NIM : 04040222058
KELAS : C2
Dosen Pengampu:
Asisten Dosen I
Asisten Dosen II
2022
KATA PENGANTAR
i
Surabaya, 16 September 2022
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................i
DAFTAR ISI...................................................................ii
BAB I...............................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................1
A. Latar Belakang......................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................2
C. Tujuan...................................................................2
BAB II.............................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................3
A. Pengertian Nasikh Mansukh.................................3
1. Syarat Nasikh dan Mansukh.............................8
2. Dasar Pengetahuan Tentang Nasikh dan
Mansukh....................................................................9
3. Macam-Macam Nasikh Mansukh...................11
B. Kontroversi Tentang Nasikh Mansukh...............14
C. Contoh-Contoh Nasikh Mansukh dalam Al
Qur’an.........................................................................19
BAB III..........................................................................31
iii
PENUTUP.....................................................................31
KESIMPULAN………………………………………33
DAFTAR PUSTAKA....................................................33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Nasikh-Mansukh menjadi bagian dari implikasi
tersebut.
2. Rumusan Masalah
2
3. Apa saja contoh nasikh dan mansukh dalam al-
quran?
3. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2
Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an (Bandung : Mizan. 1998)
hlm 143. lihat juga Ali Hasballah, Ushul al-Tasyri‟ al-Islam (Kairo :
Dar al-Ma‟arif. 1971) hlm 326.
5
Mansukh adalah yang dibatalkan, dihapus,
dipindahkan dan sebagainya.3
5
Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, CV. Pustaka Setia,
Bandung, 2000, hlm. 172.
6
Ibid, hlm. 174
7
2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah
hukum syara‟ yang datang lebih kemudian,
yang hukumnya mansukh.
3. Hukum yang mansukh, hukumnya tidak
terikat atau dibatasi oleh waktu tertentu.7
9
4. Syarat Nasikh dan Mansukh
Dalam penetapan adanya ayat yang dinasakh atau
ayat yang menasakh, Ada 5 syarat:
10
dikarenakan bahwa zaman proses naskh nash
adalah zaman risalah kenabian, tidak setelahnya.
Sandaran nasakh adalah wahyu. Alloh S.W.T.
berfirman:
11
Kedua, perawi menyebutkan
tanggal/waktu mendengarkan berita naskh.
Seperti; aku mendengar ini pada tahun
penaklukan mekkah. Atau perawi menukil nasikh
dan mansukh secara bersamaan, seperti:
diberikan keringanan bagi kami pada perkara ini,
kemudian setelah beberapa lama waktu, kami
dilarang tentangnya. Hal ini menunjukkan bahwa
hukum syariat islam yang telah ditetapkan tidak
dapat dinaskh melainkan dengan perkara yang
pasti. Penetapannya dengan perkara yang pasti,
maka pemberhentian hukumnya juga harus
dengan perkara yang pasti. Imam Al-Bukhari
mengambarkan kejadian naskh di zaman Nabi
saw kepada kita dalam buku shahihnya, yaitu
tentang tafsir firman Allah S.W.T.;
12
“Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau
tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka
(adalah sama saja). Kendatipun kamu
memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh
kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi
ampunan kepada mereka.” (Q.S. Al-Taubah: 80).
13
ayat iddah selama 4 bulan sepuluh hari.
Hukunya dinasakh dan tulisan ayatnya
tetap/masih ada.
b. Ayat dinasakh hukum dan tulisannya, dan
hukum nasikh dan lafadznya masih
ditetapkan. seperti ayat menghadap kiblat
baitul maqdis dinasakh dengan ayat
menghadap kiblat Ka’bah. Ayat puasa Asyura
dinasakh dengan ayat puasa Ramadhan.
c. Dinasakh lafadz ayat dan hukumnya. Akan
tetapi ayat nasikhnya diangkat dan hukumnya
masih tetap. Seperti firman Allah, sbb:
14
telah memberi persaksian, maka kurunglah
mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah
sampai mereka menemui ajalnya, atau
sampai Allah memberi jalan lain kepadanya.”
(Q.S. Al-Nisa: 15)
8
Amri, R. (2017). Teori Nasikh-Mansukh dalam Alquran
( Pendekatan Tafsir Maudhu ’ i ). 17(2), 327–340
15
B. Kontroversi Tentang Nasikh Mansukh
16
firmannya. Diriwayatkan dalam sebuah Atsar bahwa
Ali bin Abi Thalib pernah bertanya kepada seorang
Qadhi/hakim tentang pengetahuannya pada hal
nasikh dan mansukh. Orang itu mengatakan tidak ada
pengetahuan. Maka Ali bin Abi Thalib mengatakan
bahwa dia dapat mencelakakan diri sendiri dalam
memahami ayat dan mencelakakan orang lain dalam
fatwanya.
17
kami ganti dengan yang lebih baik padanya atau yang
sebanding dengannya” (QS. al-Baqarah : 106).
18
mereka disandarkan pada ayat al-Qur‟an “Dan
bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu
kitab Tuhanmu. Tidak ada seorangpun yang dapat
merubah kalimat –Nya”. (QS. al-Kahfi : 27).Hanya
kemudian, Muhammad „Abduh menggunakan istilah
tabdil, penggantian, pengalihan, atau pemindahan ayat
hukum ditempat ayat hukum yang lain, bukan nasakh
dalam pengertian pembatalan.
19
ini, pula ditegaskan oleh Quraish Shihab, bahwa Allah
tidak me-nasakh dalam arti membatalkan suatu hukum
yang dikandung oleh satu ayat, kecuali Allah akan
mendatangkan ayat lain yang mengandung hukum lain
yang lebih baik atau serupa.9
9
Syaifulloh, A. (2018). Nasikh Dan Mansukh:
Langkah Ulama’Dalam Memahami Al-Qur’an Dan
Hadis. Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 1(1), 107–
127.
20
lain karena bergantinya kemashlahatan dari
kemashlahatan yang lain yang mewajibkan hukum yang
lain pula”. Oleh karena itu, al-Thabathaba‟i
beranggapan bahwa nasakh pada dasarnya tidak hanya
khusus terdapat pada hukum-hukum syari‟at,
melainkan juga dapat terjadi terhadap takwiniyyah
(persoalan-persoalan kosmo).
21
ditetapkan bahwa masa tenggangnya hanya 4 bulan
10 hari (QS. al-Baqarah: 234). Juga bisa kita lihat
pada kasus penetapan hukum masalah arak (khamr),
yang pada mulanya al-Qur‟an hanya menyampaikan
tentang positif dan negatifnya khamr tersebut,
kemudian al-Qur‟an meminta kaum Muslimin untuk
tidak mabok ketika sholat (QS. al-Nisa: 43). Dan
terakhir al-Qur‟an menegaskan kepada kaum
Muslimin untuk tidak menggunakan atau meminum
khamr (QS. al-Maidah: 90 – 91).
22
berkiblat di Bait al-Maqdis, dan enam bulan
kemudian setelah hijrah ke Madinah, maka turunlah
ketetapan dari al- Qur‟an (QS. al-Baqarah: 144).
Juga kebiasaan Nabi yang telah menetapkan bulan
al-Syura sebagai bulan wajib puasa, lalu di kounter
oleh al-Qur‟an dengan turunnya sebuah ayat “maka
barang siapa yang melihat bulan ramadhan,
hendaknya berpuasalah ia” (QS. al-Baqarah: 185).
Akan tetapi, model ini pun ditolak oleh al-Syafi‟i,
karena apa saja yang ditetapkan oleh Sunnah tentu
didukung oleh al-Qur‟an, begitu juga sebaliknya,
ketetapan al-Qur‟an tentunya tidak bertentangan
dengan Sunnah. Sehingga antara al-qur‟an dan
Sunnah saling bersinergi, tidak kontradiktif.10
10
Fauzan, N. R. (2014). Urgensi Nasikh-Mansukh
Dalam Legislasi Hukum Islam. Istidal: Jurnal Studi
Hukum Islam, 1(2), 202–213.
23
kitab Samawi sebelum al-Qur‟an. Kedua, menunjuk
pada penghapusan sejumlah teks ayat-ayat al-
Qur‟an dari eksistensinya, baik penghapusan teks
dan hukum yang terkadung didalamnya sekaligus
(naskh al-hukm wa al-tilawah), maupun
penghapusan teksnya saja, sementara hukumnya
tetap berlaku (naskh al-tilawah duna al-hukm), dan
Ketiga, menghapus ayat-ayat yang turun lebih awal
oleh ayat-ayat yang turun kemudian atau
belakangan, tetapi teks atau ayat terdahulu masih
tetap terkandung didalam al-quran (naskh al-hukm
duna al-tilawah).
24
al-Maidah:50) karena Taurat dan Injil adalah Wahyu
Allah (QS. al-Maidah: 71).
11
Manna Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Qur‟an,
Beirut : Muwassah. 1983
25
Dalam laporan lain di sebutkan bahwa :
26
Musa yang dilaporkan melalui Sahih Muslim Adalah
:
12
Dainori. (2019b). Nasikh Mansukh Dalam Studi
Ilmu Alquran. Jurnal Instika, 2(1), 1–19.
27
“hilang” dalam mushaf Usman,(Dainori, 2019a)
meskipun setelah Nabi wafat ayat ini masih dibaca
oleh sebagian sahabat.
28
Laporan ini juga pernah disampaikan pertama
kali oleh Ubay bin Ka‟ab bahwa ayat ini merupakan
bagian dari teks al-Qur‟an.(Ruslan, 2019)Kemudian
oleh Abu Musa yang dilaporkan melalui Sahih
Muslim Adalah:
29
Imam Muslim juga meriwayatkan dalam
Shahih-nya ;
32
BAB III
PENUTUP
33
pertentangan antara dua Nash dalam Naskh pada
dasarnya merupakan pertentangan lahiriah, bukan
pertentangan hakikiyyah (esensi).
3. Contoh dari nasikh mansukh dala ayat alquran:
Pada kajian pertama, memberikan makna bahwa
semua syari‟ah sebelum Islam di nasikh oleh
syari‟ah Islam, termasuk Injil, Zabur, dan Taurat.
Tetapi asumsi ini bertentangan dengan ayat
mushoddiqullima baiyna yadaihi (QS. Ali Imran:
3). Juga perintah al-Qur‟an untuk mengembalikan
atau merujuk kitab mereka sendiri ketika
berhadapan dengan persoalan hukum (QS. al-
Maidah: 42), Umat Kristen juga diminta untuk
merujuk pada Injil (QS. al-Maidah:50) (Fauzan,
2014) karena Taurat dan Injil adalah Wahyu Allah
(QS. al-Maidah: 71).15
15
Ruslan. (2019). Nasikh dan mansukh alquran
menurut Dr. Hamka. Journal of Islamic and Law
Studies, 3(2), 17.
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Fauzan, N. R. (2014). Urgensi Nasikh-Mansukh Dalam
Legislasi Hukum Islam. Istidal: Jurnal Studi
Hukum Islam, 1(2), 202–213.
Rokim, S. (2020). Peta Nasikh dan Manshukh Dalam
Alquran Al-Karim. Al Tadabbur: Jurnal Ilmu
Alquran Dan Tafsir, 5(02), 307–320.
Ruslan. (2019). Nasikh dan mansukh alquran menurut
Dr. Hamka. Journal of Islamic and Law Studies,
3(2), 17.
Syaifulloh, A. (2018). Nasikh Dan Mansukh: Langkah
Ulama’Dalam Memahami Al-Qur’an Dan Hadis.
Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 1(1), 107–127.
36
37