Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN STRATEGI PAKEM DALAM

PEMBELAJARAN AL QUR’AN HADIST


(Studi Kualitatif Pengembangan Strategi Pembelajaran Al Qur’an Hadist
di MTs Adzkia, Ciamis)

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Strategi Pembelajaran PAI”
Dosen Pengampu : Dr.Dede Husni Mubarok, M.Pd.I.

Oleh :

FAHMI AHMAD FAUZI 2011000855


ISYA FARHAN HIDAYAT 2011000866

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS JAWA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan
sesudahnya saya ucapkan kepada Ibu Dr.Dede Husni Mubarok, M.Pd.I.selaku
dosen mata kuliah “Strategi Pembelajaran PAI” serta teman-teman sekalian
yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal yang lainnya kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu besar
harapan saya kritik dan sarannya yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini Pengembangan Strategi PAKEM Dalam
Pembelajaran Al Qur’an Hadist sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.

Ciamis, Desember 2021

Penyusun,
PENGEMBANGAN STRATEGI PAKEM DALAM
PEMBELAJARAN AL QUR’AN HADIST
(Studi Kualitatif Pengembangan Strategi Pembelajaran Al Qur’an
Hadist di MTs Adzkia, Ciamis)

Fahmi Ahmad Fauzi


Program Pascasarjana (S2) Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis
Email : muhammadmilanfahmi@gmail.com

Abstrak
Pengembangan konsep pembelajaran Abad 21 yang menekankan student center atau
pembelajaran yang berbasis pada siswa memberikan tantangan tersendiri bagi dunia
pendidikan, tidak terkecuali kepada kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang pada
awalnya hanya berfokus pada guru dengan penekanan metode pembelajaran ceramah dan
strategi yang statis harus beranjak kepada penerapan metode dan strategi yang lebih
menekankan kemandirian siswa dalam melaksanakan dan memahami materi pembelajaran.
Kondisi ini harus dilakukan dalam seluruh mata pelajaran khususnya mata pelajaran Al
Qur’an Hadist yang lazimnya dilaksanakan di Madrasah dan Pesantren, pembelajaran Al
Qur’an Hadist adalah proses belajar mengajar mengenai bagaimana memahami dan
menjelaskan makna dari Al Qur’an Hadits serta mengeluarkan hukum – hukum yang terdapat
didalamnya. Makalah ini akan menjelaskan tentang pengembangan strategi PAKEM dalam
pembelajaran Al Qur’an Hadist di MTs Adzkia, Ciamis yang tentunya memiliki konsep
student center atau berpusat pada siswa yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
penelitian ini adalah menggunakan metode deskriftif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa
kelas. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, metode angket,
dan metode dokumentasi serta metode observasi. Hasil dari penelitian ini adalah awal
pencapaian tingkat seberapa besar murid menilai guru tersebut, jika citra guru pemarah
dimunculkan pada pertemuan pertama, maka guru akan mengalami kesulitan melacaknya
pada pertemuan selanjutnya.dan jeda waktu untuk beristirahat akan membuat kembali
kosentrasi siswa yang mengalami penurunan, dan menutup pembelajaran dengan humor akan
menciptakan suasana yang menyenangkan, dan tidak membuat siswa merasa terbebani dalam
pertemuan berikutnya. Humor memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap efektifitas
pembelajaran. 
Kata Kunci : Pengembangan, Strategi Pembelajaran, Al Qur’an Hadist
PENDAHULUAN
Pada zaman modern sekarang ini, masalah pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas, berahlak mulia dan melalui
pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sangat berguna untuk mengubah keadaan suatu bangsa menjadi lebih baik. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai anak didik.belajar merupakan
suatu proses perubahan, yaitu perubahan di dalam tingkahlaku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam proses belajar mengajar,
dibutuhkan seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan
anak didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita- cita bangsa.
Untuk itu guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi juga
guru harus pandai menciptakan suasana belajar yang baik serta juga mempertimbangkan
pemakaian metode dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan mata pelajaran dan sesuai
pula dengan keadaan anak didik. Siswa sudah memasuki masa remaja yang lebih banyak
memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja, mereka harus mengerti mengapa
manusia tidak boleh terlalu tertekan.
Tumbuhnya motivasi dan keberhasilan studi justru ditunjang oleh keserasian- keserasian,
remaja diharuskan belajar terus menerusatau dibebani dengan kewajiban mengikuti pelajaran
tambahan atau ketrampilan tertetntu, akan mengakibatkan kebosanan, sehingga pekerjaan
tersebut dianggapnya kegiatan rutin belaka (Soekanto: 2009:72). Maka dari itu diperlukan
sebuah strategi supaya mereka tidak bosan dan jenuh, yaitu dalam kelas di suguhi dengan
tawa dan canda, maka dengan tawa dan canda, siswa akan merasa semua pelajaran yang
dihadapinya tidaklah sulit dan membosankan.
Strategi mempunyai pengertian suatu garis- garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar,
strategi bisa di artikan sebagai pola- pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien, dalam proses belajar mengajar disini guru sebagai subyek dan siswa sebagai obyek
pembelajaran dalam hal ini memerlukan strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan
untuk mengimplementasikannya digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajarananya.(Zain, 2010: 5).
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu mata
pelajaran pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-Qur’an Hadits yang
telah di pelajari oleh peserta didik di MI. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkarya kajian Al-Qur’an dan hadits terutama
menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan
tanggungjawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits sebagai persiapan untuk hidup
bermasyarakat. Secara subtansial, mata pelajaran Al- Qur’an Hadits memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikan
ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an Hadits sebagai sumber utama ajaran
Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari- hari.
Keberhasilan proses pembelajaran pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits sangat
dipengaruhi oleh strategi pembelajaran. Selama ini metode yang diterapkan masih
menggunakan metode ceramah dan demontrasi.Metode seperti ini belum mampu
meningkatkan kompetensi siswa sesuai karakteristik dan tujuan pembelajaran Al- Qur’an
Hadits.Maka sebagai alternative untuk meningkatkan mutu pelajaran, guru Al- Qur’an Hadits
dapat mengimplementasikan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Dengan PAKEM ini guru dan siswa sama- sama aktif dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,psikomotorik
siswa. Pembelajaran aktif, kreatif, kreatif, efektif dan menyenangkan(PAKEM)bisa diartikan
pendekatan mengajar yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai media
pengajaran yang disertai penataan lingkungan dengan baik, kreatif, efektif serta
menyenangkan. PAKEM membuka ruang pada siswa melakukan kegiatan yang beragam
dalam mengembangkan ketrampilan dan pemahamannya.Para siswa dipancing tertarik dan
mudah menyerap pengetahuan dan ketrampilan yang di ajarkan.
Strategi PAKEM di latarbelakangi realitas model pembelajaran yang cenderung
membuat siswa merasa malas dan bosan dalam belajar, di mana siswa hanya duduk pasif
mendengarkan guru berceramah tanpa memberikan reaksi apa pun kecuali mencatat di buku
tulis atas apa yamg di ucapkan oleh guru mereka. Strategi belajar monoton yang seperti itu
hanya akan menggiring siswa pada kejenuhan. Kelas bagi siswa tak ubahnya sebagai ruang
menakutkan yang tiap hari selalu dipaksa untuk duduk rapi sambil mendengarkan.(Hartono,
2013:136).dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai
fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar, Kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Pembelajaran yang efektif akan terjadi apabila peserta didiknya dalam
keadaan senang. Perasaan senang dalam belajar memberikan efek positif kepada peserta didik
untuk menangkap dan mencerna materi pelajaran yang di berikan oleh guru, peserta didik
akan merasa nyaman dengan pembelajaran yang di berikan guru karena pembelajarannya
menyenangkan. pembelajaran menyenangkan akan selalu menggugah rasa ingin tahu siswa
terhadap sesuatu. Siswa akan focus terhadap materi pelajaran. Sekolah akan menjadi tempat
yang selalu dirindukan dan guru akan selalu menjadi sosok yang dinanti- nanti kehadirannya.
Harono(2013:161). Ketika peserta didik mendapat rangsangan menyenangkan dari
lungkungannya, akan terjadi berbagai “ sentuhan tingkat tinggi” pada diri peserta yang
membuat mereka lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Ketika mereka tersenyum
atau tertawa aliran darahnya akan semakin lancar”menjalar” ke seluruh anggota tubuh yang
membuatnya semakin aktif, akan memudahkan mereka berfikir dan memproses informasi,
baik dalam memori jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi yang masuk ke dalam
otak memori yang melibatkan emosi secara mendalam, akan memudahkan mereka untuk
mengingat kembali saat diperlukan. Artinya kenyamanan dan kesenangan yang dinikmati
oleh peserta didik itu, sangat membantu mereka mencapai keberhasilan belajarnya secara
optimal.Indikasi yang dapat dilihat secara kasat mata adalah dari wajah mereka yang
memancarkna cahaya kesenangan luar biasa.Mereka lebih aktif dan kreatif bertanya,
berdiskusi, dan menjawab berbagai pertanyaan.Mereka merasa waktu pelajaran begitu
singkat.Bahkan pertemuan- pertemuan berikut mereka nantikan dengan sangat antusias dan
penuh harapan.Gurunya pun menjadi idola yang amat disenanginya.Namun, kenyataan yang
dihadapi di lapangan ternyata sering tidak sesuai dengan harapan.Siswa sering menerima
stimulus yang kurang menyenangkan dari lingkungannya.Bahkan, suasana yang tidak
menyenangkan justru terkadang datang dari orang yang paling berperan dan berpengaruh
dalam pembelajaran, yaitu guru.Siswa sering dihadapkan pada situasi yang tidak bersahabat
diakibatkan karna ketidakmampuan guru memberkan stimulus yang tidak
menyenangkan.Tindakan guru sering membuat mereka stress, jenuh, bosan dan tidak nyaman
dalam pembelajaran.Mereka terpaksa berhadapan dengan kenyataan yang tidak dapat
dielakkan, kecuali interaksi dengan lingkungan yang kurang menyenangkan. Interaksi dan
komunikasi menyenangkan dapat dilakukan melalui banyak cara seperti bahasa yang
digunakan, cara berkomunikasi, ekspresi wajah yang ditampilkan, senyuman, pendekatan
yang dipilih dalam pergaulan dengan peserta didik, dan banyak lagi yang lainnya.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif kualitatif dikarenakan dalam penelitian ini penulis ingin menjelaskan dan
menafsirkan gejala, fenomena, peristiwa individu maupun kelompok tertentu (Moloeng,
2002). Dalam menggunakan metode tersebut, peneliti memperoleh dan mendalami data di
lokasi penelitian secara lengkap dan detail dengan cara melakukan wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang bisa diambil sebagai data penelitian. Dalam implementasinya,
menurut Sugiyono (2013), metode kualitatif dapat mendiskripsikan data-data tentang hal-hal
yang dilakukan, dirasakan dan dialami. Dalam melakukan penelitian tentang pengembangan
strategi pembelajaran Al Qur’an Hadist di MTs Adzkia penulis langsung datang ke kelas
dengan melakukan observasi/pengamatan selama kegiatan proses pembelajaran berlangsung
kemudian melakukan penyebaran angket dan melakukan wawancara.
Penelitian ini dilakukan di MTs Adzkia kelas IX dengan jumlah 20 orang. Dalam
menentukan sumber informasi peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Yang
menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Al Qur’an Hadist
dan 20 orang siswa kelas IX. Dalam penelitian ini, guru mata pelajaran Al Qur’an Hadist
merupakan sumber informasi yang paling utama. Dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis data yang bersifat induktif dan diperkuat dengan data kualitatif. Tahapan dalam
melakukan analisis data menggunakan 3 tahapan yaitu, reduksi data penyajian data,
penarikan kesimpulan (Arikunto, 2002).

PEMBAHASAN
Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah di tentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar,
staretegi bisa di artikan sebagai pola- pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar.(Zain, 2010: 5)
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan.Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Trianto (2009:17)
Menurut Boeree(2010:39) Pembelajaran merupakan komponen yang paling utama dan hanya
kita yang dapat melakukan pembelajrana dengan baik.Al-Qur’an adalah wahyu atau firman
Allah SWT untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT.(Thoha, 1993:23)
Menurut Kozna (1989) dalam bukunya (Hamzah,2010:1) secara umum menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang
dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan( rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. (Hamruni,
2012: 3)
nurut Gerlach dan Ely (1980) dalam bukunya (Hamzah, 2010: 1) strategi pembelajaran
merupakan cara- cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu.
Memperhatikan beberapa pengertian startegi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara atau pola-pola yang akan dipilih dan
digunakan oleh seseorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan
memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar.
Komponen yang harus diperhatikan dalam menetapkan strategi pembelajaran menurut Nata
(2009: 214) antara lain:
a. Penetapan perubahan yang diharapkan
Kegiatan belajar ditandai oleh adanya usaha secara terencana dan sistematis yang
ditujukan untuk mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik, baik pada aspek
wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya.
b. Penetapan pendekatan
Pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang akan digunakan dalam memahami
suatu masalah. Di dalam pendekatan tersebut terkadang menggunakan tolak ukur sebuah
disiplin ilmu pengetahuan, tujuan yang ingin dicapai, langkah- langkah yang akan
digunakan, atau sasaran yang dituju.
c. Penetapan metode
Metode pengajaran sangat memegang peranan penting dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut selain harus mempertimbangkan tujuan
yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan bahan pelajaran yang akan diberikan,
kondisi anak didik, lingkungan, dan kemampuan dari guru itu sendiri.
d. Penetapan norma keberhasilan
Menetapkan norma keberhasilan dalam suatu kegiatan pembelajaran merupakan hal
yang penting. Dengan demikian, guu akan mempunyai pegangan yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas- tugas yang telah
dilakukannya. Suatu program baru dapat diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan
evaluasi.
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Al-Qur’an atau Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan
yang tersusun rapih.
Qur’an pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitive) dari kata qara’a, qira’atan,
qur’anan. Al-Qur’an dikhususkan sebagai mana bagi kitab yang diturunkan kepada
Muhammad SAW, sehingga Al-Qur’an menjadi nama khas kitab itu, sebagai mana diri. Dan
secara gabungan kata itu dipakai untuk nama Qur’an secara keseluruhan, begitu juga untuk
penamaan ayat- ayatnya.
Para Ulama menyebutkan definisi Qur’an yang mendekati maknanya dan
membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan bahwa: “Qur’an adalah kalam atau
Firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad s.a.w. yang pembacanya merupakan
suatu ibadah”. ( Al- Qattan, 2009: 17).
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama, sedangkan sebagai
sumber hukum Islam yang ke dua adalah Hadits. Hadits secara etimologi berarti baharu,
dekat dan khabar sedangkan secara terminology hadis t ialah segala ucapan, perbuatan dan
takrirnya Nabi. Menurut ahli hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan keadaan . Menurut
Zuhri (2011:1) al-hadits artinya al-jaded(baru), al-khabar( berita), pesan keagamaan,
pembicaraan. Di dalam Al- Qur’an, kata al- hadits disebut berulang kali dengan makna-
makna tersebut.
Pembelajaran Al Qur’an Hadits adalah bagian Mata pelajaran Pendidikan Agama Ialam
pada MTs yang di maksudkan untuk memberi motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan
dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Al- Qur’an dan Hadits sehingga dapat
diwujudkan dalam perilaku sehari- hari sebagai perwujudan iman dan taqwa kepada Allah
SWT.
Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Dalam mengajar Al-Qur’an, baik ayat-ayat bacaan maupun ayat- ayat tafsir dan hafalan, kita
bertujuan memberikan pengetahuan Al-Qur’an kepada anak didik yang mampu mengarah
pada:
a. Kemantapan membaca sesuai dengan syarat- syarat yang telah ditetapkan dan
menghafal ayat- ayat atau surat- surat yang mudah bagi mereka.
b. Kemampuan memahami kitab Allah secara sempurna, memuaskan akal dan mampu
menenangkan jiwa
c. Kesanggupan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan problem hidup sehari-
hari
d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku murid melalui metode pengajaran yang tepat.
e. Penumbuhan rsa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwanya.
f. Pembinaan Pendidikan Agama Islam berdasarkan sumber-sumber yang utama dari
Al-Qu’an Al-Karim.
Beberapa hal yang menyedihkan adalah: banyak guru dan murid, kurang menaruh perhatian
terhadap aya- ayat sebagian guru yang mengajar pada pemulaan tahun saja, tetapi ada pula
yang tidak menaruh perhatian sama sekali. Hendaknya kita memberi perhatian yang
seimbang tahadap ayat bacaan ini, karena kita mengajar ayat- ayat bacaan itu bertujuan:
a. Murid-murid dapat membaca kitab Allah dengan mantap baik segi ketetapan harakat,
saktat (tempat- tempat berhenti) menyembunyikan huruf- huruf dengan makhrajnya.
b. Murid-murid mengerti makna Al- Qur’an dan berkesan dalam jiwanya.
c. Murid-murid mampu menimbulkan rasa haru, khusu dan tenang jiwanya serta takut
kepada Allah SWT.
Adapun tujuan dalam pengajaran hadits adalah agar peserta didik mengerti ajaran Islam
yang berhubungan dengan masalah yang dibicarakan. Jelasnya kita memberi pengetahuan
hadits kepada peserta didik yang mengarah kepada:
a. Kemantapan membaca tanpa salah, sesuai dengan ketentuan membaca huruf arab dan
kemampuan menghafalnya dengan mudah
b. Kemampuan memahami isi bacaan dengan sempurna, memuaskan akal, dan
kemampuan menenangkan jiwa.
c. Kemampuan menerapkan ajaran Islam dalam menyelesaikan sproblema kehidupan
sehari- hari.
d. Kemampuan memperbaiki tingkah laku peserta didik melalui metode pengajaran
yang tepat.
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan perencanaan dan pelaksanaan program
pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-
hadits tertentu, yang sesuai dengan kepentingan siswa menurut tingkat- tingkat madrasah
yang bersangkutan, sehingga dapat dijadikan modal kemampuan untuk mempelajarinya,
meresapi dan menghayati pokok- pokok Al- Qur’an dan Hadits dan menarik hikmah yang
terkandung di dalamnya secara keseluruhan.
Mata pelajaran Al Qur’an Hadits adalah bidang yang merupakan perencanaan dan
pelaksanaan program pengajaran membaca dan mengartikan atau menafsirkan ayat- ayat Al-
Qur’an dan Al- Hadits dan menarik hikmah yang terkandung didalmnya secara keseluruhan.
Berdasarkan peraturan menteri agama RI No 2 tahun 2008 tentang standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD) mata pelajaran Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah adalah
salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari Al-
Qur’an Hadits yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTS/ SMP. Secara subtansional,
mata pelajaran Qur’an Hadits memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempelajari dan mempraktekan ajaran dan nilai- nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi
pegangan dan pedoman hidup sehari-hari.
Mata pelajaran al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah salah satu mata
pelajaran pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan dari al-Qur’an Hadits yang
telah di pelajari oleh peserta didik di MI. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkarya kajian al-Qur’an dan Hadits terutama
menyangkut dasar-dasar keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi, serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan
tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam perspektif al-qur’an dan hadits sebagai persiapan untuk hidup
bermasyarakat. Secara subtansial, mata pelajaran al-qur’an hadits memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari dan mempraktikan ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-qur’an Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Pembelajaran Al Qur’an Hadist


Ada beberapa macam strategi pembelajaran Al Qur’an dan Hadits yaitu sebagai berikut:
1. Strategi Pembelajaran Langsung,
Strategi ini menempatkan guru sebagai sumber belajar, dan cukup efektif digunakan
untuk menyampaikan informasi dan membentuk keterampilan secara langkah demi langkah.
Strategi ini umumnya digunakan untuk memperkenalkan strategi lain pada awal
pembelajaran. Contoh: metode ceramah.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh
guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap
demi tahap. Pembelajran langsung biasanya bersifat deduktif.
Pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktifitas belajar
siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana
melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat
berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang berstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah lebih maju. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah
pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang seerhana sampai yang
lebih kompleks.
Secara umum, setiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan dan kekurangan.
Seperti halnya pada model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan,yaitu
sebagai berikut:
a) Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa
b) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c) Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berpresentasi rendah.
d) Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa
yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
e) Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demokrasi) dapat memberi
tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi.
f) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model
pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Adapun kekurangannya sebagai berikut:
a) Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat
pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar atau ketertarikan siswa.
b) Siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif.
c) Kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada guru.
d) Bergantung pada komunikasi guru
e) Jika pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan
perhatiannya ke guru.
2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
Pembelajaran tidak langsung ini berpusat pada peserta didik, dimana siswa katif
membangun pengetauan dan guru bertindak sebagai fasilitator. Strategi ini memungkinkan
peserta didik untuk terlibat dalam mengamati, menyelidiki, membuat penjelasan berdasarkan
data, membuat hipotesis dan sebagainya. Pada umumnya peserta didik yang belajar secra
aktif akan memiliki pemahaman dan ide yang lebih baik, serta mampu mengembangkan
pemahaman tersebut.
Peran guru dalam pembelajaran tidak langsung adalah mengatur lingkungan belajar, memberi
kesempatan pada peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran. Sumber belajar pada
umumnya berupa bahan cetak, informasi noncetak (misal; internet), dan narasumber. Contoh:
problem solving.
Strategi pembelajaran tidak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecaha masalah,
pengambilan keputusan,dan penemuan. Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk
keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi
bedasarkan data atau pembentukan hipotesis.
Adapun strategi dalam pembelajaran tidak langsung adalah sebagai berikut:
a) Pembelajaran tidak langsung memperhatikan keterlibatan tinggi siswa dalam
melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau
pembentukan hipotesis.
b) Peran guru beralih dari pencerahan menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber
personal.
c) Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika
mereka melakukan inkuiri.
d) Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan penggunaan bahan cetak,
mencetak dan sumber-sumber manusia.
Karakteristik pembelajaran tidak langsung menurut Suryadi dapat dilihat dari 3 hal, yaitu :
a) sajian bahan ajar
b) pola interaksi kelas,
c) model intervensi yang dilakukan guru.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome,
sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu
mengingat materi dengan cepat.
3. Strategi Pembelajaran Interaktif
Strategi pembelajaran interaktif mengutamakan aktivitas diskusi sesama peserta didik.
Diskusi saling berbagi informasi memungkinkan peserta didik memberikan reaksi terhadap
ide, pengalaman, opini dan pengetahuan teman sejawat atau narasumber. Peserta didik dapat
belajar mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk mengorganisasikan
pikiran serta mengembangkan alasan yang masuk akal (rasional). Hal yang perlu dilakukan
guru adalah memberiakan topik diskusi atau tugas, menentukan waktu diskusi, menentukan
jumlah dan komposisi peserta didik dalam kelompok dan menjelaskan tehnik pelaporan.
Contoh: debat, latihan sejawat, diskusi, PAKEM.
Strategi pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan
guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, dimana guru menjadi pemeran utama dalam
menciptakan situasi yang edukatif, yang interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.
Dalam pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara
mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
a) Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan
sosial dan kemampuan-kemampuan
b) Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi
pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan
metode-metode interaktif.

4. Strategi Pembelajaran Empirik


Belajar secara eksperensial atau pengalaman merupakan pembelajarn induktif, berpusat pada
peserta didik, dan berorientasi pada aktivitas. Pembelajaran ini fokus pada proses belajar,
bukan pada hasil belajar. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah membatasi jenis
pengalaman yang harus dilakukan siswa sehingga cukup aman untuk dilakukan, tidak
membutuhkan biaya yang besar, cukup waktu pelaksanaannya. Contoh: simulasi, bermain
peran, pengamatan lapangan, survei.
Eksperiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan
pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara
langsung. Dalam hal ini, eksperiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator
untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses
pembelajaran.
Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi murid dengan tiga cara, yaitu :
a) Mengubah stuktur kognitif murid
b) Mengubah sikap murid
c) Memperluas keterampilan-keterapilan murid yang telah ada.
Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan dan tidak
terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak
efektif.
5. Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi untuk mengembangkan inisiatif
peserta didik secra individual, rasa percaya diri, dan pengembangan diri peserta didik. Belajar
mandiri dapat dimulai oleh peserta didik atau dengan bantuan guru, dimana guru memandu
danmemantau perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didikk secra mandiri.
Strategi ini dapat digunkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membuat
keputusan yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan, melakukan refleksi, dan
melakukan tindakan yang bermanfaat.
Kemandirian peserta didik merupakan faktor penting dalam proses belajar mandiri.
Sumber belajar yang sesuai merupakan faktor penting lainnya dalam strategi ini. Guru harus
mempersipakan atau memfasilitasi penggunaan sumber belajar atau bahan ajar mandiri, serta
membantu peserta didik untuk dapat menggunakan bahan belajar tersebut. Contoh: metode
proyek penelitian.
Pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajran yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian dan meningkatkan diri. Fokusnya adalah padaperencanaan
belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga dilakukan
dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
Pembelajaran mandiri dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pengajaran klasikal,
terutama dengan maksud memberi kesempatan kepada sisiwa untuk maju sesuai dengan
kecepatan masing-masing “memaksa” siswa untuk belajar lebih aktif, bila dalam pengajaran
individual digunakan paket bekajar (modul atau berprogam), dan untuk mengatasi kesulitan
mengajar bagi guru yang kurang kompeten.
Strategi merupakan bagian dari komponen dalam belajar mengajar, sehingga mempunyai
peran yang signifikan dalam penentuan keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan.
Tidak semua strategi cocok diterapkan ada semua kegiatan belajar mengajar. Guru perlu
untuk melakukan pemilihan strategi sebelum menerapkannya dalam kegiatan belajar
mengajar. Pemilihan tersebut tidak dapat dilakukan dengan asal, karena akan berpengaruh
pada kelangsungan proses belajar mengajar.
Namun perlu diingat bahwa tidak satupun strategi belajar mengajar yang paling sesuai
untuk semua situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sama. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan
menggunakan stategi belajar mengajar, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta
didik dan sesuai kondisi yang diharapkannya.
Guru mata pelajaran Qur’an Hadits sebelum menentukan strategi harus memahami
tujuan dari kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan. Hal yang sering luput dari
perhatian yaitu bahwa Qu’ran Hadits merupakan jenis materi yang dominan akan aspek
afektif. Sehingga ranah afektif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sini juga perlu
diolah, tidak sekedar pada kognitif siswa. Guru yang profesional selain harus mampu
memahami tujuan belajar mengajar, jenis materi, dan karakteristik individu siswa, ia juga
harus mampu menggunakan strategi tersebut secara efektif dan efisien.

Pengembangan Strategi Pembelajaran dengan Model PAKEM


1. Pengertian Model PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
Model PAKEM merupakan salah satu bentuk pengembangan dari strategi pembelajaran
berbasis interaktif yang menitik beratkan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa, dalam
penerapannya model PAKEM ini diimplementasikan dalam bentuk metode pembelajaran
diskusi, tanya jawab, debat dan lainnya.
Menurut Mills dalam bukunya Suprijono (2013:45) model adalah bentuk representasi
akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu, model merupakan interprestasi terhadap hasil observasi dan
pengukuran yang diperioleh dari beberapa system.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Menurut Joice(1992) dalam bukunya Trianto(2010:52) Model pembelajaran merupakan
suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola- pola mengajar
secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material atau
perangkat pembelajran termasuk di dalamnya buku-buku, film- film, program media
computer dan yang lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang yang
digunakan dalam untuk mendesain pola-pola mengajar dan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan
peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan
pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja.sementara, guru menggunakan
berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.(Asmani, 2012:60).
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan
dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai
pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu,
pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat
tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai
peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Guru dalam
pembelajaran aktif berfungsi sebagi fasilitator.
Menurut Claker(2005) dalam bukunya Warsono(2013:20) menyatakan bahwa fasilitator
adalah:
1. Seseorang yang mengetahui kekuatan dan kemampuan setiap anggota kelompok dan
membantunya untuk merasa nyaman dalam saling berbagi harapan, kepedulian, dan
gagasan;
2. Seseorang yang mendukung kelompok, memberikan partisipan rasa percaya diri
dalam berbagai dan mencoba gagasan- gagasan baru.
3. Seseorang yang menyadari adanya beragam nilai dan kepekaan terhadapa kebutuhan
dan minat yang berbeda dari setiap anggota kelompok. Perbedaan ini mungkin terkait
jenis kelamin, usia, ras, suku, status ekonomi, status sosial, dan lainnya.
4. Seseorang yang mmpu dengan keteladanan melalui sikap, pembicaraan, pendekatan,
dan tindakan.
Dalam hubungan ini, menurut Tylee (2000) dalam bukunya Nata(2009:21) menyatakan
tugas pokok seorang fasilitator atau peran guru pada saat tatap muka di kelas adalah:
a. Menilai para siswa
b. Merencanakan pembelajaran
c. mengimplementasikan rancangan pembelajaran; dan
d. melaksanakan evaluasi proses pembelajaran
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk
dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja
kelompok, dan pemecahan masalah. Pembelajaran kreatif menunutut guru untuk
merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berfikir maupun
dalam melakukan suatu tindakan.
Pembelajaran efektif dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru
kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal.Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran.Seluruh siswa harus dilibatkan secara
penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul- betul
kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.Pembelajaran efektif
menuntut keterlibatan siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi.Siswa harus didorong untuk menafsirkan
informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat.
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instructional) merupakan proses pembelajaran yang
didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan
terpaksa atau tertekan. Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara gurur dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memosisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup
kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang
demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses
pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus
mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan
mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.(Rusman, 2013:327)
Menurut Djamarah(2010:377) pembelajaran menyenangkan merupakan pembelajaran
yang didesain sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan,
menyenangkanm dan yang paling utama, tidak membosankan, kepada peserta didik.
Strategi pembelajaran yang menyenangkan adalah situasi di mana siswa merasa nyaman,
tenang, dan tak ada tekanan dalam pembelajaran. Pembelajaran menyenangkan akan selalu
menggugah rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. Siswa akanfocus terhadap materi
pelajaran. Sekolah akan menjadi tempat yang selalu dirindukan dan guru akan selalu menjadi
sosok yang dinanti- nanti kehadirannya. Harono( 2013: 161)
Dari uraian di atas dapat di simpulkan strategi pembelajaran yang menyenangkan adalah
cara-cara atau pola-pola yang akan dipilih dan digunakan oleh seseorang pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran dengan desain sedemikian rupa sehingga memberikan
suasana penuh keceriaan, menyenangkan dan tidak bosan, dan akan selalu menggugah rasa
ingin tahu siswa terhadap sesuatu dan menjadikan siswa focus terhadap materi pelajaran
.Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran sangat diperlukan perencanaan yang
matang agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dan berhasil sesuai dengan tujuannya,
Peran guru juga sebagai penentu berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran, selain metode
dan media yang digunakan.Bahkan keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari strategi
pembelajaran yang akurat dalam mendukung keberhasilan suatu pembelajaran. Profesional
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi, atau
dapat dikatakan guru yang profesional adalah guru yang menggunakan strategi pembelajaran
dengan baik, kemahiran serta tercapainnya tujuan dari pembelajaran tersebut, dan apabila
strategi pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru tidak dapat mendukung keberhasilan
tujuan yang akan dicapai, maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut tidak profesional.
Sementara prinsip profesionalitas guru dan dosen UU No. 14 tahun 2005 pada pasal 7 ayat 1
merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan
akhlak mulia
c) Memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugas
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
f) Memperoleh penghasilan yang di tentukan sesuai dengan prestasi kerja
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara b erkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat
h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal- hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. (Darmadi, 2010: 61)
Menurut Hartono(2013:162) ada beberapa indikasi dasar proses pembelajaran
menyenangkan, naik dalam aspek lingkungan, guru, maupun siswa, antara lain sebagai
berikut.
a) Terciptanya lingkungan yang rileks, tidak tegang, aman, menarik, serta tidak
membuat siswa ragu untuk mencoba
b) Munculnya situasi belajar emosional yang positif ketika berlangsung proses
pembelajaran.
c) Timbulnya situasi belajar yang menantang bagi siswa untuk mengekplorasi materi
pelajaran
d) Jaminan ketersediaan materi dan metode yang relevan
e) Tidak membuat siswa dianggap sepele oleh guru
f) Siswa tidak takut untuk ditertawakan dan tidak takut dihukum
g) Siswa berani bertanya.
h) Siswa berani mempertanyakan gagasan orang lain
i) Siswa berani berbeda pendapat.

Pembelajaran yang menyenangkan akan berpengaruh terhadap motivasi dan semangat


belajar yang tinggi pada peseta didik karena suasana pembelajaran yang mereka nikmati
dengan penuh kenyamanan. Salah satu strategi pembelajaran yang saat ini dianggap sebagai
alternative untuk mengurangui rasa jenuh dan monoton adalah PAKEM. PAKEM bisa
singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PAKEM bisa di
artikan sebagai pendekatan mengajar yang digunakan bersama metode tertentu dan berbagai
media pengajaran yang disertai penataan lingkungan dengan baik sehingga proses
pembelajaran ketrampilan dan pemahaman siswa.(Asmani, 2012:61). Jadi PAKEM adalah
sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk
mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil
bekerja.
2. Ciri-Ciri Model PAKEM
Ciri-ciri Model PAKEM digambarkan dalam buku pelatihan awal program MBS.
Pelatihan ini merupakan program kerja sama pemerintah Indonesia dengan UNESCO dan
UNICEP (2003: 3-4) berikut ciri- ciri PAKEM :
a.
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara dalam membangkitkan semangat,
termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan
pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan cara memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih
menarik dan menyediakan “pojok baca”
d. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan cara sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam
menciptakan lingkungan sekolahnya.(Asmani,2012:83)
Penjelasan di atas memberikan penekanan bahwa PAKEM adalah manfestasi dari
pembelajaran aktif.Oleh karena itu, sudah seharusnya guru menerapkan pembelajaran aktif
sebagai pondasi awal dalam melaksanakan PAKEM.Jangan sampai metode pembelajaran
konvensional dipertahankan, tanpa memperhatikan pengembangan potensi siswa sebagai
bekal dalam menghadapi masa depan. PAKEM harus mampu memberikan perhatian pada
aspek penyajian pembelajaran. Penyajian dalam pembelajaran ini dapat dilakukan dengan
pemecahan masalah, curah pendapat, belajar dengan melakukan, menggunakan banyak
metode yang disesuaikan dengan konteks, atau kerja kelompok. para siswa menyelesaikan
permasalahan, menjawab pertanyaan- pertanyaan menurut mereka sendiri, mendiskusikan,
menerangkan, melakukan debat, curah pendapat, selama pelajaran di kelas, dan pembelajaran
kerja sama. Dalam hal ini guru mengkondisikan agar siswa bekerja dalam tim untuk
mengatasi suatu permasalahan. Kerja proyek dapat dijadikan sebagai media untuk melatih
siswa untuk saling tergantung yang positif dan tanggung jawab individu yang mendalam.
Keberhasilan kegiatan pembelajaran yang sesuai tujuan, sebelumnya siswa dilatih cara
berkonsentrasi, ketelitian, kesabaran, ketekunan, keuletan, peningkatan daya ingat, serta
belajar dengan metode bayangan. Di samping itu, siswa juga harus dapat melakukan” SSN” (
senyum, santai, dan nikmat). Artinya siswa harus selalu tersenyum (dalam hati) saat
melakukan semua proses kegiatan pembelajaran. Santai berarti saat mengikuti kegiatan
pembelajaran, siswa tidak tegang.Stress, sehingga mereka dapat menikmati kegiatan
pembelajaran. Dengan proses tersebut, siswa akan dapat menguasai materi, sesuai yang
diharapkan.(Asmuni, 2012:86).

Implementasi Pengembangan Strategi Pembelajaran Al Qur’an Hadist dengan Model


PAKEM di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Adzkia
Pengembangan strategi pembelajaran Al Qur’an Hadist dengan Model PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Adzkia pada dasarnya telah diimplementasikan, hal ini tergambar dengan
diimplementasikannya beberapa asas-asas pembelajaran PAKEM dalam pembelajaran Al
Qur’an Hadist di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Adzkia diantaranya :
1. Mendorong siswa untuk menghafalkan
Hafalan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas keilmuan seseorang. Orang yang
hafal mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman dan menembangkan pemikiran
secara lebih luas. Dengan menghafal pelajaran, seseorang bisa menarik kembali ilmu setiap
saat, dimanapun dan kapanpun. Siswa yang hafal dapat menangkap dengan cepat pelajaran
yang diajarkan. Aspek hafalan memegang peranan penting untuk mengedepankan ilmu dan
mengkristalkannya dalam pikiran dan hati, kemudian meningkatkannya secara eksekratif dan
massif. Dalam konteks PAKEM, hafalan menjadi fondasi utama dalam mengadakan
komunikasi interaktis dalam bentuk diskusi, debat, dan sebagainya.
Dalam pembelajaran Al Qur’an Hadist yang dilaksanakan di kelas IX MTs Adzkia point
ini tergambar dalam contoh pembelajaran KD 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-
Muthaffifin (83): 1-17, Q.S. al-An'am (6):152 tentang jujur dalam muamalah, dalam
pembelajaran ini siswa diwajibkan menghafal ayat-ayat yang menjadi dasar materi inti yakni
materi tentang Muamalah.
2. Mengarahkan siswa untuk bertanya
Setelah aspek hafalan sudah kuat, pekerjaan selanjutnya adalah melatih siswa untuk
berfikir kritis, yaitu dengan banyak bertanya kepada guru. Berpikir kritis berarti
mempertanyakan sesuatu yang belum jelas, sesuatu yang belum diterangkan dan sesuatu yang
masih menjadi bahan perdebatan Anak-anak sekarang ini terlalu banyak disuguhi ilmu
pengetahuan, tanpa ada celah untuk mengolah dan menyempurnakannya. Bertanya bisa
menjadi sarana efektif untuk mengetes daya kritis siswa. Pada awalnya dorongan untuk
bertanya ini terasa aneh. Mereka akan berpikir bagaimana caranya bertanya dan materi apa
yang perlu dipertanyakan. Selain itu, mereka juga akan berlatih berbicara didepan orang lain,
melatih mental, percaya diri dan keyakinan kuat.
Secara bertahap, mereka akan terbiasa untuk bertanya dengan baik. Mereka akan berpikir
keras bagaimana caranya menemukan sesuatu yang pantas untuk ditanyakan. Dan kebiasaan
bertanya ini mereka akan bisa menyeleksi, mana pertanyaan yang berbobot dan tidak, mana
yang pantas dan tidak, dan sebagainya. Guru harus merespon semua pertanyaan siswa dengan
penuh keceriaan dan kebahagiaan. Kalau perlu, guru harus memberikan hadiah kepada
siswanya yang aktif bertanya, sehingga siswa lain terdorong untuk mengikutinya. Mereka
akan senang membaca buku, Koran, majalah, dan sumber pengetahuan serta informasi
lainnya sebagai bahan untuk bertanya kepada guru.
Dalam pembelajaran Al Qur’an Hadist yang dilaksanakan di kelas IX MTs Adzkia point
ini tergambar dalam contoh pembelajaran KD 4.2 Mengomunikasikan keterkaitan hasil
analisis dampak positif jujur dalam muamalah sesuai pemahaman Q.S. al- Muthaffifin (83):
1-17, Q.S. al-An'am (6):152 dengan fenomena sosial, siswa didorong untuk saling bertanya
tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dunia muamalah.
3. Memulai Diskusi Interaktif
Diskusi menjadi tahapan lanjut setelah siswa mampu bertanya. Pada tahapan ini anak
berlatih untuk berpikir analisis dan solutif. Ia akan mengamati faktor yang tidak kelihatan
dari suatu masalah dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya kemudian mencarikan
solusi persoalan dengan ide-ide cerdas, visioner dan aplikatif.
Dalam diskusi seseorang dapat menyerap pikiran, ide, gagasan dan silang pendapat
dari peserta lain yang hadir. Ia tidak hanya mendapatkan ilmu yang dipelajarinya, tetapi juga
dari teman-temannya.
Dalam pembelajaran Al Qur’an Hadist yang dilaksanakan di kelas IX MTs Adzkia point
ini tergambar dalam contoh pembelajaran KD 4.2 Mengomunikasikan keterkaitan hasil
analisis dampak positif jujur dalam muamalah sesuai pemahaman Q.S. al- Muthaffifin (83):
1-17, Q.S. al-An'am (6):152 dengan fenomena sosial, siswa selain didorong untuk saling
bertanya tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam dunia muamalah tetapi
siswa juga didorong untuk melakukan diskusi terhadap hal-hal bersifat ikhtilaf atau
berpotensi terdapat perbedaan dalam masyarakat.
Meski secara umum pembelajaran Al Qur’an Hadist yang dilaksanakan di kelas IX MTs
Adzkia telah mengimplementasikan pengembangan strategi pembelajaran dengan model
PAKEM tetapi dalam realitanya masih banyak kekurangan yang perlu dilengkapi dan
diperbaiki di kemudian hari.

PENUTUP
Setelah mengkaji dan mendeskripsikan uraian tentang konsep dasar pengembangan
strategi pembelajaran dalam Mata Pelajaran Al Qur’an Hadist, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam proses pembelajaran Al Qur’an Hadist di madrasah perlu dikembangkan suatu
strategi pembelajaran yang dapat menunjang terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar
di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan.
Secara umum strategi pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran Al Qur’an
Hadist ada 5 yakni Strategi Pembelajaran Langsung, Strategi Pembelajaran Tidak Langsung,
Strategi Pembelajaran Interaktif, Strategi Pembelajaran Empirik dan Strategi Pembelajaran
Mandiri. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengembangkan strategi pembelajaran
interaktif dengan penerapan model Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan)
Dalam implementasi pengembangan strategi pembelajaran strategi pembelajaran
interaktif dengan penerapan model Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif
dan Menyenangkan) dalam pembelajaran Al Qur’an Hadist di Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Adzkia, pada dasarnya guru mata pelajaran Al Qur’an Hadist telah menerapkan model
Pembelajaran PAKEM hal ini tergambar dalam beberapa kegiatan pembelajaran yang secara
umum telah menerapkan asas-asas pembelajaran PAKEM seperti Menekankan Hafalan,
Mendorong untuk saling bertanya dan mendorong adanya diskusi, namun dalam
penerapannya masih ditemui beberapa kendala yang dapat mengambat efektifitas kegiatan
belajar mengajar diantaranya kebiasaan aktif peserta didik yang masih dirasa kurang,
kemampuan guru dalam mengorganisasi kelas yang masih lemah dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shabuni, Syekh Muhammad Ali. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta: Pustaka
Bumi.
Musthafa, Aris . 2008. Qur’an Hadis. Sragen: Akik Pusaka
Shiddieqy, M. Hasbi Ash . 1991. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan
Bintang.
Susanto, Ahmad. 2013.  Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Tim Bina Karya. 2009.  Bina Belajar Al-Qur’an Hadits untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV.
Jakarta: Erlangga.
Hamzah, B.Uno. 2009. Perencanaan Pembelajaran, Cet. V. Jakarta: Bumi Aksara
Efferi, Adri. 2009. Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadits Mts-MA. Kudus: STAIN Kudus.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakaraya.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohammad. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai