah.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Pada
kenyataannya, tanpa perhatian tidak mungkin terjadi pembelajaran yang baik dari
pihak guru sebagai pengajar maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian
peserta didik akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu adalah suatu hal yang dibutuhkan oleh
siswa maka perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.8
Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang
akan berhasil dalam belajar jika keinginan untuk belajar itu timbul dari dalam dirinya.
Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: a) mengetahui apa yang akan dipelajari, b)
memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur
motivasi yang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua
unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat tanpa
motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi intrinsik, atau tenaga
pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi
intrinsiknya kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau
tenaga pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang
tua, teman, buku-buku dan sebagainya.  Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk
keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan penting adalah
peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya yang didukung oleh
kepiawaian seorang guru dalam merancang pembelajaran yang dapat merangsang
minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibangkitkan.9

2. Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman tersebut
8
Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. Hal 42
9
Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran. Hal 20
6
diperoleh apabila peserta didik mempunyai keaktifan untuk berinteraksi terhadap
lingkungannya. Apabila seorang anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus
dapat berpikir sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia
menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat menggerakan otot-
ototnya untuk mencapainya.
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan
harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi
sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Jadi,
dalam pembelajaran yang mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan
kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya
merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.10
3. Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat
langsung begitu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup
keterlibatan langsung secara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta
didik merasa dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati
jalannya pembelajaran.
4. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan, seperti yang
dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori tersebut bahwa belajar adalah
melihat daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,
menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Daya-daya
tersebut akan berkembang.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme.
Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu
“law of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan
respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar
timbulnya respon benar. Selanjutnya teori dari phychology conditioning
respons sebagai perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori
oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan dan
belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap

10
Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran. Hal 21
7
sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya,
tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama
menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan teori yang kedua
dan ketiga menekankan pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan
membentuk kebiasaan.11
5. Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini masih
cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang guru menghadapi 30-40
orang peserta didik dalam satu kelas. Guru masih juga menggunakan metode yang
sama kepada seluruh peserta didik dalam kelas. Bahkan mereka memperlakukan
peserta didik secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya,
kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik.
Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar dapat
memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru harus mampu
mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai
pada tahap terakhir yaitu penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang berarti
walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda.
S. Nasution dalam Ahmad Rohani menyarankan empat cara untuk menyesuaikan
pelajaran dengan kesanggupan individual:
a) Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang diselesaikan menurut
kecepatan masing-masing;
b) Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tambahan, di luar
tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara;
c) Pengajaran proyek, peserta didik mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat
serta kesanggupannya.
d) Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa kelompok
yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.

11
Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. Hal 43
8
Perbedaan individual harus menjadi perhatian bagi para guru dalam
mempersiapkan pembelajaran dalam kelasnya. Karena perbedaan individual
merupakan suatu prinsip dalam pembelajaran yang tidak boleh dikesampingkan demi
keberhasilan dalam proses pembelajaran.12
6. Tantangan
Kuantzu dalam Azhar Arsyad mengatakan”if you give a man fish, he will have a
single meal. If you teach him how to fish he will eat all his life”. Pernyataan Kuantzu
ini senada dengan prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, karena peserta didik
tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal menelan
apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan peserta didik merasa masa
bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya.
Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan konsep contextual teaching
and learning yaitu inkuiri. Di mana dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses
pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh dalam menemukan
masalahnya terlebih dahulu kemudian menemukan sendiri jalan keluarganya.13
7. Balikan dan penguatan
Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, ditekankan
oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. bahwa peserta didik akan belajar
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha
belajar. Balikan yang diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan
metode-metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk belajar
lebih bersemangat.14

BAB III
PENUTUP

12
Ahmad Rohani, pengelolaan pengajaran. Hal 17
13
Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran. Hal 48
14
Ibid, belajar dan pembelajaran, hal 49.
9
A. Kesimpulan
Dari penjabaran yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar, sistematis, dengan
menggunakan segala potensi  yang dimiliki, baik fisik maupun mental. Belajar
bertujuan untuk mengadakan perubahan diri  seperti perubahan tingkah laku yang
diharapkan ke arah yang lebih positif.
2. Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan
pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Pembelejaran terdiri dari 7 prinsip yaitu: perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung, pengulang, proses individual, tantangan, balikan dan
penguatan.

B. Kritik dan Saran


Berdasarkan pengalaman dalam penyusunan makalah ini, ada beberapa saran yang
kami ajukan untuk mendorong penulis dalam menyusun makalah selanjutnya. Adapun
saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penulis harus mencari referensi buku dalam penyusunan suatu makalah agar materi
yang disampaikan dapat dikaji lebih dalam berdasarkan panduan buku yang
membahas mengenai topik yang dikaji;
2. Penyusun makalah harus lebih kreatif dalam melakukan penyusunan makalah, agar
makalah yang disusun memiliki kualitas yang baik serta dapat dipahami dengan baik
oleh pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

10
Djemari, Mardapi.2001. Pedoman Umum Belajar Mengajar SMU. Yogyakarta: Univ.
Jogja.

Khozim, M.2011.Teori-teori Pembelajaran.Bandung: Nusa Media.

Mardianto.2017.Psikologi Pendidikan.Medan: Perdana Pusblishing.

Prawira, P A.2013. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

Purwanto, M N.1990. Psikologi Pendidikan. Bandung,PT Remaja Rosdakarya.

Syaiful, Sagala.2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta.

11

Anda mungkin juga menyukai