Anda di halaman 1dari 16

AKTUALISASI PAI DI SEKOLAH

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah: Telaah Materi PAI
Dosen Pengampu: Hj. Nur Khasanah, M.Ag

Disusun oleh :

1. Miftakhudin (2119068)
2. Dani (2119069)
3. M. Affan nailul ridho (2119070)
4. Bayu irawan (2119066)

KELAS C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Aktualisasi PAI pada Sekolah. Makalah ini kami selesaikan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Telaah Materi PAI. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalah pada makalah ini penulis mohon maaf
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 1 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
A. Pengertian aktualisasi.................................................................................... 5
B. Sebab-sebab adanya aktuakisasi PAI ............................................................ 6
C. Mengaktualisasi PAI disekolah ..................................................................... 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. . Saran........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia. Mengingat pentingnya
pendidikan bagi kehidupan manusia, maka Islam sebagai agama yang rahmatan lil
alamin, memberikan perhatian serius terhadap perkembangan pendidikan bagi
kelangsungan hidup manusia (Baharun, 2016a). Pendidikan dan pembelajaran menjadi
perhatian serius seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Maka
pendidikan dan pembelajaran harus diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan,
yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together
Hingga saat ini pelaksanaan pendidikan agama yang berlangsung di madrasah masih
dianggap kurang berhasil dalam menggarap sikap dan perilaku keberagamaan peserta
didik serta membangun moral dan etika bangsa. Bermacam-macam argument yang
digunakan guna memperkuat statement tersebut. Diantaranya ialah adanya indikator-
indikator kelemahan yang melekat pada pelaksanaan pendidikan agama dimadrasah.
Yang mengakibatkan perlunya pengaktualan PAI dimadrasah.
Lembaga pendidikan Islam yang berada di tingkat pusat, daerah terus melaksanakan
berbagai upaya peningkatan kinerja dari seluruh komponen madrasah/sekolah agar
memiliki competitive adventage (keunggulan bersaing). Tujuan utama peningkatan
kinerja ini adalah untuk mewujudkan niat dan tujuan mulia lembaga dalam menciptakan
1 out put peserta didik yang memiliki kecerdasan di bidang keilmuan, keimananan dan
berakhlak mulia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat aktualisasi PAI?
2. Bagaimana sebab-sebab muculnya aktualisasi disekolah
3. Bagaimanaa mengaktualisasikan PAI disekolah?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Hakikat PAI dan Pembelajaran PAI.
2. Untuk Mengetahui Pengembangan dalam Pendidikan Agama Islam.
3. Untuk Mengetahui Orientasi Pengembangan PAI pada Sekolah.\

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aktualisasi Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Aktualisasi
Aktualisasi berasal dari kata actual yang berarti benar-benar ada. Yang
kemudian mendapat tambahan –isasi menjadi aktualisasi dan berarti mengaktualkan.
Aktualisasi berarti sebuah cara, proses (Dahlan, 2001). Sedangkan disini kata
aktualisasi bergandengan dengan PAI. Jadi, yang dimaksudkan disini ialah
bagaimana membuat PAI benar-benar ada, benar-benar diimplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Bagaimana agar peserta didik mampu mengarah kepada
aspek being tidak hanya mengarah pada aspek knowing dan doing saja (Muhaimin,
2009).1
2. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Menurut Soekidjo
Notoatmojo. Tahun 2003).
Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala
situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
individu.(Menurut Redja Mudyahardjo. Tahun 2012).
Pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia
sebagai individu atau pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial,
masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam arti
luas juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung
sepanjang hayat sejak manusia lahir. ( Menurut Purwanto. Tahun. 2004 )2
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

1
AHMAD MUZAKKI, AKTUALISASI PAI DI MADRASAH, (Probolinggo: Universitas Nurul Jadid Paiton), Hal. 4
2
Aisyah, Pengertian Pendidikan, (Lampung: HIMABINDO STKIP Muhamadiyah Pringsewu, 2016), Hal.2

5
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
masyarakat, bangsa dan negara.3
3. Pengertian Agama Islam
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal, dalam
arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola
perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut „agama‟ (religious). 4
Islam adalah agama terakhir, agama keseimbangan dunia akhirat, agama
yang tidak mempertentangkan iman dan ilmu, bahkan menurut sunnah Rasulullah,
agama yang mewajibkan manusia baik pria maupun wanita.5 Allah SWT telah
mewahyukan agama ini dalam nilai kesempurnaan yang tinggi, kesempurnaan yang
mana meliputi segi-segi fundamental tentang duniawi dan ukhrowi guna
menghantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir dan batin serta dunia dan
akhirat. 6 Setiap manusia pasti ada dorongan untuk beragama. Dorongan
beragama merupakan dorongan psikis yang mempunyai landasan alamiah,
dalam watak kejadian manusia dalam relung jiwanya, manusia merasakan
adanya suatu dorongan yang mendorong untuk mencari dan memikirkan Sang
Pencipta
4. Pendidikan Akultursi Agama Islam
Dari ketiga pengertian diatas bisa diambil satu poin penting bahwa pendidikan
Akulturasi agama Islam adalah sebuah proses atau tata cara yang di terapkan di
dalam sekolah atau madrasah dengan menekankan ideologi pendidikan agama islam
sebagai pokok pemahaman. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama islam apabila
dikolaborasikan dengan pendidikan formal akan sangat efektif terlebih di era
sekarang yang serba modern namun minim akan akhlak akan teratasi dengan
adannya penerapan metode pembelajaran agama islam.
B. Sebab – sebab adanya aktualisasi PAI
Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang memiliki potensi yang berbeda-beda
sejak lahir. Namun sudah dibekali keyakinan beragama sejak masih dalam kandungan.
Sebab, ketika masih menjadi roh, mereka meyakini bahwa tuhan mereka adalah Allah

3
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
4
Endang Sarfuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama (Surabaya : Bina Ilmu, 1987) hlm. 122-123
5
li Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Raja Grafindo Persada, 1998, Cet. I, hlm. 46.
6
Nasrudin Razaq, Dienul Islam, Bandung : PT. al-Ma'arif, 1987, Cet. VII, hlm. 7.

6
SWT. Tetapi dilahirkan dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan leluhur
mereka.
Untuk mewujudkan perihal perkembangan anak dalam pendidikan, maka dibutuhkan
peran seorang pendidik. Pendidik disini merupakan seseorang yang menjadi pelaku yang
mampu melakukan perubahan bagi anak, baik dalam hal afektif, kognitif, maupun
psikomotorik.
Menurut Muhaimin sebagaimana dikutip oleh Nusa Putra menjelaskan bahwa
Pendidikan Agama Islam pada dasarnya menyentuh tiga aspek secara terpadu, yaitu :
1. knowing, yakni agar para peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran
dan nilai-nilai agama;
2. doing, yakni agar para peserta didik dapat mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai
agama; dan
3. being, yakni agar peserta didik dapat menjalankan hidup sesuai dengan ajaran dan
nilai-nilai agama.
Tiga dari pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama Islam
bermaksud agar peserta didik mengetahui, memahami, menghayati dan mempraktikkan
ajaran dan nilai-nilai agama Islam sehingga pada akhirnya mereka dapat menjalani
berbagai kegiatan dalam kehidupannya berdasarkan ajaran dan nilai-nilai Islam yang
diyakininya.
Aktualisasi dilakukan dalam rangka merespons tantangan dunia pendidikan. yang
menyebabkan adanya aktualisasi PAI dimadrasah adalah adanya indikator-indikator
kelemahan yang melekat pada pelaksanaan pendidikan agama islam dimadrasah. Antara
lain adalah :
1. PAI kurang bisa mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu
diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan agama
islam selama ini lebih menekankan pada aspek knowing dan doing. Belum
banyak mengarah kepada aspek being, yakni bagaimana peserta didik menjalani
hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama yang sudah diketahui
(knowing). Padahal inti dari sebuah pendidikan agama berada pada aspek ini
2. PAI kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama dengan program-program
pendidikan nonagama. Pendidikan Agama Islam yang berlangsung selama ini
lebih banyak bersikap menyendiri, kurang berinteraksi dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan lainnya. Cara kerja seperti ini kurang efektif untuk keperluan
peneneman suatu perangkat nilai yang kompleks. Karena itu, para guru/pendidik

7
harus bekerjasama dengan guru-guru non agama dalam pekerjaan mereka sehari-
hari (Baharun, 2017a).
3. PAI kurang memiliki relevansi terhadap perubahan social yang terjadi
dimasyarakat, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.7
Selain faktor-faktor internal diatas juga terdapat faktor-faktor eksternal yang
menyebabkan adanya aktualisasi antara lain berupa menguatnya pengaruh budaya
materialisme, konsumerisme, dan hedonisme yang pada akhirnya menimbulkan
terjadinya life-style (gaya hidup) masyarakat dan peserta didik pada umunya.
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh beberapa tenaga pendidik, diantaranya
adalah terdapat beberapa siswa yang mengantuk atau mengobrol di kelas ketika
pembelajaran berlangsung, kurang konsentrasinya siswa terhadap penjelasan yang
disampaikan oleh guru, rasa ingin tahu siswa belum terbangun, siswa tidak berani
berargumentasi atau bersifat pasif di kelas, ditambah lagi dengan banyaknya siswa yang
belum memenuhi target pencapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Tantangan yang berkaitan dengan ketidak siapan lembaga pendidikan Islam di
beberapa daerah dalam mengadakan berbagai renovasi-renovasi pada aspek kurikulum
yang dipergunakan dalam peningkatan mutu dan kualitas lembaga pendidikan itu.
Lemahnya sebuah upaya renovasi tersebut sebagai dampak dari sentralisasi pendidikan
yang berlangsung pada masa dahulu, sehingga menyebabkan ketergantungan yang tinggi
kepada pusat, yang pada akhirnya menumbuhkan ketakutan dan kekhawatiran dalam
penyusunan kurikulum yang dapat mengapresiasikan terhadap berbagai kepentingan
social, budaya daerah. Akibatnya kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan Islam di
beberapa daerah tetap seperti dulu tanpa ada pengayaan kurikulum baru, sehingga tidak
mengapresiasikan tuntutan kebutahan masyarakat di sekitar lembaga pendidikan tersebut.
Akibatnya, arah pendidikan yang dilaksanakan tidak sesuai apa yang menjadi harapan
masyarakat dan lingkungan sekitar.
Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan akan
direncanakan mempunyai komponenkomponen pokok
1. Tujuan
Tujuan kurikulum pada hakekatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik. Mengingat kurikulum adalah

7
AHMAD MUZAKI, AKTUALISASI PAI DI MADRASAH, (Probolinggo: UniversitasNurul Jadid Paiton), Hal. 5

8
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan
dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan nasional, tujuan umum
pendidikan dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni pancasila. Tujuan umum
tersebut kemudian dijabarkan menjadi tujuan pendidikan yang lebih khusus dan
operasional. Secara hierarkis kita mengenal tingkatan tujuan pendidikan, yaitu:
tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan yang
lebih khusus (Lismina, 2017: 8).
2. Materi
Pembelajaran Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak
lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan
bahwa pengembangan kurikulum 40 yang didasari filsafat klasik penguasaan
materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran
disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk: teori, konsep, generalisasi,
prinsip, prosedur, fakta, istilah, contoh/ilustrasi, definisi dan preposisi ((Lismina,
2017: 14-15)
3. Strategi
Komponen strategi berhubungan tentang bagaimana kurikulum itu
dilaksanakan di sekolah. Kurikulum dalam pengertian program pendidikan masih
dalam taraf niat harapan/rencana yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah
sehingga mempengaruhi dan mengantarkan anak didik kepada tujuan pendidikan.
Oleh sebab itu komponen strategi pelaksanaannya memegang peranan penting.
Bagaimanapun baiknya kurikulum sebagai rencana, tanpa dapat diwujudkan
pelaksanaannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Ada beberapa unsur
dalam strategi pelaksanaan kurikulum, yakni: tingkat dan jenjang pendidikan,
proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi supervisi, sarana
kurikuler, dan evaluasi atau penilaian (Lismina, 2017: 19).
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan 41 untuk memeriksa tingkat
ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum
yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya

9
terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelayakan
(fiesibility) program.8
Kurikulum merupakan inti dari berjalannya pembelajaran, mulai dari tujuan
dan konsep pembelajaran yang akan berlangsung. Kurikulum juga mengalami
perubahan. Sebab, dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar juga mengalami
inovasi dan perkembangan yang pesat sehingga mempengaruhi perubahan kurikulum
yang lebih baik pada era sekarang.
C. Mengaktualisasi PAI di Sekolah
Faktor-faktor yang telah dijelaskan lebih banyak menyangkut aspek metodologi
pembelajaran, yakni dari yang bersifat dogmatis-doktriner dan tradisional sekarang harus
menuju pada pembelajaran yang lebih dinamis-aktual dan kontekstual.9
1. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bersumber dari pendekatan
konstruktivis. Adapun teori belajar contructivist ialah seorang individu belajar
dengan cara mengkontruksi makna melalui interaksi dan dengan
menginterpretasikan lingkungannya. Karakteristik dari pembelajaran kontekstual
ialah menekankan pada pemecahan masalah, mengakui perlunya kegiatan belajar
mengajar terjadi dalam berbagai konteks, membantu peserta didik dalam belajar
tentang bagaimana cara memonitor belajarnya sehingga mereka dapat menjadi
peserta didik mandiri yang teratur, mengaitkan pengajaran dengan konteks
kehidupan peserta didik yang beraneka ragam, mendorong para peserta didik untuk
saling belajar antara satu dengan lainnya, menggunakan penilaian autentik.
Pendidikan agam islam memiliki lima aspek yaitu aspek al-Qur’an dan hadis
yang menenkankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami
makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari. Aspek kedua adalah aspek akidah yang menekankan pada
kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan yang benar serta
menghayati dan mengamalkan nila-nilai asmaul husna. Aspek yang ketiga ialah
aspek akhlak yang menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak
terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek yang

8
Isna Nur Jannah, Skripsi, Aktualisasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Konservasi Lingkungan Hidup di
Sekolah Adiwiyata SMP N 2 Tengaran Tahun Pelajaran 2019/20, (Salatiga: Isna Nur Jannah, 2020), hlm. 39-41.

9
1 Kontekstual ialah bermakna termasuk atau tergantung. 6
10
keempat ialah aspek fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan
ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Aspek tarikh dan kebudayaan islam
menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam. Kelima aspek PAI tersebut
dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual, yang intinya selalu mengaitkan pembelajaran PAI dengan
konteks dan pengalaman-pengalaman hidup peserta didik yang beraneka ragam
atau konteks masalah-masalah serta situasi-situasi riil kehidupannya. Melalui
pendekatan pembelajaran PAI berbasis kontekstual dan proses pembinaan secara
berkelanjutan mulai dari proses moral knowing, moral feeling, hingga moral action
diharapkan berbagai potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal baik,
baik pada aspek kesehatan jasmani maupun kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan social serta kecerdasan spiritualnya. Kesehatan jasmani
ialah menyangkut tentang sehat secara medis, tahan cuaca, tahan bekerja sama dan
tumbuh dari rezeki yang halal. Kecerdasan intelektual ialah berkenaan dengan
cerdas, pintar, kemampuan membedakan yang dan yang buruk, benar dan salah,
serta kemampuan menentukan prioritas atau mana yang lebih bermanfaat.
Sedangkan kecerdasan emosional adalah hal yang menyangkut kemampuan
mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama,
menunda kepuasan sesaat, dan memiliki kepribadian yang stabil. Adapun
kecerdasan sosial ialah menyangkut senang berkomunikasi, senang menolong,
senang berteman, gemar membuat orang lain merasa senang, dan senang bekera
sama. Kecerdasan spiritual adalah menyangkut kemampuan merasa selalu diawasi
Allah (iman), gemar berbuat karena Allah SWT., disiplin dalam beribadah
mahdlah, sabar berikhtiar, pandai bersyukur dan berterima kasih. Untuk
mengimplementasikan pendekatan kontekstual tersebut diperlukan beberapa modal
dasar, yaitu:
a. Perlunya pendekatan filsafat
Mengutip pendapat fazlur Rahman dalam rekonstruksi pendidikan
islam yang mengatakan bagaimanapun filsafat adalah alat intelektual yang
terus menerus diperlukan. Untuk itu ia harus berkembang secara alamiah baik
untuk kepentingan pengembangan filsafat itu sendiri maupun utnuk

11
kepentingan pengembangan disiplin-disiplin keilmuan yang lain. Hal demikian
dapat dipahami karena filsafat menanamkan kebiasaan dan melatih akal
pikiran untukbersikap kritis analitis dan mampu melahirkan ide-ide segar yang
sangat diperlukan, dengan demikian ia menjadi alat intelektual yang sangat
penting untuk ilmu-ilmu yang lain, tidak terkecuali agama dan teologi. Oleh
karenanya orang yang menjauhi filsafat dapat dipastikan akan mengalami
kekurangan energi dan kelesuan darah dalam arti kekurangan ide-ide segar,
dan lebih dari itu ia telah melakukan bunuh diri intelektual. Dapat disimpulkan
bahwa orang yang meninggalkan dan mengabaikan filsafat dalam memahami
teks-teks agama, maka ia akan kehilangan ide-ide segar yang actual dan
kontekstual. Oleh karena itu pendekatan filsafat sangat diperlukan bagi orang
yang ingin mengembangkan pemahamn teksteks agama secara kontekstual
b. Perlu memahami dan bersedia menerima beberapa pola pikir keagamaan
Pola pikir keagamaan dalam hal hubungan antara makna dengan lafadz
atau bentuk teks itu terdapat tiga aliran. Pertama, monisme aliran yang
mengatakan bahwa antara makna dengan lafadz merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan. Seperti seseorang memahami ayat “Wa as-sariqu wa as-
sariqatu faqtha’u aydiyahuma” yakni pencuri laki-laki dan pencuri perempuan
maka hendaklah dipotong tangannya. Jadi setiap pencuri baik laki-laki
maupun perempuan yang teah mencapai ukuran tertentu maka harus diberi
hukuman potongan tangan. Hal ini difahami dari lafadz “faqtha’u
aydiyahuma”, yang antara makna dan dengan lafadz merupakan kesatuan
yang tak terpisahkan.
Aliran kedua ialah dualisme yang mengatakan bahwa antara makna
dengan lafad dapat dipisahkan, dalam arti masing-masing punya eksistensi
tersendiri, meskipun ada hubungan tetapi hubungan tetapi hubungan itu tidak
terlalu kompleks. Menurut aliran ini ayat “Wa as-sariqu wa as-sariqatu
faqtha’u aydiyahuma” tidak harus difahami bahwa setiap pencuri (laki-laki
atau perempuan) yang telah mencapai ukuran tertentu harus diberi hukuman
potong tangan akan tetapi ia harus berusaha untuk menangkap ruh (spirit) dari
ayat tersebut. Semisal spirit dari ayat tersebut adalah agar pencuri itu jera dan
tidak mengulangi lagi. Jika demikian spiritnya maka pencuri tidak harus
potong tangannya bisa juga dimasukkan kepenjara dan lain sebagainya yang
penting ia bisa jera. Apalah artinya dipotong tangan sampai kaki akan tetapi

12
tidak jera. Kesimpulan dari contoh ini antara makna dengan lafadz itu bisa
dipisahkan karena dalam arti mereka memiliki eksistensi masing-masing.
Aliran ketiga ialah aliran pluralisme yang mengatakan bahwa antara makna
dengan lafadz amatlah komples. Sebuah teks merupakan konstruk
metafungsional yang terdiri atas makna ideasional, interpersonal, dan tekstual
yang kompleks. Jadi dalam aliran ini dikatakan makna dan bentuk mempunyai
eksistensi tersendiri akan tetapi juga memiliki hubungan yang bersifat
kompleks. Misalkan seseorang memahami firman Allah SWT. QS. Al furqan
ayat 74 yang artinya “orang-orang yang mengatakan : ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan dannketurunan kami
sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa” berpasang-pasanagn dalam ayat ini jika di gunakan dalam
konteks kehidupan berumah tangga maka akan berarti suami dan istri. Akan
tetapi, jika kita menggunakannya dalam konteks sekolah maka bukan suami
dan istri lagi akan tetapi bangunan system pendidikan yang memiliki
hubungan harmonis, kompak dan lain sebagainya. Jadi, ketika ayat tersebut
dipahami dalam konteks keluarga atau rumah tangga akan mengalami
pemekaran makna ketika nantinya dipahami dalam konteks pendidikan di
sekolah.
c. Perlunya pendekatan tasawuf

Pendekatan tasawuf memiliki karakteristik tertentu yaitu menakankan


pada aspek esoteric atau kedalaman spiritualitas batiniyah dari keberagamaan
islam, mementingkan qalb dan dzauq/ rasa, langkah-langkah yang ditempuh
adalah takhliyah, tahliyah, dan tajliyah. Oleh karena itu pendidikan agama
islam tidak cukup hanya terletak diotak dan badan saja akan tetapi harus
dilakukan internalisasi atau proses memasukkan yang eksternal/eksoteris itu
ke dalam qalb dan dzauq, atau aspek esoteric dan kedalaman spiritualitas
batiniyah dari keberagamaan islam. Internalisasi itu dapat dilakukan melalui
keteladanan atau pembiasaan. Misalnya, selama ini peringatan Isra’ Mi’raj
hanya diisi dengan ceramah agama yang ujung-ujungnya adalah perintah
sholat. Jika demikian berarti hanya otak mereka (aspek eksternal/eksoteris)
saja yang diisi. Internalilsasinya dengan cara peserta didik diajak ke mushalla
atau masjid untuk melakukan shalat sunnah muthlaq sebanyak 20 rakaat

13
misalnya. Proses internalisasi juga bisa dilakukan dengan cara mengadopsi
atau memodifikasi model renungan malam yang biasa dikembangkan pada
kegiatan Pramuka sambil membacakan sajaksajak, model ESQ yang
dikembangkan oleh Ari Ginanjar, model dzikir oleh Ustad Haroyono, dan lain-
lain yang mana kesemuanya itu dilakukan guna menggugah dan menyentuh
perasaan dan hati peserta didik sehingga terdorong kuat untuk komitmen
dalam melakukan kebajikan-kebajikan.10

10
Ahmad Muzakki. Aktualisasi PAI di Madrasah.
https://www.researchgate.net/publication/326142683_aktualisasi_PAI_di_Madrasah. 2018.
DOI: 10.31219/osf.io/jvkc8. Diakses pada 30 Maret 2021. Hlm 6-11.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktualisasi berarti sebuah cara atau proses, disini kata aktualisasi
bergandengan dengan kata PAI yakni memiliki maksud bagaimana membuat PAI
benar-benar ada, benar-benar diimplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Solusi yang mengarahkan peserta didik untuk mencapai aspek being dan tidak
hanya pada aspek knowing dan doing saja. Maka perlu adanya peran seorang pendidik
dengan menjalankan kurikulum yang terupdate. Aktualisasi PAI ini dilatar belakangi
adanya beberapa masalah diantaranya PAI kurang bisa mendorong penjiwaan
terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik,
PAI kurang memiliki relevansi terhadap perubahan social yang terjadi dimasyarakat.
Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut diadakanlah aktualisasi PAI dimadrasah
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Yang mana pendekatana
ini menjadikan seorang individu belajar dengan cara mengkontruksi makna melalui
interaksi dan dengan menginterpretasikan lingkungannya.
Faktor yang telah dijelaskan lebih banyak menyangkut aspek metodologi
pembelajaran. Pendekatan konstekstual bersumber dari pendekatan konstruktivis.
Pendidikan agama islam memiliki lima aspek yaitu, aspek alquran dan hadis, aspek
aqidah, aspek akhlak, aspek fikih, dan aspek tarikh atau sejarah. Kelima aspek
tersebut dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui pembelajaran yang
kontekstual, yang intinya mengajarkan dengan melalui menceritakan pengalaman-
pengalaman yang dapat menggugah hati peserta didik.

B. Saran
Penulis menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami mengenai
aktualisasi PAI disekolah. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muzaki. 2018. AKTUALISASI PAI DI MADRASAH. (Probolinggo.


UniversitasNurul Jadid Paiton).
Isna Nur Jannah. 2020. Skripsi, Aktualisasi Pendidikan Agama Islam Berbasis
Konservasi Lingkungan Hidup di Sekolah Adiwiyata SMP N 2 Tengaran Tahun
Pelajaran 2019/20. (Salatiga. Isna Nur Jannah).
Aisyah. 2016. Pengertian Pendidikan. (Lampung. HIMABINDO STKIP
Muhamadiyah Pringsewu).
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
li Mohammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta. CV. Raja Grafindo
Persada).
Endang Sarfuddin Anshari. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. (Surabaya. Bina Ilmu).
Nasrudin Razaq. 1987. Dienul Islam. (Bandung. PT. al-Ma'arif).

16

Anda mungkin juga menyukai