Disusun Oleh:
Kelompok 3
Dosen Pembimbing:
1442 H / 2021 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga makalah yang
berjudul “Analisis Penyusunan Bahan Ajar di Madrasah” ini dapat diselesaikan.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Bahan Ajar PAI di Madrasah
yang diberikan oleh dosen pengajar.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar atas ilmu baru yang
penulis dapatkan dari makalah ini yang merupakan salah satu ilmu yang belum pernah
penulis dapatkan sebelumnya. Semoga saja dalam penyusunan makalah ini dapat
memberikan manfaat.
Mudah-mudahan ini dapat membantu, meski sedikit pada kita mampu untuk
menjelaskan secara lebih jelas lagi dan dengan harapan semoga kita semua mampu
berinovasi dan meningkatkan pengetahuan dengan potensi yang dimiliki.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR............................................................................................…..i
DAFTAR ISI...................................................................................................………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang .........................................................................................................1
B. RumusanMasalah ........................................................................................………1
C. Tujuan Penulisan .....................................................................................…………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Identifikasi KI dan KD………………………………………………………….2
B. Analisis Pembelajaran untuk Mencapai KD…………………………………….4
C. Merumuskan Hasil Pembelajaran……………………………………………….5
D. Menentukan dan Menyusun Strategi Pembelajaran…………………………….7
E. Pengembangan Bahan Ajar……………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran apabila
dikembangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa serta dimanfaatkan secara benar
akan merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan mutu
pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar maka peran guru dan siswa dalam
proses pembelajaran bergeser. Semula guru dipersepsikan sebagai satu-satunya
sumber informasi di kelas, sementara siswa diposisikan sebagai penerima
informasi yang pasif dari gurunya. Dengan adanya bahan ajar maka guru bukan
lagi merupakan satu-satunya sumber belajar di dalam kelas. Dalam hal ini, guru
lebih diarahkan untuk berperan sebagai fasilitator yang membantu dan
mengarahkan siswa dalam belajar. Sementara dengan memanfaatkan bahan ajar
yang telah dirancang sesuai kebutuhan pembelajaran, siswa diarahkan untuk
menjadi pembelajar yang aktif karena mereka dapat membaca atau mempelajari
materi yang ada dalam bahan ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti
pembelajaran di kelas.
Dengan demikian, pada saat pembahasan materi di kelas, siswa sudah siap
dengan bekal informasi dan pengetahuan yang cukup sehingga waktu belajar yang
tersedia tidak lagi digunakan guru untuk menjelaskan materi secara panjang lebar,
tetapi lebih banyak digunakan untuk diskusi dan membahas materi-materi tertentu
yang belum dipahami siswa
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Identifikasi KI dan KD
2. Bagaimana Analisis Pembelajaran untuk Mencapai KD
3. Bagaimana Merumuskan Hasil Pembelajaran
4. Bagaimana Menentukan dan Menyusun Strategi Pembelajaran
5. Bagaimana Pengembangan Bahan Ajar
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui identifikasi KI dan KD
2. Untuk mengetahui analisis pembelajaran untuk mencapai KD
3. Untuk mengetahui bagaimana merumuskan hasil pembelajaran
4. Untuk mengetahui bagaimana menentukan dan menyusun strategi
pembelajaran
5. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan bahan ajar
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi KI dan KD
1. Identifikasi kompetensi inti (KI)
Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat
kelas atau program. Kompetensi inti merupakan terjemhan atau
operasionalisasi SKI, dalam bentuk kualitas. Kompetensi inti bukan untuk
diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran mata pelajaran
yang relevan. Setiap mata pelajaran harus tunduk pada kompetensi inti yang
telah dirumuskan. Dengan kata lain semua matapelajaran yang diajarkan dan
dipelajarinpada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan
kompetensi inti. Ibaratnya, kompetensi inti merupakan pengikat
kompetensi-kompetensi yang harus dihasilakan dengan mempelajari setiap
mata pelajaran.
Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembalajran mata pelejaran
diuraikan menjadi kompetensi dsar yang dikelompokkan menjadi empat
bagian. Hal ini sesuai degan rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu
dalam kelompok kompetensi sikap spiritual, sikap social, pengetahuan, dan
keterampilan.1
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi
dasar. Sebagai unsur pengorganisasian, kompetensi inti merupakan pengikat
untuk organisasi vertical dan horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikl
kompetensi dasar artinya keterkaitan antara konten kompetensi dasarbdari
suatu kelas ke jenjang kelas berikutnya sehingga terjadi suatu akumulasi yang
berkesinabungan konten yang dipelajari siswa.
Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling berkaitan,
yaitu :
a. Kompetensi inti 1, berkaitan dengan sikap spiritual
b. Kompetensi inti 2, berkaitan dengan sikap sosial
c. Kompetensi inti 3, berkaitan dengan pengetahuan
1
Tuti Iriani, Perencanaan Pembelajaran Untuk Kejuruan, (Jakarta : Kencana, 2019) Hal.56-57
2
d. Kompetensi inti 4, berkaitan dengan keterampilan2
2
Ahmad Nursobah, Perencanaan Pembelajaran MI/SD, ( Pamekasan : Duta Creative ) Hal.24
3
Basuki, Pengembangan Model Pembelajaran Membaca Dengan Pelabelan Objek Sekitar (Pos)
Untuk Murid Taman Kanak-Kanak, ( Yogyakarta : Grup Penerbitan CV Budi Utama, 2015) Hal.187
3
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan pembelajaran dan
diperoleh melalui pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013, kompetensi dasar memiliki beberapa fungsi dan
kegunaan. Sebagaimana sedikit teleh disebutkan di subbab sebelumnya, bahwa
KD menjadi modal dan syarat pentig bagi terkuasainya kompetensi inti.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti. Dimana
rumusannya ikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran.4
4
Andi Prasatowo, Menyususun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, ( Jakarta : Kencana, 2017) Hal.128-129
4
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi ktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik psikologis peserta
didik, kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
ekplorasi dan konfirmasi.
3. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpuln, penilaianm refleksi, mpan balik, dan tindak lanjut.5
5
Rahmat, Analisis Kebijakan Pendidikan Agama Islam, (Malang : Literasi Nusantara, 2019) Hal.
48-50
5
5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan
kesulitan belajar peserta didik.
6. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan
atau komentar yang mendidik.
7. Memanfatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.
8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada
pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta
didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.
9. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru pendidikan agama dan hasil
penilaian kepribadian kepada guru pendidikan kewarganegaraan digunakan
sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak,
kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang
baik.
Merujuk kepada prinsip-prinsip perumusan tujuan pembelajaran yang
dikemukakan Gronlund, beberapa poin penting yang harus diperhatikan dalam
menurunkan dan merumuskan indikator hasil belajar akan diuraikan dalam
paparan berikut ini:
Yang pertama, indikator hasil belajar merupakan turunan dari hasil
belajar yang lebih umum. Berdasarkan prinsip ini, guru harus memikirkan
baik-baik indikator- indikator yang dia nyatakan untuk memastikan adanya
korespondensi atau hubungan logis antara setiap indikator dengan kompetensi
dasar yang menjadi rujukannya. Hal ini penting untuk dipastikan karena
indikator akan berfungsi sebagai operasionalisasi dari hasil belajar yang lebih
umum. Dalam konteks pengukuran mental, proses menurunkan indikator dari
hasil belajar yang lebih umum agar dapat diukur disebut dengan penentuan
definisi operasional. Mengembangkan indikator hasil belajar sebagai turunan
dari hasil belajar yang lebih umum atau lebih tinggi hirarkinya bermakna bahwa
indikator-indikator merupakan sebagian dari tanda atau bukti pencapaian
kompetensi dasar. Tujuan yang ditetapkan guru secara sadar untuk dicapai oleh
murid-muridnya adalah kompetensi dasar, tidak berhenti pada beberapa
indikator yang mewakili.
Yang kedua, indikator hasil belajar dinyatakan sebagai pencapaian atau
perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan pada murid; bukan capaian,
pekerjaan atau langkah-langkah kegiatan yang dilakukan guru. Pernyataan
6
seperti “menjelaskan kepada murid contoh-contoh dari sebuah qaidah” tidak
tepat untuk menjadi indikator hasil belajar karena pernyataan tersebut bermakna
sebagai kegiatan yang dilakukan guru. Berangkat dari prinsip ini, maka kalimat
indikator sebaiknya tidak mencantumkan kata “murid” atau yang semakna
karena pengertian bahwa pencapaian indikator ada pada murid merupakan hal
sudah dipahami. Di samping itu, pencantuman kata “murid” akan menghasilkan
indikator-indikator dengan kata “murid” yang berulang tanpa suatu kebutuhan.
Yang ketiga, indikator dinyatakan sebagai hasil belajar murid yang telah
mencapai sebuah titik akhir dari proses dalam rentang waktu tertentu, bukan
yang masih dan sedang berlangsung. Indikator seperti “mengembangkan
pemahaman tentang tarkib idhafiy” memberikan makna bahwa hasil belajar
masih berproses dan akan menyulitkan guru dalam mengambil kesimpulan final
tentang tingkat pencapaian murid dalam suatu indikator.
Yang keempat, indikator dinyatakan sebagai perbuatan dan tindakan
murid yang dapat diamati atau dalam ungkapan lain indikator hendaklah
bersifat operasional. Menegaskan kembali maksud yang dinyatakan dalam
prinsip pertama dalam kaitannya dengan prinsip yang keempat ini, hubungan
indikator dengan hasil belajar yang lebih umum atau kompetensi dasar
merupakan hubungan operasional atau operational correspondence. Prinsip
keempat ini perlu dipahami dengan baik karena kompetensi dasar pada
umumnya merupakan konstruk yang, agar dapat dilaksanakan dan diukur
ketercapaiannya, memerlukan indikator-indikator operasional.6
6
Asyraf muzaffar, Derivasi Indikator Hasil Belajar Bahasa Arab, Jurnal Lisanuna, Volume 7,
Nomor 2, Juli-Desember 2017, hal. 217-218.
7
Seorang guru mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam
menyampaikan materi kepada peserta didiknya, jika seorang guru belum
memahami materi yang akan disampaikan, maka akan sulit baginya untuk
menyampaikan materi kepada peserta didik dan peserta didik akan susah
mengerti atau memahami materi yang yang akan disampaikan oleh
pendidiknya.
2. Perencanaa pembelajaran
Sebelum mengajar harus memiliki perencanaan pembelajaran, seperti
memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar pembelajaran
proses pembelajran berdasarkan karakteristik peserta didik..
3. Pemahaman terhadap peserta didik
Seorang guru harus memahami peserta didiknya, agar mudah dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dan guru juga mampu mengetahui
dimana letak kekurangan dan kelemahan peserta didik.
4. Metode diskusi
Metode ini digunakan agar oeserta didik mampu memecahkan masalah
dalam pembelajaran dan mampu memahaami materi yanhg disampaikan, agar
mereka mampu menguasai materi secara mendalam.
5. Mengevaluasi hasil balajar
Di akhir pertemuan seorang pendidik selalu melakukan evaluasi dengan
cara memberikan pertanyaan-pertanyaan, latihan, sesuai dengan materi yang
disampaikan agar pendidik mengetahui diamna letak materi yang belum atau
dipahami oleh peserta didik.
Selain guru menggunakan metode di dalam kelas guru juga akan
mengguakan media untuk melengkapi proses pembelajaran sesuai dengan
perkembangan era globalisasi, contoh : papan tulis, spidol 3 warna,
computer/laptop, lcd, fan buku.
Menurut Iskandar Agung sejumlah hal dibawah ini mungkin dapat
menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan gagasan atau ide dan perilaku
kreatif berkaitan dengan merancang dan menyiapkan bahan ajar :
1. Menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang akan diberikan
kepada peserta didik
2. Menentukan tujuan pembelajaran dan masing-masing bahan ajar
ataumateri pembelajaran
8
3. Memilih bahan ajar atau materi pembelajaran yang dinilai sulit
danmudah diterima oleh peserta didik
4. Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhatian dan
motivasibelajar siswa, melalui contoh, ilustrasi, gaya bahasa yang
digunakandan lain sebagainya.
5. Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaransiswa,
berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen,simulasi,
diskusi, pekerjaan rumah dan lain sebagainya.
6. Merancang cara pemberian pengulangan terhadap bahan ajar yang dinilai
sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar,pemberian
tugas atau pekerjaaan rumah dan lain sebagainya.
7. Merancang cara memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi
bersama oleh siswa, baik individual maupun berkelompok, seperti
menugaskan membaca dan menyimpulkan hasil, tugas kelompok,
pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping koran
dengantema sesuai dengan materi pelajaran dan memberi kesimpulan
dan lainsebagainya.
8. Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil
harian,pemberian tugas atau latihan, pemberian jam pelajaran tambahan
untukpenguatan dan lain sebagainya.
9. Memperhatikan perbedaan karakteritik kemampuan siswa,membedakan
kelompok siswa “pintar”, “sedang” dan “kurang”, sertaperlakuan yang
akan diberikan.
10. Menyusun rencana kerja.7
7
Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru, (Jakarta: Penerbit Bestari
Buana Murni, 2010), hal. 54-55.
9
Menurut Sakilah alur analisis penyusunan bahan ajar, yaitu:
1. Menentukan kompetensi inti
2. Menentukan kompetensi dasar
3. Mengembangkan indicator
4. Pemilihan materi pembelajaran
5. Mengidentifikasi kegiatan pembelajaran
6. Memilih bahan ajar, misalnya LKS atau modul.8
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan
ajar merupakan segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara sistematis
yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar9.
Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara sistematik berdasarkan
langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan bahan ajar yang
berkualitas. Selama ini guru kurang terlatih mengembangkan bahan ajarnya
sendiri karena dalam proses pembelajaran di sekolah dasar ataupun di sekolah
menengah lebih sering digunakan bahan ajar yang sudah siap pakai yang tersedia
di pasaran. Sehubungan dengan itu, pokok bahasan kali ini akan difokuskan pada
prosedur pengembangan bahan ajar, dengan harapan di masa datang guru dapat
mengembangkan bahan ajarnya sendiri. Dengan menggunakan bahan ajar yang
dikembangkannya maka guru akan lebih percaya diri dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran sehingga transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi
8
Sakilah, “Belajar dalam Perspektif Islam”, Jurnal Menara, Vol.2, No.2, 2013, hal. 127.
9
Umi Khulsum dkk. Pengembangan Bahan Ajar, Diglosia.Vol.1 No.1, Februari 2018, hal.3
10
yang menjadi tanggung jawabnya di kelas dapat dilakukannya dengan efektif dan
efisien. Apabila kegiatan pembelajaran telah berlangsung dengan baik,
diharapkan hasil belajar siswanya pun akan baik pula.
11
Informasi mengenai perilaku awal dan karakteristik awal siswa ini akan
sangat bermanfaat bagi seorang guru pada saat guru menentukan jenis bahan
ajar yang akan dikembangkan. Selain itu, informasi tersebut juga akan
mengarahka nguru pada pemilihan strategi penyampaian materi bahan ajar.
Misalnya, apabila siswa sebagian besar adalah anak petani, yang tinggal di
daerah pedesaan dan pegunungan maka contoh-contoh yang berikan dalam
bahan ajar, yang berkaitan dengan paparan materi pelajaran, harus sesuai
dengan situasi dan kondisi kehidupan mereka. Apabila contohnya tidak
kontekstual, akan sulit bagi siswa untuk mencerna paparan materi dalam
bahan ajar tersebut. Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan
karakteristik awal siswa sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan
siswa, kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi siswa.
2. Perancangan
Setelah informasi tentang perilaku dan karakteristik awal siswa
diketahui dengan baik maka guru sudah siap untuk maju ke langkah
berikutnya dalam pengembangan bahan ajar, yaitu tahap perancangan. Pada
tahap perancangan ini, guru diminta untuk melakukan perumusan tujuan
pembelajaran, pengembangan peta konsep mata pelajaran, serta
pengembangan garis besar program pembelajaran.
3. Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk
mengembangkan bahan ajar dengan baik.Tahap pengembangan ini
merupakan tahap penulisan bahan ajar secara utuh.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari
berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini
hendaknya dipandang sebagai bahan masukan untuk memperbaiki bahan ajar
dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat diperlukan
untuk melihat efektivitas bahan ajar yang di kembangkan. Apakah bahan ajar
yang dikembangkan memang dapat digunakan untuk belajar dapat dimengerti,
dapat dibaca dengan baik, dan dapat membelajarkan siswa? Di samping itu,
12
evaluasi juga diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar sehingga menjadi
bahan ajar yang baik. Ada empat cara yang dapat dilakukan, yaitu telaah oleh
ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba
lapangan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat
kelas atau program. Adapun Identifikasi kompetensi dasar merupakan langkah
awal yang harus dilakukan guru dalam pengembangan RKH. Kompetensi dasar
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran.
Dalam merumuskan hasil belajar di madrasah dilakukan oleh pendidik,
satuan pendidikaan dan pemerintah yang berupa ulangan atau ujian. Adapun
Strategi pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran berupa
model, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran yang diberikan oleh seorang
guru untuk dapat menciptakan proses belajar mengajar inspiratif, menarik, serta
mudah dipahami oleh peserta didik.
Bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis,
yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun prosedur
pengembangan bahan ajar, yang perlu dilakukan, yaitu: Analisis, perancangan,
pengembangan dan evaluasi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa mungkin banyak terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini, mulai dari penggunaan kata maupun susunannya. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dan membangun dari
pembaca sekalian untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah ini. Mungkin
teman-teman dapat memahami isi dari apa yang telah dijelaskan tadi bukan hanya
dari makalah ini, akan tetapi juga mecari di referensi lain yang dapat menambah
wawasan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Khulsum, Umi dkk. 2018. Pengembangan Bahan Ajar, Diglosia.Vol.1 No.1 hal.3
Muzaffar, Asyraf. 2017. Derivasi Indikator Hasil Belajar Bahasa Arab, Jurnal
Lisanuna. Vol 7. No 2. Juli-Desember. hal. 217-218.
Sakilah. 2013. “Belajar dalam Perspektif Islam”, Jurnal Menara, Vol.2, No.2,hal. 127.