Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP-PRINSIP DASAR PENDIDIKAN ISLAM

Makalah ini diajukan untuk melengkapi salah satu


tugas Pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H.M.Djaswidi Al-Hamdani, M.Pd

Oleh:
ISMAWATI

NIM: 2011000865

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah kitab suci Al-Qur’an
dan sunnah Rasulullah SAW serta pendapat para sahabat dan ulama atau ilmuan
muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai sebuah disiplin ilmu harus
membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi saat ini jauh dari apa yang kita
harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidika Islam memberika kontribusi terhadap
pendidikan yang terdapat di Indonesia, namun hal tersebut belum terealisaikan dengan
maksimal. Salah satu faktor yang menjadi penyebab hal tersebut adalah tidak
diterpakannya sebuah prinsip sebagai dasar dalam pendidikan.
Seringkali sebuah prinsip hanya dijadikan sebagai sebuah formalitas saja. Prinsip tidak
dijadikan sebagai dasar atau pondasi bagai pencapaian sebuah tujuan. Padahal dalam
pencapaian tujuan yang digarapkan dalam pendidikan Islam, keberadaan prinsip-
prinsip sangatlah penting dan urgent.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana pengertian prinsip pendidikan islam?
 Apa saja prinsip-prinsip dasar pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip Pendidikan Islam


Menurut kamus umum bahasa Indonesia (poerwadatminta, 1976:768) prinsip
berarti asa ( kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan
sebagainya). Sedangkan Dagobert D Runes (Ramayulis, 2004:7) mengartikan prinsip
sebagai kebenaran yang bersifat universal (universal truth) yang menjadi sifat dari
sesuatu.
Dikaitkan dengan penyelenggaraan pendidikan islam, prinsip pendidikan islam
dapat diartikan sebagai kebenaran universal, yang dapat dijadikan dasar dalam
merumuskan peringkat pendidikan.
Prof. Jaswidi alhamdani dalam bukunya yang berjudul konsep dasar
pendidikan bernuansa islam mengatakan bahwa Prinsip berasal dari kata principle
yang bermakna asal, dasar, prinsip sebagai dasar pandangan dan keyakinan,
pendirian, seperti berpendirian, mempunyai dasar atau prinsip yang kuat. Adapun
dasar dapat diartikan asas, pokok atau pangkal (sesuatu pendapat aturan dan
sebagainya). Dengan demikian prinsip dasar pendidikan Islam bermakna pandangan
yang mendasar terhadap sesuatu yang menjadi sumber pokok sehingga menjadi
konsep nilai asas bangunan pendidikan islam.

B. Prinsip-prinsip dasar pendidikan islam

Dasar pendidikan islam sebagaimana kita ketahui bersama adalah Al-qur'an,


hadist, Atsar sahabat, dan Ijtihad. ( Djaswidi, 2005: 51) mengartikan bahwa Prinsip
pendidikan islam berdasarakan atas dasar yang sama dan berpangkal dari pandangan
Islam secara filosofis terhadap jagad raya, manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan
dan akhlak. Pandangan islam terhadap masalah tersebut melahirkan berbagai prinsip
dalam pendidikan islam.
1. Prinsip hakikat manusia menurut islam
Pendidikan islam memandang manusia memiliki tiga hakikat:
a) fitrah
Dalam perspektif islam manusia pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari agama.
Karena itulah fitrah manusia. Tidak sedikit orang yang percaya bahwa bila ilmu
pengetahuan maju dan manusia telah sanggup menghadapi fenomena alam yg sangat
dahsyat makan agama akan semakin ditinggalkan. Karena peran agama dipandang
semakin tidak signifikan. Namun pada kenyataannya, betapapun tingginya tingginya
kemajuanyng telah dicapai manusia ternyata kebutuhan agama tidak berkurang, justru
ada kecendrungan semakin modern manusia, semakin kuat kebutuhan akan agama
(Jaswid alhamdani, 2005:51-52) mengapa demikian karena agama adalah fitrah
manusia.
Memisahkan agama dari manusia sama artinya dengna memisahkan manusia dari
pikirannya, nafsunya, dan segala fitrah yang ada dalam diri manusia.
b) kesatuan dan ruh dan jasad
Menurut quraish Shihab (1994:228) dari segi jasad sebagian karakteristik manusia
sama dengan binatang, Sama-sama memiliki dorongan untuk berkembang dan
mempertahankan diri serta berketurunan. Namun dari segi ruh, manusia sama sekali
berbeda dengan makhluk lain. Ruh ditiupkan ke dalam diri manusia sehingga manusia
dapat hidup dan berkembang. Ruh mempunyai dua kemampuan atau daya yaitu daya
berfikir yang disebut aql dan daya rasa yang disebut qalb. Dengan daya aql manusia
memperoleh ilmu pengetahuan, memperhatikan dan menyelidiki alam sekitar. Dengan
daya qalb manusia berusaha mendekatkan diri (taqorrub) sedekat mungkin dengan
Tuhan.
c) kebebasan berkehendak.
Manusia memiliki karakter kebebasan berkemauan untuk memiliki dan memutuskan
tingkah lakunya sendiri. Kebebasan sebagian karakteristik manusia meliputi berbagai
dimensi seprti kebebasan dalam beragama, berbuat, mengeluarkan pendapat,
memilih, berfikir berekspresi, dan sebagainya (Shihab, 1994:228)
Walaupun manusia diberi kebebasan, akan tetapi kebebasan itu tidaklah
mutlak. Kebebasan dalam islam adalah kebebasan yang terikat oleh rasa
tanggungjawab, nilai-nilai agama, undang-undang dan moral yang berlaku di
masyarakat.
Implikasinya dalam pendidikan islam adalah bahwa pencapaian tujuan
pendidikan islam faktor peserta didik merupakan hal yang mutlak untuk
diperhatikan. Supaya pendidikan berhasil maka harus memiliki konsep yang jelas
tentang karakteristik fitrah yang dimiliki setiap peserta didik. Fitrah manusia perlu
dikembangkan dalam rangka memperkuat hubungan manusia dengan khaliknya.
Selain itu, dikatakan oleh al Nahlawiy[1]bahwa pendidik sejati atau maha pendidik itu
adalah Allah yang telah menciptakan fitroh manusia dengan segala potensi dan
kelebihan serta menetapkan hukum-hukum pertumbuhan, perkembangan, dan
interaksinya, sekaligus jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya.
2. Prinsip keseimbangan
Pendidikan islam selalu memperhatikan keseimbangan diantara berbagai aspek
yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan
hubungan dengan Alloh dan sesama manusia, antara hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rosul diutus Alloh untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka
meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini senada dengan firman Alloh SWT yang
artinya:" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kamu melupakan bahagiamu dari
(Kenikmatan) duniawi" (AlQoshos: 77)
Dalam dunia pendidikan khusus nya dalam pembelajaran pendidikan harus
memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. Selain
mentransfer ilmu pengetahuan, pendidikan perlu mengkondisikan secara bijak dan
profesional agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu di dalam kelas maupun di
luar kelas.
3. Prinsip integral dan terpadu

Pendidikan islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama
keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran islam, Alloh adalah Pencipta
alam semesta termasuk manusia. Alloh pula yang menurunkan hukum-hukum untuk
mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut
Sunatulloh, sedangkan Pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia
telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinulloh yang mencakup aqidah
dan syariah.
Dalam ayat alquran yang pertama kali diturunkan, Alloh memerintahkan agar
manusia membaca, yaitu dalam surat Al-'Alaq 1-5. Kemudian dalam QS al-Maidah
Ankabut: 45 " Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab (al-qur'an).
Disini Alloh memberikan penjelasan bahwa al-qur'an yang harus dibaca, ialah
merupakan ayat yang diturunkan Alloh. (Ayat tanziliyah, qur'aniyah). Selain itu Alloh
memerintahkan agar manusia membaca ayat Alloh memerintahkan agar manusia
membaca ayat Alloh yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat kauniyah,
sunatulloh), antara lain "katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi "
QS. Yunus:101
Jadi ayat-ayat kauliyah maupun kauniyah adalah sama-sama ayat Alloh
walaupun yang pertama didapat dari wahyu dan yang kedua didapat dari alam semesta.
Studi tentang ayat al- kauniyah dilakukan dalam ilmu fisika, geologi, biologi, dan
sebagainya. Studi tentang tata kehidupan manusia berupa pengembangan pengetahuan
dari ayat-ayat tanziliyah pedoman hidup untuk manusia dilakukan dalam ilmu hukum,
politik, sosiologi, psikologi, ilmu ekonomi, antropologi dan lain sebagainya. Yang
tercakup dalam Ilmu-imu sosial dan humanitas. (Ramayulis, 2004:11)
Dari ayat-ayat dan penjelasan di atas dapat difahami bahwa Alloh memerintahkan
agar manusia membaca Al-Quran (ayat-ayat qur'aniyah/qauliyah) dan fenomena alam
(kauniyah) tanpa memberikan tekanan terhadap salah satu jenis ayat yang dimaksud.
Hal ini berarti pendidikan islam harus dilaksankan secara terpadu. Semua cabang ilmu
termasuk ilmu agama adalah hasil kajian kedua jenis ayat-ayat Alloh itu adalah Ilmu-
imu islami, asalkan disadari dilakukan dalam rangka mengembangkan pengembangan
ilmu yang terdapat ayat-ayat Alloh. Jika terdapat perbedaan atau Pertentangan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan yang selanjutnya akan menimbulkan perbedaan
antar hasil penelitian ilmiayah dengan wahyu Alloh tentu terjadi karena dia
kemungkinan yaitu 1) penyelidikan ilmiah yang belum sampai kepada kebenaran ilmiah
objektif atau 2) kita salah memahami ayat yang mengangkut objek penelitian.
Implikasinya dalam pendidikan islam adalah tidak dibenarkan adanya dokotomii
pendidikan yaitu antara pendidikan agama dan pendidikan umum.
Para peserta didik harus dapat memahami Islam sebagai agama total way of life yang
dapat mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Jika dikotomi iti tidak dapat
dihindari, minimal seorang pendidik harus dapat melakukan perubahan orientasi
mengenal konsep "ilmu" Yang secara langsung dikaitkan dengan dalil-dalail
keagamaan, sehingga wawsan anak didik menyatu dalm agama dan ilmu pengetahuan.

4. Prinsip Universal
Prinsip universal ini maksudnya adalah pandangan yang menyeluruh pada agama,
manusia, masyarakat dan kehidupan.
Pendidikan islam berdasarkan prinsip ini bertujuan untuk membuka, mengembangkan,
dan mendidik segala aspek pribadi manusia, potensi, daya pikir karsa dan rasa manusia
guna mengembangkan segala segi kehidupan dalam masyarakat. Dan juga
mengembangkan segala segi kehidupan dalam masyarakat meningkatkan aspek budaya,
sosial, ekonomi dan politik dan berusaha turut menyelesaikan masalah-masalah
masyarakat masa kini dan bersiap menghadapi tuntutan-tuntutan masa depan dan
memelihara sejarah dan kebudayaannya. (Asy-Syaibnai, 1979:57)
Menurut asy-Syaibani yang dikutip oleh Jaswidi al-hamdani (2005:60)
berdasarkan prinsip inipendidikan islam hendaknya meliputi seluruh aspek kepribadian
manusia dan hendaknya melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh yang
terdiri dari aspek jiwa, badan, dan akal sehingga nantinya pendidikan islam itu
diarahkan pada pendidikan jasmani, jiwa dan pendidikan akal.
Sedangkan Zakiah Darajat yang dikutip oleh Jaswidi Hamdani (2005:60)
kaitannya dengan prinsip ini, menurutnya pendididkna Islam itu haruslah
menumbuhkan suburkan dimensi fisik, akal, agama, akhlak, kejiwaan dan rasa
keindahan dan sosial masyarakat secara seimbang, serasi dan terpadu, sehingga
membawa kebahagiaan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Berdasarkan prinsip dasar universal ini Implikasinya pendidikan haruslah meliputi
seluruh dimensi kehidupan manusia dan tidak boleh hanya memberi penekanan pada
salah satu aspek saja dan meninggalkan aspek yang lainnya.

5. Prinsip dinamis
Prinsip ini menekankan bahwa pendidikan islam seyogyanya mampu mengikuti
dinamika pendidikan, khususnya yang terkait tujuan atau kompetensi yang ingin
dicapai, kurikulum pendidikan islam, metode-metode pembelajaran, dan sebagainya.
Pendidikan islam mampu memperbaharui mengembangkan memberikan respon
terhadap kebutuhan-kebutuhan perkembangan zaman sosial dan masyarakat. Mampu
merespon terhadap kepentingan individu, masyarakat, dan syariat Islam. Misalnya
dengan memperbanyak penelitian-penelitian di bidang pendidikan khususnya
pendidikan Islam. (Jaswidi, 2005:61)
Kaitannya dengan prinsip ini, pendidikan Islam berusaha mengadakan perubahan
yang diinginkan pada tingkah laku individu dan keadaan masyarakat. Karena
pendidikan merupakan proses perubahan tingkah laku yang memerlukan dinamika
(Arifin, 1986:53)
Implikasinya dalam pendidikan Islam adalah dengan membentuk suatu sistem
kelembagaan kependidikan yang berjenjang dari tingkat dasar, menengah, dan
Perguruan tinggi yang menggambarkan model dari proses perkembangan manusia
setingkat demi setingkat kearah yang lebih tinggi kemampuan dan kearah yang lebih
baik menuju insan Kamil.

6. Prinsip pendidikan seumur hidup


Sebenarnya prinsip ini bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Di kalangan umat
islam. Ungkapan seperti “tunutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang kubur” dan
“tuntutlah ilmu walaupun ke negeri cina” merupakan pepatah yang cukup popular sejak
prioe islam. Sesungguhnya prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan
dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia dimana manusia sepanjang hidupnya
di hadapkan dengan berbagai tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya
sendiri kejurang kehinaan. Dalam hal ini manusia dituntut untuk selalu membimbing
dirinya sendiri agar selalu terhindr dari kehinaan tersebut. Dengan demikian, manusia
dituntut menjadi pendidik bagi dirinya sendiri yang berarti pula manusia akan selalu
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya sepanjang hayatnya serta
menyesali segala perbuatan yang menyimpang dari jalan lurus Tuhan mereka.
Sisi lain dari prinsip pendidikan seumur hidup adalah dalam kaitan ilmu yang maha
luas. Karena ilmu luas tanpa batas maka manusia tidak akan pernah selesai mencari dan
menemukan ilmu sementara dipihak lain ada perintah atau kewajiban menuntut ilmu,
dan Prinsip pendidikan seumur hidup merupakan jalan yang bisa menclearkannya.
7. Prinsip Keutamaan
Prinsip yang terakhir adalah prinsip keutamaan (al-fadlilah). Keutamaan
merupakan inti dari segala kegiatan pendidikan. Dengan prinsip ini ditegaskan bahwa
pedidikan bukanlah sekedar proses mekanik melainkan merupakan proses yang
mempunyai ruh dimana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada keutamaan-
keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut terdiri dari nilai-nila moral. Nilai moral
yang paling tinggi adalah tauhid, seangkan nilai moral yang paling buruk adalah syirik.
Dengan prinsip keutamaan ini, pendidik bukan hanya bertugas menyediakan
kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut membentuk kepribadiannya
dengan perlakuan dan keteladanan-keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik
tersebut.” Hargailah anak-anakmu dan bakkanlah budi pekerti mereka”, (HR. al-Nasa’i)
BAB III
Kesimpulan
Dari pemaparan dia atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa prinsip bermakna asal
atau dasar. Dan prinsip-prinsip dasar pendidikan Islam adalah pandangan yang
mendasari seluruh aktifitas pendidikan Islam baik dalam rangka penyusunan teori,
perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan.
Pendidikan Islam memandang manusia mempunyai tiga hakikat yaitu: fitrah,
kesatuan ruh, dan jasad serta kebebasan berkehendak. Atas ketiga dasar tersebut maka
prinsip-prinsip pendidikan dasar pendidikan Islam terwujud.
Diantara prinsip- prinsip dasar pendidikan Islam yaitu:
1) prinsip hakikat manusia menurut islam
2) prinsip keseimbangan
3) prinsip integral dan terpadu
4) prinsip universal
5) prinsip dinamis
6) Prinsip pendidikan seumur hidup
7) prinsip keutamaan
DAFTAR PUSTAKA

Hitami, Munzir. 2004. Mengonsep kembali pendidikan islam. Yogyakarta: Infiite Press.
Arifin, H.M, 2000 . Kapita Selekta Pendidikan (Islam & Umum). Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Penddikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Al hamdani, Djaswidi, 2005. Pengembangan kepemimpinan Transformasional pada
lembaga pendidikan Islam. Bandung: Nuansa Aulia.
Al hamdani, Djaswidi, 2017. Konsep Dasar Pendidikan Islam. Bandung: Media Cendikia.
Ramayulis. 2002, ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam mulia.
Arifin, H. M 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta:Bulan Bintang.
Poerwadarminta, 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

[1] Abd al-Rahm al-Nahlawiy. Usbul al-hadlarat al-islamiyyah wa asalibuha. (damaskus:


dara al-fikr, 1979.) hlm. 13.
[2] Hitami, munzir. 2004. Mengonsep Kembali Pendikan Islam. (Yogyakarta: infinite
press). Hlm.24.
[3] Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Penddikan Islam. (Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003).
Hlm, 17.

Anda mungkin juga menyukai