Oleh :
M. IHSAN MAFTUH
TOTO SUPRIYANTO
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS JAWA BARAT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan
akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan
sesudahnya Kami ucapkan kepada Bapak Dr. Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.I.,
M.Hum selaku dosen mata kuliah “Studi Al-Qur’an” serta teman-teman sekalian
yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal yang lainnya kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu besar
harapan Kami kritik dan sarannya yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini (Makna Nasikh Wa Al-Mansukh) sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun,
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Dari awal hingga akhir, al-Qur'an merupakan kesatuan yang utuh.
Tak ada pertentangan satu dengan lainnya. Sehingga Masing-masing saling
menjelaskan bagian satu pada yang lain.
Dari segi kejelasan Pengembangan dan Pengelompokan Al-Qur’annul
Karim, ada empat tingkat pengertian. Pertama, cukup jelas bagi setiap
orang. Kedua, cukup jelas bagi yang bisa berbahasa Arab. Ketiga, cukup
jelas bagi ulama/para ahli, dan keempat, hanya Allah yang mengetahui
maksudnya.
Dalam al-Qur'an dijelaskan tentang adanya induk pengertian hunna
umm al-kitab yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Ketentuan-
ketentuan induk itulah yang senantiasa harus menjadi landasan pengertian.
sejalan dengan sistematisasi interpretasi dalam ilmu hukum,
hubungan antara ketentuan dan ketetapan pengembangan dalam undang
undang yang hendak ditafsirkan dengan berkaitan dengan ketentuan-
ketentuan lainnya dari undang-undang tersebut dasar maupun undang-
undang lainnya yang sejenis, yang harus benar-benar diperhatikan supaya
tidak ada kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainnya.
Hal ini untuk menjamin kepastian hukum. Sementara, unsur-unsur
bahasa, sistem dan teologi dari teori interpretasi hukum masih harus
dilengkapi dengan satu unsur lain yang tidak kalah pentingnya. yaitu
unsur sejarah yang melatarbelakangi terbentuknya suatu undang-undang.
Dalam ilmu tafsir ada yang disebut asbab al-nuzul, yang
mempunyai unsur historis cukup nyata. Dalam kaitan ini para
mufassir memberi tempat yang cukup tinggi terhadap sesuatu yang
berkaitan dengan pengertian ayat al-Qur'an. Dalam konteks sejarah yang
menyangkut interpretasi itulah kita membicarakan masalah Makna Nasikh-
wa al-Mansukh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penyusun telah merumuskan beberapa
maslah yang akan dibahas dalam dalam makalah ini yaitu :
1. Apa Arti Nasikh wa al-Mansukh secara lughawi dan istilahy
2. Bagaimana Cara mengetahui adanya Nasikh wa al-Mansukh serta
urgensinya
3. Apa saja Macam dan jenis Nasikh
4. Bagaimana Pendapat Ulama dan hikmah Nasikh
Kesimpulan
Nasikh menurut bahasa yaitu mengaitkan kepada arti yang hilang. Nasikh
mengandung beberapa makna yaitu: menghilangkan, mengganti,
memalingkan, dan menukilkan. Sedangkan menurut istilah, ialah membuang
hukum syar’i dengan kitab syar’i. Ulama’ mutaqoddim memberi batasan
naskh sebagai dalil syar’i yang ditetapkan kemudian, tidak hanya untuk
ketentuan-ketentuan hukum, tapi juga mencakup pengertian pembatasan bagi
suatu pengertian bebas. Sebaliknya ulama’ mutaakhir memperciut batasan-
batasan pengertian tersebut untuk mempertajam perbedaan antara nasikh,
mukhossim, dan muqoyyid sehingga pengertian naskh terbatas hanya untuk
ketentuan hukum yang datang kemudian.
Adapun bagaimana cara mengetahui nasikh adalah harus melalui banyak
jalan, diantaranya: naskh yang sharih dari Rosulullah SAW, keterangan para
sahabat, perlawqanan yang tidak dapat dikompromikan, serta diketahui tarih
turunnya ayat-ayat itu. Masalah nasikh bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri.
Ia merupakan bagian yang berada dalam disiplin ilmu tafsir dan ilmu ushul
fiqih.
DAFTAR PUSTAKA