Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP DAN KODE ETIK BIMBINGAN KONSELING

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sopiah, M. Ag

Disusun Oleh :

Nur Fathul Jannah (2119080)

Lasta Mursala (2119086)

Dwi Riskiana (2119098)

Alfiani Rizky (2119127)

Kelas A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kemudahan, sehingga kita
masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam semoga
disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Rasul pilihan Allah yang telah membawa risalah-
Nya berupa Al-Qur’an untuk semua umat manusia. Sebagai hasil dari makalah kami, dalam
menyelesaikan tugas Bimbingan Konseling dengan judul "Prinsip dan Kode Etik Bimbingan
Konseling”.

Penulis sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada sumber informasi dan referensi beberapa buku dan jurnal yang menjadi
tolak ukur dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga menerima saran dan kritik dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.

Pekalongan, 04 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling .......................................... 3

B. Pengertian Kode Etik Bimbingan dan Konseling ............................... 7

C. Dasar Kode Etik Bimbingan dan Konseling ....................................... 8

D. Kode Etik dalam Bimbingan dan Konseling ....................................... 9

E. Tujuan Bimbingan dan Konseling .................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 12

B. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat
dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Namun, kenyataan
menunjukkan bahwa Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan
dalam hal belajar-mengajar dikelas, tetapi juga dapat mengembangkan
keseluruhan kepribadian anak. Oleh karena itu, guru harus mengetahui lebih
dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif, ia harus membantu
murid dalam mengembangkan seluruh aspek keprbadian dan lingkungannya.
Untuk melakukan hal tersebut seorang guru harus memiliki wawasan dan
pemahaman tentang layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling?
2. Apakah pengertian kode etik Bimbingan Konseling ?
3. Apa saja dasar kode etik Bimbingan Konseling ?
4. Bagaimana kode etik dalam Bimbingan Konseling ?
5. Apa saja tujuan kode etik Bimbingan Konseling?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling.
2. Untuk mengetahui pengertian kode etik Bimbingan Konseling.
3. Untuk mengetahui dasar kode etik Bimbingan Konseling.

1
4. Untuk mengetahui kode etik dalam Bimbingan Konseling.
5. Untuk mengetahui tujuan kode etik Bimbingan Konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling


Prinsip yang berasal dari asal kata” PRINSIPRA” yang memiliki arti
berupa permulan yaitu suatu cara tertentu yang dapat melahirkan hal-hal lain,
yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prinsip ini merupakam hasil
perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang telah dimaksudkan.
Prinsip bimbingan dan Konseling dapat mempengaruhi pokok-pokok
dasar pemikiran yang dapat dijadikan pedoman program pelaksanaan atau
aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau
aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Prayitno berpendapat “Bahwasanya prinsip merupakan hasil kajian
teoritik dan telaah lapangan yang dapat digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan sesuatu yang dapat dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa prinsi-prinsip bimbingan dan konseling merupakan
panduan dari hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan
pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran pelayanan.1
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang digunakan
bersumber dari kajian filosofis yang hasilnya dari penelitian dan pengalaman
praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam
konteks sosial budayanya, pegertian, tujuan,fungsi, dan proses,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya:
1
Hallen, Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: Liputan Press, 2002).

3
a. Bimbingan adalah suatu proses yang dapat membantu individu untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
b. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
dibimbing.
c. Bimbingan dapat diarahkan pada tiap individu tetapi tiap individu pasti
memiliki karakteristik tersendiri.
d. Masalah yang dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan
lembaga hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
dalam menyelesaikannya.
e. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing.
f. Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu
dan masyarakat.
g. Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus
sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
h. Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, yang dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun
di luar lembaga penyelenggaran pendidikan.
i. Hendaknya melaksanakan program bimbingan di evaluasi untuk
mengetahui hasil dan pelaksanaan program.
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.2
Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan

2
Awalya,dkk, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Unnes press Erman, 2013).

4
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik
secara perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada
umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun
secara lebih nyata dan langsung adalah sikapdan tingkah lakunya yang
dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri,
sertakondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan
dan kehidupannya itumendorong dirumuskannya prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin,
suku, agama dan statussosial ekonomi.
b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan
dinamis.
c. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek
perkembangan individu.
d. BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang
menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan
individu tidaklahselalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang
berpengaruh dan dapat menimbulkanhambatan-hambatan terhadap
kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang
berupamasalah. Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien
secara terbatas yang berkenaandengan:
a. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi
mental atau fisik individuterhadap penyesuaian dirinya dirumah,
disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan,
dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik
individu.

5
b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada inviduyang kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan BK.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan
Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK
itu adalah sebagai :
a) BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan
pengembangan, oleh karena itu BKharus diselaraskan dan dipadukan
dengan program pendidikan serta pengembangan pesertadidik.
b) Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu,
masyarakat dan kondisilembaga.
c) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikanterendah sampai tertinggi.
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun
terprogram, dimulaidengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan
ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh
tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah:
a. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya
mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi
permasalahannya.
b. Dalam proses BK keputusan yang diambil akan dilakukan oleh
individu dan hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan
karena kemauan atau desakan dari pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua
anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

6
e. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan
yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan
konseling itu sendiri.
5. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan
operasional bimbingan dan konseling.
Sekolah adalah lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di
sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik karena mengingat sekolah merupakan lahan
yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang
justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan
BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum
seperti dikehendaki.3

B. Pengertian Kode Etika


Kode etik bimbingan dan konseling adalah ketentuan-ketentuan atau
peraturan yang harus di ta’ati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung dalam
bidang bimbingan dan konseling demi kebaikan.4 Kode etik didalam bidang
bimbingan dan konseling dimaksudkan agar bimbingan dan konseling tetap
dalam keadaan baik, serta di harapkan akan menjadi semakin baik. Kode etik
mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar atau diabaikan
tanpa membawa akibat yang tidak menyenangkan.
Adapun secara umum fungsi dari kode etik profesi adalah:

3
Marjohana, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Departemen Pendidikan dan
Kebudayaaan,1992)
4
Hikmawati Fenti, Bimbingan Konseling Edisi Revisi. (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,
2011). hlm. 55.

7
a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Setiap anggota profesi harus menjalankan
tugasnya sesuai dengan kode etik/ aturan yang berlaku di dalam suatu
organisasi.
b. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksud dari fungsi ini adalah bahwa setiap anggota profesi
juga diawasi oleh masyarakat dalam melakukan pekerjaannya.
c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Maksud dari fungsi ini adalah
untuk mencegah intervensi dari pihak lain/ pihak luar yang tidak
berkepentingan untuk masuk ke dalam organisasi, karena dikhawatirkan
merusak tatanan yang sudah ada.

C. Dasar Kode Etik Bimbingan Konseling


Dasar kode etik profesi bimbingan dan konseling Indonesia yaitu
pancasila dan tuntutan profesi. Pancasila dijadikan dasar kode etik mengingat
bahwa profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan terhadap
sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang
bertanggung jawab. Hal itu selaras dengan pengertian bimbingan dan
konseling yaitu proses bantuan psikologis dan kemanusiaan kepada yang
dibimbing (konseling) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu
memahami diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri sesuai tahap
perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki dan latar belakang kehidupan
serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagian dalam kehidupannya.
Sedangkan tuntutan profesi dijadikan dasar kode etik karena layanan profesi

8
bimbingan dan konseling mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan
konseling sesuai dengan norma-norma yang berlaku.5

D. Kode Etik Bimbingan dan Konseling


Etika profesi bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku
yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberi layanan bimbingan dan konseling kepada konseli.

Dengan adanya kode etik di dalam bimbingan konseling dimaksudkan


agar bimbingan dan konseling tetap dalam keadaan baik dan diharapkan
menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia di mana bimbingan dan
konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung ketentuan-ketentuan
yang tidak boleh dilanggar ataupun diabaikan tanpa membawa akibat yang
tidak menyenangkan.6
Kode etik bimbingan dan konseling, antara lain:7
1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang
bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling.
2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai
hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau
wewenangnya. karena itu pembimbing jangan sampai mencampuri
wewenang serta tanggung jawab yang bukan wewenang serta tanggung
jawabnya.

5
Hunainah, Etika Profesi Bimbingan Konseling, (Bandung: Penerbit Rizqi Press, 2016), hlm.
42.
6
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir), (Yogyakarta: CV. Andi Offset),
hlm. 36.
7
Ibid., hlm. 37.

9
3. Oleh karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan
kehidupan pribadi orang maka seseorang pembimbing harus :
a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-
baiknya.
b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien.
c. Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien. Jadi di dalam
menghadapi klien pembimbing harus menghadapi klien dalam derajat
yang sama.
4. Pembimbing tidak diperkenankan :
a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.
b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin akan menimbulkan hal-
hal yang tidak baik bagi klien.
d. Mengalihkan klien kepada konselor lain tanpa persetujuan klien.
5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan
ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan dalam bimbingan dan
konseling.
6. Pembimbing haruslah selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang
berat yang memerlukan pengabdian sepenuhnya.

Prinsip-prinsip dan kode-kode etik seperti dikemukakan di atas itu


mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lain, yang tidak dapat
dilepaskan satu dari yang lainnya apabila hendak mencapai tujuan
bimbingan dan konseling dengan sebaik-baiknya.

E. Tujuan Kode Etik


Tujuan kode etik pada dasarnya sebagai berikut :
1. Untuk menunjung tinggi martabat anggota maupun organisasi profesi
tersebut. Hal ini agar masyarakat tidak memandang rendah terhadap

10
profesi yang bersangkutan. Oleh sebab itu setiap kode etik melarang
anggotanya untuk melakukan berbagai bentuk tindak tanduk anggotanya
yang akan mencemarkan nama baik profesi tersebut.
2. Untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya,
kesejahteraan ini mencakup secara luas yakni lahir dan batin, moral
maupun material.
3. Pedoman berperilaku yang mengandung peraturan-peraturan yang
membatasi tingkah laku yang berbuat tidak sesuai dengan etika perilaku
dan bersikap tidak jujur dalam perbuatannya.
4. Meningkatkan pengabdian para anggota, memahami dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdi dan menjunjung tinggi harkat
dan martabatnya sebagai anggota profesi
5. Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik memuat norma-norma dan
anjuran agar para anggotanya selalu berusaha meningkatkan mutu
pengabdiannya.
6. Mewajibkan seluruh anggotanya untuk berpartisipasi aktif dalam
membina organisasi profesi dengan melakukan berbagai kegiatan untuk
kepentingan kesejahteraan anggota dan masyarakat.8

8
Syarwani Ahmad, Profesi pendidikan dan Keguruan, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020),
hlm.28

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang digunakan bersumber
dari kajian filosofis yang hasilnya dari penelitian dan pengalaman praktis tentang
hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial
budayanya, pegertian, tujuan,fungsi, dan proses, penyelenggaraan bimbingan dan
konseling. Kode etik bimbingan dan konseling merupakan ketentuan-ketentuan
atau peraturan yang harus di ta’ati oleh siapa saja yang ingin berkecimpung dalam
bidang bimbingan dan konseling demi kebaikan.
Dasar kode etik profesi bimbingan dan konseling Indonesia yaitu pancasila
dan tuntutan profesi. Dengan adanya kode etik di dalam bimbingan konseling
dimaksudkan agar bimbingan dan konseling tetap dalam keadaan baik dan
diharapkan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia di mana bimbingan
dan konseling masih relatif baru. Kode etik bimbingan dan konseling merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap profesional bimbingan dan konseling.

B. Saran
Dari pembahasan makalah di atas, diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
dan memahami bimbingan konseling dengan baik, serta mampu memahami
prinsip serta kode etik bimbingan konseling. Semoga pemaparan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Syarwani. 2020. Profesi pendidikan dan Keguruan. Yogyakarta: CV


Budi Utama.

Awalya, dkk. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang: Unnes Press Erman.

Fenti, Hikmawati. 2011. Bimbingan Konseling Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Liputan Press.

Hunainah. 2016. Etika Profesi Bimbingan Konseling. Bandung: Penerbit Rizqi


Press.

Marjohana. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta:
CV. Andi Offset.)

13

Anda mungkin juga menyukai